Anda di halaman 1dari 19

laporan praktek kerja lapangan

Kamis, 14 Mei 2015

laporan PKL grafting mangga

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

TEKNIK SAMBUNG PUCUK (Grafting) PADA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica L.) DI PENANGKARAN
BIBIT UD. CIAMI

KOTA BINJAI

Disusun Oleh :

HANAN ASNAWI B

NIM : 121110978

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN


YAYASAN SYEKH HAMZAH FANSURI

STIP YASHAFA

ACEH SINGKIL

2015

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

TEKNIK SAMBUNG PUCUK (Grafting) PADA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica L.) DI PENANGKARAN
BIBIT UD. CIAMI

KOTA BINJAI

Disusun Oleh :

HANAN ASNAWI B

NIM : 121110978

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing

MASLAITA, SP

Mengetahui,
Pembantu Ketua I Bidang Akademik

Dr. ASBARUDDIN, STP, MM, M. Eng

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN

YAYASAN SYEKH HAMZAH FANSURI

STIP YASHAFA

ACEH SINGKIL

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan judul “Teknik
Sambung Pucuk (Grafting) pada Tanaman Mangga” yang bertempat di Kota Binjai.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Bapak Arif Hidayat, SE. M.Si Selaku Ketua STIP YASHAFA Aceh Singkil.

Bapak Dr. Asbaruddin, STP. MM. M.Eng Selaku Pembantu Ketua I Bidang Akademik

Bapak Handoko, SP. M.Eng Selaku ketua Jurusan Agroteknologi

Ibu Maslaita, SP Selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah memberi arahan dan
nasehat tentang pelaksnaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini.
Seluruh dosen dan rekan-rekan Mahasiswa/i STIP YASHAFA yang selalu memberikan semangat untuk
menyelesaikan laporan ini.

Semoga bimbingan serta bantuan dari seluruh pihak bagi penulis menjadi berkat yang abadi. Kiranya
tulisan ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Amin Yarabbal ‘Alamin.

Singkil,Maret2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... iv

BAB. I. PEDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................. 1

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan................................................... 3

C. Kegunaan Praktek Kerja Lapangan............................................. 3

D. Rumusan Masalah........................................................................ 4

BAB. II. GAMBARAN UMUM LOKASI PKL........................................... 5

A. Sejarah Singkat Lokasi PKL........................................................ 5

B. Lokasi/Lingkungan Fisik Areal Lokasi PKL................................. 5

C. Struktur Organisasi Lokasi PKL.................................................. 6

BAB. III. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7

A. Taksonomi Tanaman Mangga....................................................... 7


B. Morfologi Tanaman Mangga........................................................ 7

C. Syarat Tumbuh Tanaman Mangga................................................ 9

D. Sambung Pucuk (Grafting)......................................................... 11

BAB. IV. METODE PENELITIAN............................................................... 13

A. Bahan dan Alat............................................................................ 13

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL.......................................... 13

C. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 13

BAB. V. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 14

A. Hasil............................................................................................. 14

B. Pembahasan................................................................................. 18

BAB. VI. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 20

A. Kesimpulan................................................................................... 20

B. Saran............................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 22

LAMPIRAN..................................................................................................... 23

DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian Halaman

1. Lampiran 1. Sertifikat Praktek Kerja Lapangan................................... 23

2. Lampiran 2. Berita Acara Supervisi Praktek Kerja Lapangan.............. 24


3. Lampiran 3. Struktur Organisasi UD. CIAMI...................................... 25

4. Lampiran 4. Foto Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan....... 26

5. Lampiran 5. Jurnal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan......................... 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mangga (Mangifera indica L.) merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negara
India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Jenis
yang banyak ditanam di Indonesia Mangifera indica L. yaitu mangga arumanis, golek, gedong, manalagi
dan cengkir dan mangifera foetida yaitu kemang dan kweni. Masing-masing jenis mangga memiliki
kekhasan baik dari aroma, daging atau tekstur buah serta rasa. Pemintaan beragam jenis buah mangga
dipasaran cukup tinggi, sehingga budidaya buah mangga masih memiliki prospek yang cerah untuk
ditingkatkan. Untuk memulai budidaya mangga, dipelukan beberapa persiapan agar usaha agrobisnis
mangga ini berjalan dengan baik. Penguasaan pengetahuan dan teknik budidaya yang baik serta
penerapannya di lapangan mendukung budidaya ini memperoleh hasil yang optimal. Buah mangga
merupakan buah-buahan eksotik yang diimpor oleh semua pasar utama dunia. Permintaan akan mangga
di pasar ini terus meningkat dewasa ini, baik buah mangga segar maupun yang telah diolah (Anonim.
2011).

Mangga merupakan jenis buah tropis yang digemari oleh masyarakat di dunia dan menjadi komoditas
perdagangan antar negara. Komoditas hortikultura, khususnya buah-buahan salah satunya buah mangga
mempunyai prospek baik bila dikembangkan secara intensif dan dalam skala agribisnis. Dari tahun ke
tahun permintaan buah tropis didalam dan luar negeri semakin meningkat, baik dalam bentuk segar
maupun olahan (Anonim. 2011).

Ada beberapa spesies tanaman yang berkembangbiak dengan cara generatif dan ada juga yang
berkembangbiak dengan cara vegetatif. Berbagai jenis tanaman sama sama berkembang biak , tapi
tanaman berkembang biak dengan cara yang berbeda beda. Perbanyakan tanaman juga memiliki
beberapa jenis cara, diantaranya adalah perbanyakan segara genetatif maupun vegetatif.

Perbanyakan tanaman banyak dilakukan dengan berbagai cara, mulai dengan yang sederhana sampai
yang rumit. Tingkat keberhasilannya pun bervariasi dari tinggi sampai rendah, keberhasilan perbanyakan
tanaman tergantung pada beberapa faktor antara lain : cara perbanyakan yang digunakan, jenis
tanaman, waktu memperbanyak, keterampilan pekerja dan sebagainya. Perbanyakan tanaman bisa
digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu perbanyakan secara generatif dan vegetatif (wudianto.
2002).

Salah satu metode perbanyakan vegetatif yang bisa dilakukan adalah metode sambung pucuk (grafting).
Sambung pucuk bagian pucuk tanaman yang berasal dari biji (batang bawah) dengan entres pohon induk
yang telah berproduksi. Sambung pucuk akan menjamin batang atas memiliki kualitas genetik sama
dengan induknya, juga dapat memperpendek masa tunggu dimana umur 5-6 tahun sudah berbuah.

Teknik sambung pucuk mempunyai tingkat keberhasilan (persentase hidup) yang lebih tinggi
dibandingkan dengan teknik okulasi, karena pohon mangga mempunyai kulit yang tipis dan bergetah
banyak, sehingga dengan mengambil mata okulasinya agak sulit (mata tunas mudah sobek). Sedangkan
dengan teknik cangkok mangga, bibit yang dihasilkan mempunyai akar yang kurang kokoh dibandingkan
dengan bibit hasil sambung pucuk (Rukmana. 2008).

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Sebagai salah satu syarat bagi mahasiswa untuk menyelesaikan Studi di STIP YASHAFA

2. Syarat wajib untuk menyelesaikan program studi yang ditempuh

3. Melatih mahasiswa untuk berinteraksi dengan dunia kerja usaha dan kehidupan sosial masyarakat.

4. Mendapatkan informasi tentang teknologi khususnya Perbanyakan Tanaman melalui Teknik


Sambung Pucuk pada Tanaman mangga.

C. Kegunaan Praktek Kerja Lapangan

1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa.

2. Mengumpulkan data untuk menambah ilmu pengetahuan yang berguna untuk mahasiswa,
perguruan tinggi dan masyarakat.

3. Mangaplikasikan, membandingkan dan mengembangkan pengetahuan yang di dapat dari teori


saat di bangku perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan.

4. Agar mengetahui secara jelas kegiatan yang berkaitan dengan dunia mangga khususnya tentang
teknik perbanyak tanaman pada tanaman mangga dan bisa mendapat pengalaman yang baru.

D. Rumusan Masalah
Kurangnya pengetahuan masyarakat didalam teknik perbanyakan tanaman mangga khususnya petani
awal, dan banyaknya dijumpai permasalahan teknik perbanyakan tanaman pada mangga yang belum
terselesaikan secara detail.

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKL

A. Sejarah Singkat UD. CIAMI

UD. CIAMI (Penangkaran Bibit Binjai) berdiri pada tanggal 27 februari 1995. Awalnya UD. CIAMI bermula
membuat pot batu. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan dengan munculnya inflasi moneter
pot plastik akhirnya berganti menjadi Penangkaran Bibit. Pergantian ini terjadi awal tahun 1999, sejak
saat itu UD. CIAMI berganti menjadi penangkar bibit hingga sekarang.

B. Lokasi/Lingkungan Fisik Areal UD. CIAMI

Penangkaran bibit UD. CIAMI terletak di jalan Ir. H Juanda, Kelurahan Mencirim, Kecamatan Binjai Timur
Kota Binjai. Pada ketinggian 25-35 m diatas permukaan laut. Penangkaran bibit UD. CIAMI Binjai terletak
22 km di sebelah barat Ibu Kota Provinsi Sumatra Utara, Medan. Disebelah barat dan utara berbatasan
dengan Kabupaten Langkat, disebelah timur dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Areal lahan penangkaran bibit UD. CIAMI memiliki lahan seluas 1,5 ha dengan topografi datar, dan
draenase sedang. Sarana pendukug penangkaran bibit UD. CIAMI terdiri dari bangunan rumah, gudang,
mobil, angkong (kereta sorong), jalan kebun, lahan kebun, irigasi (sumur bor), beberapa stasiun (gubuk)
baik untuk istirahat, pengisian polybag dan naungan bibit, serta fasilitas yang mendukung lainnya (UD.
CIAMI, 2015).

C. Struktur Organisasi Penangkaran Bibit UD. CIAMI

Dari data yang diperoleh di UD. CIAMI dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Struktur Organisasi
merupakan suatu gambaran atau sistem kerja yang berlaku didalam suatu organisasi yang bertujuan
untuk memajukan kegiatan dan sasaran unit-unit organisasi yang terpisah guna untuk mencapai tujuan
bersama secara efisien.

Setiap organisasi berusaha mencapai tujuan seperti yang telah ditentukan oleh manajemen
puncak. Tujuan ini berhubungan dengan kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisasi, tingkat jasa
atau produksi, dan keuntungan. Akibat wajar dari tujuan ini adalah “Pemanfaatan yang terbaik dari
kalangan organisasi dan sumber daya yang bernilai” yang disebut keefektifan organisasi. Peranan
manajemen kepegawaian sangat penting yaitu merencanakan, mengembangkan, melaksanakan
kebijakan-kebijakan dan program-program dengan maksud pemanfaatan kalangan sumberdaya dari
organisasi perusahaan tersebut.

Tujuan Organisasi ditentukan oleh manajemen Puncak. Fungsi perencanaan, termasuk


perencanaan Sumber Daya Manusia dan analisa jabatan mengubah tujuan ini menjadi pernyataan
tentang kebutuhan akan tenaga kerja (jumlah dan jenis yang diperlukan). Fungsi perencanaan juga
merencanakan dan menyarankan program-program memenuhi kebutuhan perusahaan (UD. CIAMI,
2015).

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi Tanaman Mangga

Menurut Kurnia (2005), tanaman mangga (Mangifera indica L.) dalam dunia tumbuh-tumbuhan
diklasifikasikan seperti berikut ini :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Famili : Anacardiaceae

Ordo : Myrtales

Genus : Mangifera

Species : Mangifera indica L.

B. Morfologi Tanaman Mangga

Tanaman mangga termasuk dalam tumbuhan berbiji dengan biji tertutup dan berkeping dua. dimana
susunan terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah. Adapun morfologi dari tanaman mangga
adalah sebagai berikut :

1. Akar
Mangga berakar tunggang (bercabang-cabang), dari cabang akar ini tumbuh cabang kecil yang ditumbuhi
bulu-bulu akar yang sangat halus. Tidak semua jenis unsur hara yang ada di dalam tanah diambil oleh
bulu akar hanya yang dibutuhkan oleh tanaman itu saja yang diambil. Jadi bulu akar hanya mengetahui
unsur hara yang diperlukan tanaman.

2. Batang

Batang ialah bagian tengah dari tumbuhan yang tumbuh keatas. Bagian ini mengandung zat-zat kayu
sehingga tanaman mangga tumbuh tegak, keras dan kuat. Pada batang yang masih muda lapisan yang
paling luar terbentuk dari kulit yang sangat tipis, disebut kulit ari atau epidermis, kemudian kulit ini
diubah menjadi lapisan gabus. Dalam lapisan kayu terdapat pembuluh kayu yang berfungsi membawa
unsur-unsur hara dari akar ke atas. Dalam lapisan kulit terdapat lapisan sel yang membawa unsur hara
dari daun ke bagian lainnya. Lapisan sel yang di antara kedua lapisan tersebut disebut kambium atau
daging pembiak. Kambium kemudian tumbuh menjadi kayu. Oleh karena itu pohon mangga dapat
bertambah besar (Kurnia. 2005).

3. Daun

Daun mangga diselimuti oleh kulit tipis yang tidak terlihat dengan mata telanjang, yang dinamakan kulit
ari. Kulit ari ini berlubang-lubang kecil yang yang dinamakan mulut kulit. Melalui mulut kulit inilah udara
dapat keluar atau masuk ke dalam badan daun. Tiap-tiap bagian tanaman mempunyai fungsi sendiri-
sendiri yaitu untuk bernafas dan asimilasi.

4. Bunga

Bunga mangga dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tepung sari yang jatuh pada tampuk
berasal dari pohon itu sendiri. Hal ini menyebabkan mangga disebut tanaman berumah satu. Bunga
mangga terdiri dari beberapa bagian dasar bunga, kelopak, daun bunga, benang sari dan kepala putik.
Bunga mangga dalam keadaan normal, adalah bunga majemuk yang tumbuh dari tunas ujung. Tunas
yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga, tetapi menghasilkan ranting daun biasa
(Sunarjono. 2006).

5. Buah

Pohon mangga berbuah sekitar bulan Agustus samapai Oktober yaitu pada musim kemarau. Musim ini
sangat baik pengaruhnya terhadap proses pembentukan dan pembesaran sampai pemasakan buah di
pohon. Terdapat pohon mangga yang berbuah terlambat yaitu pada permulaan musim penghujan. Hal
ini menurunkan produksi mangga karena banyak bakal buah yang tidak jadi. Buah mangga terdapat pada
tangkai pucuk daun. Setiap tangkai terdapat 4 sampai 8 buah, bahkan ada yang lebih. Akan tetapi ada
juga yang setiap tangkai buah hanya terdapat satu buah karena buahnya besar dan berat, misalnya
mangga kuweni, golek, santok dan mangga merah dari Brazilia. Bentuk buah mangga bermacam-
macam : bulat penuh, bulat pipih, bulat telur, bulat memanjang atau lonjong (Kurnia. 2005).
C. Syarat Tumbuh Tanaman Mangga

1. Iklim

Tanaman mangga mempunyai daya adaptasi yang tinggi, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi,
dengan keadaan volume curah hujan sedikit atau banyak. Tetapi untuk memperoleh produksi mangga
yang tinggi membutuhkan temperatur, curah hujan, keadaan awan dan angin yang sesuai untuk syarat
pertumbuhan tanaman mangga.

Temperatur untuk pertumbuhan optimum tanaman mangga 24- 27ºC. Pada suhu tersebut
memungkinkan pertumbuhan vegetative dengan hasil yang baik. Temperatur yang rendah akan
menyebabkan kerusakan bagi tanaman mangga muda (umur lima tahun). Namun ada juga tanaman
mangga yang masih tahan terhadap suhu rendah, tetapi tidak dapat berproduksi dengan baik.

Volume curah hujan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman mangga dan proses produksi
pembentukan bunga dan buah. Kalau pada waktu musim bunga dan masa berbuah mulai masak tidak
ada hujan, tanaman akan tumbuh dengan baik dan proses produksi akan berlangsung dengan baik pula.
Sebaliknya apabila pada waktu musim bunga banyak turun hujan, berawan dan banyak kabut proses
pembentukan buah akan terganggu (Gunawan. 2003).

2. Media Tanam

Tanaman mangga dapat tumbuh pada jenis tanah apa pun, asalkan tanah itu tidak mempunyai lapisan
padas yang keras dan banyak batubatuan. Di samping itu, kondisi tanah tidak terlalu kering atau terlalu
basah dan tidak terlalu banyak mengandung garam atau air payau. Tanaman mangga yang ditanam di
daerah berpasir, jadi mangga dapat hidup dengan baik dan cepat berproduksi pada tanah yang
bertekstur ringan (tanah lempung berpasir) sampai tanah berat (tanah lempung atau tanah liat) (Kurnia,
2005).

3. Ketinggian Tempat

Tanaman mangga dapat tumbuh sampai pada ketinggian tempat lebih kurang 1.300 m dari permukaan
laut. Jika kita ingin mengusahakan tanaman mangga dengan produksi optimal, sebaiknya mangga
ditanam pada suatu areal yang memiliki ketinggian maksimal 500 m di atas permukaan laut. (Kurnia,
2005).

D. Sambung Pucuk (garfting)

Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan batang bawah dan batang atas
dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus
tumbuh membentuk tanaman baru.

Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian tanaman,
seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah merupakan suatu seni yang
sudah lama dikenal dan banyak variasinya. Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa
seni grafting ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia menggambarkan
betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini. Disamping itu Thouin dalam Wudianto (2002)
mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting. Dari sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga
golongan besar yaitu :

1. Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi.

2. Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten.

3. Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan
batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing.

Penyambungan disini berarti penyatuan antara batang atas (sepotong cabang dengan dua atau tiga tunas
vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga gabungan ini bersama-sama membentuk individu yang
baru.

Batang bawah sering juga disebut stock atau rootstock atau bahasa belandanya onder stam. Ciri dari
batang ini adalah batang masih dilengkapi dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan
sering disebut entris atau scion. Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga cabang pohon
induk, kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang perantara (Inter-Stock). Agar batang
atas dan batang bawah bisa terus merupakan perpaduan yang kekal, maka sebaiknya dipilih batang atas
dan batang bawah yang masih mempunyai hubungan keluarga dekat. Hal demikian tidak selamanya
benar, klasifikasi botani biasanya hanya berdasarkan sifat-sifat reproduksinya, sedangkan penyambungan
justru yang dipertimbangkan adanya persamaan sifat-sifat vegetatif tanaman. Selama ini yang digunakan
sebagai patokan untuk melakukan penyambungan adalah berdasarkan sifat botaninya, maka tidak jarang
suatu penyambungan mengalami kegagalan. (Wudianto. 2002).

BAB IV

METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktek kerja lapangan ini meliputi : Tanaman Mangga, sedangkan
alat yang di gunakan adalah : Sarung tangan, pisau, gunting, tali plastik, buku tulis, pulpen, meter,
kamera dan lain-lain.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL


Waktu praktek kerja lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 16 Februari dan berakhir 9 Maret 2015. dan
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini berlokasi di Binjai.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Observasi : yaitu data yang diambil dari kegiatan terjun langsung kewilayah kerja

2. Metode Interview : yaitu data yang diperoleh dari hasil tanyajawab langsung dengan pihak
penangkar di Lapangan.

3. Metode Literatur : yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber bacaan seperti buku, majalah,
jurnal, internet dan lain-lain.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan di UD. CIAMI, ada beberapa hal yang
dapat dibahas terhadap hasil kegiatan praktek kerja lapangan tersebut antara lain :

1. Persemaian Benih

Biji yang akan disemai harus dipisahkan dari dagingnya, biji tidak terdapat hama, tidak rusak supaya tidak
dijadikan tempat masuknya mikroorganisme penyebab penyakit dan mulus (tidak gopeng). Biji yang
sudah siap tanam, ditanam dipolibag yang telah disiapkan dan dilakukan penyiraman setiap hari.

2. Pemilihan batang bawah (rootstock)

Batang bawah (rootstock) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Mempunyai daya adaptasi seluas mungkin, artinya tanaman itu kompatibel dengan berbagai
varietas. Bahkan bila perlu juga kompatibel dengan berbagai jenis dalam satu genus, yang dimaksud
kompatibel disini adalah kemampuan dua tanaman untuk membentuk sambungan (buding atau grafting)
dengan baik dan sambungan dua tanaman ini mampu tumbuh dengan baik.

b. Mempunyai perakaran yang kuat dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit yang ada
didalam tanah.

c. Kecepatan tumbuhnya sesuai dengan batang atas yang digunakan, dengan demikian diharapkan
batang bawah ini mampu hidup bersama dengan batang atas.
d. Tidak mempunyai pengaruh pada batang atas, baik dalam kualitas maupun kuantitas buah
(tanaman buah-buahan) atau kayu (tanaman kehutanan) pada tanaman yang terbentuk sebagai hasil
sambungan.

e. Mempunyai batang yang kuat dan kokoh.

3. Pemilihan batang atas (Scion)

Batang atas (Scion) yang baik untuk disambung mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Cabang dari pohon yang kuat, pertumbuhannya normal dan bebas dari serangan hama dan
penyakit.

b. Bentuk cabang lurus, diameternya disesuaikan dengan batang bawah, yaitu sama atau lebih kecil
dari diameter batang bawah.

c. Batang atas yang akan disambungkan pada batang bawah diambil dari pohon induk yang sehat dan
tidak terserang hama dan penyakit.

d. Pengambilan batang atas ini dilakukan dengan menggunakan gunting setek atau pisau yang tajam
(agar diperoleh potongan yang halus dan tidak mengalami kerusakan) dan bersih (agar batang atas tidak
terkontaminasi oleh penyakit).

e. Batang atas tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda (setengah berkayu).

f. Usahakan pengambilan scion pada pagi hari sebelum tengah hari.

4. Pelaksanaan sambung pucuk (grafting)

Metode perbanyakan pada tanaman mangga yang digunakan di penangkaran bibit UD. CIAMI adalah
metode sambung pucuk (Grafting) yaitu dengan cara menyambungkan batang bawah dan batang atas.

Sebelum melakukan sambung pucuk, alat dan bahan yang akan digunakan dibersihkan dahulu dengan
kain bersih. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan berkembangnya jamur, bakteri dan lain
sebagainya yang dapat mengakibatkan kegagalan sambung pucuk. Selain itu pisau yang digunakan harus
tajam. Oleh karena itu setiap akan digunakan ataupun sesudah digunakan sebaiknya dibersihkan terlebih
dahulu. Sedangkan pelaksanaan sambung pucuk dilakukan pada sore hari, hal ini bertujuan untuk
mengurangi laju penguapan setelah penyambungan.

Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan sambung pucuk adalah sebagai berikut:


a. Memilih batang bawah yang diameter batangnya disesuaikan dengan besarnya batang atas.
Tanaman mangga sudah bisa disambung bila besarnya batang bawah sudah sebesar pensil atau berumur
21-30 hari setelah penyemaian.

b. Batang bawah dipotong setinggi 5-10 cm di atas permukaan tanah. menggunakan silet yang tajam
agar bentuk irisan menjadi rapi. Batang bawah kemudian dibelah membujur sedalam 2-2,5 cm.

c. Batang atas yang sudah disiapkan dipotong, sehingga panjangnya antara 10-15 cm. bagian pangkal
disayat pada kedua sisinya sepanjang 2-2,5 cm, sehingga bentuk irisannya seperti mata kampak.
Selanjutnya batang atas dimasukkan ke dalam belahan batang bawah.

d. Pengikatan dengan tali plastik. Kantong plastik ini ditarik pelan-pelan, sehingga panjangnya menjadi
2-3 kali panjang semula. Terbentuklah pita plastik yang tipis dan lemas.

e. Pada waktu memasukkan batang atas ke belahan batang bawah perlu diperhatikan agar kambium
batang atas bisa bersentuhan dengan kambium batang bawah.

f. Sambungan kemudian disungkup dengan kantong plastik bening. Agar sungkup plastik tidak lepas
bagian bawahnya perlu diikat. Tujuan penyungkupan ini untuk mengurangi penguapan dan menjaga
kelembaban udara di sekitar sambungan agar tetap tinggi.

g. Tanaman sambungan kemudian ditempatkan di bawah naungan agar terlindung dari panasnya sinar
matahari.

5. Pemeliharaan

Bagian sambungan harus dijaga dari kekeringan sampai beberapa minggu setelah penyambungan. Pada
2-3 minggu kemudian sambungan yang berhasil akan tumbuh tunas. Sambungan yang gagal akan
berwarna hitam dan kering. Pita pengikat sambungan sudah bisa dibuka pada umur 3-4 minggu setelah
sambung. Hilangkan tunas-tunas yang tumbuh pada rootstocknya sehingga makanan dan energi bisa
terfokus untuk keberhasilan penyambungan. Sangga tanaman sambungan jika tanaman tersebut tidak
cukup kuat untuk menyangga dirinya sendiri.

B. Pembahasan

Perbanyakan tanaman digolongkan menjadi dua bagian, yaitu perbanyakan secara vegetatif dan
generatif. Sambung pucuk merupakan perbanyakan tanaman gabungan antara perbanyakan secara
generatif (dari persemaian biji) dengan salah satu bagian vegetatif (cabang/ranting) yang berasal dari
tanaman lain yang disatukan. Tanaman yang telah disambungkan masing-masing mempunyai
keunggulan dari segi kelebatan buah, ukuran besar dan rasa/khasiat serta ketahanan terhadap hama dan
penyakit (Prastowo. 2006).

Penyambungan ada dua macam yaitu Grafting dan Budding. Grafting adalah penyatuan antara batang
dengan batang yang terpisah atau dengan bagian pangkal akar yang terpisah untuk tumbuh bersama-
sama membentuk satu individu baru. Sedangkan budding adalah bentuk grafting yang khas (okulasi)
karena hanya satu tunas digunakan sebagai batang atas dan disisipkan di bawah kulit dari batang bawah.

Pada umunya semakin dekat famili antar dua tanaman yang disambung maka kecepatan pertumbuhan
batang atas serta pertautan dan presentasi keberhasilan lebih tinggi. Pertautan akan ditentukan oleh
proses pembelahan sel pada bagian yang akan bertautan. Dalam penyambungan, tanaman yang akan
disambungkan, harus diketahui sifat batang bawah dan batang atas. Batang bawah berasal dari tanaman
yang mempunyai sifat-sifat perakaran yang baik, anatara lain: tahan terhadap serangan hama dan
penyakit, tahan terhadap sifat-sifat tanah serta keadaan air tanah tertentu yang buruk, dan sebagainya.
Sedang batang atas diambil dari tanaman yang mempunyai sifat-sifat hasil dan produktivitas yang
diinginkan (Saefudin.2009).

Faktor teknis yang harus diperhatikan pada saat penyambungan tanaman diantaranya adalah cara
penyambungan antara batang atas dan bawah harus tepat, penggunaan pisau okulasi harus benar dan
steril agar tidak ada bakteri yang masuk pada saat melakukan pembelahan batang ini bertujuan agar
tidak terjadi pembusukan akibat bakteri parasit tanaman, menutupi sambungan harus benar-benar baik
agar air dan bakteri tidak dapat masuk, dan suhu karena suhu yang tidak menentu dapat menjadi
kegagalan penyambungan.Selain itu penyambungan juga dipengaruhi oleh faktor sumber daya manusia,
lingkungan, temperature, kelembapan, dan cahaya. Keberhasilan teknik penyambungan sangat
dipengaruhi oleh kompatibilitas antara dua jenis tanaman yang disambung. Pada penyambungan
(grafting) tanaman adenium mengalami kegagalan penyambungan sehingga tidak tumbuh tunas baru,
tidak adanya pertumbuhan ini kemungkinan di sebabakan beberapa faktor. Diantaranya disebabkan
pada penyambungan antara batang bawah dan batang atas kurang sempurna masih ada celah sehingga
supplai makanan dari batang bawah tidak bisa tersupplai dengan baik ke batang atas. (Tambing. 2008).

Pada penyambungan dilakukan penutupan dengan plastik atau sisungkup dengan tujuan agar bagian
yang disambung tidak terkena cahaya matahari langsung sehingga dapat mengurangi transpirasi
sehingga tidak terjadi pembusukan pada batang dan Kalus yang berperan dalam penyambungan tidak
rusak akibat pembusukan yang disebabkan oleh air yang masuk kedalam baik melalui embun meupun
hujan. Selain itu penutupan pada batang yang disambung juga dapat melindungi sambungan dari faktor
luar misal angin dan guncangan yang dapat mengakibatkan kegagalan pada proses penyambungan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan selesainya pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Penangkaran Bibit UD. CIAMI dengan judul
“Teknik sambung pucuk pada Tanaman Mangga”. Akhirnya penulis menarik suatu kesimpulan

1. Sambung pucuk atau Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan
batang bawah (rootstock) dan batang atas (scion) dari tanaman yang berbeda.

2. Batang atas atau Scion yang digunakan untuk Grafting dipilih dari induk yang mempunyai berbagai
keunggulan seperti hasil produksi buah yang tinggi dengan rasa dan aroma yang digemari serta tahan
terhadap hama dan penyakit.

3. Faktor-faktor penentu keberhasilan Grafting adalah : Kualitas batang bawah dan batang atas,
keterampilan dalam menggunakan alat, kecepatan kerja, ketajaman dan kebersihan pisau, faktor
lingkungan sekitar,

4. Pemeliharaan bibit sebelum dan sesudah Grafting dapat mempengaruhi keberhasilan Grafting.

B. Saran

Agar penyambungan dapat berhasil sebaiknya dalam melakukan penyambungan harus diketahui tentang
sifat batang atas dan batang bawah yang digunakan, dan diharapkan sebelum melakukan penyambungan
harus memahami teknik yang digunakan sesuai dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing teknik
yang digunakan agar dapat memakai teknik penyambungan yang sesuai.

Perlunya ditingkatkan pengetahuan, keterampilan, dan ketelitian di lapangan dengan kegiatan dan
pelatihan agar persentase keberhasilan dalam melakukan grafting lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Mangga (Mangifera indica L.) http://www.iptek.net.id. ./ind/pd_tanobat/view.php?
id=127. Diakses tanggal 2 Januari 2015

Gunawan. 2003. Mangga. Jakarta : Penebar Swadaya

Kurnia. 2005. Panduan Lengkap Budidaya Mangga. Penerbit PT. Penebar Swadaya, Jakarta

Rukmana, 2008. Pegangan Pelaksanaan Pembiakan Vegetatif Konvensional.. Penerbit PT. Agromedia
Pustaka, Jakarta.

Saefudin. 2009. Kesiapan Teknologi Sambung Pucuk Dalam Penyediaan Bahan Tanaman Jambu Mangga.
Sukabumi : Balai Penelitian Tanaman Buah.

Sunarjono, 2006. Bercocok Tanam Mangga Dari Hulu Hingga Hilir

Penerbit PT. Kanisius, Yokyakarta.

Tambing. 2008. Keberhasilan Pertautan Sambung Pucuk Pada Mangga Dengan Waktu Penyambungan
Dan Panjang Entris Berbeda. Tadulako : J.Agroland.

Prastowo. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor : World
Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International.

Wudianto, R. , 2002. Membuat Sambung Pucuk, Cangkok dan Okulasi, PT. Penebar Swadaya.

Unknown di 06.13
Berbagi

2 komentar:

Nurkholiza1 Juni 2018 02.16

Berarti itu tahapannya kita harus nanam mangga dari biji nya terlebih dahulu ya, baru setelah tumbuh
kita sambung pucuk nya??

Mohon infonya ya..

Balas

Balasan

Unknown28 Oktober 2018 07.58

Tidak mesti dari biji, batang bawah bisa dibeli di tempat perbanyakan jadi gak buang2 waktu

Balas

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai