Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KULTUR JARINGAN

AKLIMATISASI

Disusun Oleh :
Nama

: Baiquni Al Fikri

NIM

: 4442121258

Kelas

: VI B

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangNya pada kita untuk menyelesaikan Makalah Kultur Jaringan. Shalawat serta
salam sealu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW beserta keluarganya dan
sahabatnya.
Mata kuliah Kultur Jaringan merupakan mata kuliah pilihan dalam fakultas
pertanian jurusan Agroekoteknologi, adalah mata kuliah ini mempelajari proses
dan cara dalam memperbanyak tanaman melalui kultur jaringan. Makalah ini
berisi

tentang

bagaimana

cara

kita

melakukan

aklimatisasi

dengan

mempelajarinya dengan menyeluruh. Atas perhatiannya saya ucapkan terima


kasih, saran dan kritik terus penulis harapkan untuk membangun lebih baik ke
depannya.
Terima kasih.

Serang, Juni 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ii
I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2. Tujuan............................................................................................................2
1.3. Rumusan Masalah.........................................................................................2
II.

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Aklimatisasi...............................................................................3


2.2. Tahapan Aklimatisasi...................................................................................4
2.3. Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Aklimatisasi.......................................5
2.4. Aklimatisasi Kondisi Steril Ke Semisteril...................................................6
2.5. Faktor Dalam Aklimatisasi..........................................................................7
III.

PENUTUP

3.1. Simpulan......................................................................................................9
5.2. Saran............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

10

ii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai makhluk hidup yang diciptakan Tuhan sempurna dari makhuk hidup
lainnya, di beri kemampuan berpikir dan menyesuaikan hidup di lingkungan yang
berbeda-beda. Kultur jaringan adalah teknik pengisolasian bagian tanaman seperti
organ jaringan sel dan produksi yang selanjutnya ditumbuhkan dalam media
buatan secara aseptik sehingga bagian tersebut beregenerasi menjadi tanaman
lengkap. Pelaksanaan teknik kultur jaringan ini berdasarkan teori sel seperti yang
ditemukan oleh scheiden dan schwann, yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan
autonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotesi adalah
kemampuan setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil, apabila diletakan
dalam lingkungan yang sesuai akan dapat tumbuh menjadi tanaman yang
sempurna (Hendaryono & Wijayani 1994).
Pekerjaan kultur jaringan meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam
(eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha
pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang. Banyak cara dalam
aklimatisasi

yang

bisa

dilakukan

makhluk

hidup

untuk

bertahan

hidup.Aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi


dari suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Hal
ini didasarkan pada kemampuan organisme untukdapat mengatur morfologi,
perilaku,

dan

jalur

metabolisme

biokimia

di

dalam

tubuhnya

untuk

menyesuaikannya dengan lingkungan.Beberapa kondisi yang pada umumnya


disesuaikan adalah suhu lingkungan, derajat keasaman (pH), dan kadar oksigen.
Proses penyesuaian ini berlangsung dalam waktu yang cukup bervariasi
tergantung dari jauhnya perbedaan kondisi antara lingkungan baru yang akan
dihadapi, dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui cara mempersiapkan tanaman untuk diaklimatisasikan
2. Mengetahui cara mengaklimatisasikan tanaman hasil kultur jaringan dalam
media aklimatisasi.
1.3. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian aklimatisasi menurut beberapa ahli di bidang kultur
jaringan ?
2. Jelaskan bagaimana tahapan- tahapan melakukan aklimatisasi ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam
aklimatisasi ?
4. Jelaskan factor yang mempengaruhi saat bibit dikeluarkan dari kondisi steril
ke semisteril ?
5. Jelaskan hal apa yang harus di perhatikan dalam melakukan aklimatisasi ?

II.PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Aklimatisasi


Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi
adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan
heterotrof) ke kondisi lingkungan tidak terkendali, baik suhu, cahaya, dan
kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga
jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet)
tersebut tidak akan dapat bertahan dikondisi lapang. Aklimatisasi dilakukan untuk
mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum
ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui
kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik.
Aklimatisasi adalah suatu proses dimana suatu tanaman beradaptasi sengan
perubahan lingkungan (Torres, 1989).
Pada tahap ini (aklimatisasi) diperlukan ketelitian karena tahap ini
merupakan tahap kritis dan seringkali menyebabkan kematian planlet. Kondisi
mikro planlet ketika dalam botol kultur adalah dengan kelembaban 90-100 %.
Beberapa sumber menuliskan penjelasan yang berkaitan dengan hal tersebut.Bibit
yang ditumbuhkan secara in vitro mempunyai kutikula yang tipis dan jaringan
pembuluh yang belum sempurna (Wetherell, 1982).
Kutikula yang tipis menyebabkan tanaman lebih cepat kehilangan air
dibanding dengan tanaman yang normal dan ini menyebabkan tanaman tersebut
sangat lemah daya bertahannya. Walaupun potensialnya lebih tinggi, tanaman
akantetap menjadi layu karena kehilangan air yang tidak terbatas (Pospisilova et
al, 1996). Kondisi tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat langsung ditanam
dirumah kaca (Wetherelll, 1982).
Mengacu pada penjelasan tersebut di atas maka planlet terlebih dahulu
harus ditanam didalam lingkungan yang memadai untuk pertumbuhannya
kemudian secara perlahan dilatih untuk terus dapat beradaptasi dengan lingkungan
sebenarnya di lapang. Lingkungan yang tersebut secara umum dapat diperoleh
dengan cara memindahkan planlet kedalam plastik atau boks kecil yang terang
dengan terus menurunkan kelembaban udaranya. Planlet-planlet tersebut
3

kemudian diaklimatisasi secara bertahap mengurangi kelembaban relatif


lingkungannya, yaitu dengan cara membuka penutup wadah plastik atau boks
secara bertahap pula (Torres, 1989).
Selain itu, tanaman juga memerlukan akar untuk menyerap hara agar dapat
tumbuh dengan baik sehingga dalam tahap aklimatisasi ini diperlukan suatu media
yang dapat mempermudah pertumbuhan akar dan dapat menyediakan hara yang
cukup bagi tanaman (planlet) yang diaklimatisasi tersebut. Media yang remah
akan memudahkan pertumbuhan akar dan melancarkan aliran air, mudah mengikat
air dan hara, tidak mengandung toksin atau racun, kandungan unsur haranya
tinggi, tahan lapuk dalam waktu yang cukup lama. Media aklimatisasi bibit kultur
jaringan krisan dan kentang di Indonesia saat ini adalah media arang sekam atau
media campuran arang sekam dan pupuk kandang (Marzuki, 1999).
2.2. Tahapan Aklimatisasi
Dikeluarkan plantet dari dalam botol dengan menggunakan pinset
Dibersihkan
Direndam dalam larutan fungisida dan bakterisida

Ditanam plantet dalam pot yang sudah diisi media cocopeat

Plantet disemprot dengan pupuk gandasil

Diletakkan plantet ditempat yang agak teduh atau terlindung dari


cahaya matahari secara langsung dan air hujan.

Plantet ditempatkan di green haouse dan diamati selama 4 minggu

2.3. Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Aklimatisasi


Adapun

faktor-faktor

lingkungan

yang

mempengaruhi

keberhasilan

aklimatisasi yaitu sebagai berikut:


1. Keasaman (pH)
Keasaman (pH) adalah nilai yang menyatakan derajat keasaman atau
kebasaan dari larutan dalam air. Keasaman (pH) suatu larutan menyatakan kadar
dari ion H dalam larutan. Nilai di dalam pH berkisar antara 0 (sangat asam)
sampai 14 (sangat basa), sedangkan titik netralnya adalah pada pH=7.
Sel-sel tanaman yang dikembangkan dengan teknik kultur jaringan
mempunyai toleransi pH yang relatif sempit dengan titil optimal antara pH 5,0
dan 6,0. Bila eksplan sudah mulai tumbuh, pH dalam lingkungan kultur dalam
media kultur jaringan mempunyai peran yang sangat penting dalam
menstabilkan pH. Penyimpangan pH dalam medium yang mengandung garam
tinggi kemungkinan terjadi lebih kecil, karena kapasitas buffernya lebih besar.
Kapasitas kultur sel untuk penggunaan NH4+ sebagai satu-satunya sumber N
tergantung pada pengaturan pH dari medium di atas 5.
Pengukuran pH dapat dilakukan dengan pH meter, atau bila
menginginkan yang lebih praktis dan murah dapat digunakan kertas pH. Bila
ternyata pH medium masih kurang dari normal, maka dapat ditambahkan KOH
1-2 tetes. Sedangkan apabila pH melampaui batas normal dapat dinetralkan
dengan meneteskan HCL.
2. Kelembaban
Kelembaban relatif (RH) lingkungan biasanya mendekati 100%. RH
sekeliling kultur mempengaruhi pola pengembangan. Jadi, pengaturan RH pada
keadaan tertentu memerlukan suatu bentuk diferensiasi khusus.
3. Cahaya
Intensitas cahaya yang rendah dapat mempertinggi embriogenesis dan
organogenesis. Cahaya ultra violet dapat mendorong pertumbuhan dan
pembentukan tunas dari kalus tembakau pada intensitas yang rendah. Sebaliknya,
pada intensitas yang tinggi proses ini akan terhambat. Pembentukan kalus
maksimum sering terjadi di tempat yang lebih gelap.
4. Temperatur

Temperatur yang dibutuhkan untuk dapat terjadi pertumbuhan yang


optimum umumnya adalah berkisar di antara 200-300C. Sedangkan temperatur
optimum untuk pertumbuhan kalus endosperm adalah sekitar 250C. Faktor
lingkungan, di samping faktor makanan (media tanam) yang cocok, dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian bibit saat penanganan aklimatisasi
antara lain sebagai berikut:
1) Terjadinya proses transpirasi yang tinggi sehingga dapat menyebabkan
hilangnya kandungan air dalam jaringan tanaman
2) Bibit belum atau kurang mampu melakukan proses fotosintesis
3) Terjadinya busuk atau kontaminasi oleh mikroorganisme (Darmono, 2003).

2.4. Aklimatisasi Kondisi Steril Ke Semisteril


Penanganan bibit pada tahap aklimatisasi yang kurang baik dapat
mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, faktor-faktor yang perlu diperhatikan
saat bibit dikeluarkan dari kondisi steril ke semisteril antara lain sebagai berikut:
1) Lingkungan sekitar tempat penanaman harus dijaga, kelembapan harus tinggi
(85%), suhu relatif rendah (27-29oC).
2) Naungan diperlukan agar intensitas cahaya matahari dan butiran-butiran air
hujan yang deras berkurang.
3) Bibit dalam keadaan sehat dan kuat dengan perakaran yang baik.
4) Saat dikeluarkan dari dalam botol kultur ke media semisteril, bibit harus
dalam keadaan bersih dari media agar, terutama akarnya.

2.5. Faktor Dalam Aklimatisasi


Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses aklimatisasi adalah factor
lingkungan, seperti sinar matahari, kelembaban nisbi, dan temperature serta
pemeliharaan antara lain, pemupukan, penyiraman, serta pengendalian hama
penyakit tanaman. Temperatur yang dibutuhkan 28 + 2oC dengan temperature
minimum 15 oC. Hal ini disebabkan bahwasanya temperature yang tinggi dapat
menyebabkan dehidrasi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan bekisar 60-85%. Karena kelembaban
yang tinggi memiliki fungsi untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi
6

bagi tanaman. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi,
karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas muda. Oleh karena itu perlu
untuk diusahakan agar media pada pot jangan sampai terlalu basah. Sedangkan
kelembaban yang terlalu rendah pada siang hari dapat diatasi dengan memberikan
semprotan kabut (mist) di sekitar tempat penanaman dengan sprayer (Deden,
2003:7).
Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organic umumnya berasal
dari komponen organisme hidup antara lain: daun, batang, bunga, akar, dan kulit
tanaman. Penggunaan media bahan organic sudah menyediakan cara bagi
tanaman. Selain itu bahan organic mempunyai pori-pori makro dan mikro yang
hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup banyak dan daya
serap air yang tinggi. Untuk meningkatkan budidaya tersebut diperlukan
pemeliharaan yang benar, salah satunya dengan menggunakan media organic yang
dapat memenuhi unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Media organic yang sering
dipakai antara lain, arang kayu, arang sekam, moss, dan cocopeat (Rossa, 2011).
Arang kayu harus dipecah menjadi potongan kecil sebelum digunakan.
Ukuran pecahan arang tergantung pada ukuran pot yang akan digunakan untuk
menanam. Sifat-sifat media arang kayu antara lain: (1) tahan lama, (2) kurang
mampu mengikat air, (3) mengandung unsur karbon (C), sulfur (S), Fosfor (F),
serta abu, (4) media ini sangat cocok untuk daerah yang mempunyai kelembaban
tinggi (Iswara dalam Diah, 2012). Menurut hasil beberapa penelitian arang kayu
mengandung senyawa karbon yang tinggi yang dapat merangsang pertumbuhan
akar pada anggrek bulan.
Arang sekam mempunyai kelebihan sebagai media karena memiliki rongga
yang sangat banyak sehingga drainase dan aerasinya baik. Dengan begitu akar
mudah bergerak diantara butiran arang sekam. Sifat higroskopis yang dimiliki
arang sekam sehingga perlu dijenuhkan sebelum digunakan. Daya tahan arang
sekam sekitar 1 tahun, kemudian akan menjadi partikel kecil. Pembuatannya
menggunakan panas yang tinggi sehingga tidak perlu disterilisasi kembali.
Penelitian Pudiyati (2009 dalam Diah, 2012), arang sekam dapat merangsang
pertumbuhan akar, dan daun tanaman anthurium karena mengandung karbon dan
7

fosfor. Selain itu karena kandungan karbon, sulfur, dam fosfor berfungsi untuk
mempercepat pertumbuhan akar, daun, dan pertumbuhan tinggi tanaman.

III. PENUTUP

3.1. Simpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan dan tinjauan pustaka yang
dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa aklimatisasi planlet di rumah
aklimatisasi merupakan tahap penting dalam proses kultur jaringan. Tahap ini
sering kali menjadi titik kritis dalam aplikasi teknik kultur jaringan. Aklimatisasi
diperlukan karena tanaman hasil kultur jaringan umumnya memiliki lapisan lilin
tipis dan belum berkembang dengan baik, sel-sel dalam palisade belum
berkembang maksimal, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang
berkembang, dan stomata sering kali tidak berfungsi, yaitu tidak dapat menutup
pada saat penguapan tinggi.
Perlakuan penting dalam proses aklimatisasi meliputi: Perlakuan fisik antara
lain pengaturan suhu, kelembaban serta intensitas cahaya matahari. Perlakuan
8

fisik dilakukan secara bertahap, disesuaikan sesuai umur tanaman. Mula-mula saat
awal masa aklimatisasi lingkungan dikondisikan seperti pada lingkungan fisik di
dalam botol kultur in vitro, kemudian secara bertahap berubah seperti pada
kondisi lingkungan sebenarnya.Untuk mengkondisikan secara fisik dapat
dilakukan dengan memberikan naungan. Perlakuan kimia yaitu dengan pemberian
fungisida dan bakterisida

5.2. Saran
Keilmuan yang baik serta pengalaman dalam labaoratorium membuat
praktikum kultur jaringan yang di lakukan akan lebih baik hasilnya dan minimal
dari kontaminasi

DAFTAR PUSTAKA

Darmono, W. 2003. Menghasilkan Anggrek Silangan. Jakarta: Penebar Swadaya.


Deden, Sukmadjaja dan Mariska, Ika. 2003. Perbanyakan Bibit Jati melalui Kultur
Jaringan ISBN 979-95627-8-3. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi
dan Sumberdaya Genetik Pertanian.
Diah, Binawati Karunia. 2012. Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan
Anggrek Bulan (Phalaenopsis sp.) Aklimatisasi dalam Plenty.
Wahana Vol 58 ISSN: 0853-4403
Hendaryono, Daisy P Sriyanti; Wijayanti, Ari. 1994. Teknik Kultur Jaringan .
Yogyakarta: Kanisius

Marzuki, A. 1999.Pengaruh lama penyimpanan, konsentrasi sukrosa dan cahaya


penyimpanan terhadap vigor planlet kentang (Solanum tuberosum
L.).Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB.
Bogor.
Rossa Yunita, Endang dan Gati Lestarai. 2011. Perbanyakan Tanaman Pulai
Pandak (Rauwolfia serpentina L.) dengan Teknik Kultur Jaringan.
Jurnal Natur Indonesia 14(1): 68-72 ISSN 1410-9379, Keputusan
Akreditasi No 65a/DIKTI/Kep./2008
Torres, K. C. 1989. Tissue Culture Techniques for Horticultural Crops.Chapman
and Hall. New York. London.
Wetherelll, D. F. 1982. introduction to in vitro Propagation. Avery Publishing
Group Inc. Wayne, New Jersey.

10

Anda mungkin juga menyukai