Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN

INISIASI EKSPLAN PUCUK TANAMAN KUMIS KUCING


(Orthosiphon stamineus Benth) SECARA IN VITRO

Disusun Oleh :
Nama

: Gerry Yusuf Sukamdani

NIM

: 4442121558

Kelompok : 3 (Tiga)
Kelas

: VI B

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangNya pada kita untuk menyelesaikan laporan praktikum Kultur Jaringan. Shalawat
serta salam sealu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW beserta keluarganya
dan sahabatnya.
Mata kuliah Kultur Jaringan merupakan mata kuliah pilihan dalam fakultas
pertanian jurusan Agroekoteknologi, adalah mata kuliah ini mempelajari proses
dan cara dalam memperbanyak tanaman melalui kultur jaringan. Laporan ini
berisi tentang Inisiasi Eksplan Pucuk Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon
stamineus Benth) Secara In Vitro
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih, saran dan kritik terus penulis
harapkan untuk membangun lebih baik ke depannya.
Terima kasih.

Serang, Juni 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL

iii

I.PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang...............................................................................................1
1.2.Tujuan.............................................................................................................1
II.TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1. Tinjauan Umum Tanaman Kumis Kucing.....................................................2
2.1.1. Morfologi Tanaman Kumis Kucing.......................................................2
2.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kumis Kucing...............................................3
2.2. Inisiasi Eksplan..............................................................................................5
III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat.........................................................................................7


3.2. Alat dan Bahan..............................................................................................7
3.3. Pelaksanaan...................................................................................................7
3.4. Parameter Pengamatan..................................................................................8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 8
4.1. Hasil...............................................................................................................8
4.2 Pembahasan..................................................................................................10
V. SIMPULAN DAN SARAN

12

5.1. Simpulan......................................................................................................12
5.2. Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN 18

ii

DAFTAR TABEL
No Judul
1.
2.
3.
4.

Halaman

Tabel Pengamatan Kelompok 1 Jambu Air.............................................8


Tabel Pengamatan Kelompok 2 Jambu Air ............................................8
Tabel Hasil Pengamatan Kelompok 3 Kumis Kucing.............................9
Tabel Hasil Pengamatan Kelompok 4 Kumis Kucing.............................10

iii

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kumis kucing adalah salah satu tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan obat. Sampai saat ini belum ada yang mengungkapkan dampak
negative dari kumis kucing. akan tetapi masyarakat kebanyakan masih
meremehkan tumbuhan kumis kucing, apalagi menggunakan kumis kucing
sebagai obat. Hal itu dikarenakan masyarakat belum tahu cara mengolah kumis
kucing. Kebanyakan masyarakat masih menggunakan obat farmasetik yang
mudah untuk dikonsumsi setiap saat dibutuhkan.
Pemanfaatan kumis kucing di Indonesia sangat belum maksimal.Hal ini yang
melatarbelakangi penelitian tentang cara pemanfataan kumis kucing sebagai obat
yang mudah dikonsumsi.Oleh karena itu,penulis akan menjelaskan apa
sebenarnya kumis kucing itu dan bagaimana cara mengenali tanaman kumis
kucing. Tidak hanya itu, penulis juga akan memaparkan dan menjelaskan cara
mengolah kumis kucing.
Kultur jaringan adalah sesuatu yang tidak sulit dan sangat mungkin di
lakukan di daerah-daerah. Kultur jaringan dapat dilakukan oleh siapapun karena
kultur jaringan menyangkut aspek keterampilan

Dan kultur jaringan dapat

dilakukan dengan investasi yang relatif murah dibandingkan dengan hasil yang
dapat dilakukan.

Dengan menggunakan metode-metode kultur jaringan yang

sederhana yang mungkin untuk dilakukan dapat memberikan dampak yang sangat
besar bagi peningkatan dibidang pertanian, perkebunan dan kehutanan.Kultur
Jaringan Tanaman kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian
dari seperti sekelompok atau yang ditumbuhkan dengan kondisi, sehingga bagian
tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap
kembali.
1.2. Tujuan
Mahasiswa mengetahui proses Inisiasi Eksplan Pucuk Tanaman Kumis
Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Secara In Vitro

II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Tanaman Kumis Kucing
Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah
yang tegak.Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea
plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan
Jawa Timur) dan songot koneng (Madura).Tanaman Kumis kucing berasal dari
wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia danAustralia.Nama
daerah: Kumis kucing (Melayu Sumatra), kumis kucing (Sunda),remujung
(Jawa).
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Lamiales

Famili

: Lamiaceae

Genus

: Orthosiphon

Spesies

: Orthosiphon stamineus Benth.

2.1.1. Morfologi Tanaman Kumis Kucing


Kumis Kucing termasuk terna tegak, pada bagian bawah berakar di bagian
buku-bukunya dan tingginya mencapai 2 meter. Batang bersegi empat agak
beralur berbulu pendek atau gundul. Helai daun berbentuk bundar atau lojong,
lanset, bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya, ukuran daun
panjang 110 cm dan lebarnya 7.5mm1.5 cm. urat daun sepanjang pinggir
berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena
adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 729 cm.
Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal
berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga
bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung
cabang dengan panjang 729 cm, dengan ukuran panjang 1327mm, di bagian
2

atas ditutupi oleh bulu pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih,
panjang tabung 1018mm, panjang bibir 4.510mm, helai bunga tumpul, bundar.
Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga
bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.752 mm. 2.3. gagang
berbulu pendek dan jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm.
Dalam syarat tumbuhnya Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman
ini adalah lebih dari 3.000 mm/tahun. Dengan sinar matahari penuh tanpa
ternaungi. Naungan akan menurunkan kadar ekstrak daun. Keadaan suhu udara
yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah panas sampai sedang. Tanaman
ini dapat dengan mudah tumbuh di lahan-lahan pertanian, untuk produksi
sebaiknya dipilih tanah yang gembur, subur, banyak mengandung humus/bahan
organik dengan tata air dan udara yang baik.Tanah Andosol dan Latosol sangat
baik untuk budidaya kumis kucing.Ketinggian tempat optimum tanaman kumis
kucing 500 - 1.200 m dpl.
Daun

Kumis

kucing

basah

maupun

kering

digunakan

sebagai

menanggulangi berbagai penyakit, Di Indonesia daun yang kering dipakai


(simplisia) sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik)
sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis
kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk
angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu
pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit
syphilis., reumatik dan menurunkan kadar glukosa darah. Selain bersifat diuretik,
kumis kucing juga digunakan sebagai antibakteri.
2.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kumis Kucing
Tumbuhan ini mudah diperbanyak dengan biji. Dalam 1 g biji berserat
mengandung 2.500 biji, sedang yang tanpa serat mengandung 3000 biji. Daya
kecambah biji cepat menurun, oleh karena itu akan lebih baik bila digunakan bijibiji yang baru (paling lama disimpan 1 bulan). Perbenihan perlu penyemaian agar
tidak terlalu banyak yang mati karena kekeringan, rusak oleh terik matahari,
terlalu basah atau lembab. Permukaan tanah persemaian dihaluskan dan sebaiknya
dilapisi pasir setebal 2-3 cm, kemudian ditutup dengan lembaran plastik dan diberi
atap pelindung.
3

Jumlah benih yang diperlukan adalah 10 g tiap m persegi. 4-5 hari setelah
benih disebar merata akan tumbuh. Setelah benih berumur 1 minggu, mulai
diperjarang dan dicabut untuk dipindahkan ke lubang sebesar pensil yang dibuat
di permukaan bumbungan-bumbungan (tinggi 5 cm dan berdiameter 3 cm) tanah
yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang dibungkus dengan daun. Tiap
bumbungan diisi 1 bibit. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman pagi dan
sore, memperjarang bibit dan memusnahkan bagian bibit yang mulai terserang
penyakit. Setelah berumur 2 bulan, bibit dalam bumbungan sudah cukup besar
dan kuat untuk ditanam di kebun; dua minggu sebelum ditanam bibit dalam
bumbungan dipindahkan ke tempat yang lebih terang untuk melatih tanaman
terhadap terik sinar matahari.
Ukuran bibit pada waktu dipindahkan di kebun mencapai tinggi 3-5 cm,
berdaun 4-5 helai, panjang daun 5-10 cm, lebar 2-3 cm. Ditanam pada tanah yang
kering atau tegalan pada musim hujan. Penanaman pada musim kemarau akan
berhasil bila dilakukan pada tanah yang memungkinkan untuk diairi (sawah).
Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul 2 kali atau menggarpu 1 kali,
meratakan tanah dan membuat saluran air di sekeliling petakan. Pda keadaan
tanah yang kurang baik tata airnya dicangkul lebih dalam, lalu dibuat bedengan
atau guludan dibuat lubang-lubang dengan jarak tanam 40-60 cm untuk ditanam
bibit.
Penanaman sebaiknya dilakukan setelah lewat tengah hari, agar tidak cepat
layu (dianjurkan diberi naungan berupa daun atau batang pelepah pisang, terutama
bagi bibt yang kurang terlatih terhadap terik sinar matahari selama di bumbungan;
naungan sementara ini dilakukan selama 1-2 minggu). Pemeliharaan terdiri dari
penyiraman atau pengairan bila 2 hari tidak turun hujan, penyiangan dilakukan 35 kali, pemupukan dilakukan pada umur 3 minggu dan bila perlu pada umur 8
minggu setelah tanam (34 kg nitrogen tiap hektar, peningkatan hasil 14%), dan
dilakukan pemangkasan batang bunga agar daun dapat tumbuh lebih banyak.
Pemanenan pertama dilakukan pada umur 2 bulan setelah tanam, selanjutnya
dilakukan setiap 0,5 bulan sampai 1 bulan sekali, sampai tanaman berumur 3-5
bulan setelah tanam.

2.2. Inisiasi Eksplan


Inisiasi adalah pengambilan eksplan atau bahan tanam dari bagian tanaman
indukan untuk kemudian dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan
untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas, ujung akar, bunga, serbuk sari,
batang. Tujuan utama dari tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang
bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru. Pada tahap ini
mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari
mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan
akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya
pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan
(multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya.
Untuk mendapakan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus
disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan
mikroorganisme yang menempel di permukaan eksplan. beberapa bahan kimia
yang dapat digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah NaOCl,
CaOCl2, etanol, dan HgCl2.
Kesesuaian bagian tanaman untuk dijadikan eksplan, dipengaruhi oleh banyak
faktor. Tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan dekat pun, belum tentu
menunjukkan respon in-vitro yang sama. Penggunaan eksplan yang tepat
merupakan hal penting yang juga harus diperhatikan pada tahap ini. Umur
fisiologis dan ontogenetik tanaman induk, serta ukuran eksplan bagian tanaman
yang digunakan sebagai eksplan, merupakan faktor penting dalam tahap ini. Bagi
kebanyakan tanaman, eksplan yang sering digunakan adalah tunas pucuk (tunas
apikal) atau mata tunas lateral pada potongan batang berbuku. Namun belakangan
ini, eksplan potongan daun yang dulunya hanya digunakan untuk tanamantanaman herba, seperti violces, begonia, petunia dan tomat, ternyata dapat
digunakan juga untuk tanaman-tanaman berkayu seperti Ficus lyrata, Annona
squamosa, dan melinjo. Eksplan yang dapat digunakan untuk memperbanyak
tanaman Anthurium sendiri diantaranya adalah tunas pucuk, daun, tangkai daun
muda, tangkai bunga, spate, spandik, biji, ruas batang dan anther.

Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya
pencokelatan atau penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini disebabkan
oleh senyawa fenol yang timbul akibat stress mekanik yang timbul akibat
pelukaan pada waktu proses isolasi eksplan dari tanaman induk. Senyawa fenol
tersebut bersifat toksik, menghambat pertumbuhan atau bahkan dapat mematikan
jaringan eksplan.

III. BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum acara ke 5 dengan judul Inisiasi Pucuk Kumis Kucing
(Orthosiphon stamineus Benth) ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 18 Mei
2015- 1 juni 2015 pukul 08.00-selesai. Bertempat di Labolatorium Bioteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang-Banten.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun Alat yang digunakan yaitu : Laminar, Timbangan, Botol kultur besar,
Gelas ukur, scalpel, Erlenmeyer, Pinset, Lampu Bunsen, Hand spayer, botol jam
dan gelas beaker.
Bahan yang digunakan yaitu media MS, alcohol 70%, spirtus, tunas jambu
air, bakterisida (agrept), fungisida (masalgin), larutan twin, kertas label, klorox,
tissue, dan akuades steril
3.3. Pelaksanaan
a. Sterilisasi di Luar Laminar:
Menyiapkan alat dan bahan
Eksplan dipotong sebanyak yang dibutuhkan
Eksplan diambil kemudian direndam dalam larutan fungisida 0,2/100 ml
yang ditambahkan tween sebanyak 3 tetes selama 1 jam
Bilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali
Eksplan direndam dalam larutan bakterisida 0,2gr/100ml

yang

ditambahkan tween sebanyak 3 tetes selama 1 jam


Eksplan dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali
b. Sterilisasi di Dalam Laminar:
Merendam eksplan dalam larutan chlorox 15% selama 15 menit yang
ditambahkan tween sebanyak 3 tetes, membilas dengan air steril 3 kali
Merendam eksplan dalam larutan chlorox 10% selama 10 menit, membilas
dengan air steril 3 kali
Eksplan direndam dalam alcohol 70% selama 1 menit, bilas dengan
aquades steril sebanyak 4 kali
c. Penanaman eksplan
1) Membuka plastik penutup botol media kultur

2) Mengambil eksplan/memecah eksplan kalus/tunas/buku yang ada dan


menanammnya di media kultur baru dengan pinset. Setelah digunakan,
pinset harus selalu dibakar di atas api.
3) Selama penanaman, mulut botol harus selalu dekat dengan api untuk
menghindari kontaminasi.
d. Pengamatan selama 2 minggu, dengan mengamati:
Mengamati saat muncul akar, tunas, dan daun (MST)
Mengamati jumlah daun, tinggi tanaman, persentase kontaminasi, persentase
hidup dan persentase browning
3.4. Parameter Pengamatan
1. Jumlah Eksplan
2. Tinggi Eksplan (Cm)
3. Persentase Kontaminasi (%)
4. Persentase Browning (%)
Pengamatan dilakukan selama 2 minggu (1 MST dan 2 MST)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Tabel 1 Hasil Pengamatan Kelompok 1 Jambu Air (Eugenia aquaea)

1 MST (25-05-15)

Jumlah
Eksplan
2

Tinggi
Eksplan (cm)
0,5

2 MST (01-06-15)

0,5

Kontaminasi

Browning

Tabel 2 Hasil Pengamatan Kelompok 2 Jambu Air (Eugenia aquea)


No

Gambar

Jumlah
Eksplan

Tinggi
Eksplan

Kontam

Brownin
g

1 MST
1

0,3 cm

2 MST
2

0,3 cm

Tabel 3 Hasil Pengamatan Kelompok 3 Kumis Kucing (Orthosiphon


stamineus Benth)
No

Foto

Jumlah

Tinggi

Eksplan

Eksplan

Kontaminasi

Browning

1.

1 MST

0,3 cm

2.

2 MST

0,3 cm

10

Tabel 4 Hasil Pengamatan Kelompok 4 Kumis Kucing (Orthosiphon


stamineus Benth)
No

1.

2.

Foto

Jumlah

Tinggi

Kontaminasi

Browning

Eksplan

Eksplan

0,8 cm

0,4 cm

1 MST

2 MST

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini, inisiasi pada tunas Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus
Benth.) memberikan respon baik meskipun tidak terlihat dengan baik
pertumbuhannya, kontaminasi media dan browning tidak terjadi pada minggu
pertama pengamatan, sehingga pertumbuhan dari subkultur kumis kucing berjalan
baik. Kumis Kucing yang selama ini diambil metabolit sekundernya sehingga
ketika dikulturkan diharapkan dapat memperbanyak jumlah tanaman dan hasil
metabolit sekunder dari tanaman Kumis kucing.
Zat pengatur tumbuh memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan kultur. Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam penggunaan
zat pengatur tumbuh antara lain jenis yang akan digunakan, konsentrasi, urutan
11

penggunaan dan periode masa induksi kultur (Gunawan 1995). Menurut George
dan Sherrington (1984), bahwa untuk induksi kalus tanaman dikotil diperlukan
auksin dengan konsentrasi tinggi dan sitokinin pada konsentrasi rendah sedangkan
pada tanaman monokotil pembentukan kalus hanya membutuhkan auksin yang
tinggi tanpa sitokinin.
Keadaan pada ekplan yang dapat terjadi diantaranya yaitu vitrifikasi, etiolasi,
stagnasi serta kontaminasi yaitu dalam bentuk jamur, bakteri dan kapang. Untuk
vitifikasi dan etiolasi lebih disebabkan karena pengaruh lingkungan tumbuh yang
tidak sesuai sedangkan stagnasi lebih disebabkan karena faktor eksplan yang tidak
juvenil serta pangaruh sterilisasi yang tidak tepat. Setiap bagian eksplan
memberikan pengaruh yang berbeda pada lingkungan tumbuh yang sama, hal ini
karena dipengaruhi perbedaan faktor endogen eksplan.
Keberhasilan kultur jaringan dipengaruhi oleh keseimbangan zat pengatur
tumbuh (ZPT) auksin dan sitokinin, komposisi garam anorganik dan bentuk fisik
media. Media padat merupakan media yang sering digunakan karena
perkembangan eksplan mudah diamati, tidak semua bagian eksplan terbenam
dalam media sehingga memungkinkan sirkulasi udara eksplan dan jika terjadi
kontaminasi, eksplan yang tidak terkontaminasi dapat diselamatkan (Katuuk,
1989).
Pada perbanyakan klon lili yang dilakukan oleh Setiawati (2003), konsentrasi
sitokinin yang tinggi akan mempercepat inisiasi tunas. Seperti terlihat dalam
beberapa penelitian yang menggunakan BAP sebagai ZPT banyak terjadi efek
samping negative yang ditiulkan, keseimbangan pemberian sitokinin dan auksin
penting diberikan untuk menyeimbangkan pertumbuhan organ tanaman yang
ingin ditumbuhkan. Belum lagi banyak jenis ZPT tipe sitokinin yang dapat
memberi respon yang berbeda tergantung pada eksplan tanaman yang ingin
diberikan.

12

V. SIMPULAN DAN SARAN


5.1. Simpulan
Media kultur jaringan memiliki jenis dan komposisi unsur hara yang beragam
untuk menunjang pertumbuhan eksplan tanaman yang ingin ditumbuhkan.
Beberapa komposisi bahan yang umum digunakan biasanya telah dibuat terlebih
dahulu dalam larutan stok. Larutan stok yang diberikan beragam tergantung apa
yang ingin diperkaya nutrisis dalam media kultur tersebut. Kesesuaian komposisi
bahan organic dan anorganik yang diberikan dalam media menjadi penting karena
adanya respon yang berbeda tiap eksplan tanaman sendiri.
Sitokinin merupakan senyawa organik yang menyebabkan pembelahan sel
yang dikenal dengan proses sitokinesis. dalam memasukkan eksplan yaitu arah
keluar karena blower dalam LAF akan meniupkan sejumlah udara agar pathogen
terbawa keluar, lalu perhatikan arah api dan kesterilan dari alat yang digunakan.
Sebagai contoh scapel yang digunakan agar selalu dibakar agar tidak terjadi
kontaminasi yang berlebih, lebih lanjut api selalu berada didekat kita saat
pengerjaan agar lebih mudah digunakan.
Browning dan kontaminasi nampak pada eksplan Kumis Kucing pada 2 MST.
Browning dan kontaminasi lebih tertuju akibat kesalahn prosedur saat sterilisasi
eksplan sebelum dikulturkan. Akibat dari browning dapat menghambat
pertumbuhan eksplan itu sendiri sehingga pertumbuhannya akan terganggu
ditambah kontaminasi tinggi dapat memperparah keadaan.
5.2. Saran
Praktikan sebaiknya melakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan
dalam melakukan prosedur kerja dan untuk pengerjaan bahan kimia gunakan
standart keselamatan yang sudah disediakan laboratorium.

13

DAFTAR PUSTAKA
George, E.F. and P.D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture.
Exergetics Ltd. 709 p.
Gunawan, L. W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan
Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 252 hal.
Gunawan, L.W. 1995. Teknik Kultur Jaringan In Vitro dalam Hortikultura.
Penebar Swadaya: Jakarta
Hayati,Surya Kurnia dkk. 2010. Induksi Kalus dari Hipokotil Alfalfa (Medicago
sativa L.) secara in vitro dengan Penambahan Benzyl Amino Purine (BAP)
dan -Naphtalene Acetic Acid (NAA). Jurnal BIOMA, Juni 2010 Vol. 12, No.
1, Hal. 6-12 ISSN: 1410-8801
Hendaryono, D. P.S., dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius,
Yogyakarta.
Nasir. 2002. Bioteknologi Molekuler. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.
Purwantara. 2001. Genetika, Biokimia, dan Biologi Molekuler. PT Rineka Cipta.
Bandung.
Rinehart. 2005. Plant and Biologi Molekuler. IPB Press. Bogor.
Yusnita. 2004. Kultur Jaringan. Cara Perbanyakan Tanaman Secara Efisiensi.
Agro Media: Jakarta
Yuwono, Triwibowo.2006. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

13

LAMPIRAN
Gambar

Keterangan

Penimbangan dan pelarutan bakterisida dan


fungisida.

Eksplan dimasukkan kedalam larutan detergen


dan di gojog perlahan.

Eksplan di rendam dalam larutan fungisida dan


bakterisida masing-masing 1 jam dan dibilas
aquades 3 kali.

Didalam laminar eksplan di rendam dalam


alcohol selama 15 menit dan direndam dalam
klorox dengan ditambahkan twin.

Setelah disterilisasi, eksplan jambu air ditanam


pada media MS.

14

Anda mungkin juga menyukai