Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KULTUR JARINGAN

SUBKULTUR TANAMAN KRISAN

Disusun oleh:

Dika Irawati (4411415035)

Kelompok 1

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
A. TUJUAN

Melatih keterampilan mahasiswa dalam melakukan subkultur tanaman


krisan yang efektif dan efisien.
B. LANDASAN TEORI
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan
bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan
zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril (Gunawan, 1987).
Krisan merupakan bunga potong yang mempunyai nilai ekonomi tinggi,
sehingga prospeknya sangat baik. Krisan dapat diperbanyak secara generatif dan
vegetatif. Perbanyakan bunga krisan secara generatif jarang dilakukan karena
sulit dan bersifat heterozigot (keturunan dari biji tidak sama dengan induknya),
dan membutuhkan waktu lama dan penanganan khusus. Perbanyakan krisan
secara vegetatif biasanya melalui stek pucuk, anakan dan kultur jaringan.
Perbanyakan krisan secara kultur jaringan dapat menghemat waktu dan dapat
diperoleh jumlah bibit krisan dalam jumlah banyak (Muniarti, 2014).
Tanaman krisan merupakan tanaman semusim (anual) yang berkisar 9 -
12 hari tergantung varietas dan lingkungan tempat menanamnya. Perakaran
tanaman krisan menyebar ke semua arah pada kedalaman 30 - 40 cm. Akarnya
mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik,
misalnya keadaan drainase yang jelek, kandungan unsur Al dan Mn dalam tanah
yang tinggi serta tanah yang selalu masam (pH rendah).
Tanaman krisan tumbuh menyemak setinggi 30-200 cm, sistem
perakarannya serabut yang keluar dari batang utama. Akar menyebar kesegala
arah pada radius dan kedalaman 50-70 cm atau lebih. Batang tanaman krisan
tumbuh agak tegak dengan percabangan yang agak jarang, berstruktur lunak, dan
berwarna hijau tetapi bila dibiarkan tumbuh terus, batang berubah menjadi keras
(berkayu) dan berwarna hijau kecoklatan, serta berdiameter batang sekitar 0,5
cm (Hendaryono, 1994).
Perbanyakan tanaman krisan secara konvensional melalui stek batang
dan stek pucuk telah biasa dilakukan, akan tetapi kurang dapat diharapkan untuk
memperoleh bibit secara besar besaran. Sejak diketahuinya peranan zat pengatur
tumbuh telah banyak ahli tumbuhan mempelajari pengaruh dan peranan zat
tumbuh tersebut dalam perbanyakan tanaman, khususnya kultur in-vitro
(Yuliarti, 2010).
Kegiatan subkultur dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang
dikulturkan. Setiap tanaman memiliki karakteristik dan kecepatan tumbuh yang
berbeda-beda. Sehingga cara dan waktu subkultur juga berbeda-beda. Tanaman
yang harus segera atau relatif cepat disubkultur adalah jenis pisang-pisangan,
alokasia, dan caladium. Tanaman yang relatif lama adalah aglaonema (Wetter,
1991).
Untuk tanaman yang tipe pertumbuhannya dengan pemanjangan batang
maka subkultur bisa dilakukan dengan memotong tanaman perruas tanaman
yang ada. Namun jika ada planlet yang masih terlalu kecil dan beresiko tinggi
untuk dipotong, maka subkulturnya cukup dilakukan dengan dipisahkan dari
induknya dan ditanam kembali secara terpisah. Contoh tanamannya adalah jati,
krisan, dan tanaman lain yang memiliki karakteristik pertumbuhan yang sama.
kita dapat menghitung kecepatan produksi tanaman dengan mengetahui
kecepatan tanaman melakukan multifikasi hingga siap disubkultur.
Teknik subkultur tanaman pada media padat lebih mudah dilakukan yaitu
hanya dengan meletakkan kalus yang sudah terbentukdi atas cawan petri,
kemudian membelah-belahnya menjadi bagian-bagian kecil lagi dengan
menggunakan pertolongan skalpel dan pinset. Setelah terjadi potonganpotongan
kalus kecil-kecil, maka segeradimasukkan kembali ke dalam erlenmeyer baru
yang berisi mediadengan komposisi bahan kimia sama seperti media lama.
Selanjutnya erlenmeyer ditutup dan diinkubasikan kembali Semua pekerjaan
harusdilakukan dalam suasana steril (George 2007).
Subkultur adalah usaha untuk mengganti media tanam kultur jaringan
dengan media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi untukpertumbuhan kalus
atau protokormus dapat terpenuhi. Dari sekian banyak jenis media dasar yang
digunakan dalam teknik kultur jaringan termasuk subkultur, tampaknya media
MS (Murashige dan Skoog). Hal ini dikarenakan media MS mengandung jumlah
hara organik yang layak untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman
dalam kultur (Budiarta, 2004).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
 LAF lengkap dengan lampu Bunsen
 Petridish dan botol-botol kultur
 Peralatan diseksi (pinset besar/kecil dan scalpel)
 Sprayer (botol semprot)
2. Bahan
 Eksplan : kalus, tunas/buku
 Media kultur (MS)
 Alkohol 96%
 Aquadest steril
 Spirtus
D. CARA KERJA

Alat disterilkan dengan


Alat dan bahan yang Tangan disemprot
mencelupkannya ke dalam
diperlukan harus alkohol sebelum
alkohol lalu membakarnya
disiapkan mulai bekerja
dengan bunsen

Hasil stek krisan ditanam


Plantlet tanaman krisan
pada media tanam baru Bagian nodus
diambil secara hati – hati
dengan jarak proporsional dipotong 1 ruas
dari dalam botol
dan rapi

Pada botol kultur diberi


label dengan keterangan Hasil subkultur
nama tanaman, nama disimpan di ruang
penanam dan tanggal pertumbuhan
penananam
E. HASIL

Jenis Hari mulai Jumlah Pertambahan Pertambahan Morfologi


ZPT terbentuknya tunas tinggi jumlah tunas
tunas baru normal daun/tunas
MS Hari ke-7 3 tunas ± 3 cm 6 daun - Hijau
(17 April normal segar
2018) - Batang
hijau
muda
Foto Hari pertama penanaman Setelah dua minggu

F. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum subkultur krisan yang telah dilakukan diperoleh
hasil bahwa tidak ada hasil subkultur yang mengalami kontaminasi baik
kontaminasi oleh bakteri maupun kapang. Seluruh plantlet krisan yang
disubkultur mengalami pertumbuhan dengan baik yang ditandai dengan
pertambahan jumlah akar dan akar yang semakin panjang, serta pertambahan
daun. Warna daun plantlet hijau segar. Hal ini dikarenakan tanaman tersebut
telah mendapatkan penyegaran ketika subkultur. Penyegaran tersebut dapat
berasal dari media baru maupun udara baru yang masuk ketika melakukan
subkultur. Ada hal yang harus diperhatikan ketika melakukan subkultur tanaman
krisan yaitu ketika tanaman krisan dikeluarkan untuk dipotong dan ditanam
kembali pada media baru, tanaman tersebut jangan dibiarkan berada di LAF
terlalu lama secara terbuka. Karena tanaman ini sangat sensitif terhadap panas
dan cahaya. Apabila tanaman tersebut dibiarkan di LAF terlalu lama secara
terbuka dapat menyebabkan tanaman tersebut layu. Untuk itu dalam melakukan
subkultur harus dilakukan secara tepat dan cepat. Selain menghindari hal tadi
kecepatan dan ketepatan dalam melakukan subkultur juga dapat mengurangi
tingkat kontaminasi yang bisa terjadi.
Dari hasil yang kita dapat di atas, kita dapat mengetahui kondisi hasil
subkultur setelah dua minggu di simpan di ruang pertumbuhan. Untuk tanaman
sebelum disubkultur tanaman krisan berada dalam botol kultur bersama tanaman
krisan lainnya yang sudah mengalami pertambahan panjang. Tanaman tersebut
memiliki panjang hampir bahkan sudah mencapai tutup dari botol kultur
tersebut. Untuk kenampakan dari dari krisan tersebut ada daun yang berwarna
kuning dan layu. Hal ini sangat wajar terjadi karena tanaman tersebut mulai
berebut unsur hara dengan tanaman krisan lainnya yang tumbuh pada media dan
botol yang sama.
Hasil dari sub kultur krisan pada saat ini dikatan berhasil. Keberhasilan
pada tahapan subkultur tidak dapat lepas dari media yang digunakan. Karena
media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang
mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan
yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Tahapan
subkultur planlet krisan ini menggunakan media MS. Menurut Wetter dan
Constabel (1991) medium MS mempunyai kandungan nitrat, kalium dan
ammonium yang layak untuk untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis sel
tanaman dalam kultur in vitro. Media MS yang digunakan dibuat dari campuran
unsur makro, unsur mikro, vitamin, dan gula.
Keberhasilan subkultur ini juga dipengaruhi karena faktor lingkungan
tumbuh. Faktor lingkungan tumbuh yang dimaksud ialah suhu, kelembaban, dan
cahaya. Umumnya suhu yang digunakan dalam kultur jaringan lebih tinggi dari
kondisi suhu lingkungan, hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan
morfogenesis eksplan. Dalam aspek kelembaban relatif dalam botol kultur
dengan mulut botol yang ditutup umumnya cukup tinggi, yaitu berkisar antara
80-99%. Sedangkan untuk aspek intensitas cahaya, lama penyinaran atau
photoperiodisitas berpengaruh terhadap pertumbuhan eksplan yang dikulturkan.
Tidak terjadinya kontaminasi menandakan pelaksanaan subkultur telah
dilakukan dengan benar oleh praktikan sehingga kesterilan pada saat subkultur
dapat terjaga (Pierik, 1987).
G. KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan yaitu subkultur


harus dilakukan karena memperhatikan beberapa faktor untuk kelangsungan
hidup eksplan tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan terjadi pada eksplan
yang dipindahkan ke media baru ditandai dengan munculnya tunas dan
prtumbuhan akar. Hasil subkultur menunjukkan keberhasilan dengan tidak
terjadinya kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarta, Atat. (2004). Dasar – Dasar Kultur Jaringan. Cianjur: Pusat
Pengembangan dan Penataran Guru Pertanian
George, Edwin F. Hall, Michael A. Jan De Klerk, Geert. 2007. Plant Propagation
by Tissue Culture 3rd Edition. Netherland : Springer.
Gunawan L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur
Jaringan Tanaman. PAU Bioteknologi IPB.
Hendaryono, D.P.S, dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Munarti dan Kurniasih, Surti. 2014. Pengaruh Konsentrasi IAA dan BAP
Terhadap Pertumbuhan Stek Mikro Kentang Secara In Vitro. Jurnal
Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Pakuan. Vol I No. 1 April 2014.
Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Dordrecht: Martinus
Nijhoff Publishers.
Wetter, L. R. dan F. Constabel, 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. ITB,
Bandung.
Yuliarti, Nurheti. 2010. Kultur jaringan tanaman skala rumah tangga.
Yogyakarta: Andi
H. JAWABAN PERTANYAAN
1. Dalam percobaan ini tidak dilakukan sterilisasi eksplan karena eksplan yang
digunakan berasal dari tanaman induk yang memang pada dasarnya sudah steril
dan tanaman ini telah berada dalam ruang inkubasi.
2. Pada medium tidak digunakan ZPT BA dan NAA karena medium yang
digunakan adalah MS. Tanaman krisan pun walaupun dikultur pada media yang
tidak mengandung hormon atau ZPT tetap dapat tumbuh serta merangsang
pertumbuhannya dengan baik.
3. Tidak terdapat perbandingan hasil terbaik, karena media yang digunakan hanya
satu yaitu media MS. Namun pertumbuhan kultur krisan pada media MS
menunjukkan hasil yang baik, karena sejak hari ke-7 sudah memperlihatkan
pertumbuhan daun baru serta perakaran.
4. Agar media lama yang sudah tidak memiliki unsur hara yang sudah diserap oleh
tanaman diganti dengan media baru yang mengandung unsur hara yang
diperlukan oleh pertumbuhan tanaman tersebut, sehingga tanaman tidak lagi
kekurangan unsur hara.
5. Tidak ada, semua tunas tumbuh dengan normal. Tetapi jangka atau lama waktu
yang membedakan pertumbuhan tunas tersebut.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai