Anda di halaman 1dari 41

MODIFIKASI

HUKUM MENDEL
PENDAHULUAN
 Gregor Johann Mendel (akhir abad ke-
19) melakukan persilangan kacang ercis
(Pisum sativum)
 Mendel berhasil menemukan prinsip-
prinsip pewarisan sifat, sebagai
landasan utama ilmu genetika
 Mendel diakui sebagai Bapak Genetika.
 Mendel memilih kacang ercis sebagai
bahan percobaan karena :
 memiliki beberapa pasang sifat yang sangat
berbeda (warna bunga)
 dapat menyerbuk sendiri atau dengan
bantuan manusia serta dapat menyerbuk
silang, karena merupakan bunga sempurna
 daur hidup yang relatif pendek
 mudah ditumbuhkan dan dipelihara
 tanaman diploid (2 perangkat kromosom),
sehingga hasil persilangan sederhana dan
mudah dianalisis.
Hukum Segregasi (Hukum Mendel I)

 Sebelum melakukan persilangan, setiap


individu menghasilkan gamet-gamet yang
kandungan gennya separuh dari kandungan
gen pada individu.
 Prinsip inilah yang kemudian dikenal sebagai
hukum segregasi atau hukum Mendel I.
 Hukum Segregasi : pada waktu berlangsung
pembentukan gamet, tiap pasang gen akan
disegregasi ke dalam masing-masing gamet
yang terbentuk.
P: ♀ Tinggi x Pendek ♂
DD dd
Gamet D d

F1 : Tinggi (Dd)
Menyerbuk sendiri (Dd x Dd)

F2 : Gamet D d
D DD (tinggi) Dd (tinggi)
d Dd (tinggi) dd (rendah)

Rasio Fenotip Tinggi (D-) : pendek (dd) = 3 : 1


Rasio Genotip DD : Dd : dd = 1 : 2 : 1
 P : individu tetua
 F1 : keturunan generasi pertama
 F2 adalah keturunan generasi ke dua
 gen D : gen atau alel dominan
 gen d : gen atau alel resesif
 Alel : gen yang terdapat pada lokus (tempat) tertentu
 Dd bersifat heterozigot
 DD bersifat homozigot dominan
 dd bersifat homozigot resesif
 fenotipe adalah ekspresi gen yang langsung dapat
diamati sebagai suatu sifat pada suatu individu.
 Genotipe : susunan genetik yang mendasari
pemunculan suatu sifat
 Persilangan yang hanya menyangkut pola
pewarisan satu macam sifat seperti yang
dilakukan oleh Mendel tersebut di atas :
persilangan monohibrid.
 persilangan monohibrid lainnya : warna
bunga (ungu-putih), warna kotiledon
(hijau-kuning), warna biji (hijau-kuning),
bentuk polong (rata-berlekuk),
permukaan biji (halus-keriput), dan letak
bunga (aksial-terminal).
Hukum Mendel II
 Mendel juga melakukan persilangan dihibrid,
yaitu persilangan yang melibatkan pola
perwarisan dua macam sifat seketika.
 Contoh : persilangan galur murni kedelai berbiji
kuning-halus dengan galur murni berbiji hijau-
keriput. Hasilnya berupa tanaman kedelai
generasi F1 berbiji kuning-halus.
 Jika dibiarkan menyerbuk sendiri, diperoleh F2,
masing-masing berbiji kuning-halus, kuning-
keriput, hijau-halus, dan hijau-keriput dengan
nisbah 9 : 3 : 3 : 1.
P :♀ Kuning,halus (GGWW) x Hijau,keripu(ggww) ♂
Gamet GW gw

F1 : Kuning, halus ( GgWw)
Menyerbuk sendiri (GgWw x GgWw

F2 :
♀ ♂ GW Gw gW gw

GW GGWW GGWw GgWW GgWw


Gw GGWw GGww GgWw Ggww
gW GgWW GgWw ggWW ggWw
gw GgWw Ggww ggWw ggww
 fenotipe F2 memiliki nisbah 9 : 3 : 3 : 1
akibat segregasi gen G dan W secara
independen.
 dikenal sebagai hukum pemilihan bebas
(the law of independent assortment) atau
hukum Mendel II.
 Pemilihan Bebas :
Segregasi suatu pasangan gen tidak
bergantung kepada segregasi pasangan gen
lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet
yang terbentuk akan terjadi pemilihan
kombinasi gen-gen secara bebas.
Diagram anak garpu
Gg x Gg Ww x Ww

3 W-  9 G-W- (kuning, halus)


3 G- 1 ww  3 G-ww (kuning, keriput)
3 W-  3 ggW- (hijau, halus)
1 gg 1 ww  1 ggww (hijau, keriput)
Modifikasi Hukum Mendel
 Ada tiga peristiwa yang menyebabkan
terjadinya modifikasi nisbah 3 : 1, yaitu:
semi dominansi, kodominansi, dan gen
letal
 Modifikasi nisbah 9:3:3:1 dapat terjadi
karena adanya INTERAKSI dan EPISTASIS
modifikasi nisbah 3 : 1

Semi dominansi

 Gen dominan tidak menutupi pengaruh


alel resesifnya dengan sempurna, sehingga
muncul sifat antara (intermedier).
 Maka, individu heterozigot memiliki
fenotipe yang berbeda dengan fenotipe
individu homozigot dominan
 Akibatnya, pada generasi F2 didapatkan
nisbah 1 : 2 : 1
modifikasi nisbah 3 : 1
Contoh semi dominasi
 Gen yang mengatur warna bunga pada
Mirabilis jalappa adalah M (merah), dan m
(putih).
 Gen M tidak dominan sempurna terhadap
gen m, sehingga warna bunga pada individu
Mm bukannya merah, melainkan merah
muda.
 Maka, hasil persilangan sesama genotipe Mm
akan menghasilkan generasi F2 dengan
nisbah fenotipe merah : merah muda : putih =
1 : 2 : 1.
modifikasi nisbah 3 : 1
modifikasi nisbah 3 : 1

Kodominansi
 Seperti halnya semi dominansi,
kodominansi menghasilkan nisbah
fenotipe 1 : 2 : 1 pada generasi F2.
 Tapi, kodominansi tidak memunculkan
sifat antara pada individu heterozigot,
tetapi merupakan hasil ekspresi masing-
masing alel, kedua alel akan sama-sama
diekspresikan dan tidak saling menutupi.
modifikasi nisbah 3 : 1
 Peristiwa kodominansi pada pewarisan golongan darah
sistem ABO pada manusia
 Gen IA dan IB menyebabkan terbentuknya antigen A
dan antigen B
 Pada golongan darah (genotipe IAIB) terdapat antigen
A dan antigen B yang diekspresikan pada individu
heterozigot tersebut.
 Perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang
bergolongan darah AB
IAIB x IAIB

1 IAIA (golongan darah A)
2 IAIB (golongan darah AB)
1 IBIB (golongan darah B)

Golongan darah A : AB : B = 1 : 2 : 1
modifikasi nisbah 3 : 1

Gen Letal
 Adalah gen yang dapat mengakibatkan
kematian pada individu homozigot, pada
masa embrio atau setelah kelahiran (sub letal)
 Dua macam gen letal, yaitu gen letal dominan
dan gen letal resesif.
 Gen letal dominan dalam keadaan
heterozigot dapat menimbulkan efek subletal
atau kelainan fenotipe,
 Gen letal resesif cenderung menghasilkan
fenotipe normal pada individu heterozigot.
modifikasi nisbah 3 : 1
 Contoh gen letal
 Kedelai  gen resesif  tanaman tidak
memproduksi klorofil
 Kedelai yang memiliki gen resesif homosigot 
kecambah  kotiledon putih (Albino) 
fotosintesis terhambat  tanaman mati.
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1

Modifikasi Rasio 9:3:3:1


1. Interaksi
2. Epistasis
a. Epistasis Dominan
b. Epistasisi Resesif
c. Epistasis Dominan-Resesif
d. Epistasis Resesif Duplikat
e. Epistasis Dominan Duplikat
f. Epistasis Gen Duplikat dengan Efek
Kumulatif
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
Interaksi Gen
 penyimpangan semu terhadap hukum
Mendel yang tidak melibatkan modifikasi
nisbah fenotip, tetapi menimbulkan fenotip-
fenotip yang merupakan hasil kerjasama
atau interaksi dua pasang gen non-alelik
 pewarisan bentuk jengger ayam
 R-pp = jengger ros
 rrP- = jengger biji
 R-P- = jengger walnut
 rrpp = jengger tunggal
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1

tungal walnut

ros biji
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
 Contoh persilangan untuk pewarisan jengger
ayam sebagai berikut
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
EPISTASIS
 Epistasis: Penutupan ekspresi suatu gen oleh
gen lain yang bukan alelnya
 Gen yang ditutup  hipostatis
 Jadi, dalam hal ini suatu gen bersifat dominan
terhadap gen lain yang bukan alelnya. Ada
beberapa macam epistasis, masing-masing
menghasilkan nisbah fenotipe yang berbeda
pada generasi F2.
 Penutupan ekspresi oleh pasangan gen lain 
rasio fenotipik F2 persilangan dihibrid akan
menyimpang dari rasio mendel  menyimpang
dari 9:3:3:1
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
a. Epistasis Dominan
 penutupan ekspresi gen oleh suatu gen
dominan yang bukan alelnya.
 Nisbah fenotipe pada generasi F2  12 :
3:1
 ex” : Pewarisan warna buah waluh besar
(Cucurbita pepo).:
 W- --  putih, epistatik terhadap Y dan y
 wwY-  kuning
 wwyy  hijau
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
 Persilangan antara waluh putih (WWYY) dan waluh
hijau (wwyy) menghasilkan nisbah fenotipe
generasi F2 sebagai berikut.
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
b. Epistasis Resesif
 Suatu gen resesif menutupi ekspresi gen
lain yang bukan alelnya.
 Nisbah fenotipe pada generasi F2  9:3:4
 ex” : Pewarisan warna bulu mencit (Mus
musculus):
 R-C-  hitam
 rrC-  krem
 --cc  albino, epistatik terhadap R dan r
 Persilangan antara mencit berbulu hitam dan
albino  F1 semua hitam,
 Persilangan antara F1  F2 hitam, krem dan
albino dengan perbandingan (9:3:4)
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
 Persilangan antara mencit berbulu hitam (RRCC)
dan albino (rrcc) dapat digambarkan seperti pada
diagram berikut ini.
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
 Pada Linum usitatissimum (flax)
warna bunga ditentukan oleh:
 P-W-  biru
 ppW-  ungu
 --ww  putih, epistatik terhadap P dan p
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1

c. Epistasis dominan-resesif

 terjadi apabila gen dominan dari pasangan


gen I epistasis terhadap pasangan gen II yang
bukan alelnya, sementara gen resesif dari
pasangan gen II ini juga epistasis terhadap
pasangan gen I.

 Nisbah fenotipe pada generasi F2  13 : 3


modifikasi nisbah 9:3:3 : 1

 ex” : pewarisan warna bulu ayam ras/leghorn.


 Putih disebabkan oleh gen dominan I, meskipun
mengandung gen-gen warna
 White silkie  warna putih  gen resesif c 
menyebabkan tidak adanya chromogen un tuk
warna
 Jadi:
 I---  menghalangi timbulnya pigmen, epistatik
terhadap C dan c
 --cc  menyebabkan tidak adanya chromogen,
epistatik terhadap I dan I
 iiC-  berwarna
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
 Persilangan antara ayam ras putih (IICC) dengan
silkie putih dapat digambarkan sebagai berikut
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1

 Pada bawang ada 2 pasang gen yang


mempengaruhi warna sisik:
 cc--  enzim tak dibentuk  tak ada warna,
epistatik terhadap I dan I
 C---  enzim dibentuk  warna keluar
 --I-  menghalangi bekerjanya enzim 
warna tidak keluar, epistatik terhadap C dan c
 --ii  tidak menghalangi kerja enzim
sehingga warna keluar
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
 Persilangan antara bawang berwarna (CCii) dengan
putih (ccII) dapat digambarkan sebagai berikut
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
e. Epistasis Resesif Duplikat
 apabila gen resesif dari suatu pasangan gen I, epistasis
terhadap pasangan gen II, sementara gen resesif dari
pasangan gen II ini juga epistasis terhadap pasangan gen I
 Nisbah fenotipe pada generasi F2  9 : 7
 ex” :peristiwa epistasis resesif ganda dapat dikemukakan
pewarisan kandungan HCN pada tanaman Trifolium
repens. Terbentuknya HCN pada tanaman ini dapat
dilukiskan secara skema sebagai berikut.
 Gen L  terbentuknya enzim L yang mengatalisis
perubahan bahan dasar menjadi bahan antara berupa
glukosida sianogenik.
 gen l menghalangi pembentukan enzim L.
 Gen H  terbentuknya enzim H yang mengatalisis
perubahan glukosida sianogenik menjadi HCN,
 Gen h menghalangi pembentukan enzim H.
 Dengan demikian:
 l epistatis terhadap H dan h
 h epistatis terhadap L dan l.
 Jadi:
 L-H-  kandungan HCN tinggi
 L-hh  kandungan HCN rendah
 llHH  kandungan HCN rendah
 llhh  kandungan HCN rendah
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
 Persilangan dua tanaman dengan kandungan
HCN sama-sama rendah tetapi genotipenya
berbeda (LLhh dengan llHH) dapat digambarkan
sebagai berikut.
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
e. Epitasis Dominan Duplikat
 gen dominan dari pasangan gen I epistasis
terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya,
sementara gen dominan dari pasangan gen ini
juga epistasis terhadap pasangan gen I, maka
epistasis yang terjadi.
 Nisbah fenotipe pada generasi F2  15:1
 ex” : pada pewarisan bentuk buah capsela
 Ada dua macam bentuk buah Capsella, yaitu segitiga dan
oval.
 Bentuk segitiga disebabkan oleh gen dominan C dan D,
 Bentuk oval disebabkan oleh gen resesif c dan d.
 Gen C dominan terhadap D dan d
 D dominan terhadap C dan c.
 Pada Capsela: modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
 C---  segitiga
 --D-  segitiga
 ccdd  lonjong
 Persilangan dua tanaman capsela dengan bentuk
buah segitiga (CCDD) dengan bentuk buah oval (ccdd)
dapat digambarkan sebagai berikut.
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1

f. Epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif


 epistasis yang muncul akibat adanya duplikat dari
gen sebelumnya dengan adanya efek komulatif
 Nisbah fenotipe pada generasi F2 9:6:1
 ex” : pada Cucurbita pepo
 Tanaman ini memiliki tiga macam bentuk buah
yaitu cakram, bulat, lonjong.
 Pada tanaman ini:
 B-L-  cakram
 B-ll  bulat
 bbL-  bulat
 bbll  lonjong
modifikasi nisbah 9:3:3 : 1
 Persilangan dua tanaman dengan bentuk buah cakram
(BBLL) dengan bentuk buah lonjong (bbll) dapat
digambarkan sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai