Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

SIMULASI PERSILANGAN DIHIBRIDA

Dosen Pengampu :
Noor Aini Habibah, S.Si., M.Si.
Dr. Yustinus Ulung Anggraito, M.Si.

Disusun oleh :
Anik Rahmawati (4401417011)
Farah Fadhilah Rosyadi (4401417053)
Amalia Rizqi Rosaningdyah (4401417070)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
SIMULASI PERSILANGAN DIHIBRIDA

A. Tanggal
Selasa, 10 September 2019

B. Tujuan Praktikum
1. Menunjukan adanya prinsip berpasangan secara bebas.
2. Membuktikan perbandingan fenotip F2 = 9 : 3 : 3 : 1
3. Dapat menggunakan uji Chi-Square (khi-kuadrat) dalam analisis genetika Mendel

C. Landasan Teori
Dalam biologi terdapat beberapa ruang lingkup dalam bidangnya termasuk
genetika. Genetika (genetics) merupakan bidang pada sains yang membahas
mengenai hereditas dan variasinya (Campbell, 2010). Bicara mengenai genetika tidak
lepas dari faktor pembawa sifat yaitu gen. Gen pertama kali diperkenalkan oleh
Thomas Hunt Morgan, ahli Genetika dan Embriologi Amerika Serikat (1911), yang
mengatakan bahwa substansi hereditas yang dinamakan gen terdapat dalam lokus, di
dalam kromosom. (Elrod, 2007). Teori popular yang berkaitan mengenai pewarisan
sebelum adanya Teori Mendel yaitu Teori Pewarisan Campur: seseorang mewariskan
dominan dari sifat-sifat yang dibawa tetuanya terutama dari seorang lelaki atau
jantan karena yang menghasilkan sperma (Arumingtyas, 2016). Teori tersebut
berhasil dipatahkan oleh Gregor Mendel karena sifat masing-masing individu
berbeda. Gregor Mendel merupakan salah satu pencetus genetika modern dengan
penelitian persilangan yang terkenal menggunakan Pisum sativum dan menghasilkan
dua hukum yaitu Hukum Mendel I yang dikenal juga sebagai Hukum Segregasi dan
Hukum Mendel II (Independent Assortment).
Dasar fisik bagi Hukum Mendel II dapat mudah dimengerti jika kita
menempatkan gen-gen pada 2 pasang kromosom dalam sel yang sedang menjalani
meiosis (Kholifah, 2013). Hukum Mendel II yang dikenal dengan Independent
Assortment menyatakan bahwa Segresi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada
segresi pasangan gen lainya, sehingga didalam gamet-gamet yang terbentuk akan
terjadi pemilihan gen-gen secara bebas (Cambell, 2012). persilangan dihibrid
merupakan persilangan dengan dua sifat beda. Persilangan dihibrid ini lebih rumit
dibandingkan dengan persilangan monohibrid karena pada persilangan dihibrid
melibatkan dua lokus. Okasha (2012) menyatakan bahwa konsep penting dalam
genetika populasi yang melibatkan dua lokus adalah adanya keterkaitan antar
keduanya (Agus, 2013). Atasan dasar eksperimenya pada kacang pohon untuk
persilangan dihibrid, Mendel memperolehperoleh pada generasi F2 untuk rasio
fenotipe 9 : 3 : 3 : 1 dan menyimpulkan bahwa rasio genotipe 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2
: 1 : 2 : 1 (Biswas, 2014).

D. Metode Pelaksanaan
1. Lokasi Praktikum
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Genetika D11 380 Universitas Negeri
Semarang.
2. Alat dan Bahan
 Kancing genetika macam warna masing-masing 48 buah
 Kantong dua buah
3. Cara Kerja

Ambil 4 warna kancing masing-


Pisahkan tiap warna menjadi dua
masing 48 buah, tentukan simbol
bagian yang sama, satu sebagai
gen dan sifat masing-masing
gamet jantan, satu gamet betina
setiap warna kancing

Tempatkan gamet jantan dan


Tangkupkan dua kancing menjadi
betina dalam kantong yang
satu dengan kombinasi warna
berbeda lalu ambil satu persatu
sesuai macam gamet yang
dan pasangkan, dicatat dalam
dihasilkan
tabel
D. Hasil Praktikum
1. Data kelompok
Jeruk manis berwarna kuning (MMKK) disilangkan dengan jeruk masam
berwarna hijau (mmkk). Jeruk manis berkulit kuning dominan terhadap jeruk
masam berwarna hijau.
P1 manis kuning masam hijau
(MMKK) x (mmkk)
G MK mk
F1 (MmKk)
Manis Kuning
F2 (MmKk) x (MmKk)
G MK MK
Mk Mk
mK mK
mk mk
F3
MK Mk mK mk
MK MMKK MmKk MmKK MmKk
Mk MMKk MMkk MmKk Mmkk
mK MmKK MmKk mmKK mmKk
mk MmKk Mmkk mmKk mmkk

Perbandingan genotip
MMKK: MmKk: MmKK: MMKk :MMkk: Mmkk: mmKK : mmKk :mmkk
1 : 5 :2 :1 :1 :2 :1 :2 :1
Perbandingan Fenotip
Manis Kuning : Manis Hijau : Masam Kuning : Masam Hijau
9 :3 :3 :1

Tabel Perbandingan Fenotip


1. Data kelompok
No Fenotipe Tally f0 fh l f 0 - fh l l f – f l2 l f 0−f h l
2

fh
1 Manis – Kuning ||||| ||||| ||||| ||||| 29 27 2 4 0,148
||||| ||||

2 Manis – Hijau ||||| ||| 8 9 1 1 0,125


3. Masam – Kuning ||||| ||| 8 9 1 1 0,125

4 Masam - Hijau ||| 3 3 0 0 0


2
X hitung Σ = 0,398

A. Analisis Data Kelompok


Fo = frekuensi yang diperoleh (hasil praktikum)
Fh = frekuensi yang diharapkan
Df = n – 1
=4–1
= 3 ketelitian 95%
ho = percobaan sesuai dengan hukum mendel II
ha = percobaan tidak sesuai dengan hukum mendel II
x2 hitung = 0
x2 tabel : = 7,82
0 ≤ 7,82
ho diterima jika x2 hitung ≤ x2 tabel
Simpulan : percobaan sesuai dengan hukum mendel II
x2 hitung = 0
x2 tabel : = 0,02
0 ≤ 0,02
ho diterima jika x2 hitung ≤ x2 tabel
Simpulan : percobaan sesuai dengan hukum mendel II
Tingkat ketelitian 100%

2. Data kelas
Kelompok Dominan Dominan Resesif Resesif
(M_K_) Resesif Dominan (m_k_)
(M-kk) (mmKK)
1 28 8 8 4
2 24 12 10 2
3 29 8 8 3
4 25 12 9 2
5 23 11 11 3
6 28 9 10 1
7 27 10 8 3
8 28 11 7 2
Total 212 81 71 20

No Fenotipe fh f0 l f0 - f h l l f0 – fh l 2 l f 0−f h l
2

fh
1 Dominan 216 212 4 16 0,074
(M_K_)
2 Dominan Resesif 72 81 9 81 1,125
(M_kk)
3 Resesif Dominan 72 71 1 1 0,014
(mmK_)
4 Resesif 24 20 4 16 0,67
(m_k)
3 ƩX2 1,883

Analisis Data Kelas


Keterangan :
Fo = frekuensi yang diperoleh (hasil praktikum)
Fh = frekuensi yang diharapkan
Df = n – 1
=4–1
=3 ketelitian 95%
ho = percobaan sesuai dengan hukum mendel 1I
ha = percobaan tidak sesuai dengan hukum mendel 1I
x2 hitung = 1,36
x2 tabel : = 7,82
1,36 ≤ 7,82
ho diterima jika x2 hitung ≤ x2 tabel
Simpulan : percobaan sesuai dengan hukum mendel 1I

E. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan Hukum Mendel lI tentang prinsip
berpasangan secara bebas (independent assortment), membuktikan perbandingan
fenotip dengan analisis chi-square. Berdasarkan hasil percobaan yang telah
kelompok kami lakukan, dengan membuat simbol sifat dan gen yaitu kancing merah
mewakili mangga manis (MM), kancing putih mewakili mangga masam (mm),
kancing hijau mewakili mangga berkulit hijau (kk) dan kancing kuning mewakili
mangga berkulit kuning (KK). Persilangan antara mangga manis berkulit kuning
mangga masam berkulit hijau, hasil yang diperoleh adalah F1 yang seragam (satu
fenotip saja) yaitu semua mangga manis berkulit kuning. Fenotip yang muncul sama
dengan salah satu fenotip parental. Sifat pada F1 tersebut karena adanya gen
dominan yang menutupi gen resesif. Sebagaimana menurut Cahyono (2010) bahwa
gen yang dominan akan menutupi ekspresi gen resesif jika keduanya terdapat
bersama-sama dalam satu individu yang heterozigot. Sebaliknya gen resesif adalah
gen yang ekspresinya ditutupi oleh ekspresi gen lainnya.
Selanjutnya persilangan F1 dengan F1, dihasilkan F2 dengan empat macam
fenotip yaitu mangga manis kuning, mangga manis hijau, mangga masam kuning,
dan mangga masam hijau dengan rasio 9 : 3 : 3 : 1. Pengambilan secara acak dari
kancing yang sudah dipasangkan untuk dua sifat beda membuktikan adanya prinsip
berpasangan secara bebas. Bahwa setiap pasangan alel bersegregasi secara bebas
terhadap pasangan alel-alel lain selama pembentukan gamet. Hal ini merupakan
dasar dari Hukum Mendel II, yaitu Hukum asortasi bebas (law of independent
assortment) (Campbell, 2010).
Perbandingan F2 dengan Mendel
Analisis ini bertujuan untuk membandingakan hasil perbandingan F2 hasil
praktikum dengan perbandingan pada teori Mendel. Dari data kelompok kami
dengan menggunakan kancing empat warna dengan dua sifat beda dihasilkan data
yang cukup tepat dengan teori mendel. Bahwa saat pembentukan gamet alel yang
sepasang akan berpisah dan mengelompok dengan alel lain secara bebas. Hal ini
membuktikan kebenaran hipotesis Mendel bahwa hasil perbandingan dihibrid untuk
fenotipe 9 : 3: 3: 1 maka berlakulah hukum independent assortment Mendel.
Menurut hukum berpasangan secara bebas bahwa kedua alel yang sepasang akan
berpisah selama pembentukan gamet. Ketika alel yang sepasang terpisah, setengah
dari gamet-gamet mendapatkan alel berbuah manis berkulit kuning dan yang lainnya
mendapatkan alel berbuah masam berkulit hijau. Kemudian gamet-gamet tersebut
nantinya akan bersatu secara acak (random). Jadi setiap alel tersebut nantinya
berpeluang untuk menghasilkan kombinasi yang sama besar.
Ketepatan hasil (fo) dengan fekuensi harapan (fh) dari kelompok kami
dikarenakan tingkat tetelitian yang cukup akurat dalam memasangkan kancing dan
memberi simbol sifat dan gen. Selain itu, dalam pengambilan secara acak diperoleh
kombinasi yang tepat untuk mendapatkan sifat yang sesuai dengan teori Mendel.
Walaupun untuk mendaptkan perbandingan yang tepat memiliki peluang yang sangat
kecil dikarenakan jumlah kancing yang digunakan relatif sedikit.
Dari data hasil praktikum selanjutnya perlu dilakukan pengujian mengenai
perbandingan hasil praktikum dengan tingkat ketelitian dan tingkat penyimpangan
dari hukum Mendel. Oleh karena itu perlu diadakan analisis dan evaluasi. Cara
evaluasi tersebut adalah dengan Chi-square test (Firdauzi, 2014). Uji ini
menggunakan tingkat ketelitian 0,002 (100%) dan 0,05 (95%). Dari hasil uji ini baik
menggunakan tingkat ketelitian 100% maupun yang 95% , dengan x 2 hitung sebesar
0, didaptkan x2 hitung < x2 tabel. Dapat ditari kesimpulan bahwa hasil yang
kelompok kami dapatkan memiliki tingkat ketelitian 100%. Hal ini sudah sesuai
dengan hukum Mendel II. Artinya tidak ada perbedaan antara hasil praktikum dan
teori.
Analisis selanjutnya adalah menguji data kelas. Pengujian ini memiliki tujuan
yang sama yaitu untuk mengetahui tingkat ketelitian dan penyimpangan antara hasil
praktikum dengan teori hukum Mendel II. Dari data kelas diperoleh x 2 hitung adalah
1,883. Uji Chi-square kami lakukan dengan berbagai variasi nilai α agar diketahui
nilai ketelitian yang lebih akurat Dilakukan pengujian mulai dari α 0,00, 0,50, 0,25,
0,10 dan 0,05. Dari serangkaian pengujian diperoleh semua x2 hitung < x2 tabel, ini
berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya tidak ada perbedaan antara hasil
praktikum dengan teori. Kecuali uji dengan α 0,00 diperoleh x 2 hitung > x2 tabel.
Yaitu 1,883 > 0,02. Hal in berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat
perbedaan antara hasil praktikum dan teori. Data kelas yang diperoleh tidak tepat
sempurna dengan Hukum Mendel II. Namun begitu, data kelas ini masih dapat
diterima karena dengan kepercayaan 0,05 menunjukkan bahwa hasil praktikum ini
memiliki tingkat ketelitian 95%. Penyimpangan yang terjadi dalam praktikum
dimungkinkan karena tidak teliti selama proses pemberian simbol sifat dan gen,
selain itu juga jumlah kancing yang dilakukan terbatas sehingga pengambilan secara
acak belum mendapatkan hasil yang sesuai.
Fauzi (2016) juga melakukan persilangan D. melanogaster dengan metode
testcross antara strain N x bcl Berdasarkan data hasil persilangan, terlihat bahwa
rasio anakan tipe parental dengan tipe rekombinan/produk pindah silang (67,6% dan
32,39%), bukanlah 1:1 yang seharusnya terjadi bila gen b dan cl melakukan pilihan
bebas. Kemunculan anakan tipe non parental yang dibawah 50% mengindikasikan
bahwa gen b terpaut dengan gen cl. Data F2 juga menunjukkan bahwa separuh F2
bermata putih dan separuh sisanya bermata merah. Lebih tepatnya, rasio antara
jantan mata merah, jantan mata putih, betina mata merah, dan betina mata putih
memenuhi rasio 1:1:1:1. Kemunculan rasio anakan F1 dan F2 disebabkan oleh faktor
warna mata yang terlibat pada persilangan ini terletak pada kromosom kelamin X.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa memang terdapat penyimpangan hukum
mendel dalam kasus pindah silang dan pautan kelamin. Selain itu, rasio dihibrid juga
bisa termodifikasi jika salah satu atau kedua lokus memiliki alel-alel kodiominan
atau letal (Elrod, 2007).

F. Kesimpulan
Dari hasil praktikum kelompok kami didapatkan kesimpulan :
a. Dilakukan pengambilan acak antara mangga manis kuning (MK), mangga manis
hijau (Mk), mangga masam kuning (mK), dan mangga masam hijau (mk) yang
diperoleh M_K_, M_kk, mmK_, mmkk. Pengambilan secara acak dari kancing
yang sudah dipasangkan untuk dua sifat beda membuktikan adanya prinsip
berpasangan secara bebas.
b. Perbandingan genotip persilangan antara mangga manis kuning dengan manga
masam hijau menghasilkan perbandingan fenotipe F2 9 : 3 : 3 : 1 (M_K_ : M_kk
: mmK_ : mmkk yaitu 27 : 9 : 9 : 3) sesuai dengan perbandingan yang
diungkapkan oleh Mendel
c. Uji analisa dengan Chi-Square, untuk persilangan rambutan berbiji bulat
berwarna merah dan rambutan berbiji lonjong berwarna kuning sebagai berikut :
1. Dari hasil data kelompok kami diperoleh X 2 hitung sebesar 0, dengan diuji
dengan X tabel α 0.00, α 0.50, α 0.25, α 0.10, α 0.05, α 0.01 diperoleh X
hitung < X tabel, maka Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan antara hasil
praktikum dan teori. Persilangan yang kami lakukan sesuai dengan Hukum
Mendel II dengan tingkat ketelitian 100%.
2. Dari hasil data kelas diperoleh X 2 hitung sebesar 1,883, dengan diuji dengan
X tabel α 0.00, α 0.50, α 0.25, α 0.10, α 0.05, α 0.01 diperoleh X hitung < X
tabel, kecuali pada uji data kelas menggunakan α 0.00, α 0.50, dan α 0.25,
maka Ho diterima dan ditolak. Artinya terdapat perbedaan antara hasil
praktikum dan teori. Data kelas yang diperoleh tidak tepat sempurna dengan
Hukum Mendel II. Namun data kelas ini masih dapat diterima dengan
tingkat kepercayaan 0,05 yang menunjukkan bahwa hasil praktikum ini
memiliki tingkat ketelitian 95%.
DAFTAR PUSTAKA

Arumingtyas, EL. 2016. Genetika Mendel: Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu Genetika.
Malang: UB Media.
Agus, D., Hidayat R., dan Hasan M. 2013. Penerapan Dasar Diferensi dalam Penentuan
Probabilitas Keturunan dengan Dua Sifat Beda. Jurnal Ilmu Dasar. 14(2): 79-84.
Cahyono, F. 2010. Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Mendel. Jurnal
Probabilitas dan Statistik. 4(3): 12-17.
Campbell, NA., dan Reece, JB. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Campbell, NA., dan Reece, JB. 2010. Biologi Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Campbell, NA., dan Reece, JB. 2012. Biologi Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Chandra, D., & Biswas A. 2014. A Mathematical Model On Genetic Dihybrid and
Multihybrid. TWMS J. App Eng. Math. 4(2): 259-264.
Elrod, Susan, William Stansfield. Genetika Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Fauzi, Ahmad, Coredima, AD. 2016. Pemanfataan Drosophila Melanogaster Sebagai
Organisme Model Dalam Mengungkap Berbagai Fenomena Penyimpangan Rasio
Mendel. Prosiding seminar nasional Biologi.
Firdauzi, N.F. 2014. Rasio Perbandingan F1 Dan F2 Pada Persilangan Starin N X B,
Dan Strain N X TX Serta Resiproknya. Jurnal Biology Science & Education. 3(2):
197-204
Kholifah, M. 2012. Genetika. Makassar: UIN Alauddin Makasar Press.
LAMPIRAN

Memasangkan kancing yang sudah Kancing – kancing yang sudah dipisahkan


diberi symbol alel – alel dan gen. menjadi jantan dan betina

Hasil pengambilan secara acak gamet jantan dan betina

Anda mungkin juga menyukai