Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki berbagai macam hasil bumi yang menjadi incaran para
penjajah. Salah satunya, buah pala. Buah pala di Indonesia yang terkenal berasal
pulau Banda Naira. Banda Naira, pulau di wilayah timur Indonesia ini merupakan
penghasil buah pala terbaik di dunia. Di pulau yang sempat menjadi tempat
pengasingan dua tokoh nasional, Bung Hatta dan Sjahrir ini, bisa dikatakan
menjadi tempat sejarah Indonesia bermula.
Pala dikenal sebagai buah yang digunakan untuk menambah cita rasa
makanan, menjaga daging tetap baik dalam waktu lama jika dibalurkan pala
sebelum disimpan, hingga umumnya, pala dikenal sebagai penyedap atau
pengawet alami. Namun, pada kenyataannya, buah pala menyimpan khasiat lain,
baik untuk kecantikan, kesehatan, dan penenang.
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan salah satu komoditi pertanian
yang memiliki nilai ekonomis tinggi, di samping berjenis-jenis komoditi pertanian
ekonomis lainnya. Menurut pendapat para ahli, pala adalah tanaman asli Indonesia
yang berasal dari MALAISE ARCHIPEL yaitu gugusan kepulauan
Banda dan Maluku. Kemudian menyebar dan berkembang ke pulau-pulau lain
yang berada di sekitarnya, bahkan sekarang telah mencapai Aceh, Sulawesi
Utara dan Papua. Sebagai tanaman rempah-rempah, Pala dapat menghasilkan
minyak etheris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli.
Biji pala menghasilkan 2 sampai 15 % minyak etheris dan 30 - 40 % lemak,
sedangkan fuli menghasilkan 7 - 18 % minyak etheris dan 20 - 30 % lemak (fuli
adalah arie yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang
membungkus biji).
Daging buah pala dapat digunakan sebagai manisan atau asinan,
biji dan fulinya bermanfaat dalam industri pembuatan sosis, makanan kaleng,
pengawetan ikan dan lain-lainnya. Disamping itu minyak pala hasil penyulingan,

1
dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri sabun, parfum, obat-
obatan dan sebagainya. Sementara itu permintaan pasar dunia akan pala setiap
tahun terus meningkat, dan tidak kurang dari 60 % kebutuhan pala dunia
didatangkan dari Indonesia.
Dalam rangka ikut serta meningkatkan devisa negara melalui export non
migas, memperluas lapangan kerja dan melihat prospek pala yang menjanjikan
harapan baik tersebut, maka sudah waktunya tanaman pala perlu mendapatkan
perhatian dan penanganan untuk dikembangkan secara luas di Propinsi Papua.
Pala Indonesia lebih disukai oleh pasar dunia, karena mempunyai beberapa
kelebihan di banding pala dari negara lain, kelebihannya antara lain rendemen
minyaknya yang tinggi dan memiliki aroma yang khas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu buah pala?
2. Apa Saja kandungan dan manfaat dari buah pala?
3. Bagaimana cara mengolah buah pala menjadi minyak atsiri?
4. Bagaimana buah pala yang berkualitas?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui buah pala.
2. Untuk mengetahui kandungan dan manfaat dari buah pala.
3. Untuk mengetahui cara mengolah buah pala menjadi minyak atsiri.
4. Untuk mengetahui buah pala yang berkualitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pala
Tanaman pala adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Pulau
Banda. Tanaman ini termasuk salah satu tanaman rempah-rempah yang menjadi
rebutan bangsa-bangsa yang datang ke Indonesia, antara lain bangsa Portugis
tahun 1511. Biji dan fulinya (bunga pala) dibawa ke daratan Eropa dan dijual
dengan harga yang sangat mahal. Harga yang tinggi ini merupakan perangsang
bagi bangsa-bangsa lain untuk datang ke Indonesia. Tanaman pala kemudian
dikembangkan ke daerah Minahasa dan Kepulauan Sangir Talaud, Sumatra Barat
dan Bengkulu tahun 1748, kemudian menyusul di Jawa, Aceh, dan Lampung.
Pada zaman kekuasaan Inggris, tanaman ini disebarkan pada beberapa daerah
jajahannya tetapi tidak berhasil baik (Hadad et al 2006).
Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang
hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis,
selain di Indonesia terdapat pula di Amerika, Asia, dan Afrika. Pala termasuk
family Myristicaceae yang terdiri atas 15 genus (marga) dan 250 spesies (jenis).
Dari 15 marga terdapat 5 marga di antaranya berada di daerah tropis Amerika, 6
marga tropis Afrika dan 4 marga tropis Asia (Rismunandar 1990). Daerah
penghasil utama pala di Indonesia adalah Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara,
Sumatera Barat, Nangroe Aceh Darusalam, Jawa Barat, dan Papua (Nurdjanah
2007).

Pala (Myristica Fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa pohon


tinggi asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku.
Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon
betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti
lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung
minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka
dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah

3
menghasilkan satu biji berwarna coklat. Pala dipanen biji, salut bijinya (arillus),
dan daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau
dalam bahasa Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae
arillus atau macis). Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex. Panen
pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai
kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai
20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun.
Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari
fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian
dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji
digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala.
Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai
penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar
(seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.
Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain:
1. Myristica fragrans Houtt
2. Myristica argentea Ware
3. Myristica fattua Houtt
4. Myristica specioga Ware
5. Myristica Sucedona BL
6. Myristica malabarica Lam
Buah pala terdiri atas daging buah (pericarp) dan biji yang terdiri atas fuli,
tempurung dan daging biji. Fuli adalah serat tipis (areolus) berwarna merah atau
kuning muda, berbentuk selaput berlubang-lubang seperti jala yang terdapat
antara daging dan biji pala. Daging buah pala cukup tebal dan beratnya lebih dari
70% dari berat buah, berwarna putih kekuning-kuningan, berisi cairan bergetah
yang encer, rasanya sepat dan mempunyai sifat sebagai astringen (obat luar bagi
kulit). Berikut ini merupakan persentase berat dari bagian-bagian buah pala
menurut Rismunandar (1990) dalam Nurdjannah (2007).

4
Bagian Persentase Persentase kering
buah basah (%) angin (%)
Daging 77,8 9,93
Fuli 4 2,09
Tempurung 15,1 -
Biji 13,1 8,4
Tabel 1. Bagian Buah Pala

Biji pala terdiri dari dua bagian utama yaitu 30–45% minyak dan 45–60%
bahan padat termasuk selulosa. Minyak terdiri atas dua jenis yaitu minyak atsiri
(essential oil) dan minyak lemak (fixed oil) yang disebut nutmeg butter.
Perbedaan komponen tersebut bervariasi tergantung pada letak geografis dan
tempat tumbuhnya maupun jenis (varietas) dari tanaman tersebut. Walaupun
kandungan minyak atsiri dalam biji lebih rendah dari fixed oil, tetapi komponen
minyak atsiri lebih berperan penting sebagai pemberi rasa pada industri makanan,
minuman, dan dalam industri farmasi. Biji dan fuli pala kering merupakan dua
bentuk komoditas pala di pasar intenasional. Keduanya dapat diolah menjadi
minyak pala yang memberikan nilai ekonomi, sedangkan daging buahnya dapat
dibuat berbagai macam produk pangan.
Biji pala mengandung 73 % gliserida jenuh yang terdiri atas komponen-
komponen asam lemak : asam laurat 1,5 %, asam miristat 76,6 %, asam palmitat
10,5 %, asam oleat 10,5 % dan asam linoleat 1,3 %. Proporsi asam miristat yang
begitu besar terikat dalam trigliserida menunjukan bahwa senyawa trigliserida,
dalam hal ini trimiristin terdapat dalam jumlah atau proporsi yang sama dengan
asam mirista. Jika asam palmitat dan asam laurat dibandingkan relatif terhadap
asam miristat, maka proporsi trimiristin didalam gliserida adalah kira-kira 77 %
atau 55 % dari lemak total. Bomer dan Ebark berhasil mengisolasi 40 %
trimiristin dengan cara mentransasi biji pala.

Trimiristin adalah suatu gliserida atau lebih tepat trigliserida yang


terbentuk dari gliserol dan asam miristat. Rumus molekulnya adalah :

5
O – CH2-O- C-(CH2)12CH3
O
CH-O- C-(CH2)12CH3
O
CH2-O-C-(CH2)12CH3
Nama lain dari asam miristat adalah asam tetra tetradekanoar wujudnya berupa
kristaL berwarna putih agak berminyak. Rumus molekulnya adalah
CH3(CH2)12COOH. Titik leleh 54,4 oC dan titik didih 326,2 oC. Sangat larut
dalam alkohol dan eter.

3.2 Minyak Atsiri Pala


Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai
penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar
(seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.
Minyak atsiri adalah senyawa mudah menguap yang tidak larut di dalam
air yang berasal dari tanaman. Minyak atsiri dapat dipisahkan dari jaringan
tanaman melalui proses destilasi. Pada proses ini jaringan tanaman dipanasi
dengan air atau uap air. Minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama uap
air yang terbentuk atau bersama uap air yang dilewatkan pada bahan.
Campuran uap air dan minyak atsiri dikondensasikan pada suatu saluran
yang suhunya relatif rendah. Hasil kondensasi berupa campuran air dan minyak
atsiri yang sangat mudah dipisahkan kerena kedua bahan tidak dapat saling
melarutkan.
Fuli dan biji pala mengandung minyak atsiri, masing-masing 11 dan 12%.
Minyak atsiri tersebut dapat diperoleh dengan berbagai teknik penyulingan, yaitu:
1. Metode perebusan: Bahan direbus di dalam air mendidih. Minyak atsiri
akan menguap bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui kondensor
untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat
suling perebus.

6
2. Metode pengukusan: Bahan dikukus di dalam ketel yang konstruksinya
hampir sama dengan dandang. Minyak atsiri akan menguap dan terbawa
oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat
yang digunakan untuk metode ini disebut suling pengukus.
3. Metode uap langsung: Bahan dialiri dengan uap yang berasal dari ketel
pembangkit uap. Minyak atsiri akan menguap dan terbawa oleh aliran uap
air yang dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan
untuk metode ini disebut alat suling uap langsung.
Untuk skala kecil seperti yang dilakukan oleh kebanyakan petani, metode
pengukusan paling sering digunakan karena mutu produk cukup baik, proses
cukup efisien, dan harga alat tidak terlalu mahal. Untuk skala besar, metode uap
langsung yang paling baik karena paling efisien dibanding cara lainnya.

3.3 Cara Pembuatan Minyak Atsiri Pala


 BAHAN
1) Fuli pala
2) Buah pala muda. Buah pala ini mempunyai fuli yang berwarna keputihan dan daging
kulit buah lunak. Biasanya yang digunakan adalah buah yang berumur 4-5 bulan. Buah
pala muda ini relatif tinggi kadar minyak atsirinya.
3) Air
4) Kertas saring berlapis magnesium karbonat.
 PERALATAN
1) Alat suling pengukus. Alat ini digunakan untuk menyuling minyak atsiri dengan
metode pengukusan. Bagian-bagian utama dari alat penyuling ini ialah:
- Ketel suling
- Pengembun uap (kondensor).
- Penampung hasil pengembunan.
2) Botol kaca berwarna gelap, atau jerigen plastik kualitas tinggi.
 CARA PEMBUATAN
1) Penyiapan Bahan

7
a. Fuli kering yang akan disuling tidak perlu dipersiapkan secara khusus. Bahan ini dapat
langsung dimasukkan ke dalam ketel suling. Sedangkan buah pala muda perlu dipotong
atau dicacah menjadi ukuran kecil-kecil (0,5-1 cm).
b. Ukuran potongan buah harus diusahakan seseragam mungkin. Ukuran yang tidak
seragam akan meyulitkan penyusunan bahan di dalam ketel secara baik.
2) Penyiapan Alat Suling
Bagian dalam ketel dibersihkan. Setelah itu ketel diisi dengan air bersih. Permukaan air
barada 3-5 cm di bawah plat berpori yang menjadi alas potongan fuli atau buah pala. Air
yang paling baik diisikan adalah air hujan, karena air ini tidak akan menimbulkan
endapan atau kerak pada dinding dalam ketel.
3) Pengisian Bahan ke dalam Ketel
a. Bahan diisikan ke dalam ketel secara baik. Bahan disusun dengan formasi seragam dan
mempunyai cukup rongga untuk penetrasi uap secara merata ke dalam tumpukan bahan.
Tumpukan bahan yang terlalu padat dapat menyebabkan terbentuk rat holes yaitu suatu
jalur uap yang tidak banyak kontak dengan bahan yang disuling. Tentu saja hal ini
menyebabkan rendemen dan mutu minyak akan rendah.
b. Setelah bahan diisikan ke dalam ketel, penutup ketel ditutup secara rapat sehingga
tidak ada celah sekecil apapun yang memungkinkan uap lolos dari celah tersebut.
4) Penyulingan
a. Mula-mula kondensor dialiri dengan air pendingin. Pada saat itu alat pemisah air-
minyak sudah terpasang pada saluran keluar kondensat.
b. Ketel dipanaskan dengan api tungku atau kompor. Api harus diusahakan hanya
mengenai dasar ketel. Api yang terlalu besar bisa menjilat dinding ketel sehingga dinding
menjadi sangat panas, dan hal ini dapat menyebabkan gosong atau rusaknya bahan yang
terdapat di dalam ketel. Penyulingan dilakukan selama 24-48 jam.
5) Pengurangan air
a. Minyak atsiri pala (dari fuli atau dari buah) yang diperoleh masih mengandung
sejumlah kecil air. Air ini dapat dikurangi dengan menyaring minyak melalui kertas
saring berlapis magnesium karbonat.
b. Untuk memperoleh minyak atsiri pala dengan kandungan air yang rendah, minyak
atsiri pala harus disentrifusi dengan kecepatan tinggi atau disaring dengan penyaring
mekanis.
6) Penyimpanan

8
Minyak atsiri disimpan di dalam botol kaca yang berwarna gelap dan kering. Botol ini
harus ditutup rapat. Jerigen plastik yang berkualitas tinggi juga dapat digunakan sebagai
wadah penyimpan minyak atsiri pala. 
Penelitian terhadap minyak atsiri tanaman pala telah banyak dilakukan.
Hal ini disebabkan karena fakta bahwa minyak atsiri mempunyai kandungan
senyawa atau zat yang lebih banyak, sehingga banyak digunakan sebagai bahan
baku industri. Selain itu, minyak atsiri mengandung senyawa yang mempunyai
pengaruh sebagai psikotropika yang bersifat farmakologis. Minyak atsiri pala ini
berupa cairan yang tidak berwarna atau kuning pucat serta memiliki rasa dan bau
yang menyerupai pala, diperoleh dengan proses distilasi. Minyak ini dapat larut
dalam alkohol, namun tidak larut dalam air pada suhu 25 0C, sensitif pada cahaya
dan udara, sehingga tempat penyimpanannya harus terlindung dari cahaya dan
dalam wadah yang tertutup rapat. Komponen dalam biji dan fuli pala terdiri dari
minyak atsiri, minyak lemak, protein, selulosa, pentosan, pati, resin dan mineral-
mineral. Biji pala yang dimakan ulat mempunyai presentase minyak atsiri lebih
tinggi daripada biji utuh karena pati dan minyak lemaknya sebagian dimakan oleh
serangga (Marcelle dalam Nurdjannah 2007). Persentase minyak atsiri pada
tanaman pala lebih rendah bila dibandingkan dengan fixed oil (minyak lemak).
Menurut Rismunandar dalam Nurdjannah (2007), biji pala mengandung minyak
atsiri sekitar 2-16% dengan rata-rata 10% dan fixed oil (minyak lemak) sekitar 25-
40%, karbohidrat sekitar 30% dan protein sekitar 6%.
Minyak atsiri pala dapat diperoleh dari penyulingan biji pala, sedangkan
minyak fuli dari penyulingan fuli pala. Minyak atsiri dari biji pala maupun fuli
mempunyai susunan kimiawi dan warna yang sama. Minyak fuli baunya lebih
tajam daripada minyak biji pala. Rendemen minyak biji pala berkisar antara 2-
15% (rata-rata 12%), sedangkan minyak fuli antara 7-18% (rata-rata 11%). Bahan
baku biji dan fuli pala yang digunakan biasanya berasal dari biji pala muda dan
biji pala tua yang rusak (pecah). Rendemen dan mutu minyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua yaitu pra panen dan pasca
panen. Faktor pra panen meliputi jenis (varietas) tanaman, cara budidaya, waktu
dan cara panen. Faktor pascapanen meliputi cara penanganan bahan, cara

9
penyulingan, pengemasan dan transportasi. Biji pala yang akan disuling
minyaknya sebaiknya dipetik pada saat menjelang terbentuknya tempurung yaitu
berusia sekitar 4-5 bulan. Pada umur tersebut warna fuli masih keputih-putihan
dan daging buahnya masih lunak. Fuli yang tua dan sudah merah warnanya,
kandungan minyak atsirinya relatif rendah dan dimanfaatkan untuk ekspor
(Somaatmaja, dalam Nurdjannah. 2007). Penyulingan dapat dilakukan dengan
cara penyulingan uap pada tekanan rendah, sedangkan penyulingan dengan
tekanan tinggi dapat menyebabkan terbawanya minyak lemak sehingga akan
menurunkan mutu minyak atsiri (Guenther dalam Nurdjannah 2007).

3.4 Komponen dan Kegunaan Minyak Atsiri


Frederick Power dan Arthur Henry Salway merupakan orang pertama
yang mengetahui kandungan senyawa dalam pala dengan cara isolasi kemudian
mengidentifikasi senyawa tersebut pada tahun 1907-1908. Pada tahun 1960-an,
senyawa lainnya dapat diidentifikasi dengan menggunakan teknik modern seperti
gas-cair kromatografi. Camphene dan pinene merupakan senyawa utama dari
minyak atsiri. Namun sekarang diketahui bahwa terdapat senyawa lain seperti
sabinene. Keberadaan camphene dan sabinene saling bergantian dan mempunyai
kandungan 50% dari minyak atsiri pala.

Menurut Dorman et al. dalam Nurdjannah (2007) komponen utama


minyak biji pala adalah terpen, terpen alcohol dan fenolik eter. Komponen
monoterpen hidrokarbon yang merupakan komponen utama minyak pala terdiri
atas β-pinene (23,9%), α-pinene (17,2%), dan limonene (7,5%). Sedangkan
komponen fenolik eter terutama adalah myristicin (16,2%), diikuti safrole (3,9%)
dan metil eugenol (1,8%). Selanjutnya Dorman et al., (2004) menyatakan terdapat
25 komponen yang teridentifikasi dalam minyak pala (sejumlah 92,1% dari total
minyak) yang diperoleh dengan cara penyulingan (hydrodistillation)
menggunakan alat penyuling minyak. Pada prinsipnya komponen minyak tersebut
teridentifikasi sebagai α-pinen (22,0%) dan β– pinen (21,5%), sabinen (15,4),
myristicin (9,4), dan terpinen–4-ol(5,7). Minyak fuli mengandung lebih banyak

10
myristicin daripada minyak pala. Kegunaan senyawa penyusun minyak atsiri pala
antara lain sebagai berkut :
1.   Camphene dan turunannya memiliki sifat antibakteri, antijamur, dan
insektisida yang kuat, banyak digunakan dalam industri dan manufaktur.
Camphene dapat dikonversi menjadi senyawa lain, digunakan dalam
pembuatan kapur barus, obat dalam farmasi, dan camphene sendiri telah
terbukti dapat mencegah atheromatosis pada aorta beberapa hewan.
2.   d-pinene digunakan dalam pembuatan kapur barus (kamper), pelarut, plastik,
dasar parfum dan minyak pinus sintetis.
3.    Dipentene digunakan sebagai bahan pelarut, juga digunakan dalam
pembuatan resin.
4.    d-linalool juga disebut coriandrol, digunakan dalam wewangian.
5.      d-borneol digunakan dalam pembuatan wewangian dan dupa.
6.      i-terpineol digunakan sebagai antiseptik, pembuatan parfum dalam sabun.
7.      Geraniol digunakan dalam wewangian.
8.      Miristisin adalah senyawa pada pala yang banyak dipelajari, karena sifat
farmakologinya dan dapat menyebabkan efek halusinogen (masih belum
dibuktikan).
9.    Safrol digunakan pada industri untuk membuat wewangian, sabun dan
digunakan sebagai antiseptik.
10.  Eugenol dan iso-eugenol digunakan dalam pembuatan wewangian, selain
minyak cengkeh, dapat juga digunakan sebagai analgesik gigi.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan informasi diatas diketahui bahwa semua bagian buah pala


dapat dijadikan bahan olahan yang mempunyai nilai ekonomis, baik di pasar
nasional maupun pasar internasional. Pemanfaatan buah pala yang belum optimal,
hendaknya perlu dilakukan inovasi agar dapat menghasilkan produk yang dapat
dipasarkan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani pala dan tidak hanya
tergantung pada penjualan biji pala saja. Pada umumnya, pala dikenal sebagai
penyedap atau pengawet alami. Namun, pada kenyataannya, buah pala
menyimpan khasiat lain, baik untuk kecantikan dan kesehatan.

3.2 Saran

12
DAFTAR PUSTAKA

Agusta A. 2000. Komponen kimia minyak atsiri pala maba (Myristica


succedanea). Majalah Farmasi Indonesia 11. 2: 103-110.
Drazat, 2007. Meraup Laba Dari Pala.Agromedia Pustaka. Jakarta
Santoso,Hieronimus Hadi.1998.Tanaman Obat Keluarga.Yogyakarta:Teknologi
Tepat Guna
Sunanto,Hatta. 1993. Budidaya Pala Komoditas Ekspor . Yogyakarta: kanisius
Qodir Hadi.2011.Tanaman Investasi Pendulang Rupiah

13

Anda mungkin juga menyukai