Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

“PERTANIAN ORGANIK”

OLEH

NURUL ISTIQAMAH

08320200095

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Pertanian
Organik sebagai Sistem Pertanian Berkelanjutan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang
Maha Esa.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Makassar, 10 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Prinsip-prinsip Pertanian Organik.............................................................3

2.2 Pertanian Berkelanjutan............................................................................7

2.3 Pertanian Organik sebagai Sistem Pertanian Berkelanjutan...................11

2.4 Pertanian Organik....................................................................................15

2.5 Padi dan Beras Organik...........................................................................19

BAB III KESIMPULAN......................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat
meningkatkan kesehatan tanah maupun kualitas ekosistem tanah dan produksi
tanaman dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada
penggunaan input yang dapat diperbaharui dan bersifat alami serta menghindari
penggunaan input sintesis maupun produk rekayasa genetika. Sistem pertanian
pada program Revolusi Hijau yang merupakan sistem pertanian anorganik adalah
suatu sistem pertanian yang memiliki tujuan untuk menaikkan produktivitas
sektor pertanian, khususnya sub-sektor pertanian pangan, melalui penerapan
paket teknologi modern.
Seiring dengan semakin berkembangnya “trend” gaya hidup sehat di
masyarakat global dengan slogan “back to nature”, menyebabkan permintaan
akan produk pertanian organik ramah lingkungan semakin meningkat.
Meningkatnya animo masyarakat terhadap produk pertanian organik dan upaya
sosialisasi tentang manfaat pertanian organik yang dilakukan oleh pemerintah
dan pemerhati pertanian organik mendorong semakin bertambahnya jumlah
pelaku usaha pertanian organik.
Bahan organik merupakan salah satu faktor penentu tingkat kesuburan
tanah baik secara sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Penambahan bahan organik
dapat dilakukan dengan pemberian kompos. Kompos sangat baik untuk tanah
pertanian, karena dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur
tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan
air tanah. Pupuk anorganik selain dapat menurunkan kandungan bahan organik
dalam tanah ternyata menyebabkan kecenderungan penurunan pH pada lahan
pertanian. Pemakaian pupuk kimia seperti urea dan ZA secara terus menerus
membuat kondisi tanah semakin masam. Penggunaan pupuk N-sintetik secara
berlebihan juga menurunkan efisiensi P dan K serta memberikan dampak negatif
seperti gangguan hama dan penyakit.

1
Dalam upaya membangun dan mengembangkan pertanin organik di
Indonesia khususnya di Bali, masih banyak kendala dan hambatan yang ditemui
disamping beberapa hal yang sudah dicapai sebagai faktor penunjang dalam
pengembangan lebih lanjut. Beberapa kendala tersebut antara lain adalah masih
adanya perbedaan persepsi terhadap penerapan sistem pertanian organik di
lapangan oleh berbagai “stake holder”, maraknya klaim organik oleh pelaku
usaha yang kurang dapat dipertanggungjawabkan, kurangnya apresiasi
masyarakat terhadap produk organik, perbedaan proses sertifikasi serta potensi
dan peluang pasar yang tersedia. Pertanian organik di Indonesia masih belum
berkembang pesat dimasyarakat baik petani ataupun pemerintah yang
mencanangkan program tersebut. Memang program pertanian organik yang
dicanangkan pemerintah belum berjalan seperti harapan.
Kekhawatiran mengkonsumsi pangan yang mengandung residu pestisida
serta rusaknya ekologis biotis suatu habitat oleh penggunaan pestisida yang
berlebihan telah menjadi perhatian masyarakat, terutama lapisan masyarakat
menengah ke atas. Ada berbagai alasan pertanian organik menjadi kebijakan
pertanian unggulan atau pendekatan penghidupan berkelanjutan. Pertanian
organik mendorong perbaikan lima sumber daya yang dimiliki manusia, yaitu
perbaikan sumber daya alam, perbaikan sumber daya sosial. Perbaikan sumber
daya ekonomi, dan perbaikan sumber daya infrastruktur. sebab itu, program
peningkatan provitas padi selain tetap dikonsentrasikan pada peningkatan
produksi beras nasional juga diikuti dengan program perbaikan kualitas beras
agar mampu bersaing dengan beras dunia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana kita bisa mengetahui Pengertian dan Penjelasan Pertanian
Organik yang Berhubungan dengan Sistem Pertanian Berkelanjutan
1.3 Tujuan
Untuk Mengetahui Pengertian dan Penjelasan Pertanian Organik yang
Berhubungan dengan Sistem Pertanian Berkelanjutan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip-prinsip Pertanian Organik
Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam
definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian
sempit, pertanian organik adalah pertanian yang tidak menggunakan pupuk kimia
ataupun pestisida kimia, yang digunakan adalah pupuk organik, mineral dan
material alami. Sedangkan pertanian organik dalam arti luas adalah usahatani
yang menggunakan pupuk kimia pada tingkat minimum, dan dikombinasikan
dengan penggunaan pupuk organik dan bahan-bahan alami. Pertanian organik
merupakan suatu sistem pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa
sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan.
Prinsip pertanian organik yaitu tidak menggunakan atau membatasi
penggunaan pupuk anorganik serta harus mampu menyediakan hara bagi
tanaman dan mengendalikan serangan hama dengan cara lain diluar cara
konvensional yang bisa dilakukan. Tujuan utama dari pertanian organik ialah
memperbaiki dan menyuburkan kondisi lahan serta menjaga keseimbangan
ekosistem. Sumber daya lahan dan kesuburannya dipertahankan dan ditingkatkan
melalui aktivitas biologi dari lahan itu sendiri, yaitu dengan memanfaatkan residu
hasil panen, kotoran ternak, dan pupuk hijau.
Pemberian pupuk kimia (anorganik) secara terus menerus untuk
mengejar tingkat produktivitas, tanpa diimbangi dengan upaya-upaya
memperbaiki kondisi fisik tanah melalui penambahan bahan organik
menyebabkan kandungan bahan organik tanah menurun, tanah menjadi kompak,
kerusakan struktur tanah dan aerasi tanah berkurang yang mengakibatkan
penurunan kemampuan tanah dalam menyimpan dan melepaskan hara dan air
bagi tanaman sehingga mengurangi efisiensi penggunaan pupuk dan air irigasi.
Pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama dikenal, sejak ilmu
bercocok tanam dikenal manusia, dimana semuanya dilakukan secara tradisional
dengan menggunakan bahan-bahan alamiah. Pertanian organik modern
didefinisikan sebagai sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-

3
bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintettis. Pertanian organik adalah
sistem pertanian yang holistic yang mendukung dan mempercepat biodiversity,
siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Filosofi pertanian organik
sesungguhnya merupakan himbauan moral untuk berbuat kebajikan pada
lingkungan sumberdaya alam dalam melakukan praktek pertanian dengan
mempertimbangkan 3 (tiga) aspek, yaitu :
1. Aspek Ekonomi.
Dalam sistem pertanian organik, selalu mempertimbangkan efisiensi terhdap
penggunaan sumberdaya, efisiensi terhadap penggunaan bahan input eksternal,
meminimalkan biaya pengobatan dan meningkatkan pendapatan/nilai tambah.
1 Aspek Ekologi
Dalam usahatani organik, selalu diupayakan semaksimal mungkin memanfaatkan
input lokal, meminimalkan polusi dari proses kegiatan produksi, memperbaiki
tekstur dan kesuburan tanah, menyeimbangkan keanekaragaman biologi,
mengedepankan usahataniberkelanjutan, konservasi sumberdaya alam dan
berupaya menjaga keseimbangan ekosistem.
2 Aspek Sosial.
Dalam usahatani organik selalu berupaya meningkatkan kepekaan yang lebih
baik terhadap lingkungan, penghargaan terhadap budaya lokal, pemenuhan
kebutuhan produk yang sehat dan aman dikonsumsi, mengutamakan lingkungan
kerja yang aman dan sehat serta menjaga keharmonisan sosial di pedesaan.
Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk
pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan
konsumen serta tidak merusak lingkungan. Dalam prakteknya pertanian organik
dilakukan dengan cara, antara lain :
1. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO =
Genetikally Modified Organisme).
2. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis, pengendalian gulma, hama
dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, rotasi tanaman dan
menggunakan pestisida organik.

4
3. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan
pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan
dipelihara dengan menambah residu tanaman, pupuk kandang dan bantuan
mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman.
4. Menghindari penggunaan hormon tumbuhan dan bahan aditif sintetis dalam
makanan ternak.
Sesuai dengan definisi dan tujuan dari pelaksanaan pertanian organik, maka
dalam pengelolaan pertanian organik harus memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Prinsip kesehatan : pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan
kesehatan tanah, tanaman, hewan dan manusia serta Bumi sebagai satu
kesatuan yang tak terpisahkan.
2. Prinsip ekologi : pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus
ekologi kehidupan, bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan
siklun ekologi kehidupan. Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik
dalam sistem ekologi kehidupan, dimana produksi didasarkan atas proses
dan daur ulang ekologis. Siklus ini bersifat universal tetapi dalam
opersionalnya bersifat lokal sepesifik.
3. Prinsip keadilan : pertanian organik harus membangun hubungan yang
mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup
bersama.
4. Prinsip perlindungan : pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan
bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi
sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.
Sistem pertanian organik memberikan beberapa manfaaat diantaranya adalah:
1. Tanaman menjadi sehat, bebas dari bahan kimia aktif, residu, baik dari
akibat oleh pestisida ataupun pemupukan.
2. Hasil produksi akan lebih sehat.
3. Menjadi pertanian yang mampu menjaga kelestarian alam dan menjaga
keseimbangan ekosistem.

5
Badan Standardisasi Nasional menjelaskan prinsip-prinsip pertanian organik
ini secara lebih rinci. Untuk produk tanaman, prinsip-prinsip produksi pangan
organik diterapkan pada lahan yang sedang dalam periode konversi paling sedikit
2 (dua) tahun sebelum penebaran benih, atau kalau tanaman tahunan selain
padang rumput, minimal 3 tahun sebelum panen hasil pertamanya. Berapapun
lamanya masa konversi, produksi pangan organik hanya dimulai pada saat
produksi telah mendapat sistem pengawasan dan pada saat unit produksi telah
mulai menerapkan tatacara produksi yang telah ditentukan. Badan Standardisasi
Nasional (BSN) menjelaskan prinsip-prinsip pertanian secara lebih rinci, dimana
untuk produk tanaman prinsip-prinsip produksi pangan organik ditetapkan
sebagai berikut :
1. Pada lahan yang sedang dalam periode konversi paling sedikit 2 (dua) tahun
dari penggunaan bahan kimia terakhir, sebelum penebaran benih dilakukan
dan untuk tanaman tahunan minimal 3 (tiga) tahun.
2. Dalam hal seluruh lahan tidak dapat dikonversi secara bersamaan, maka
boleh dikerjakan secara bertahap dengan menerapkan standar konversi
dimulai pada bagian lahan yang dikehendaki.
3. Areal yang sedang dalam proses konvers dan areal yang telah dikonversi
untuk produksi pangan organik tidak boleh diubah. Jika kembali
menggunakan input kimia, maka produk yang dihasilkan dikategorikan
sudah tidak organik lagi dan harus menunggu minimal 3 (tiga) tahun untuk
menghasilkan produk organik.
4. Tidak menyiapkan lahan dengan cara pembakaran, termasuk pembakaran
sampah.
5. Penyiapan benih harus berasal dari tumbuhan yang ditumbuhkan secara
organik, kecuali pada tahap awal dapat digunakan benih dengan perlakuan
pestisida dan dalam penggunaannya dilakukan pencucian untuk
meminimalkan residu pestisida sintetik.
6. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO
= Genetically Modified Organism).

6
7. Sumber air yang tidak terkontaminasi.
8. Menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas
tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan menambah residu tanaman, pupuk
kandang yang telah dikomposkan, penanaman legume dan rotasi tanaman.
9. Dilarang menggunakan pupuk yang berasal dari kotoran manusia (tinja) dan
kotoran babi.
10. Pengendalian hama/penyakit dan gulma dilakukan secara mekanis, biologis
serta rotasi tanaman.
11. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis.
12. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator).
Berapapun lama masa konversi, produksi pangan organik hanya dimulai
pada saat proses produksi telah mendapat pengawasan serta menerapkan tatacara
produksi sebagaimana yang telah ditentukan dalam sistem pertanian organik.
Untuk produk ternak, hewan ternak yang dipelihara untuk produksi organik harus
menjadi bagian integral dari unit produksi usahatani organik dan harus dikelola
sesuai dengan kaidah-kaidan standar organik. Pengelolaan peternakan organik
harus dilakukan dengan menggunakan metode pembibitan (breeding) alami,
meminimalkan stress, mencegah penyakit, secara progresif menghindari
penggunaan obat hewan jenis kemoterapika (termasuk antibiotik) alopati
kimia(chemical allopathic), mengurangi penggunaan pakan ternak yang berasal
dari binatang (tepung daging) serta menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan
peliharaan.
2.2 Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan
sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya
tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi
pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal
mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi: penggunaan sumberdaya,
kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian
yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang
ramah terhadap lingkungan. Sistem pertanian berkelanjutan mementingkan

7
keberlanjutan berlangsungnya pola usahatani pada masa yang akan datang.
Pertanian berkelanjutan sebagai pengelolaan sumberdaya pertanian untuk
memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau
meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Dengan
memperhatikan input-input pertanian yang ramah lingkungan.
Konsep model dari pertanian berkelanjutan terus berkembang saat ini.
penerapan konsep tersebut agar berkembang dan berbagai variasi sebutan seperti
pertanian selaras alam, pertanian ramah lingkungan, pertanian pengendalian
hama dan penyakit terpadu, pertanian organik dan berbagai sebutan lainnya.
Gagasan pertanian berkelanjutan sendiri dikembangkan dalam rangka
membangun kembali sistem pertanian yang mampu menjaga, memelihara dan
melindungi keberlanjutan alam serta dalam rangka menegakkan kembali
kedaulatan petani yang telah dihancurkan oleh pertanian modern (revolusi hijau).
Kekeliruan penilaian yang telah dilakukan sebelum pengenalan revolusi hijau
sebagai berikut:
1. Tidak terduganya peningkatan harga pupuk kimia dan bahan baku minyak
serta penurunan harga-harga di pasar dunia internasional sebagai akibat
produksi biji-bijian yang berlebihan. Perubahan ini mengakibatkan harga
yang lebih tinggi ditingkat konsumen, sementara harga ditingkat produsen
lebih rendah. Sehingga yang diuntungkan adalah ditingkat supplier pupuk
buatan dan bahan bakar minyak.
2. Tidak terduganya ketergantungan yang semakin meningkat terhadap
pestisida dan pupuk buatan. Input tersebut telah mencemari sungai dan air
tanah dalam tingkat yang membahayakan.
Sistem pertanian semakin berkembang dan modern dari waktu ke waktu,
perubahan ini menandakan sesuatu yang mengarah pada teknologi biologis dalam
mempertahankan alam sebagai ekosistem yang harus selalu dijaga. Teknologi
memerlukan suatu input baik dari luar maupun dari dalam suatu sistem itu
sendiri.
Dalam pertanian berkelanjutan, suatu sistem usahatani harus menghasilkan
suatu tingkat produksi yang memenuhi kebutuhan material (produktivitas) dan

8
kebutuhan sosial (identitas) petani dalam batas-batas keamanan tertentu dan
tanpa penurunan sumber daya alam dalam jangka panjang. Karena tujuan
keamanan, kesinambungan dan identitas biasanya bersaing dengan tingkat
produktivitas yang sifatnya segera.Pertanian berkelanjutan dijumpai pada konsep
LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture). LEISA mengacu pada
bentuk-bentuk usahatani yang berusaha mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya lokal yang ada dengan mengkombinasikan berbagai macam
komponen sistem usahatani yaitu : tanaman, ternak/hewan, tanah, air, iklim dan
manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling
besar, serta berusaha mencari cara pemanfaastan input luar hanya bila diperlukan
untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam ekosistem dan meningkatkan
sumberdaya biologi, fisik dan manusia dengan titik perhatian utama melalui
maksimalisasi daur ulang dan meminimalisasi kerusakan lingkungan.
Prinsip-prinsip dasar ekologi pada pertanian LEISA adalah sebagai berikut :
1. Menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman,
khususnya dengan mengelola bahan-bahan organik dan meningkatkan
kehidupan mikro organisme dalam tanah.
2. Mengoptimalkan ketersediaan unsur hara dan menyeimbangkan arus unsur
hara, khususnya melalui pengikatan Nitrogen, daur ulang dan pemanfaatan
pupuk luar sebagai pelengkap.
3. Meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi Matahari, udara dan air
melalui pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan pengendalian erosi.
4. Meminimalkan serangan hama dan penyakit terhadap tanaman dan hewan
melalui pencegahan dan perlakuan pengendalian yang aman.
5. Saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumber daya genetik yang
mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu.
Pembangunan pertanian berkelanjutan lebih mentitikberatkan pada keadaan
yang akan terjadi pada beberapa tahun kedepan, seperti kekurangan pangan
akibat situasi ekonomi politik yang tidak menguntungkan dan ledakan penduduk
yang luar biasa. Yang menjadi permasalahn yang harus dapat diatasi adalah
bagaimana cara yang harus dilakukan untuk dapat menekan jumlah penduduk

9
dan mencukupi kebutuhan pangan secara nasional maupun internasional.
Pembangunan pertanian seharusnya dilakukan dengan mengadopsi model
tertentu, dimana model pertanian itu harus dirubah secara total. Pertanian
tradisional dianggap tidak layak lagi karena yang dibutuhkan adalah ketersediaan
pangan dalam jumlah besar dan cepat. Dengan menerapkan sistem pertanian
berkelanjutan maka kemungkinan besar masalah- masalah tersebut akan dapat
teratasi. Karena dengan pertanian berkelanjutan ini dilihat dari segi teknologi
sudah sangat mendukung, bibit unggul tersedia, pemilihan lahan yang tepat dan
sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam.
Dalam pengelolaannya, pertanian berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal,
lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan
komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan
secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan
dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan
menguntungkan secara ekonomis. Dari beberapa urian diatas sangat jelas bahwa
pentingnya pertanian berkelanjutan untuk dapat diterapkan oleh berbagai negara
yang ada dibelahan dunia dengan semaksimal mungkin.
Dalam sistem pertanian berkelanjutan agar usahatani tetap produktif dan
sehat, harus ada jaminan bahwa jumlah unsur hara yang hilang dari tanah tidak
melampaui jumlah unsur hara yang dikembalikan ke tanah, sehingga tetap
produktif dalam jangka panjang. dalam melakukan pertanian berkelanjutan
dengan melakukan pertanian berkelanjutan harus mempertimbangkan 3 aspek
yaitu:
1. Aspek Ekonomi. Dalam sistem pertanian organik, selalu mempertimbangkan
efisiensi terhdap penggunaan sumberdaya, efisiensi terhadap penggunaan
bahan input eksternal, meminimalkan biaya pengobatan dan meningkatkan
pendapatan/nilai tambah.

10
2. Aspek Ekologi. Dalam usahatani organik, selalu diupayakan semaksimal
mungkin memanfaatkan input lokal, meminimalkan polusi dari proses
kegiatan produksi dan memperbaiki tekstur,
menyeimbangkan,keanekaragaman biologi, mengedepankan usahatani
berkelanjutan, konservasi sumberdaya alam dan berupaya menjaga
keseimbangan ekosistem.
3. Aspek Sosial. Dalam usahatani organik selalu berupaya meningkatkan
kepekaan yang lebih baik terhadap lingkungan, penghargaan terhadap
budaya lokal, pemenuhan kebutuhan produk yang sehat dan aman
dikonsumsi, mengutamakan lingkungan kerja yang aman dan sehat serta
menjaga keharmonisan sosial di pedesaan.
Dari penjelasan di atas berarti dapat disimpulkan bahwa pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian yang meliputi
komponen-komponen fisik, biologi, sosial ekonomi, lingkungan dan manusia
yang berjalan secara ideal untuk saat ini dan yang akan datang.
2.3 Pertanian Organik sebagai Sistem Pertanian Berkelanjutan
Konservasi merupakan faktor yang penting dalam sistem usahatani
berwawasan lingkungan. Konservasi sumberdaya terbarukan berarti sumberdaya
tersebut harus dapat difungsikam secara berkelanjutan. Pertanian ramah
lingkungan dimana salah satunya ialah dengan menerapkan pertanian organik,
merupakan upaya untuk memfungsikan sumberdaya secara berkelanjutan.
Pertanian organik merupakan bentuk dari sistem pertanian berkelanjutan, dengan
konsep utamanya adalah mewujudkan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka
Pertanian organik dipandang sebagai suatu sistem pertanian berkelanjutan
yang memberikan manfaat bagi lingkungan alam dan manusia. Penggunaan
bahan-bahan organik secara maksimal akan menjaga kelestarian alam sekaligus
memberikan nilai tambah bagi konsumen. Limbah pertanian diartikan sebagai
bahan yang dibuang disekitar sektor pertanian seperti jerami padi, jerami, jagung,
jerami kedelai, jerami kacang tanah, kotoran ternak, dan limbah-limbah pertanian
lainnya.Limbah pertanian dapat berbentuk bahan buangan tidak terpakai yang

11
berasal dari bahan sisa pertanian atau hasil pengolahan.Limbah pertanian sebagai
sumber bahan organik dan hara tanah dan hara tanah termasuk didalamnya
perkebunan dan peternakan seperti jerami, sisa tanaman atau semak, kotoran
ternak peliharaan atau sejenisnya merupakan sumber bahan organik dan hara
tanaman.
Pertanian organik, jika dilakukan dengan tepat, akan mengurangi biaya input
terutama pupuk dan pestisida, secara dramatis akan meningkatkan kesehatan
petani dan kesuburan tanah mereka secara alami. Masalah dalam pengembangan
pertanian organik ini adalah insentif yang tepat untuk petani dalam mengkonversi
usahataninya menjadi usahatani organik yang bisa berkelanjutan, dimana pada
awalnya usahatani ini belum dianggap efektif. Masyarakat menghendaki produk
pangan yang baik dan sehat, tetapi mereka tidak mau membayar tinggi. Petani
ingin mendapatkan bayaran yang wajar atas usaha/kerjanya dalam memproduksi
pangan organik dan mensuport usahataninya untuk masa yang akan datang.
Namun, sistem ini belum tersedia saat ini. Sertifi kasi yang mahal, keahlian
mereka hilang dan uang yang petani keluarkan untuk memproduksi pangan yang
baik hilang, dalam hal ini hilang ke pedagang.
Beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam menjaga
keberlanjutan produksi yang ramah lingkungan adalah : 1) pemanfaatan
sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis (terutama lahan dan air) secara
lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam; 2) proses produksi atau
kegiatan usahatani yang dilakukan secara ramah lingkungan, sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif pada masyarakat; 3) penanganan pasca panen dan
pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran serta pemnafaatan produk tidak
menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah); 4) produk yang
dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen
dan aman dikonsumsi.
Memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertanian organik yang
mengedepankan : kesehatan, ekologi, keadilan dan perlindungan sebagaimana
disebut di atas, tampak dengan jelas bahwa pertanian organik sangat sesuai
dengan prinsip dan konsep LEISA yang berupaya untuk mempertahankan dan

12
sedapat mungkin meningkatkan sumber daya alam serta memanfaatkan secara
maksimal proses-proses alami, dimana sebagian dari produksi dipasarkan, maka
dicari peluang untuk memperoleh kembali unsur hara yang hilang dari sistem
usahatani ke pasar. Tujuan dari pertanian organik juga sangat sejalan dengan
tujuan pembangunan pertanian dalam upaya menciptakan pembangunan
pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture) dimana aspek lingkungan
menjadi salah satu titik perhatian utama guna terciptanya keseimbangan
ekosistem lahan pertanian disamping aspek peningkatan produksi. Dengan
kondisi tersebut maka pertanian organik dapat dikatakan sebagai suatu sistem
pertanian berkelanjutan dimana dalam proses produksinya selalu menekankan
pelestarian dan konservasi sumber daya alam, proses produksi secara alami
sehingga tetap produktif dalam jangka panjang.
Menurut pakar ekologi, teknologi modern (pertanian tergantung bahan
kimia) berdasarkan pertimbangan fisik dan ekonomi dianggap berhasil
menanggulangi kerawanan pangan, tetapi ternyata harus dibayar mahal dengan
makin meningkatnya kerusakan/degradasi yang terjadi di permukaan bumi,
seperti desertifikasi, kerusakan hutan, penurunan keragaman hayati, selinitas,
penurunan kesuburan tanah, pelonggokan (accumulation) senyawa kimia di
dalam tanah maupun perairan, erosi dan kerusakan lainnya. Sampai saat ini masih
merupakan dilema berkepanjangan antara usaha meningkatkan produksi pangan
dengan menggunakan produk agrokimia dan usaha pelestarian lingkungan yang
berusaha mengendalikan/membatasi penggunaan bahan-bahan tersebut.
Penggunaan pupuk pabrik dan pestisida yang berlebihan dan tidak terkendali
mempunyai dampak yang sama terhadap lingkungan: penggunaannya setiap
waktu meningkat, kemangkusannya (efficiency) menurun, dan cenderung
berdampak negatif terhadap lingkungan.
Secara umum, ada dua pemikiran yang melatari pengembangan pertanian
organik di Indonesia. Pertama, pemikiran yang merujuk kepada keprihatinan
berbagai kalangan, baik nasional maupun internasional terhadap keamanan
pangan, kondisi lingkungan, kesehatan, dan kesejahteraan petani. Kedua,
pemikiran yang dilatari oleh degradasi fisik dan kimia sebagian lahan, terutama

13
lahan sawah serta lingkungan, namun tetap peduli terhadap ketahanan pangan
nasional yang harus bertumpu pada produktivitas tinggi dan stabil, khususnya
untuk komoditas padi. Berdasarkan kedua pemikiran tersebut, pengembangan
pertanian organik (dan penggunaan pupuk organik) dibedakan atas dua
pemahaman umum, yang keduanya samasama penting dan patut dikembangkan.
Dalam pembangunan pertanian nasional, ketahanan pangan mempunyai
peran yang sangat strategis karena: 1) akses terhadap pangan dan gizi yang cukup
merupakan hak yang paling azasi bagi manusia, 2) kecukupan pangan berperan
penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, dan 3)
ketahanan pangan menjadi salah satu pilar utama dalam menopang ketahanan
ekonomi dan ketahanan nasional yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan
ketahanan pangan nasional, ketersediaan pangan yang cukup dari segi kuantitas,
kualitas, mutu, gizi, keamanan maupun keragaman, dengan harga yang
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat harus dipenuhi.
Zona agroekologi (ZAE) merupakan salah satu cara dalam menata
penggunaan lahan melalui pengelompokan wilayah berdasarkan kesamaan sifat
dan kondisi wilayah. Pengelompokan bertujuan untuk menetapkan area
pertanaman dan komoditas potensial, berskala ekonomi, dan tertata dengan baik
agar diperoleh sistem usaha tani yang berkelanjutan. Penyusunan ZAE mengacu
pada konsep sistem pakar (expert system). Konsep ini mengacu pada kesesuaian
antara karakteristik lahan, iklim dan persyaratan tumbuh tanaman. Komponen
utama dalam penetapan ZAE adalah kondisi biofisik lahan (kelerengan,
kedalaman tanah, dan elevasi), iklim (curah hujan, kelembapan, dan suhu), dan
persyaratan tumbuh tanaman, agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi
dengan optimum.
Lahan pertanian subur sebagian besar telah dimanfaatkan untuk berbagai
sektor, baik sektor pertanian maupun nonpertanian (industri, infrastruktur,
pemukiman). Bahkan lahan sawah intensif telah mengalami penciutan akibat
konversi. Sebagian lahan yang tersisa untuk pengembangan pertanian ke depan
adalah lahan suboptimal atau marginal (tadah hujan, lahan kering masam, dan
lahan rawa) dengan berbagai masalah biofisik, sedangkan lahan subur

14
penyebarannya secara sporadis dengan berbagai status (aspek legalitas dan
penggunaan/ peruntukannya). Demikian pula terjadi persaingan penggunaan
lahan yang makin meningkat antara pertanian dan nonpertanian (pertambangan,
perindustrian, pemukiman, infrastruktur) maupun antara pertanian tanaman
pangan dan nonpangan (perkebunan, industri, dan bioenergi). Oleh karena itu,
optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan dalam mendukung pengembangan
pertanian di masa yang akan datang perlu ditingkatkan. Untuk mendukung hal
tersebut, perlu dilakukan identifikasi secara rinci serta pemutakhiran dan akurasi
data spasial lahan pertanian potensial yang tersedia.
2.4 Pertanian Organik
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan
bahan-bahan alami tanpa bahan-bahan kimia sintesis. Tujuan utama pertanian
organik adalah menyediakan produk pertanian bahan pangan yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumen serta tidak merusak lingkungan. Produk
organik adalah produk (hasil tanaman/ternak yang diproduksi melalui praktek-
praktek yang secara ekologi, sosial ekonomi berkelanjutan, dan mutunya baik
(nilai gizi dan keamanan terhadap racun terjamin). Oleh karena itu pertanian
organik tidak berarti hanya meninggalkan praktek pemberian bahan non organik,
tetapi juga harus memperhatikan cara-cara budidaya lain, misalnya pengendalian
erosi, penyiangan pemupukan, pengendalian hama dengan bahanbahan organik
atau non organik yang diizinkan.
Sistem Pertanian Organik adalah sistem manajemen produksi yang
holistik untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem,
termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian
organik menekankan penerapan praktik-praktik manajemen yang lebih
mengutamakan penggunaan input dibandingkan limbah kegiatan budidaya di
lahan, dengan mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan/kondisi
setempat. Jika memungkinkan, hal tersebut dapat dicapai dengan penggunaan
budaya, metoda biologi dan mekanik yang tidak menggunakan bahan sintesis
untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam system.

15
Pertanian organik menurut International Federation of Organic
Agriculture Movements/IFOAM (2005) didefinisikan sebagai sistem produksi
pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan
produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan
serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Pertanian organik adalah sistem
pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversitas, siklus
biologi dan aktivitas biologi tanah. Tujuan yang hendak dicapai dalam
penggunaan sistem pertanian organik menurut IFOAM antara lain: 1) mendorong
dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan mengaktifkan
kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman serta hewan; 2)
memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian (terutama
petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan hak asasi manusia untuk
memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan kerja,
termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat, dan 3) memelihara serta
meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan. Pertanian organik menurut
IFOAM merupakan sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari
penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan
pencemaran udara, tanah, dan air. Pertanian organik di sisi lain juga berusaha
meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara flora, fauna, dan manusia.
Penggunaan masukan di luar pertanian yang menyebabkan kerusakan sumber
daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai pertanian organik, sebaliknya sistem
pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun mengikuti aturan
pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik, meskipun
agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik.
Cara-cara pertanian organik di setiap negara bervariasi, akan tetapi pada
dasarnya pertanian organik mempunyai tujuan yang sama yaitu merupakan usaha
perlindungan tanah, penganekaragaman hayati, dan memberikan kesempatan
kepada binatang ternak dan unggas untuk merumput di alam terbuka. Penelitian
yang dilakukan di beberapa negara yang membandingkan pertanian organik dan
pertanian konvensional sebagian besar menyatakan bahwa keuntungan yang
didapat dari pertanian organik lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh

16
dari pertanian konvensional, hal ini disebabkan karena pertanian organik tidak
banyak menggunakan biaya untuk pembelian pupuk, pestisida kimia, dan input
pertanian lain, di samping itu produk organik dijual dengan harga yang lebih
tinggi dari produk pertanian konvensional.
Prinsip-prinsip dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian
organik. Prinsip-prinsip ini berisi tentang manfaat yang dapat diberikan pertanian
organik bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan keseluruhan
aspek pertanian secara global. Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian
dengan pengertian luas, termasuk bagaimana manusia memelihara tanah, air,
tanaman, dan hewan untuk menghasilkan, mempersiapkan, dan menyalurkan
pangan dan produk lainnya. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1) prinsip kesehatan;
2) prinsip ekologi; 3) prinsip keadilan; dan 4) prinsip perlindungan.
Prinsip kesehatan pada pertanian organik menurut IFOAM (2005) adalah
bahwa pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,
tanaman, hewan, manusia, dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat
dipisahkan dari kesehatan ekosistem. Peran pertanian organik baik dalam
produksi, pengolahan, distribusi, dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan
meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang
berada di dalam tanah hingga manusia, serta dimaksudkan untuk menghasilkan
makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan
dan kesejahteraan, sehingga harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-
obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan
kesehatan.
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi
kehidupan yang meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan.
Prinsip ekologi dalam pertanian organik menurut IFOAM (2005) ini menyatakan
bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Budidaya
pertanian, peternakan, dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai
dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus-siklus ini bersifat
universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organik

17
harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya, dan skala lokal. Bahan-bahan
asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan
dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara,
meningkatkan kualitas, dan melindungi sumber daya alam. Pertanian organik
dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem pertanian,
membangun habitat, pemeliharaan keragaman genetika, dan pertanian. Pertanian
organik berdasarkan prinsip keadilan menurut IFOAM (2005) harus membangun
hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan
kesempatan hidup bersama.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap
orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan
kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan
ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Prinsip
keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan
habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin
kesejahteraannya. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk
produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan
ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang.
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab
untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang
serta lingkungan hidup. Prinsip perlindungan dalam pertanian organik menurut
IFOAM (2005), pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar dalam
pengelolaan, pengembangan, dan pemilihan teknologi di pertanian organik.
Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan
menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat
diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering) dan segala
yang diambil harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua
aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-proses yang
transparan dan partisipatif.
Produk organik lebih berkualitas dibandingkan produk non organik.
Menurut beberapa penelitian, produk sayuran yang tercemar pestisida dan pupuk

18
kimia sintetik dalam jangka panjang mempunyai dampak terhadap kesehatan
konsumen dan daya saing pemasaran. Sekalipun belum terdapat data resmi
tentang resiko (kesehatan) maupun dampak negatif lainnya akibat mengkonsumsi
sayuran yang mengandung residu pestisida dan pupuk kimia sintestik di
Indonesia, namun sudah saatnya bertindak arif dan bijaksana dalam
menggunakan bahan-bahan tersebut dengan cara meninggalkan bahan kimia dan
berpaling menggunakan bahan-bahan organic. Sayuran organik yang dihasilkan
dari pertanian organik, ditanam dengan sebuah metode produksi yang bertujuan
untuk melindungi lingkungan sekitar pertanian sehingga mampu
mempertahankan keanekaragaman hayati dan menghormati siklus alam.
Tanaman organik harus dipelihara di tanah yang aman, tidak dimodifikasi secara
genetis dan harus selalu terpisah dari produk konvensional. Petani yang
menananm tanaman organik tidak diperbolehkan menggunakan pestisida sintetis,
organisme hasil rekayasa genetika (GMO) dan pupuk buatan. Meskipun peralatan
dan bahan-bahan yang digunakan keseluruhannya berlabel organik, residu
pestisida tanaman organik tidak selalu nol karena pestisida masih dapat masuk
melalui angin, air atau tanah.
2.5 Padi dan Beras Organik
Padi merupakan tanaman yang tumbuh di areal sawah, beras yang
dihasilkan dari tanaman padi (Orzya sativa Sp) merupakan tanaman pangan yang
dikonsumsi 90 persen penduduk Indonesia. Beras memiliki nilai gizi yang tinggi
dan merupakan sumber energi dan protein bagi tubuh. Nilai gizi yang terkandung
pada beras sangat di butuhkan karena tubuh memerlukan energi dan protein.
Pengembangan komoditi beras merupakan sektor strategis yang sangat penting
untuk kelangsungan rumah tangga petani dan tingkat nasional. Sebagian besar
penduduk Indonesia adalah petani yang mengusahakan sawah untuk ditanami
padi. Program diversifikasi pangan sudah dilakukan untuk penggantian alternatif
konsumsi beras ke tanaman pangan lainnya, tetapi tingkat konsumsi beras rumah
tangga tiap tahun meningkat. Ketahanan pangan di sektor ini harus segera
diwujudkan untuk menciptakan tingkat stabilitas nasional dan mengatasi krisis
pangan yang bisa terjadi setiap saat.

19
Pembudidayaan padi di lahan pertanian organik biasanya diawali dengan
pemilihan bibit atau benih tanaman nonhibrida karena di samping untuk
mempertahankan keanekaragaman hayati, secara teknis bibit nonhibrida
dimungkinkan dapat hidup dan berproduksi optimal pada kondisi yang alami.
Padi varietas alami yang dapat dipilih untuk ditanam secara organik antara lain,
rojolele, mentik, pandan, dan cianjur. Benih atau bibit yang digunakan dalam
menghasilkan pangan organik menurut sistem pangan organik merupakan benih
tanpa perlakuan atau bukan berasal dari produk rekayasa genetika/GMO.
Padi merupakan salah satu komoditas penghasil pangan yaitu beras.
Struktur umum biji padi terdiri dari 3 bagian, yaitu kulit biji, butir biji
(endosperm), dan lembaga (embrio). Kulit biji padi disebut sekam, sedangkan
butir biji dan embrio disebut butir beras. Beras secara biologi adalah bagian biji
padi yang terdiri dari: 1) aleuron (lapisan terluar yang sering kali ikut terbuang
dalam proses pemisahan kulit); 2) endosperma (tempat sebagian besar pati dan
protein beras berada); dan 3) embrio, yang merupakan calon tanaman baru
(dalam bentuk beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik
kultur jaringan, dalam bahasa sehari-hari, embrio disebut sebagai mata beras).
Warna beras yang berbeda-beda diatur secara genetik, akibat perbedaan
gen yang mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada
endospermia. Jenis-jenis beras antara lain: 1) beras "biasa" yang berwarna putih
agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa
umumnya sekitar 20%. Beras putih ini mendominasi pasar beras; 2) beras merah,
yaitu beras yang aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin
yang merupakan sumber warna merah atau ungu; dan 3) beras hitam, disebabkan
aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi
sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam.
Varietas beras pada umumnya dapat dikelompokkan menurut ukuran dan
bentuknya yaitu padi panjang, padi sedang dan padi pendek. Varietas padi
panjang yang telah digiling bersifat kering dan halus jika dimasak, sedangkan
padi pendek dan padi sedang bersifat lembab dan pulen sehingga biasa digunakan
pada produk makanan bayi. Beras pada umumnya dimanfaatkan untuk diolah

20
menjadi nasi sebagai makanan pokok terpenting warga dunia dan dalam bidang
industri pangan beras diolah menjadi tepung beras. Sosohan beras (lapisan
aleuron), yang memiliki kandungan gizi tinggi, diolah menjadi tepung bekatul
(rice bran). Bagian embrio beras juga diolah menjadi suplemen makanan dengan
sebutan tepung mata beras.
Beras yang berwarna merah atau beras merah diyakini memiliki khasiat
sebagai obat. Beras merah berasal dari beras tumbuk, yang kulit arinya tak
banyak hilang, pada kulit ari inilah terdapat kandungan protein, vitamin, mineral,
lemak, dan serat yang sangat penting bagi tubuh. Serat tidak hanya dapat
mengenyangkan, serat juga dapat mencegah berbagai penyakit saluran
pencernaan. Beras merah dapat digunakan sebagai pengobatan penyakit beri-beri,
gangguan sistem saraf, jantung serta mencegah penyakit kanker dan penyakit
degeneratif lain.
Beras organik merupakan beras yang berasal dari padi yang
dibudidayakan secara organik atau tanpa menggunakan pupuk dan pestisida
kimia dan menerapkan sistem pangan organik hingga ke tangan konsumen. Beras
organik menjadi aman dikonsumsi karena bebas dari residu kimia. Masyarakat
menganggap beras organik adalah beras yang lebih sehat, aman dan bergizi tinggi
daripada beras yang dibudidayakan secara konvensional karena bebas dari
pestisida.
Pada dasarnya syarat tumbuh padi organik sama dengan padi pada
biasanya. Tanaman padi secara umum membutuhkan suhu minimum 11°-25°C
untuk perkecambahan, 22-23°C untuk pembungaan, 20°-25°C untuk
pembentukan biji, dan suhu yang lebih panas dibutuhkan untuk semua
pertumbuhan karena merupakan suhu yang sesuai bagi tanaman padi khususnya
di daerah tropika. Suhu udara dan intensitas cahaya di lingkungan sekitar
tanaman berkorelasi positif dalam proses fotosintesis, yang merupakan proses
pemasakan oleh tanaman untuk pertumbuhan tanaman dan produksi buah atau
biji. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas dan
banyak mengandung uap air dengan curah hujan rata-rata 200 mm bulan lebih,
dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki sekitar 1500-

21
2000 mm/tahun dengan ketinggian tempat berkisar antara 0-1500 m dpl dan
tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah dengan
kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dengan perbandingan tertentu dan
diperlukan air dalam jumlah yang cukup yang ketebalan lapisan atasnya sekitar
18-22 cm dengan pH 4-7.
Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan
bertanam padi secara konvensional (non organik). Perbedaan untuk bertani padi
organik dan biasa terletak pada input yang digunakan pada pertanian padi organik
memanfaatkan hasil alam sebagai pupuk dan pestisida alami, sehingga
menghasilkan output yang alami, sehat dan ramah. Pemberian pupuk organik
berupa pupuk jerami padi memberikan keuntungan terhadap kesuburan tanah.
Kondisi pengairan yang tidak selalu tergenang akan memberikan lingkungan
aerob yang menguntungkan mikroorganisme tanah dan pertumbuhan
perkembangan perakaran tanaman. Teknik budidaya padi organik dengan cara:
persiapan benih, Benih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam. Larutan
air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila benih
terapung artinya benih tidak baik untuk ditanam, sedangkan yang tenggelam
adalah benih yang baik untuk ditanam.
Suatu usahatani padi dapat dikatakan padi organik apabila telah mencapai
kriteria:
1. Lokasi lahan dan tempat penyimpanan harus terpisah secara fisik dengan
atas alami dari pertanian non organik.
2. Bibit tidak boleh berasal dari rekayasa genetika dan tidak ada keterkaitan
dengan bahan kimia sintetik ataupun zat pengatur tumbuh.
3. Media tubuh atau lahan tidak menggunakan bahan kimia sintetik.
4. Masa konversi lahan pertanian dari pertanian non organik menjadi pertanian
organik mebutuhkan waktu 12 bulan untuk tanaman musiman dn 18 bulan
untuk tanaman tahunan.
5. Perlindungan tanaman terhadap hama tidak menggunakan bahan kimia
sintetik, tetapi berupa pengaturan sistem tanam, pestisida nabati, agen hayati,
dana bahan alami lainnya yang bisa digunakan.

22
6. pengolahan produksi harus terpisah dari produk non organik dan tidak
menggunakan bahan yang mengandung additive.
Menurut Priadi (2007), Pupuk dan pestisida yang digunakan pada padi organik
harus berasal dari bahan organik seperti pupuk kandang yang berasal dari katoran
hewan, limbah tumbuhan, dan produk tambahan seperti kompos jerami padi atau
sisa-sisa tanaman lainnya yang bisa digunakan. Pemberantasan dan pencegahan
penyakit dan hama, menggunakan biopestisida yang berasal dari ekstrak bahan-
bahan aktif tumbuhan.
Padi organik adalah padi yang disahkan oleh sebuah badan independen,
untuk ditanam dan diolah menurut standar organik yang di tetapkan. Adapun ciri-
ciri dari padi organik adalah:
1. Tidak ada pestisida dan pupuk dari bahan kimia sintesis atau buatan yang
telah digunakan.
2. Kesuburan tanah dipelihara melalui proses alami tumbuhan penutup atau
penggunaan pupuk kandang yang dikomposkan dan limbah tumbuhan.
3. Tanaman dirotasikan disawah untuk menghindari penanaman tanaman yang
sama dari tahun ketahun di sawah yang sama.
4. Pergantian bentuk-bentuk bukan kimia, misalnya pengendalian hama dan
gulma digunakan serangga yang bermanfaat untuk memangsa hama serta
daun jerami setengah busuk untuk menekan gulma, juga organisme lain
untuk menekan serangan peyakit.
Beras organik adalah beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan secara
organik; artinya padi tersebut ditumbuh kembangkan dengan mengikuti prinsip-
prinsip organik. Beras organik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
beras anorganik. Nasi dan beras organic lebih empuk dan pulen, memiliki
kenampakan lebih putih, serta memiliki daya tahan hingga 24 jam sementara nasi
dari beras organic hanya 12 jam. Konsumen merasa tidak terancam kesehatanya
dengan memilih padi organic karena tidak menggunakan pestisida dalam
budidayanya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memproduksi beras organik yaitu,
konsumen yang mengkonsumsi beras organik jumlahnya masih terbatas hanya

23
pada kalangan tertentu. Oleh sebab itu, untuk meproduksi padi organik hanya
akan efektif dikembangkan pada daerah-daerah tertentu dalam skala luasan yang
sempit. seperti, 1) daerah-daerah lembah atau pegunungan yang mempunyai
sumber pengairan langsung (mata air), 2) jauh dari lokasi industri yang dapat
mengeluarkan polusi bahan kimia, dan 3) lahan sawah berteras untuk
memudahkan pengaturan pengairan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penanaman padi organik antara lain: 1) Harus mengikuti standar ketat untuk
produksi dan pengolahan yang ditetapkan oleh badan sertifikasi. 2) Harus
membuat dan menyerahkan rencana tahunan yang memperlihatkan bahwa akan
memenuihi persyaratan produksi dan pengolahan dari badan sertifikasi. 3)
Produk hanya dapat disertifikasi “padi organik” bila produk ditanam pada lahan
yang telah bebas dari zatzat terlarang (misalnya, pestisida, dan pupuk kimia
buatan) selama tiga tahun sebelum disertfikasi. 4) Harus membuat catatan
terperinci mengenai metode dan bahan yang digunakan dalam penanaman atau
pengolahan produk organik untuk memperlihatkan bahwa standar telah dijaga
dan dipertahankan. 5) Dibutuhkan pihak ke tiga yang disetujui oleh badan
sertifikasi nasional untuk mensertifikasi yang setiap tahun menginspeksi semua
metode dan bahan.
Indonesia punya potensi besar dalam pengembangan pertanian organik.
Walaupun secara ekonomi, kontribusi nilai komoditas pertanian organik relatif
masih kecil dibanding nilai komoditas non organik, namun trend perkembangan
pasarnya meningkat signifi kan. Prospek pengembangan beras organik dalam
negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi
padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi kebutuhannya
secara baik, sehingga kekurangannya sekitar 5 persen harus diimpor. Kebutuhan
beras organik di Indonesia dari tahun ke tahun terus bertambah begitu pula
dengan produksi, namun peningkatan produksi tersebut belum mampu memenuhi
kebutuhan akan beras organik.

24
BAB III
KESIMPULAN
Kondisi pertanian sekarang belum berkelanjutan, karena hasil panen
secara fisik merupakan ukuran keberhasilan kelestarian produksi pertanian.
Pertanian organik merupakan salah satu teknologi alternatif yang memberikan
berbagai hal positif, yang dapat diterapkan pada usaha tani produk-produk
bernilai komersial tinggi dan tidak mengurangi produksi. Untuk menerapkan
pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, perlu dilakukan upaya sosialisasi
pemasyarakatan mengenai pentingnya pertanian yang ramah lingkungan dan
penggalakkan konsumsi produk hasil pertanian organik.
Memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertanian organik yang
mengedepankan : kesehatan, ekologi, keadilan dan perlindungan sebagaimana
disebut di atas, tampak dengan jelas bahwa pertanian organik sangat sesuai
dengan prinsip dan konsep LEISA yang berupaya untuk mempertahankan dan
sedapat mungkin meningkatkan sumber daya alam serta memanfaatkan secara
maksimal proses-proses alami, dimana sebagian dari produksi dipasarkan, maka
dicari peluang untuk memperoleh kembali unsur hara yang hilang dari sistem
usahatani ke pasar. Tujuan dari pertanian organik juga sangat sejalan dengan

25
tujuan pembangunan pertanian dalam upaya menciptakan pembangunan
pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture) dimana aspek lingkungan
menjadi salah satu titik perhatian utama guna terciptanya keseimbangan
ekosistem lahan pertanian disamping aspek peningkatan produksi.

DAFTAR PUSTAKA
Daryono. 2014. Pelopor Pertanian Organik. http://www.tribunnews.com. Di
akses pada tanggal 01 Maret 2016.
IFOAM. 2005. Prinsip-Prinsip Pertanian Organik. In: IFOAM General assembly,
2005 Adelaide. 1-4.
Kasumbogo Untung. 1997, Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan
yang Berwawasan Lingkungan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian: Jakarta.
Las, I dkk. 2006. Isu Dan Pengelolaan Lingkungan Dalam Revitalisasi Pertanian.
Jurnal Litbang Pertanian, 25(3): 106- 114.
Saragih. dan S Eliyas. (2008). Pertanian Organik Solusi Hidup Harmoni dan
Berkelanjutan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sihotang, B. 2009. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dengan Pertanian
Organik.http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subenu/informasi/
berita/ detailberita/100/1664. 14 Juli 2009.
Saiful, Sunardi. 2013. Pertanian Organik. https://ottencoffee.co.id. Di akses pada
tanggal 01 Maret 2016.

26
Sumarno. 2013. Pertanian Organik. http://www.klinikpertanianorganik.com. Di
akses pada tanggal 01 Maret 2016.
Prawira. 2014. Sistem Pertanian Organik. https://yprawira.wordpress.com. Di
akses pada tanggal 01 Maret 2016.
Yandri, 2016. Pertanian Organik, Antara Tuntutan Dan Kendala.
http://www.bppjambi.info/dwnfi lemanager. asp?id=1467. [Diakses
tanggal 16 Desember 2015].

27

Anda mungkin juga menyukai