Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN (104B)

“PERTANIAN ORGANIK”

Dosen Pengampuh : Sri Mulyani, SP, M.Si

DISUSUN OLEH:

YOLANDA PERMATA
204110020

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

TP. 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rezeki dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis mempunyai kesempatan untuk
menyelesaikan pembuatan makalah yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Lahan
Marginal dan Teknologi Pengelolaannya dengan judul “Pertanian Organik”.
Penulis menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang penulis sadari atau pun yang tidak penulis
sadari. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini, agar di masa
yang akan datang penulis bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Namun begitu,
meskipun makalah ini jauh dari kata sempurna penulis berharap agar makalah ini sedikit
banyaknya dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam pembuatan makalah ini.Demikian sedikit kata pengantar dari penulis atas
perhatian para pembaca sekalian penulis mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK i
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BIODATA PENULIS
I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Penulisan 3

C. Manfaat Penulisan 3

II BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu 4


B. Bahan dan Alat 5
C. Metode Tugas 5

III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kesimpulan 10

IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 10
B. Saran 10

DAFTAR RUJUKAN 11

ii
BIODATA PENULIS

Nama saya Yolanda Permata. Saya lahir di Pesajian, 31 Juli

2001 dengan tinggi badan 163 cm dan berat badan 52 kg. Saya

tinggal di Desa Pesajian, Kecamatan Batang Peranap,

Kabupaten Indragiri Hulu. Saya menyelesaikan pendidikan

Sekolah Dasar di SD N 003 Pesajian. Saya bersekolah di SMPN

1 Peranap dan kemudian menyelesaikan pendidikan saya pada

Sekolah Menengah Kejuruan di SMA N 1 Peranap. Dan saat ini

saya melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Riau di

Fakultas Pertanian dengan Jurusan Agroteknologi.

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang

menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia

sintetis yang dapat merusak lingkungan akibat residu yang ditimbulkannya. Tujuan

dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk yang

bermutu, aman dikonsumsi, dan menjaga kelestarian bagi lingkungan. Residu akibat

dari penggunaan pupuk kimia sintetis yang terus menerus akan merusak kondisi

tanah baik dari segi kimia serta fisika tanahnya. Memperbaiki kualitas tanah yang

sudah tercemar dapat dilakukan dengan tata kelola lahan seperti pengolahan tanah

dan pemberian pupuk organik.

Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat.

b. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang

rendah.

c. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten.

d. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya

Soekartawi, 1986 pada seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979,

menetapkan bahwa petani kecil adalah :

a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per

kapita per tahun.

1
b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah

di Jawa atau 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan

tegal maka luasnya 0,5 ha di Jawa dan 1,0 ha di luar Jawa.

c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.

d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.

Indonesia memulai revolusi hiau pada tahun 1970 dengan pengunaan bibit

unggul padi seperti IR, PB. Cisadane, Raja lele, dan lain-lain. Pada masa ini dalam

pembudidayaan tanaman masyarakat Indonesia banyak menggunakan bahan kimia,

seperti pupuk kimia dan pestisida kimia secara berlebihan dengan tujuan agar hasil

produksi tanaman meningkat. Namun setelah sekian lama banyak ditemukan efek

negatif dari penggunaan bahan-bahan kimia tadi, diantarannya adalah:

 Pencemaran lingkungan (tanah, air, dan udara)

 Berkurangnya keanekaragaman hayati

 Munculnya hama dan penyakit baru

 Gangguan pada kesehatan manusia

Dari efek negatif yang timbul ini pada tahun 2003 pemerintah mulai

mencanangkan sistem pertanian organik.

Sistem pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang berusaha untuk

mengembalikan segala jenis bahan organik kedalam tanah baik pada bentuk residu

maupun olahan limbah tanaman dan ternak yang bertujuan untuk menyediakan hara

bagi tanaman. Sasaran utama dari sistem pertanian organik adalah untuk

mengembalikan kesuburan dan produktifitas tanah.

Adapun visi dan misi pertanian organic adalah:

2
Visi

Visi Organik adalah mengembangkan budidaya pertanian dengan basis pertanian

organik, Energi Hijau, dan pola penghematan secara menyeluruh.

Misi

Misi pertanian Organik adalah menerapkan dan mengembangkan teknik budidaya

organik berbiaya murah, membangun mekanisme komunikasi, dan kondisi

ekonomi,sosial masyarakat petani Indonesia.

Tujuan Sistem Pertanian Organik

 Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi.

 Membudidayakan tanaman secara alami.

 Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologi dan ekosistem pertanian.

 Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanahdalam jangka panjang.

 Menghindarkan segala bentuk cemaran akibat dari penerapan teknik pertanian.

 Meningkatkan usaha konservasi tanah dan air serta mengurangi masalah erosi

akibat dari pengolahan tanah yang intensif.

 Meningkatkan peluang pasar produk organik baik domestik maupun global.

Prinsip dalam Sistem Pertanian Organik

a. Prinsip ekologi

Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan.

b. Prinsip kesehatan

Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,

tanaman, hewan, manusia, dan bumi sebagai satu kesatuan.

c. Prinsip perlindungan

3
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk

melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta

lingkungan hidup.

d. Prinsip keadilan

Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan

terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.

Kendala dan Solusi dalam Sistem Pertanian Organik

a. Kendala

 Adanya hama transmigran dari kebun non-organik yang menyebabkan

menurunnya produksi.

 Tanah sudah banyak mengandung residu.

 Tanah untuk sistem pertanian organik sebaiknya tanah yang masih perawan

atau asli, sementara banyak penelitian yang menyatakan bahwa tanah

pertanian di Indonesia sudah jenuh Fosfat.

 Pasar terbatas karena hasil produk organik hanya di konsumsi oleh kalangan

tertentu saja.

 Kesulitan menggantungkan pasokan dari alam, contohnya pupuk yang harus

mengerahkan suplai kotoran ternak dalam jumlah besar dan kontinu.

 Sulitnya meninggalkan kebiasaan petani yang bergantung pada pupuk dan

pestisida kimia.

b. Solusi

 Sosialisasi pada masyarakat mengenai pertanian yang ramah lingkungan.

 Menggalakkan konsumsi produk hasil pertanian organik.

4
 Diperlukan kajian lebih banyak untuk mendapatkan SAPROTAN (Sarana

Produksi Pertanian) organik yang terbaik.

Hasil dari program system pertanian organic saat ini yaitu banyaknya petani

memakai teknik system pertanian organic ini dan telah banyak produk-produk

pertanian di pasaran hasil dari pertanian organic, hanya saja harga jualnya lumayan

mahal dibandingkan produk dengan menggunakan system pertanian kimia karena

memiliki mutu yang bagus dan baik untuk kesehatan apabila dikonsumsi.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana system pertanian organic?

2. Rencana strategis kementerian pertanian Indonesia seperti apa untuk mendukung

program system pertanian organic?

3. Permasalahan dan bagaimana solusi usaha tani di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat menjelaskan system pertanian organic.

2. Menjelaskan rencana strategis kementerian pertanian Indonesia yang

mendukung program system pertanian organic.

3. Dapat menjelaskan permasalahan dan bagaimana solusi usaha tani di Indonesia.

5
II. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Makalah ini dibuat di Area Universitas Islam Riau Jalan Kaharuddin Nasution

Km. 11, No: 113, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru.

Pengerjaan makalah ini selama kurang lebih 1 minggu.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini berupa karya ilmiah.

Sedangan alat-alat yang digunakan untuk menyelesaikan makalah ini adalah laptop,

alat tulis dan wifi.

C. Metode Tugas

Tugas dibuat dengan metode studi literatur yang merupakan serangkaian

kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan

mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. Literatur disebut juga dengan rujukan

dan biasanya diambil dari sumber berupa buku, jurnal, dan karya tulis lainnya.

6
III. PEMBAHASAN

A. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Ketersediaan Air

Pada tanah yang memiliki struktur tanah gumpal, ukurannya halus, pori air

tersedia rendah, permeabilitas agak lambat sampai sedang serta pori drainase cepat.

Maka perlu dilakukan perbaikan struktur tanah dengan penambahan pembenah tanah

berupa bahan organik. Menurut Khoirunisa (2021) Salah satu faktor yang menunjang

pertumbuhan tanaman yang baik adalah tanah yang mempunyai sifat kimia, fisika

dan biologi tertentu yang mempengaruhi kesuburannya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kesuburan tanah salah satunya adalah ketersediaan air dan bahan

organik

Murniyanto (2007) menyebutkan toleransi tanaman terhadap kekurangan air

pada awalnya ditunjukkan dengan penutupan stomata, selanjutnya mempunyai

kosekuensi yang komplek terhadap metabolisme terutama fotosintesis dan resperasi,

kebutuhan nutrisi, retranslokasi C/N dan akhirnya produksi yang dicapai. Di dalam

tanah, status air disuatu tempat berbeda dengan tempat lain tergantung potensial

matriks dalam tanah, sistem tanaman dan atsmosfer, yang akhirnya mempengaruhi

status air hujan bagi tanaman.

Hasil penelitian Simanjuntak, dkk (2012) menunjukkan bahwa dengan semakin

banyaknya tingkat pemberian kompos menunjukkan kadar air pada kapasitas lapang

semakin tinggi. Besarnya daya ikat airdari setiap perlakuan D0 (kontrol) hingga

perlakuan D6 dapat dilihat pada Gambar 1.

7
Gambar 1. Grafik kadar air kapasitas lapang

Berdasarkan Gambar 1 diketahui dari hasil penelitian bahwa kadar air kapasitas

lapang pada beberapa jenis kacang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan karena

pada jenis kacang yang berbeda memiliki bentuk perakaran yang berbeda pula

sehingga mempengaruhi pori mikro tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah

dalam mengikat air. Hal ini sesuai dengan penelitian Hakim, dkk. (1986) dalam

Anita (2010). Selain sifat tanah, faktor tumbuhan juga sangat mempengaruhi jumlah

air yang dapat diabsorbsi tumbuhan dari tanah. Pada kacang tunggak kapasitas

lapang terendah 35,6%. Pada kacang kedelai, kadar air kapasitas lapang 46,6%, dan

pada kacang hijau, kadar air kapasitas lapang 54,1%. Tanah yang tingkat pemberian

komposnya lebih kecil atau tidak sama sekali akan menyebabkan makin besar dan

mantapnya pori-pori tanah. Kondisi tersebut menyebabkan gerakan air dalam tanah

menjadi lebih lancar sesuai Kohnke dalam Supriyanto (1996) sehingga kadar airnya

kapasitas lapangnya lebih rendah.

Pada penelitian ini diperoleh pada budidaya kacang tunggak rentang kenaikan

kadar air kapasitas lapang paling tinggi terdapat pada perlakuan D6, dimana

kenaikan kadar airnya dari perlakuan D5 ke D6 dengan rerata sebesar 7,1%. Pada

8
budidaya kacang kedelai rentang kenaikan kadar air kapasitas lapang paling tinggi

terdapat pada perlakuan D6, kenaikan kadar airnya dari perlakuan D5 ke D6 dengan

rerata sebesar 6,4%, dan pada budidaya kacang hijau rentang kenaikan kadar air

kapasitas lapang paling tinggi terdapat pada perlakuan D6, kenaikan kadar airnya

dari perlakuan D5 ke D6 dengan rerata sebesar 7%. Tingkat pemberian kompos yang

lebih tinggi memiliki rentang kenaikan kadar air kapasitas lapang yang lebih tinggi,

hal ini disebabkan oleh kadar air kapasitas lapang pada tanah dengan bahan organik

tinggi, lebih besar dari bahan organik rendah (Sarief, 1985).

Titik Layu

Hasil penelitian diperoleh bahwa dengan semakin tingginya tingkat pemberian

kompos

menunjukkan peningkatan pada kadar air tittik layu. Besarnya pengaruh tingkat

pemberian kompos terhadap kadar air titik layu dapat dilihat pada Gambar 2.

Ga

mbar 2. Grafik kadar air titik layu

Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa kadar air titik layu pada budidaya setiap

jenis kacang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan karena pada setiap jenis

budidaya kacang memiliki kemampuan menyerap air yang berbeda, sehingga

9
mempengaruhi perbedaan kadar air yang masih tersimpan dalam tanah pada saat titik

layu hal ini sesuai dengan penelitian Anita (2010). Pada budidaya kacang tunggak,

kadar air titik layu terendah 2,6%, pada kacang kedelai kadar air titik layu 4,8%, dan

pada kacang hijau kadar air titik layu 7,2%. Menurut (Syukur dan Indah, 2006),

bahwa semakin sedikit dosis yang diberikan ke dalam tanah menyebabkan pori

pemegang air semakin rendah sehingga berpengaruh terhadap kadar air titik layu.

Pada penelitian ini diperoleh bahwa pada budidaya kacang tunggak dengan

rentang kenaikan kadar air titik layu yang paling tinggi ada pada perlakuan D6,

kenaikan kadar air titik layunya dari 5 perlakuan D5 ke D6 dengan rerata sebesar

3,7%, pada kacang kedelai rentang kenaikan kadar air titik layu paling tinggi terdapat

pada perlakuan D6, kenaikan kadar airnya dari perlakuan D5 ke D6 dengan rerata

sebesar 4,2 %, dan pada kacang hijau rentang kenaikan kadar air titik layu paling

tinggi terdapat pada perlakuan D6, kenaikan kadar airnya dari perlakuan D5 ke D6

dengan rerata sebesar 4,7%.

Pemberian dosis kompos yang lebih tinggi memiliki rentang kenaikan kadar air

titik layu yang lebih tinggi. Meningkatnya kelembaban tanah dapat juga

memperbaiki aliran masuk ke dalam tanah (Sutanto, 2005). Semakin tinggi tingkat

pemberian kompos, maka kadar air titik layu tanah juga semakin tinggi.

Ketersediaan Air Bagi Tanaman

Hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pemberian kompos berpengaruh

terhadap ketersediaan air. Besarnya ketersediaan air tanah, dari masing-masing

perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3.

10
Gambar 3. Grafik ketersediaan air bagi tanaman

Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa ketersediaan air yang berbeda-beda

untuk setiap jenis kacang mulai dari perlakuan D0 sampai D6, hal ini disebabkan

jenis kacang mempengaruhi kadar air yang diikat oleh tanah pada kapasitas lapang,

maupun pada titik layu sehingga mempengaruhi perbedaan ketersediaan air bagi

masing-masing jenis kacang. Hal ini sesuai dengan Islami ( 1995) dalam Anita

(2010) yang menyatakan bahwa jumlah air yang dapat digunakan oleh tanaman juga

dipengaruhi oleh kedalaman tanah dan sistem perakaran tanaman. Pada budidaya

kacang tunggak, kadar air kapasitas lapang terendah 33,0%, pada budidaya kacang

kedelai kadar air kapasitas lapang 41,8%, dan pada budidaya kacang hijau kadar air

kapasitas lapang 46,8%.

Ketersediaan air dalam tanah adalah selisih antara air yang terdapat pada

kapasitas lapang dan titik layu permanen. Maka karena perlakuan D0, kadar air pada

kapasitas lapang maupun kadar air titik layunya rendah maka akan berpengaruh

terhadap rendahnya ketersediaan air tanah. Pada penelitian ini diperoleh ketersediaan

air pada budidaya kacang tunggak dengan rentang kenaikan ketersediaan airnya yang

paling tinggi ada pada perlakuan D3, kenaikan ketersediaan airnya dari 6 perlakuan

D2 ke D3 dengan rerata sebesar 4,4%, pada budidaya kacang kedelai kenaikan

11
ketersediaan airnya yang paling tinggi ada pada perlakuan D4, kenaikan ketersediaan

airnya dari perlakuan D3 ke D4 dengan rerata sebesar 3,4 %, dan pada budidaya

kacang hijau kenaikan ketersediaan airnya yang paling tinggi ada pada perlakuan D2,

kenaikannya dari perlakuan D1 ke D2 dengan rerata sebesar 3,8.

Tingkat pemberian kompos berpengaruh terhadap rata-rata ketersediaan air

tanah. Bahan organik membantu mengikat butiran liat membentuk ikatan butiran

yang lebih besar sehingga memperbesar ruang-ruang udara diantara ikatan butiran.

Kebutuhan Air Tanaman

Pengamatan kebutuhan air tanaman dilakukan setiap 2 minggu, dari setiap 2

minggu diperoleh bahwa tingkat pemberian kompos berpengaruh terhadap kebutuhan

air tanaman. Besarnya kebutuhan air tanaman pada budidaya kacang tunggak, kacang

kedelai, dan kacang hijau dari minggu ke-2 sampai minggu ke-12 dapat dilihat sesuai

Gambar 4.

Gambar 4a. Grafik kebutuhan air tanaman kacang tunggak.

12
Gambar 4b. Grafik kebutuhan air tanaman kacang kedelai.

Gambar 4c. Grafik kebutuhan air tanaman kacang hijau

Berdasarkan Gambar 4. diketahui bahwa pada budidaya beberapa jenis kacang,

kebutuhan air tanamannya tertinggi pada minggu ke-12. Kebutuhan air semakin

meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi

terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong karena pada saat pertumbuhan

generatif tanaman membutuhkan air paling tinggi . Kondisi kekeringan menjadi

sangat kritis saat tanaman pada stadia perkecambahan dan pembentukkan polong jika

jumlah air yang diberikan tetap sama sejak awal pertumbuhan (Adisarwanto, 2008).

13
Pada budidaya kacang tunggak dengan rentang penurunan kebutuhan air

tanamannya yang paling tinggi ada pada minggu ke-12 terletak pada perlakuan D1

penurunan kebutuhan airnya dari perlakuan D0 ke D1 dengan rerata sebesar 61,3 %.

Tingkat pemberian kompos yang semakin tinggi akan meningkatkan kemampuan

tanah untuk mempertahankan kandungan air tanahnya, sehingga kebutuhan air

tanamannya semakin rendah, (Samekto, 2006) menyatakan bahwa kompos mampu

mengurangi kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan

kemampuannya dalam penyerapan hara. Bahan organik yang diberikan dalam tanah

akan mengalami proses pelapukan dan perombakan yang selanjutnya akan

menghasilkan humus.

Humus berperan agar tanah tidak akan cepat kering pada musim kemarau karena

memiliki daya memegang air yang tinggi dan dapat mengikat air empat sampai enam

kali lipat dari beratnya sendiri. Dengan terikatnya air oleh humus berarti dapat

mengurangi penguapan air sehingga kebutuhan air tanamannya lebih kecil. Pada

budidaya kacang kedelai dengan rentang penurunan kebutuhan air tanamannya yang

paling tinggi ada pada minggu ke-12 terletak pada perlakuan D6. Penurunan

kebutuhan airnya dari perlakuan D5 ke D6 dengan rerata sebesar 14 %. Menurut

Soemarno ( 2004), salah satu parameter untuk memenuhi kebutuhan air tanaman

adalah ketersediaan air tanaman. Semakin meningkatnya ketersediaan air tanaman

yang diakibatkan pemberian kompos, menyebabkan rentang waktu untuk

menghabiskan air yang tersedia semakin lama sehingga secara analisis kesannya

kebutuhan air tanaman rendah. (Syukur, 2005) menyebutkan bahwa peran bahan

organik pada kompos dengan hasil dekomposisi berupa humus dapat meningkatkan

kesuburan fisik tanah.

14
Pada budidaya kacang hijau dengan rentang penurunan kebutuhan air tanaman

yang paling tinggi ada pada minggu ke-12 terletak pada perlakuan D1. Penurunan

kebutuhan airnya dari perlakuan D0 ke D1 dengan rerata sebesar 17,8 %. Pada

budidaya kacang hijau diperoleh penurunan kebutuhan air yang berbeda-beda dari

setiap minggu. Hal ini dikarenakan semua tanaman, pada tingkatan tertentu

mempunyai resistensi yang berbeda terhadap cekaman air. Tanaman resisten

terhadap cekaman air mempunyai toleransi dehidrasi sehingga terjadinya dehidrasi

tidak menyebabkan kerusakan.

Jumlah air yang memadai untuk mencukupi kebutuhan air tanaman berbeda-

beda sesuai dengan jenis dan umur tanaman, terlebih pemberian debit air tetap sama

dari periode awal hingga periode pembentukan polong sehingga pemberian kompos

membantu air yang terikat pada tanah yang memenuhi kebutuhan air tanaman.

B. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Permeabilitas Tanah

Sifat fisik tanah yang berhubungan dengan tingkat kemampuan tanah memegang

air, merupakan salah satu faktor pembatas tanah bertekstur pasir. Pada tanah

bertekstur pasir memiliki struktur lepas, porositas aerasi besar, dan permeabilitas

cepat. Selain itu kadar lempung dan bahan organik rendah, menyebabkan kapasitas

menahan air rendah. Untuk itu perlu penambahan bahan pembenah tanah berupa

bahan organik sehingga sifat fisik dapat diperbaiki dengan fungsi dari bahan organik

tersebut.

Berdasarkan hasil uji lanjut Reza dan Abraham terlihat bahwa nilai rata-rata

permeabilitas pada setiap kombinasi penggunaan lahan dan kemiringan lereng

berbeda nyata. Hasil uji lanjut menunjukan bahwa jenis penggunaan lahan dan

15
kemiringan lereng memberikan respon yang berbeda terhadap nilai permeabilitas

tanah. Jenis penggunaan lahan diduga memberikan pengaruh terhadap permeabilitas

dari ada atau tidaknya pengolahan tanah pada tiap-tiap jenis penggunaan lahan

tersebut. Hal ini dikarenakan terjadi pemadatan tanah yang disebabkan oleh

pengolahan tanah yang terus menerus, sehingga mengakibatkan berkurangnya

porositas tanah.

Gaya tekan yang diberikan oleh alat pengolahan tanah akan memperkecil ukuran

pori-pori tanah sehingga akan mengurangi kemampuan tanah tersebut dalam

meloloskan air. Hal ini dibuktikan pada penggunaan lahan tegalan memiliki nilai

permeabilitas yang lebih rendah, jika dibandingkan dengan

penggunaan lahan lainya. Pengolahan tanah pada lahan tegalan lebih intensif

dibandingkan pada lahan perkebunan. Sedangkan pada penggunaan lahan hutan

memiliki nilai permeabilitas paling tinggi diantara penggunaan lahan lainnya,

dikarenakan tidak adanya pengolahan tanah.

Arifin (2010) menyatakan bahwa pengelolaan tanah yang intensif secara terus

menerur tanpa mengistirahatkan tanah dan tanpa penambahan bahan organik

berakibat merusak strutur tanah. Selanjutnya berakibat pada permeabilitas tanah yang

menjadi menurun. Selain itu sistem perakaran diduga mempengaruhi besarnya nilai

permeabilitas. Hal ini dibuktikan pada lahan hutan yang memiliki sistem fisiologi

perakaran yang dalam dan kokoh. Hutan juga memiliki sistem penyangga

kehidupan. Pohon yang tajuk-tajuknya saling menaungi akan mampu menahan

jatuhnya titik air hujan atas tanah.

16
Dengan bantuan tumbuhan lantai hutan, serasah dan humus memiliki peranan

yang sangat penting bahkan lebih penting di banding dengan tegakan pohon itu

sendiri. Serasah dan humus berperan dalam meningkatkan pori tanah karena banyak

disukai oleh organisme tanah sehingga meningkatkan permeabilitas tanah dan

mencegah butiran-butiran air hujan mengenai langsung permukaan tanah.

Butiran-butiran tersebut yang akan menghancurkan agregasi tanah sehingga

tanah tersebut akan mudah terangkut saat adanya aliran permukaan, selain itu secara

tidak langsung akar-akar tanaman dengan selaput koloidalnya akan mengikat

butirbutir tanah, sehingga tanah menjadi remah dan memiliki pori yang baik.

Lain halnya yang terjadi pada penggunaan lahan perkebunan dan tegalan, pada

penggunaan tersebut sangat sedikit sekali di temukan serasah-serasah dan

humus sehingga pada saat hujan turun butiran air hujan akan langsung mengenai

permukaan tanah yang berakibat tanah tersebut terpecah dan lapisan atas dari tanah

tersebut akan terbawa aliran permukaan yang diperparah dengan topografi daerah

penelitian yang sangat beragam sehingga energi aliran permukaan akan menjadi

17
besar di daerah lahan berlereng miring selain itu sistem perakaran pada daerah ini

kurang mampu melakukan penetrasi sehingga poripori yang dihasilkan kurang baik

di bandingkan dengan pada penggunaan lahan hutan.

18
IV. PENUTUP

A. Kesimpulaan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah:

1. Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang

meningkat

 Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup

yang rendah

 Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten

 Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan

lainnya

2. Indonesia memulai revolusi hiau pada tahun 1970 dengan pengunaan bibit

unggul padi seperti IR, PB. Cisadane, Raja lele, dan lain-lain. Pada masa ini

dalam pembudidayaan tanaman masyarakat Indonesia banyak menggunakan

bahan kimia, seperti pupuk kimia dan pestisida kimia secara berlebihan

dengan tujuan agar hasil produksi tanaman meningkat. Namun setelah sekian

lama banyak ditemukan efek negatif dari penggunaan bahan-bahan kimia.

3. Tujuan Sistem Pertanian Organik

 Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi.

 Membudidayakan tanaman secara alami.

  Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologi dan ekosistem

pertanian.

 Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanahdalam jangka panjang.

19
 Menghindarkan segala bentuk cemaran akibat dari penerapan teknik

pertanian.

 Meningkatkan usaha konservasi tanah dan air serta mengurangi

masalah erosi akibat dari pengolahan tanah yang intensif.

 Meningkatkan peluang pasar produk organik baik domestik maupun

global.

4. Usahatani merupakan satu-satunya ujung tombak pembangunan nasional

yang mempunyai peran penting. Upaya mewujudkan pembangunan nasional

bidang pertanian (agribisnis) masa mendatang merupakan sejauh mungkin

mengatasi masalah dan kendala yang sampai sejauh ini belum mampu

diselesaikan secara tuntas sehingga memerlukan perhatian yang lebih serius.

Satu hal yang sangat kritis adalah bahwa meningkatnya produksi pertanian

(agribisnis) atau ourput selama ini belum disertai dengan meningkatnya

pendapatan dan kesejahteraan petani secara signifikan dalam usahataninya.

B. Saran

Untuk mewujudkan Indonesia yang sehat, juga untuk keberlangsungan pertanian

di Indonesia, diharapkan kepada para petani untuk menggunakan system pertanian

organic, walaupun input yang dibutuhkan lebih tinggi, tetapi manfaatnya untuk

kesehatan maupun keberlanjutan usaha tani tersebut tetap terjaga.

20
DAFTAR RUJUKAN

http://ravhae.wordpress.com/2011/11/27/sistem-pertanian-organik/. Diakses pada


tanggal 20 Maret 2023.
http://organikhijau.com/organikhijau.php. Diakses pada tanggal 15 November 2012.
http://pupuknpkorganiklengkap.blogspot.com/.../bogor-kembangkan-pertanian-
organik.html. Diakses pada tanggal 20 Maret 2023.
http://setjen.deptan.go.id/admin/download/rancangan%20renstra%20deptan
%202010-2014%20lengkap.pdf. Diakses pada 20 Maret 2023.
Charina, A., Andriani, R., Kusumo, B., Sadeli, A. H., & Deliana, Y. (2018). Jurnal
Penyuluhan, Maret 2018 Vol. 14 No. 1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Petani dalam Menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sistem
Pertanian Organik di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Penyuluhan, 14(1), 68–
78.
Emiria, F., & Purwandari, H. (2015). Pengembangan Pertanian Organik di Kelompok
Tani Madya, Desa Kebonagung, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Penyuluhan, 10(2).
https://doi.org/10.25015/penyuluhan.v10i2.9919
Murniyanto, E. (2007). Pengaruh Bahan Organik Terhadap Kadar Air Tanah Dan
Pertumbuhan Tanaman Jagung Di Lahan Kering. Buana Sains, 7(1), 51–60.
Panda, N. D., Jawang, U. P., & Lewu, L. D. (2021). Pengaruh Bahan Organik
Terhadap Daya Ikat Air Pada Tanah Ultisol Lahan Kering. Jurnal Tanah Dan
Sumberdaya Lahan, 8(2), 327–332.
https://doi.org/10.21776/ub.jtsl.2021.008.2.3
Sahputra, R., Wawan, & Anom, E. (2016). Pengaruh Kedalaman Muka Air Tanah
dan Bahan Organik terhadap Ketersediaan Hara dan Pertumbuhan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq) di Lahan Gambut. Jom Faperta, 3(1), 1–14.
Septianugraha, R., & Suriadikusumah. (2019). Pengaruh Penggunaan Lahan Dan
Kemiringan Lereng Terhadap C-Organik Dan Permeabilitas Tanah Di Sub Das
Cisangkuy Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Agriin, 18(2), 158–
166.
Simanjuntak, F. A., Tika, I. W., & Sumiyati. (2012). Pengaruh tingkat Pemberian

21
Kompos Terhadap Kebutuhan Tanaman Jenis Kacang. 1–10.
SUPARTHA, I. Y., WIJAYA, G., & ADNYANA, G. M. (2012). Aplikasi Jenis
Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 1(2), 98–106.

22

Anda mungkin juga menyukai