“PERTANIAN ORGANIK”
DISUSUN OLEH:
YOLANDA PERMATA
204110020
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
TP. 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rezeki dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis mempunyai kesempatan untuk
menyelesaikan pembuatan makalah yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Lahan
Marginal dan Teknologi Pengelolaannya dengan judul “Pertanian Organik”.
Penulis menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang penulis sadari atau pun yang tidak penulis
sadari. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini, agar di masa
yang akan datang penulis bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Namun begitu,
meskipun makalah ini jauh dari kata sempurna penulis berharap agar makalah ini sedikit
banyaknya dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam pembuatan makalah ini.Demikian sedikit kata pengantar dari penulis atas
perhatian para pembaca sekalian penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BIODATA PENULIS
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 3
C. Manfaat Penulisan 3
A. Kesimpulan 10
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR RUJUKAN 11
ii
BIODATA PENULIS
2001 dengan tinggi badan 163 cm dan berat badan 52 kg. Saya
iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
sintetis yang dapat merusak lingkungan akibat residu yang ditimbulkannya. Tujuan
dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk yang
bermutu, aman dikonsumsi, dan menjaga kelestarian bagi lingkungan. Residu akibat
dari penggunaan pupuk kimia sintetis yang terus menerus akan merusak kondisi
tanah baik dari segi kimia serta fisika tanahnya. Memperbaiki kualitas tanah yang
sudah tercemar dapat dilakukan dengan tata kelola lahan seperti pengolahan tanah
rendah.
Soekartawi, 1986 pada seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979,
a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per
1
b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah
di Jawa atau 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan
Indonesia memulai revolusi hiau pada tahun 1970 dengan pengunaan bibit
unggul padi seperti IR, PB. Cisadane, Raja lele, dan lain-lain. Pada masa ini dalam
seperti pupuk kimia dan pestisida kimia secara berlebihan dengan tujuan agar hasil
produksi tanaman meningkat. Namun setelah sekian lama banyak ditemukan efek
Dari efek negatif yang timbul ini pada tahun 2003 pemerintah mulai
Sistem pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang berusaha untuk
mengembalikan segala jenis bahan organik kedalam tanah baik pada bentuk residu
maupun olahan limbah tanaman dan ternak yang bertujuan untuk menyediakan hara
bagi tanaman. Sasaran utama dari sistem pertanian organik adalah untuk
2
Visi
Misi
Meningkatkan usaha konservasi tanah dan air serta mengurangi masalah erosi
a. Prinsip ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan.
b. Prinsip kesehatan
c. Prinsip perlindungan
3
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk
lingkungan hidup.
d. Prinsip keadilan
a. Kendala
menurunnya produksi.
Tanah untuk sistem pertanian organik sebaiknya tanah yang masih perawan
Pasar terbatas karena hasil produk organik hanya di konsumsi oleh kalangan
tertentu saja.
pestisida kimia.
b. Solusi
4
Diperlukan kajian lebih banyak untuk mendapatkan SAPROTAN (Sarana
Hasil dari program system pertanian organic saat ini yaitu banyaknya petani
memakai teknik system pertanian organic ini dan telah banyak produk-produk
pertanian di pasaran hasil dari pertanian organic, hanya saja harga jualnya lumayan
memiliki mutu yang bagus dan baik untuk kesehatan apabila dikonsumsi.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
5
II. BAHAN DAN METODE
Makalah ini dibuat di Area Universitas Islam Riau Jalan Kaharuddin Nasution
Km. 11, No: 113, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini berupa karya ilmiah.
Sedangan alat-alat yang digunakan untuk menyelesaikan makalah ini adalah laptop,
C. Metode Tugas
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. Literatur disebut juga dengan rujukan
dan biasanya diambil dari sumber berupa buku, jurnal, dan karya tulis lainnya.
6
III. PEMBAHASAN
Pada tanah yang memiliki struktur tanah gumpal, ukurannya halus, pori air
tersedia rendah, permeabilitas agak lambat sampai sedang serta pori drainase cepat.
Maka perlu dilakukan perbaikan struktur tanah dengan penambahan pembenah tanah
berupa bahan organik. Menurut Khoirunisa (2021) Salah satu faktor yang menunjang
pertumbuhan tanaman yang baik adalah tanah yang mempunyai sifat kimia, fisika
mempengaruhi kesuburan tanah salah satunya adalah ketersediaan air dan bahan
organik
kebutuhan nutrisi, retranslokasi C/N dan akhirnya produksi yang dicapai. Di dalam
tanah, status air disuatu tempat berbeda dengan tempat lain tergantung potensial
matriks dalam tanah, sistem tanaman dan atsmosfer, yang akhirnya mempengaruhi
banyaknya tingkat pemberian kompos menunjukkan kadar air pada kapasitas lapang
semakin tinggi. Besarnya daya ikat airdari setiap perlakuan D0 (kontrol) hingga
7
Gambar 1. Grafik kadar air kapasitas lapang
Berdasarkan Gambar 1 diketahui dari hasil penelitian bahwa kadar air kapasitas
lapang pada beberapa jenis kacang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan karena
pada jenis kacang yang berbeda memiliki bentuk perakaran yang berbeda pula
dalam mengikat air. Hal ini sesuai dengan penelitian Hakim, dkk. (1986) dalam
Anita (2010). Selain sifat tanah, faktor tumbuhan juga sangat mempengaruhi jumlah
air yang dapat diabsorbsi tumbuhan dari tanah. Pada kacang tunggak kapasitas
lapang terendah 35,6%. Pada kacang kedelai, kadar air kapasitas lapang 46,6%, dan
pada kacang hijau, kadar air kapasitas lapang 54,1%. Tanah yang tingkat pemberian
komposnya lebih kecil atau tidak sama sekali akan menyebabkan makin besar dan
mantapnya pori-pori tanah. Kondisi tersebut menyebabkan gerakan air dalam tanah
menjadi lebih lancar sesuai Kohnke dalam Supriyanto (1996) sehingga kadar airnya
Pada penelitian ini diperoleh pada budidaya kacang tunggak rentang kenaikan
kadar air kapasitas lapang paling tinggi terdapat pada perlakuan D6, dimana
kenaikan kadar airnya dari perlakuan D5 ke D6 dengan rerata sebesar 7,1%. Pada
8
budidaya kacang kedelai rentang kenaikan kadar air kapasitas lapang paling tinggi
terdapat pada perlakuan D6, kenaikan kadar airnya dari perlakuan D5 ke D6 dengan
rerata sebesar 6,4%, dan pada budidaya kacang hijau rentang kenaikan kadar air
kapasitas lapang paling tinggi terdapat pada perlakuan D6, kenaikan kadar airnya
dari perlakuan D5 ke D6 dengan rerata sebesar 7%. Tingkat pemberian kompos yang
lebih tinggi memiliki rentang kenaikan kadar air kapasitas lapang yang lebih tinggi,
hal ini disebabkan oleh kadar air kapasitas lapang pada tanah dengan bahan organik
Titik Layu
kompos
menunjukkan peningkatan pada kadar air tittik layu. Besarnya pengaruh tingkat
pemberian kompos terhadap kadar air titik layu dapat dilihat pada Gambar 2.
Ga
Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa kadar air titik layu pada budidaya setiap
jenis kacang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan karena pada setiap jenis
9
mempengaruhi perbedaan kadar air yang masih tersimpan dalam tanah pada saat titik
layu hal ini sesuai dengan penelitian Anita (2010). Pada budidaya kacang tunggak,
kadar air titik layu terendah 2,6%, pada kacang kedelai kadar air titik layu 4,8%, dan
pada kacang hijau kadar air titik layu 7,2%. Menurut (Syukur dan Indah, 2006),
bahwa semakin sedikit dosis yang diberikan ke dalam tanah menyebabkan pori
pemegang air semakin rendah sehingga berpengaruh terhadap kadar air titik layu.
Pada penelitian ini diperoleh bahwa pada budidaya kacang tunggak dengan
rentang kenaikan kadar air titik layu yang paling tinggi ada pada perlakuan D6,
kenaikan kadar air titik layunya dari 5 perlakuan D5 ke D6 dengan rerata sebesar
3,7%, pada kacang kedelai rentang kenaikan kadar air titik layu paling tinggi terdapat
pada perlakuan D6, kenaikan kadar airnya dari perlakuan D5 ke D6 dengan rerata
sebesar 4,2 %, dan pada kacang hijau rentang kenaikan kadar air titik layu paling
tinggi terdapat pada perlakuan D6, kenaikan kadar airnya dari perlakuan D5 ke D6
Pemberian dosis kompos yang lebih tinggi memiliki rentang kenaikan kadar air
titik layu yang lebih tinggi. Meningkatnya kelembaban tanah dapat juga
memperbaiki aliran masuk ke dalam tanah (Sutanto, 2005). Semakin tinggi tingkat
pemberian kompos, maka kadar air titik layu tanah juga semakin tinggi.
10
Gambar 3. Grafik ketersediaan air bagi tanaman
untuk setiap jenis kacang mulai dari perlakuan D0 sampai D6, hal ini disebabkan
jenis kacang mempengaruhi kadar air yang diikat oleh tanah pada kapasitas lapang,
maupun pada titik layu sehingga mempengaruhi perbedaan ketersediaan air bagi
masing-masing jenis kacang. Hal ini sesuai dengan Islami ( 1995) dalam Anita
(2010) yang menyatakan bahwa jumlah air yang dapat digunakan oleh tanaman juga
dipengaruhi oleh kedalaman tanah dan sistem perakaran tanaman. Pada budidaya
kacang tunggak, kadar air kapasitas lapang terendah 33,0%, pada budidaya kacang
kedelai kadar air kapasitas lapang 41,8%, dan pada budidaya kacang hijau kadar air
Ketersediaan air dalam tanah adalah selisih antara air yang terdapat pada
kapasitas lapang dan titik layu permanen. Maka karena perlakuan D0, kadar air pada
kapasitas lapang maupun kadar air titik layunya rendah maka akan berpengaruh
terhadap rendahnya ketersediaan air tanah. Pada penelitian ini diperoleh ketersediaan
air pada budidaya kacang tunggak dengan rentang kenaikan ketersediaan airnya yang
paling tinggi ada pada perlakuan D3, kenaikan ketersediaan airnya dari 6 perlakuan
11
ketersediaan airnya yang paling tinggi ada pada perlakuan D4, kenaikan ketersediaan
airnya dari perlakuan D3 ke D4 dengan rerata sebesar 3,4 %, dan pada budidaya
kacang hijau kenaikan ketersediaan airnya yang paling tinggi ada pada perlakuan D2,
tanah. Bahan organik membantu mengikat butiran liat membentuk ikatan butiran
yang lebih besar sehingga memperbesar ruang-ruang udara diantara ikatan butiran.
air tanaman. Besarnya kebutuhan air tanaman pada budidaya kacang tunggak, kacang
kedelai, dan kacang hijau dari minggu ke-2 sampai minggu ke-12 dapat dilihat sesuai
Gambar 4.
12
Gambar 4b. Grafik kebutuhan air tanaman kacang kedelai.
kebutuhan air tanamannya tertinggi pada minggu ke-12. Kebutuhan air semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi
terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong karena pada saat pertumbuhan
sangat kritis saat tanaman pada stadia perkecambahan dan pembentukkan polong jika
jumlah air yang diberikan tetap sama sejak awal pertumbuhan (Adisarwanto, 2008).
13
Pada budidaya kacang tunggak dengan rentang penurunan kebutuhan air
tanamannya yang paling tinggi ada pada minggu ke-12 terletak pada perlakuan D1
kemampuannya dalam penyerapan hara. Bahan organik yang diberikan dalam tanah
menghasilkan humus.
Humus berperan agar tanah tidak akan cepat kering pada musim kemarau karena
memiliki daya memegang air yang tinggi dan dapat mengikat air empat sampai enam
kali lipat dari beratnya sendiri. Dengan terikatnya air oleh humus berarti dapat
mengurangi penguapan air sehingga kebutuhan air tanamannya lebih kecil. Pada
budidaya kacang kedelai dengan rentang penurunan kebutuhan air tanamannya yang
paling tinggi ada pada minggu ke-12 terletak pada perlakuan D6. Penurunan
Soemarno ( 2004), salah satu parameter untuk memenuhi kebutuhan air tanaman
menghabiskan air yang tersedia semakin lama sehingga secara analisis kesannya
kebutuhan air tanaman rendah. (Syukur, 2005) menyebutkan bahwa peran bahan
organik pada kompos dengan hasil dekomposisi berupa humus dapat meningkatkan
14
Pada budidaya kacang hijau dengan rentang penurunan kebutuhan air tanaman
yang paling tinggi ada pada minggu ke-12 terletak pada perlakuan D1. Penurunan
budidaya kacang hijau diperoleh penurunan kebutuhan air yang berbeda-beda dari
setiap minggu. Hal ini dikarenakan semua tanaman, pada tingkatan tertentu
Jumlah air yang memadai untuk mencukupi kebutuhan air tanaman berbeda-
beda sesuai dengan jenis dan umur tanaman, terlebih pemberian debit air tetap sama
dari periode awal hingga periode pembentukan polong sehingga pemberian kompos
membantu air yang terikat pada tanah yang memenuhi kebutuhan air tanaman.
Sifat fisik tanah yang berhubungan dengan tingkat kemampuan tanah memegang
air, merupakan salah satu faktor pembatas tanah bertekstur pasir. Pada tanah
bertekstur pasir memiliki struktur lepas, porositas aerasi besar, dan permeabilitas
cepat. Selain itu kadar lempung dan bahan organik rendah, menyebabkan kapasitas
menahan air rendah. Untuk itu perlu penambahan bahan pembenah tanah berupa
bahan organik sehingga sifat fisik dapat diperbaiki dengan fungsi dari bahan organik
tersebut.
Berdasarkan hasil uji lanjut Reza dan Abraham terlihat bahwa nilai rata-rata
berbeda nyata. Hasil uji lanjut menunjukan bahwa jenis penggunaan lahan dan
15
kemiringan lereng memberikan respon yang berbeda terhadap nilai permeabilitas
dari ada atau tidaknya pengolahan tanah pada tiap-tiap jenis penggunaan lahan
tersebut. Hal ini dikarenakan terjadi pemadatan tanah yang disebabkan oleh
porositas tanah.
Gaya tekan yang diberikan oleh alat pengolahan tanah akan memperkecil ukuran
meloloskan air. Hal ini dibuktikan pada penggunaan lahan tegalan memiliki nilai
penggunaan lahan lainya. Pengolahan tanah pada lahan tegalan lebih intensif
Arifin (2010) menyatakan bahwa pengelolaan tanah yang intensif secara terus
berakibat merusak strutur tanah. Selanjutnya berakibat pada permeabilitas tanah yang
menjadi menurun. Selain itu sistem perakaran diduga mempengaruhi besarnya nilai
permeabilitas. Hal ini dibuktikan pada lahan hutan yang memiliki sistem fisiologi
perakaran yang dalam dan kokoh. Hutan juga memiliki sistem penyangga
16
Dengan bantuan tumbuhan lantai hutan, serasah dan humus memiliki peranan
yang sangat penting bahkan lebih penting di banding dengan tegakan pohon itu
sendiri. Serasah dan humus berperan dalam meningkatkan pori tanah karena banyak
tanah tersebut akan mudah terangkut saat adanya aliran permukaan, selain itu secara
butirbutir tanah, sehingga tanah menjadi remah dan memiliki pori yang baik.
Lain halnya yang terjadi pada penggunaan lahan perkebunan dan tegalan, pada
humus sehingga pada saat hujan turun butiran air hujan akan langsung mengenai
permukaan tanah yang berakibat tanah tersebut terpecah dan lapisan atas dari tanah
tersebut akan terbawa aliran permukaan yang diperparah dengan topografi daerah
penelitian yang sangat beragam sehingga energi aliran permukaan akan menjadi
17
besar di daerah lahan berlereng miring selain itu sistem perakaran pada daerah ini
kurang mampu melakukan penetrasi sehingga poripori yang dihasilkan kurang baik
18
IV. PENUTUP
A. Kesimpulaan
meningkat
yang rendah
lainnya
2. Indonesia memulai revolusi hiau pada tahun 1970 dengan pengunaan bibit
unggul padi seperti IR, PB. Cisadane, Raja lele, dan lain-lain. Pada masa ini
bahan kimia, seperti pupuk kimia dan pestisida kimia secara berlebihan
dengan tujuan agar hasil produksi tanaman meningkat. Namun setelah sekian
pertanian.
19
Menghindarkan segala bentuk cemaran akibat dari penerapan teknik
pertanian.
global.
mengatasi masalah dan kendala yang sampai sejauh ini belum mampu
Satu hal yang sangat kritis adalah bahwa meningkatnya produksi pertanian
B. Saran
organic, walaupun input yang dibutuhkan lebih tinggi, tetapi manfaatnya untuk
20
DAFTAR RUJUKAN
21
Kompos Terhadap Kebutuhan Tanaman Jenis Kacang. 1–10.
SUPARTHA, I. Y., WIJAYA, G., & ADNYANA, G. M. (2012). Aplikasi Jenis
Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 1(2), 98–106.
22