Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 2

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 2

1.2 Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………3

BAB III METODE………………………………………………………………..5

BAB IV HASIL WAWANCARA ......................................................................... 6

4.1 Pembahasan .............................................................................................. 6

4.2 Hasil Dokumentasi ................................................................................. 11

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 15

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15

3.2 Saran ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………16

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam, akan
tetapi Indonesia masih impor bahan pangan karena hasil produksi pertanian sangat rendah.
Hal tersebut diakibatkan kurangnya pengetahuan petani, akan cara bertani yang baik dan
benar. Oleh karena itu, kami mengadakan wawancara langsung kepada petani agar dapat
memperoleh pengetahuan tentang teknik bertani yang di terapkan oleh petani. Apakah
memenuhi kriteria Sistem Pertanian Berkelanjutan atau menerapkan metode yang lainnya.

Sistem pertanian berkelanjutan atau sistem bertani dengan meniru konsep hutan yaitu
hanya mengambil tanaman yang dimanfaatkan dan sisanya dikemabalikan lagi ke lahan. Agar
lahan pertanian yang digunakan tetap subur dan tidak merusak lingkungan.

Sistem pertanian berkelanjutan boleh menggunakan pupuk sintetik maupun pestisida


sintetik, akan tetapi dalam jumlah yang sedikit (dibatasi). Sedang untuk pengendalian OPT
dapat dilakukan dengan cara memadukan seluruh metode pengendalian yang ada. Apabila
pengendalian secara alami tidak dapat menaggulangi OPT, maka petani dapat menggunakan
pestisida sintetik sebagai alternatif terakhir dengan syarat memperhatikan dosis yang
digunakan agar tidak merusak lingkungan.

1.2. Tujuan Pembahasan

a. Mahasiswa dapat menerapkan teknik pertanian yang dilakukan oleh petani.

b. Mahasiswa dapat mengkoreksi sistem pertanian yang dilakukan pleh petani.

c. Mahasiswa dapat membandingkan sistem pertanian yang diajarkan di Program


Studi Agroekoteknologi dengan sistem pertanin yang di terapkan oleh petani.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia, karena semua
orang perlu makan setiap hari. Pertanian merupakan kegiatan campur tangan manusia (pada
tumbuhan asli maupun daur hidup tumbuhan) dalam menanami lahan/tanah dengan tanaman
yang akan menghasilkan sesuatu hasil yang dapat dipanen (Tadisau, 2011).

Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang ramah atau akrab dengan
lingkungan dengan cara berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar dengan ciri
utama pertanian organik yaitu menggunakan varietas lokal, pupuk, dan pestisida organik
dengan tujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan (Sugino, 2010).

Cara-cara pertanian organik di setiap negara bervariasi, akan tetapi pada dasarnya
pertanianorganik mempunyai tujuan yang sama yaitu merupakan usaha perlindungan tanah,
penganekaragaman hayati, dan memberikan kesempatan kepada binatang ternak dan unggas
untuk merumput di alam terbuka (Kementerian Pertanian, 2010).

Penelitian yang dilakukan di beberapa negara yang membandingkan pertanian organik


dan pertanian konvensional sebagian besar menyatakan bahwa keuntungan yang didapat dari
pertanian organik lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh dari pertanian
konvensional, hal ini disebabkan karena pertanian organik tidak banyak menggunakan biaya
untuk pembelian pupuk, pestisida kimia, dan input pertanian lain, di samping itu produk
organik dijual dengan harga yang lebih tinggi dari produk pertanian konvensional (Lesmana,
2008).

Sistem pertanian mementingkan keberlanjutan berlangsungnya pola usaha tani pada


masa yang akan datang. Pertanian berkelanjutan sebagai pengelolaan sumberdaya pertanian
untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meningkatkan
kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Dengan memperhatikan input-input
pertanian yang ramah lingkungan (Adiningsih, 2009).

HEIA merupakan sistem pertanian modern yang menggunakan input anorganik dengan
jumlah atau sistem pertanian konvensional. Sistem ini mengkonsumsi sumber-sumber yang
tidak dapat diperbaharui, seperti minyak bumi dan posfat dalam tingkat yang membahayakan.
Sistem pertanian ini berorientasi pada pasar dan membutuhkan modal besar (Suryana, 2005).

3
Sistem pertanian LEISA adalah pertanian yang telah memperhatikan lingkungan dalam
penggunaan input. Meskipun demikian, sistem pertanian ini tetap memanfaatkan teknologi
modern, termasuk menggunakan benih hibrida berlabel, melaksanakan konservasi tanah dan
air, serta pengolahan tanah yang berasaskan konservasi (Salmani. 2011).

4
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Pada hari sabtu, 04 Mei 2019. Team kami mengadakan survey secara langsung di
kawasan Desa Simpang Perumahan DPR. Provinsi Bengkulu. Kami bertemu dengan seorang
petani, beliau bernama pak Yahman dan istrinya bernama ibu Praptini. Pak Yahman
mempunyai dua orang anak, yang pertama bernama Dianti dan anak keduanya bernama
Romandoni. Pak yahman adalah asli kelahiran jawa, yang berpindah ke Bengkulu dan
menetap menjadi warga Bengkulu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam wawancara ini yaitu: Pena, buku, perekam suara dan alat
dokumentasi yaitu Handpone. Serta kami juga menggunakan alat transportasi untuk
mengadakan survey ketempat tersebut yaitu sepeda motor.

Bahan yang digunakan dalam wawancara ini yaitu: hasil pembelajaran dan
pemahaman yang telah disampaikan oleh Dosen Sistem Pertanian Berkelanjutan yaitu bapak
Ir. Usman Kris Joko Suharjo, M.Sc.,Ph.D.

3.3 Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam wawancara ini adalah metode observatif.
dimana kami secara langsung terjun kelapangan dan mewawancarai petani yang bersangkutan,
sehingga kami dapat memperoleh hasil sebagai berikut:

1. Cara pemilihan bibit


2. Cara pengolahan lahan
3. Cara penanaman
4. Cara perawatan
5. Cara pemanenan
6. Cara penjualan
5
BAB IV
HASIL WAWANCARA

4.1. Pembahasan
Pada hari sabtu, 4 Mei 2019. Team kami mengadakan survei sekaligus wawancara ke
Desa Simpang Perumahan DPR. Provinsi Bengkulu. Kami bertemu dengan seorang petani,
beliau bernama pak Yahman dan istrinya bernama ibu Praptini. Pak Yahman mempunyai dua
orang anak, yang pertama bernama Dianti dan anak keduanya bernama Romandoni. Pak
yahman adalah asli kelahiran jawa, yang berpindah ke Bengkulu dan menetap menjadi warga
Bengkulu.

Pak Yahman mempunyai lahan tumpangan seluas 2 hektar. Di lahan tersebut


berdirilah sebuah rumah kecil yang berdinding papan dan berlantai tanah. Selain itu di lahan
tersebut juga ada kandang ternak sapi yang kini dialih fungsikan menjadi kandang ayam, dan
yang lebih pentingnya lahan ini ditanami dengan tanaman tumpang sari antara jagung,
singkong, dan pisang.

Pada awalnya lahan tersebut merupakan padang rumput, yang dijadikan sebagai
sumber pakan ternak. Dan akhirnya dialih fungsikan menjadi sebuah lahan pertanian
berkelanjutan.

Pada tahap awal pembukaan lahan, bapak yahman membersikan lahan seluas 2 hektar
dengan cara menebas dan membakar rumput-rumput yang sudah di potong tersebut. Setelah
kondisi tanah sudah stabil, beliau melakukan penggemburan tanah tersebut dengan cara
tradisonal yaitu menggunakan cangkul. Setelah tanah di gemburkan pak yahman
menambahkan pupuk kandang ke tanah tersebut sebanyak 300 karung (cap ayam). Setelah
semuanya tercampur rata, pak yahman melakukan pemumbunan untuk menyiapkan lahan
penanaman. Untuk pengeluaran pupuk yang digunakan pak Yahman adalah sekitar Rp
2.000.000, karena sebagian pupuk yang beliau gunakan adalah hasil ternaknya sendiri dan
sebagian membeli dengan harga Rp 10.000 perkarung.

6
Lahan yang sudah diolah oleh pak Yahman, selanjutnya beliau tanami dengan tanaman
tumpang sari antara singkong, jagung dan pisang. Pada saat proses perkecambahan, tanaman
tersebut dibiarkan tanpa diberi perlakuan seperti penyiraman ataupun pemberian pupuk
sintetik terhadap tanaman tetsebut.

Pada saat gulma tumbuh di lahannya, pak yahman membersikan gulma tersebut
dengan metode alami yaitu dengan cara merumputi gulma yang tumbuh di lahan tersebut
menggunakan cengkrong, beliau tidak pernah menyemprot gulma yang tumbuh di lahan
pertaniannya baik menggunakan pestisida alami maupun pestisida sintetik.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh pak Yahman baik dalam proses
pemilihan bibit, penanaman, perawatan dan pemanenan terhadap komoditi yang beliau
tumpang sarikan, yaitu sebagai berikut:
A. Singkong (Manihot utilisima)
a) Pemilihan bibit unggul singkong dengan stek batang :
 Pemilihan tanaman singkong yang sudah cukup tua dengan usia 10-12 bulan,
untuk dijadikan sebagai induk bibit tanaman singkong.
 Memilih tanaman singkong yang memiliki batang besar, bebas dari penyakit
dan memiliki mata tunas rapat.
 Selanjutnya memotong batang tanaman induk singkong sekitar 20 cm dengan
sedikit miring.
b) Penanaman singkong :
 Membuat lubang tanam dengan mencangkul tanah sedalam 5-10 cm.
 Memasukkan batang kedalam lubang tanam sedalam 1/3 dari panjang batang,
secara tegak lurus.
 Menimbun tanah dengan perlahan.
c) Perawatan singkong :
 Menyiangi gulma yang tumbuh disekitaran tanaman singkong
 Melakukan pemangkas tunas pada batang singkong , dan sisakan 2 cabang.
Hal
ini dilakukan agar menghasilkan umbi yang besar.

7
d) Panen dan penjualan
 Panen dilakukan ketika umur 8-9 bulan
 Singkong dijual persatuan luas lahan, untuk singkong pak yahman dengan luas
lahan 1,5 hektar dihargai Rp 15.000.000.

Gambar 1. Singkong

B. Jagung (Zea mays)


a) Pemilihan bibit jagung :
 Untuk bibit jagung, pak yahman tidak memilih secara langsung karena beliau
memproleh bibit tersebut dari PPL.
b) Penanaman jagung :
 Menanam bibit jagung pada tanah yang sudah di bumbunkan.
 Dalam satu lubang ada dua biji
 Setelah bibit ditanam, tutup lubang dengan tanah.
c) Perawatan :
 Menyiangi gulma yang ada pada lahan.
 Memotong daun-daun yang sudah kering.
d) Panen

8
 Jagung yang sudah matang, akan di panen.
 Hasil panen tersebut akan dijadikan sebagai bahan pakan ternak ayam.

Gambar 2. Jagung

C. Pisang (Musa paradisiaca)


a) Pemilihan bibit :
 Menggunakan bibit pisang jantan dan pisang gepok batu.
b) Penanaman pisang :
 Pisang ditanam di sela-sela tanaman singkong dan jagung.
c) Perawatan
 Memangkas daun-daun pisang yang sudah kering.
d) Pemanenan dan penjualan :
 Pisang di panen pada saat sudah tua.
 Pisang dijual pertandan seharga Rp 15.000 pertandan.

9
Gambar 3. Pisang

Selain menanam ketiga jenis komoditi tersebut, pak Yahman juga menanam cabe,
kacang tanah, ubi jalar, kacang panjang, kunyit, jahe, terong, tebu dan pakis. Untuk memenuhi
kebutuhannya. Pak Yahman juga memiliki ternak ayam kampung yaitu berkisaran kurang
lebih 300 ekor. Beliau juga menjual hasil ternaknya. Ayam kampung yang sudah di potong
empat dihargai Rp 50.000 perpotong. Pak Yahman juga pernah berternak sapi, akan tetapi kini
kandang sapinya telah kosong, dikarenakan sapinya dijual untuk memenuhi tuntutan ekonomi
keluarganya.

Dari sekian banyak usaha yang dilakukan pak Yahman, beliau lebih menekuni
penanaman singkong, karena bibitnya mudah didapatkan tanpa harus mebeli. Selain itu,
proses perawatannya juga mudah, dan hasil yang diperoleh juga menjanjikan.

Pak Yahman pernah menanam komoditi kacang tanah pada lahannya, akan tetapi
kacang tanah yang ditanamnya tidak menghasilkan keuntungan baginya, karena setiap polong
kacang tanah tersebut tidak berisi. Hal tersebut diakibatkan kurangnya kandungan zat kapur
pada lahan tersebut.

10
Praktek bertani yang dilakukan oleh pak Yahman adalah Sistem Pertanian
Berkelanjutan/ meniru sistem hutan yaitu menanam berbagai jenis tanaman (policulture).
Akan tetapi ada yang kurang, yaitu pengairan. Pak Yahman tidak pernah menyiram
tanamannya, beliau hanya memanfaatkan air hujan sebagai sumber pengairan. Hal tersebut
dapat terjadi karena sulitnya sumber air di daerah tersebut.

Selain meniriu sistem hutan, pak Yahman juga menerapkan pertanian organik. Beliau
tidak pernah menggunakaan bahan sintetik sebagai sumber pupuk ataupun pestisida. Menurut
saya sistem pertanian yang dilakukan pak Yahman sudah benar, akan tetapi sistem
perawatannya itu yang harus ditingkatkan lagi. Agar memperoleh hasil yang lebih maksimal.

4.2. Hasil Dokumentasi

Gambar 4. Tumpang Sari Jagung, Kacang tanah, Pisang

11
Gambar 5. Cabe

Gambar 6. Tebu

12
Gambar 7. Katuk

Gambar 9. Yenda, Reti dan Pak Yahman

13
Gambar 9. Pak Yahman dan Reti Gambar 10. Kandang dan Ayam

Gambar 11. Kacang Panjang Gambar 12. Jahe

14
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Teknik bertani yang di terapkan oleh pak Yahman telah meniru sistem pertanian
berkelanjutan, baik bahan yang di guanakan untuk pemupukan dan pengolahan tanah telah
sesuai dengan sistem pertanian berkelanjutan, dan pak Yahman mengembalikan sisa-sisa
panen yang tak bernilai ekonomi kelahan kembali dan ini merupakan konsep dari sistem
pertanian berkelanjutan,

Pak Yahman menanam berbagai jenis tanaman (tumpang sari) di lahan yang beliau
miliki. Sistem pertanian berkelanjutan atau tumpang sari merupakan konsep yang bagus untuk
diterapkan, karena dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta dapat mengantisipasi
kegagalan panen.

Konsep pertanian yang diterapkan oleh pak Yahman sudah memenuhi syarat Sistem
Pertanian Berkelanjutan, akan tetapi ada kekuranganya. Beliau hanya melakukan satu kali
pemupukan pada lahan pertaniannya, yaitu hanya diberikan pada awal penanaman bibit.

5.2. Saran
Sebaiknya sebelum melakukan wawancara, mahasiswa harus menyiapkan konsep
pertanyaan terlebuh dahulu. Agar tidak kebingungan pada saat mengajukan pertannyaan
kepada narasumber. Mahasiswa harus memulai wawancara dengan sopan, yaitu diawali
dengan sapaan dan selanjutnya memperkenalkan diri, serta meminta kesediaan narasumber
untuk di wawancarai.
Saat wawancara berlangsung, mahasiswa harus menghargai setiap jawaban yang
dinyatakan narasumber dan mahasiswa tidak boleh menyangga ataupun mencela jawaban
yang dinyatakan oleh narasumber.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S. 2009. Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia Ditinjau dari Aspek Ekonomi.


Pusat Studi Asia-Pasifik UGM.

Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014.


Kementrian Pertanian, Jakarta.

Lesmana, T. 2008. National Study on Organic Agriculture. LIPI.

Salmani. 2011. Pembagunan Berkelanjutan dan Implikasinya di Indonesia. Bahan Mata


Kuliah Keseimbangan Lingkungan dan Pembangunan. IPB. Sumarno. 2010.

Sugino, T. 2010. Kebijakan Pertanian Daerah di Indonesia pada Era Otonomi Daerah.
Laporan Penelitian . JIRCAS.

Suryana, A. 2005. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Andalan Pembangunan Nasional.


Makalah dibawakan pada Seminar Sistem Pertanian Berkelanjutan untuk Mendukung
Pembangunan Nasional tanggal 15 Pebruari 2005 di Universitas Sebelas Maret Solo.

Tadisau, P. 2011. Prinsip Dasar Pengembangan Pertanian Organik. Buletin No.5(11). BPTP
Sulawesi Selatan. Badan Litbang Kementrian Pertanian.

16

Anda mungkin juga menyukai