Era newtonnian : terjadi konflik dari segi alam yaitu dikotomi antara alam dengan masyarakat, secara progres lanjut pada etika konsumemn Era industri : terjadi konflik antara gaya hidup perkotaan dengan gaya hidup industrialisme. Masyarakatnya lebih indifidual, sudah terjadi revolusi hijau
B. Sejarah pertanian berkelanjutan
1. Tahun 1924 : biodynamic agriculture Bagaimana pertanian dengan dinamika hayatinya (secara biologis), yaitu pertanian yang masih memanfaatkan apa yang ada di alam sekitarnya. Merupakan awal pertanian dan teknik-teknik perkebunan Sudah mulai menerapkan prinsip diversification, recycling, avoiding chemical, dan decentralized production and distribution Merupakan perkembangan dari steiner’s spiritual teaching
2. Tahun 1930 : humus farming consept
Merupakan awal mengenal pertanian organik, yaitu bagaimana memanfaatkan bahan organik berupa humus dan kotoran hewan mulai di aplikasikan. Lebih berkembang dari biodynamic agriculture Menerapkan bagaimana pentingnya humus dalam dunia pertanian Berkembangnya teknik-teknik untuk pengomposan Mencapai puncak pada tahun 1950-an Bertahanya dari pertanian organik
3. Tahun 1940 : Organic agriculture
Merupakan perkembangan dari humus farming consept. Pada pertanian organik sudah berusaha menggunakan bahan secara alamiah, seperti menggunakan pupuk organik seperti kotoran sapi, kotoran kambing, kotoran ayam, maupun kotoran cair berupa urin ternak. Bagaimana mengintregasikan desentralisasi dn pertanian-pertanian yang bebas dari bahan kimia Merupakan efek dari degradasi pertanian Terdapat beberapa publikasi seperti the living soil(1943) dan plowman’s folly (1943)
4. Tahun 1960 : the green revolution
Pada revolusi hijau, jumlah penduduk semakin meningkat kemudin mulai menggunakan bahan kimia dalam dunia pertanian, baik berupa pupuk maupun pestisida kimia. Berkembang penelitian-penelitian untuk mengembangkan dan meningkatkan pertanian secara umum Bagaimana input-input pertanian dan peralatan yang digunakan Membuat pedesaan secara progresif Petani padi sawah khususnya diberi insentif untuk meningkatkan produksinay seperti subsidi pupuk dan bibit Lahan pertanian ditingkatkan Terdapat penyuluh pertanian yang sudah diberi pendidikan dan latihan.
5. Tahun 1970 : intensive monoculture (bimas/inmas di Indonesia)
Sudah mulai menerapkan pertanian monokultur, seperti pengembangangan padi. Pada saat itu terdapat program dari presiden soeharto berupa inmas dan bimas, ada intensifikasi ada eksitenfikasi. Merupakan upaya untuk meningkatkan pangan berupa produksi padi yaitu dengan cara intensifikasi yang menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia, serta pengolahan lahan secara mekanik, dan berbagai teknologi sudah mulai diterapkan. Eksitensfikasi merupakan perluasan lahan pertanian yang masih memungkinkan pada saat itu. Sehingga, pada tahun 1974 terjadi swasembadaya beras, namun juga menyebabkan degradasi lahan berupa lahan yang memadat, dan kekjurangan unsur hara. Dengan timbulnya efek negatif pada alam, maka pada tahun 1980-an mulai diubah menjadi sistem pertanian berkelanjutan Lebih banyak menggunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida dan pupuk Varietas-varietas tanaman sudah diupayakan agar berkualitas bagus, seperti padi yang tahan hama penyakit dan produksinya tinggi. Perubahan iklim mulai muncul Adananya permasalahan dalam hama dan penyakit pada tanaman yang dikarenakan ditanamnya tanaman secara terus menerus tanpa adanya pergantian tanaman dan waktu istirahat bagi lahan
6. Tahun 1980 : sustainable agriculture strarted
Merupakan awal dari diterapkanya sistem pertanian berkelanjutan akibat adanya degradasi lahan yang terjadi pada saat intensif monoculture. Namun, pada kenyataanya di Indonesia, petani sudah menerapkan sistem pertanian berkelanjutan dari zaman dahulu. Konsep untuk mengembangkan secara berkelanjutan: Meningkatkan produksi dan efisien dalam penggunaan sumber daya alam Proses biologis merupakan kunci untuk siklus hara internal. Di dalam tanah terdapat bayak organisme-organisme yang memiliki kemampuan dalam siklus daur ulang hara, seperti bakteri yang dapat mengikat nitrogen dan udara, dan bakteri atau fungi yang dapat melarutkan fosfat Pertimbangan jangka panjang secara ekonomi, lingkungan dan sosial
C. Definisi Sistem Pertanian
Sistem pertanian berkelanjutan merupakan sistem pertanian yang dapat berkembang ke arah penggunaan sumber daya lebih efisien yang lebih besar tak terbatas oleh manusia dan berkesinambungan dengan lingkungan yang menguntungkan baik bagi manusia dan sebagian besar makhluk (spesies) lain. pendektan sistem secara menyeluruh untuk menyediakan pangan, pakan, dan serat untuk mempertimbangkan keseimbangan lingkungan, sosial, dan ekonomi diantara seluruh sektor secara internasional dan intergenerasi. Pengelolaan sistem berkelanjutan adalah cara untuk mengelola pertanian berkelanjutan untuk mencapai tujuan ekonomi, lingkungan dan sosial tanpa mengurangi dan menggangu SDA dan lingkungan.
D. Tujuan pertanian berkelanjutan
1. Ekonomi Menguntungkan. Bagaiman kita melakukan pertanian dapat mendukung kehidupan keluarga dan komunitas. 2. Lingkungan Aman/menyelamatkan lingkungan. Air bersih, unsur hara, dan dinamika komunitas 3. Sosial Meningkatkan kualitas hidup. Kesehatan ekonomi, keluarga dan komunitas.
E. Tiga pilar keberlanjutan
1. Profit dalam jangka panjang 2. Stewardship (bagaimana pengelolaan lahan, udara dan air yang baik bagi lingkungan 3. Quality (Kualitas hidup petani dan komunitasnya)
F. Inovasi dan best practice terkait pertanian berkelanjutan
1. Maketing (pemasaran) – diversity, procecing on farm, value added (nilai tambah bisa dilakukan dengan pengolahan), brand identity, penelitian pasar (digunakan untuk melihat kebutuhan masyarakat terhadap produk), menjual langsung kepada restoran, groris, dan institusi). 2. Community vitality – bagaimana dukungan komunitas terhadap pertanian berkelanjutan. Bagaiman pekerja-pekerja lokal terlibat sehingga bisa meningkatkan pendapatannya. 3. Ecological insect and weed management (ekologi serangga dan pengelolaan gulma) – bagaimana pengelolaan hama dan penyakit. bagaimana menghindari hal-hal yang berbahaya untuk hama dan penyakit tanaman dan menghasilkan habitat yang menguntungkan untuk serangga yang ada. hal tersebut dapat dilakukan dengan kontrol biologi atau secara fisik (seperti mencangkul, memotong) dan bahan-bahan kimia hanya digunakan jika diperlukan. 4. Grazing – bagaimana memberikan kualitas yang tinggi untuk pakan dan mengurangi biaya pakan, distribusi kotoran ternak ke lahan (menggunakan pupuk organik untuk mengurangi pupuk kimia. 5. Conservation tillage (olah tanah konservasi)- mempertimbangkan kontur tanah (misal tidak menanaman pada daerah lereng untuk mengurangi erosi), mengurangi olah tanah, mengembalikan gulma ke lahan untuk mencegah erosi, mencegah kepadatan tanah, konservasi air dan untuk menyimpan karbon sehingga bisa mengurangi emisi gas. 6. Cover crops (tanaman penutup tanah) – penggunaanya bisa memberikan manfaaat yaitu gulma tidak tumbuh, hama dan serangga tidak menyerang, dan mengurangi erosi. 7. Crop, livestock, landscape diversity – bagaiman menumbuh kembangkan berbagai varietas tanaman, ternak agar menghasilkan tanaman dan ternak terhadap penyakit dan kekeringan, untuk konservasi tanah dan air, menjaga kehidupan hewan dihutan, menjaga serangga yang menguntungkan (predator) sehingga serangan terhadap tanaman dapat berkurang. 8. Nutrient management (pengelolaan unsur hara) – bagaiaman hara dalam tanah dikelola secara baik dan menggunakan sisa dilingkungan sekitar (seperti jerami padi dan kacang-kacangan). 9. On farm energy conservation and production (konservasi energi dan produksi) – bagaimana menggunakan limbah untuk dijadikan biogas dalam rangka mengurangi kebutuhan terhadap energi dan mengurangi emisi rumah kaca.