Anda di halaman 1dari 5

Model Pertania organik

Pertanian organik adalah sistem budi daya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami
tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Beberapa tanaman Indonesia yang berpotensi untuk
dikembangkan dengan teknik tersebut adalah padi, hortikultura yang meliputi tanaman sayur,
buah, bunga, dan tanaman obat (contohnya: brokoli, kubis merah, jeruk, dll.), tanaman
perkebunan (kopi, teh, kelapa, dll.), dan rempah-rempah. Pengolahan pertanian organik
didasarkan pada prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan.Yang dimaksud
dengan prinsip kesehatan dalam pertanian organik adalah kegiatan pertanian harus
memperhatikan kelestarian dan peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan, bumi, dan
manusia sebagai satu kesatuan karena semua komponen tersebut saling berhubungan dan
tidak terpisahkan. Pertanian organik juga harus didasarkan pada siklus dan sistem ekologi
kehidupan. Pertanian organik juga harus memperhatikan keadilan baik antarmanusia maupun
dengan makhluk hidup lain di lingkungan. Untuk mencapai pertanian organik yang baik perlu
dilakukan pengelolaan yang berhati-hati dan bertanggungjawab melindungi kesehatan dan
kesejahteraan manusia baik pada masa kini maupun pada masa depan.

Metode
Pertanian organik mengkombinasikan pengetahuan ilmiah mengenai ekologi dan teknologi
modern mengenai praktik pertanian tradisional berdasarkan proses biologis yang terjadi
secara alami. Metode pertanian organik dipelajari di dalam bidang ekologi pertanian.
Pertanian konvensional menggunakan pestisida dan pupuk sintetik, sedangkan pertanian
organik membatasinya dengan hanya menggunakan pestisida dan pupuk alami. Prinsip
metode pertanian organik mencakup rotasi tanaman, pupuk hijau/kompos, pengendalian
hama biologis, dan pengolahan tanah secara mekanis. Pertanian organik memanfaatkan
proses alami di dalam lingkungan untuk mendukung produktivitas pertanian, seperti
pemanfaatan legum untuk mengikat nitrogen ke dalam tanah, memanfaatkan predator untuk
menaggulangi hama, rotasi tanaman untuk mengembalikan kondisi tanah dan mencegah
penumpukan hama, penggunaan mulsa untuk mengendalikan hama dan penyakit, dan
pemanfaatan bahan alami, termasuk mineral bahan tambang yang tidak diproses atau diproses
secara minimal, sebagai pupuk, pestisida, dan pengkondisian tanah. Tanaman yang lebih
unggul dan tangguh dikembangkan melalui pemuliaan tanaman dan tidak dimodifikasi
menggunakan rekayasa genetika.

Keanekaragaman hayati
Tingginya keanekaragaman tanaman pertanian adalah salah satu penciri pertanian organik.
Pertanian konvensional fokus pada produksi massal hasil pertanian tunggal di lahan, yang
disebut dengan monokultur. Dalam ekologi pertanian diketahui bahwa polikultur (penanaman
berbagai jenis tanaman pada satu ahan) lebih menguntungkan dan lebih sering diterapkan di
pertanian organik. Penanaman berbagai jenis sayuran mendukung berbagai jenis serangga
yang bersifat menguntungkan, mikroorganisme tanah, dan faktor lainnya yang menambah
kesehatan lahan pertanian. Keanekaragaman tanaman pertanian membantu lingkungan untuk
mempertahankan suatu spesies yang dekat dengan lahan pertanian agar tidak punah.
Pengelolaan tanah
Pertanian organik bergantung sepenuhnya pada dekomposisi bahan organik tanah,
menggunakan berbagai teknik seperti pupuk hijau dan kompos untuk menggantikan nutrisi
yang hilang dari tanah oleh tanaman pertanian sebelumnya. Proses biologis ini dikendalikan
oleh berbagai mikroorganisme seperti mikoriza yang memungkinkan terjadinya produksi
nutrisi secara alami di dalam tanah sepanjang musim tanam. Pertanian organik
mendayagunakan berbagai metode untuk meningkatkan kesuburan tanah, termasuk rotasi
tanaman, pemanfaatan tanaman penutup, pengolahan tanah tereduksi, dan penerapan kompos.
Dengan mengurangi pengolahan tanah, maka tanah tidak dibalik dan tidak terpapar oleh
udara. Hal ini berarti nutrisi yang bersifat mudah menguap seperti nitrogen dan karbon
semakin sedikit yang menghilang.

Tumbuhan membutuhkan berbagai nutrisi seperti nitrogen, fosfor, dan nutrisi mikro lainnya
serta hubungan simbiosis dengan fungi dan organisme lainnya untuk berkembang dengan
baik. Sinkronisasi diperlukan agar tumbuhan mendapatkan nitrogen yang cukup pada waktu
yang tepat. Hal ini menjadi salah satu tantangan di dalam pertanian organik. Residu tanaman
dapat dikembalikan ke tanah sehingga membusuk dan memberikan nutrisi bagi tanah. Dalam
banyak kasus, pengaturan pH diperlukan dengan menggunakan kapur pertanian dan sulfur.

Pengelolaan gulma
Pengelolaan gulma secara organik bersifat menekan, bukan memberantas gulma, dengan
meningkatkan kompetisi dan mendayagunakan sifat fitotoksik tanaman. Pertanian organik
mengintegrasikan strategi budaya, biologi, mekanis, fisik, dan kimiawi untuk mengelola
gulma tanpa menggunakan herbisida sintetik.
Berbagai standar organik membutuhkan rotasi tanaman dari tanaman semusim, yang berarti
satu jenis tanaman tidak bisa ditumbuhkan di lokasi yang sama tanpa tumbuhan antara yang
berbeda jenisnya. Rotasi tanaman secara organik mencakup tanaman penutup yang menekan
pertumbuhan gulma dan tanaman dengan siklus hidup yang tidak sama untuk menekan
pertumbuhan gulma yang hanya menyerang jenis tanaman tertentu. Berbagai penelitian
dikerjakan untuk mengembangkan metode organik untuk mendukung pertumbuhan
mikroorganisme yang secara alami menekan pertumbuhan atau perkecambahan
gulma. Metode lainnya yaitu meningkatkan tingkat kompetisi tanaman pertanian untuk
menekan pertumbuhan gulma dengan berbagai cara seperti mengatur tingkat kepadatan
penanaman, mengatur jumlah varietas tanaman yang ditanam, dan mengatur periode
penanaman.
Pengendalian gulma secara mekanis dan fisik dapat dilakukan dengan
 Pengolahan tanah - membalik tanah di atara tanaman untuk menempatkan residu
tanaman dan gulma ke dalam tanah.
 Pemotongan
 Memberikan panas ke tanah
 Pemberian mulsa untuk menghalangi pertumbuhan gulma (lihat plastikultura)

Namun metode pengolahan tanah dikritik sebagian kalangan karena dapat menyebabkan
erosi. FAO dan berbagai organisasi mempromosikan pendekatan pertanian tanpa pengolahan
tanah (no till farming) dan menekankan pada rotasi tanaman. Sebuah studi menunjukan
bahwa rotasi tanaman dan pemanfaatan tanaman penutup tanah mampu mengurangi erosi
tanah, mengendalikan hama, dan menekan penggunaan pestisida secara signifikan. Beberapa
bahan kimia yang tersedia secara alami dapat digunakan sebagai herbisida (bioherbisida),
seperti asam asetat, tepung gluten jagung, dan minyak atsiri. Bioherbisida yang berbasis fungi
patogen yang menjadi parasit bagi gulma, juga telah dikembangkan.
Gulma juga dapat dikendalikan dengan memanfaatkan penggembalaan hewan di atas lahan
pertanian. Angsa telah dipelihara secara jelajah bebas di atas lahan kapas, strawberry,
tembakau, dan jagung untuk menekan pertumbuhan gulma. Petani sawah di berbagai belahan
dunia juga memelihara bebek dan ikan di sawah untuk memakan gulma dan serangga.

Hewan ternak
Usaha pemeliharaan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, dan telur secara organik
dapat menjadi pelengkap bagi usaha pertanian organik. Berbagai pembuat kebijakan memiliki
sikap yang bervariasi mengenai kesejahteraan hewan, tetapi USDA secara umum tidak
mengutamakan kesejahteraan hewan untuk memberi label produk organik. Kuda dan sapi
dapat menjadi hewan pekerja yang menyediakan tenaga untuk menggerakkan mesin,
membajak, menambah kesuburan tanah dengan kotorannya, dan menjadi sumber bahan bakar
(misal biogas).

Keekonomian
Keekonomian dari pertanian organik merupakan subbidang dari ekonomi pertanian yang
mencakup seluruh jenis proses dan dampak dari pertanian organik terhadap masyarakat,
terutama biaya sosial, biaya peluang, biaya tak terduga, asimetri informasi, ekonomi skala,
dan sebagainya. Meski cakupan ekonomi begitu luas, pada ekonomi pertanian fokusnya ada
pada maksimisasi hasil dan efisiensi pada tingkat lahan usaha tani. Ekonomi merupakan
pendekatan antroposentrik terhadap nilai alam (misal keanekaragaman hayati). Beberapa
lembaga dan pemerintahan memberikan subsidi kepada pertanian organik dalam skala besar
karena manfaatnya yang begitu banyak pada lingkungan.

Persebaran produsen
Pasar produk organik paling kuat berada di Amerika Utara dan Eropa, yang pada tahun 2001
diperkirakan telah menguasai antara US$ 6 hingga 8 miliar dari pangsa pasar global yang
sebesar US$ 20 miliar. Australasia memiliki 39% pangsa lahan usaha tani organik di seluruh
dunia, tetapi 97% dari lahan ini merupakan kawasan penggembalaan yang tidak
menghasilkan bahan pangan secara langsung. Di sisi lain, Amerika Serikat, dengan lahan
yang lebih sempit, memiliki tingkat penjualan 20 kali lebih banyak dibandingkan
Australia. Lahan usaha tani organik di Eropa menguasai 23% dari lahan usaha tani organik
dunia, diikuti Amerika Latin dengan 19%, Asia 9.5%, Amerika Utara 7.2%, dan Afrika 3%.
Selain Australia, negara dengan lahan usaha tani organik terbesar adalah Argentina yang
mencapai 3.1 juta hektare, China 2.3 juta hektare, dan Amerika Serikat 1.6 juta hektare.
Kebanyakan lahan organik di Argentina adalah lahan penggembalaan seperti Australia. Brazil
merupakan eksportir produk organik terbesar.
Di Uni Eropa pada tahun 2005, 3.9% dari total lahan pertanian merupakan lahan usaha tani
organik. Negara di Uni Eropa dengan proporsi lahan terbesar
adalah Austria 11%, Italia 8.4%, dan Republik Ceko dan Yunani (keduanya 7.2%). Yang
paling sempit adalah Malta 0.15, Polandia 0.6% (168 ribu hektare), dan Irlandia 0.8%. Pada
tahun 2009, proporsi lahan organik di Uni Eropa tumbuh hingga 4.7%. Pada tahun 2010, 16%
petani Austria bercocok tanam secara organik.
Setelah keruntuhan Uni Soviet pada tahun 1991, input usaha pertanian (terutama pestisida
dan pupuk sintetik) yang sebelumnya didatangkan dari negara Eropa TImur tidak lagi tersedia
di Kuba. Banyak petani Kuba beralih menjadi petani organik karena keterpaksaan. Sehingga
pertanian organik menjadi cara yang utama dalam menghasilkan bahan pangan sampai
sekarang.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PERTANIAN ORGANIK


 Kelebihan 
dari digunakannya system pertanian organic antara lain sebagai berikut:
 Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air maupun
udara, serta produknya tidak mengandung racun.
 Tanaman organic mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non-
organik.
 Produk tanaman organic lebih mahal, sehingga keuntungan petani lebih besar.

  Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan


kesehatan masyarakat. Data menunjukkan bahwa praktek pertanian organik mampu
meningkatkan hasil sayuran hingga 75 % dibanding pertanian konvensional.
Disamping itu, produk pertanian organik juga mempunyai kandungan vitamin C,
Kalium, dan beta karoten yang lebih tinggi (Pither dan Hall, 1999).

 Membuat lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan
terhindar dari paparan (exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan
kimia sintetik dalam produksi pertanian.
 Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani; karena: (1) Biaya pembelian
pupuk organik lebih murah dari biaya pembelian pupuk kimia; (2) Harga jual hasil
pertanian organik seringkali lebih mahal; (3) Petani dan peternak bisa mendapatkan
tambahan pendapatan dari penjualan jerami dan kotoran ternaknya; (4) Bagi peternak,
biaya pembelian pakan ternak dari hasil fermentasi bahan organik lebih murah dari
pakan ternak konvensional; (5) Pengembangan pertanian organik berarti memacu
daya saing produk agribisnis Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar
internasional akan produk pertanian organik yang terus meningkat. Ini berarti akan
mendatangkan devisa bagi pemerintah daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan petani.
  Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. Karena
pertanian organik: (1) Menghindari penggunaan bahan kimia sintetis dan (2)
Memanfaatkan limbah kegiatan pertanian seperti kotoran ternak dan jerami sebagai
pupuk kompos.

 Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang serta
memelihara kelestarian alam dan lingkungan. Pemakaian kompos, misalnya, akan
menciptakan lingkungan tanah, air dan udara yang sehat yang merupakan syarat
utama bagi tumbuhnya komoditi pertanian yang sehat karena: (1) Memperbaiki
struktur tanah sehingga sesuai untuk pertumbuhan perakaran tanaman yang sehat; (2)
Menyediakan unsur hara, vitamin dan enzim yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
tumbuh sehat; (3) Menyediakan tempat (inang) bagi berbagai hama dan penyakit
tanaman sehingga tidak menyerang tanaman.
 Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta
memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan;
  Menghasilkan makanan yang cukup, aman, dan bergizi sehingga meningkatkan
kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis;
Sistem pertanian organic juga mempunyai factor kekurangan, yaitu sebagai berikut:
 Kebutuhan tenaga kerja yang lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan
penyakit masih dilakukan secara manual. Apabila menggunakan pestisida alami,
pestisida perlu dibuat sendiri karena belum tersedia dipasaran.
 Penampilan fisik tanaman organic kurang bagus (misalnya berkurang lebih kecil dan
daun berlubang-lubang)

Anda mungkin juga menyukai