Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PELAKSANAAN

KEGIATAN : KUNJUNGAN KE KELOMPOK TANI

1. Penyuluh Pertanian:
a. Nama : Asmini, A.Md
b. NI PPPK :-
c. Pangkat/Golongan :-
d. Jabatan : THL-TBPP
e. Unit Kerja : BPP Kec. Konawe
f. TMT :-
g. Pendidikan : D-III
h. Keahlian : Tanaman Pangan
i. No. HP : 085333514442
2. Dasar Pelaksanaan : Programa BPP dan RKTP Desa Puuwonua 2023
3. Nama Kegiatan : Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
4. Pelaksanaan Kegiatan :
a. Waktu Pelaksanaan : Januari 2023
b. Tempat : Desa Puuwonua
c. Klp Tani Binaan : 4 Klp Tani

Puuwonua, 30 Januari 2023


Mengetahui
Kepala BPP Kec. Konawe Penyuluh Pertanian

Wandri Tarrapa, S.TP, MP Asmini, A.Md


NIP. 19770101 200701 2 027
FORM A III.B.8

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN


PENYULUHAN PERTANIAN

1. Penyuluhan Pertanian :
a. Nama dan NI PPPK : Asmini, A.Md
b. Pangkat/Golongan Ruang :-
c. Jabatan : THL-TBPP
d. Unit Kerja : BPP Kec. Konawe
2. Dasar Pelaksana : Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Lapangan
3. Nama Kegiatan : Melakukan Kunjungan Tatap Muka/
Anjang Sana Pada Kelompok Tani
4. Tujuan Kegiatan : Untuk mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan pada petani tentang teknologi
pertanian
5. Pelaksanaan Kegiatan :
a. Waktu Pelaksanaan : Januari 2023
b. Tempat/Lokasi : Desa Puuwonua
c. Peserta : Petani dan keluarganya
6. Hasil Pelaksanaan : Laporan hasil pelaksanaan (terlampir)

Puuwonua, 30 Januari 2023


Mengetahui
Kepala BPP Kec. Konawe Penyuluh Pertanian

Wandri Tarrapa, S.TP, MP Asmini, A.Md


NIP. 19770101 200701 2 027
RISALAH KUNJUNGAN PENYULUH KELOMPOK TANI

Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Januari 2023


Waktu Kunjungan : 08.00 – 10.00
Nama Kelompok Tani : Monapa
Jml Anggota Yg Hadir : Laki-laki 1 orang, Perempuan 2 orang
Topik Yg Dibahas : Budidaya Sayuran Organik
Masalah yg diajukan/dihadapi : Petani belum memahami cara budidaya
sayuran organik
Pemecahan Masalah : Melakukan penyuluhan tanaman sayuran
organik
Masalah yg belum dapat dipecahkan dan :-
perlu tindak lanjut

Penyuluh Yang Berkunjung Ketua Kelompok Tani Yang Dikunjungi

Asmini, A.Md Altin Timbu


Materi : Budidaya Sayuran Organik

Pertanian organik adalah teknik budidaya tanaman tanpa memakai pupuk kimia dan
pestisida kimia. Untuk meningkatkan keberhasilan budidaya sayuran organik, cara
penanamannya dapat memanfaatkan pupuk kandang, pupuk hijau, endapan minyak, bahan-
bahan organg belum tercemar baik didalam maupun di luar lahan, dan kompos yang terdiri
dari mineral yang kaya nutrisi. Hal tersebut bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan
memenuhi nutrisi yang diperlukan oleh tanaman.
Kerusakan tanah bisa dihindari melalu pemeliharaan tanah, kualitas sumber air dan
lingkungan lahan pertanian, serta perlindungan kontinuitas produksi lahan. Sedangkan hasil
yang berkualitas, aman dan sehat bisa dilakukan dengan upaya pengendalian pada saat
penanaman, pengendalian secara fisik, serta pengendalian secara alamiah baik pada hama
maupun gulma yang merugikan.
Secara singkat, pertanian organik tidak hanya untuk mempertahankan keseimbangan
kondisi alamiah lingkungan dan menghasilkan sayuran yang sehat dan aman, tapi juga untuk
mempertahankan kontinuitas penggunaan lahan pertanian.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya sayuran organik:
a. Persyaratan Kondisi Lahan Sayuran
Syarat utama yang diperlukan untuk membudidayakan sayuran organik adalah kondisi
lingkungan seperti tanah, udara dan air yang tidak tercemar bahan kimia, kualitas tanah
yang baik, serta pengairan lokal yang mencukupi.
b. Persiapan Lahan
Lahan disiapkan dengan membuat bedeng atau green house pada kebun sayur, sedangkan
penutupan dengan net/jaring bertujuan untuk menghindari air hujan dan mencegah serangan
hama.
c. Pemilihan Jenis Tanaman
Serangan hama bisa bervariasi tergantung dari jenis tanaman, maka sebaiknya dipilih
sayuran dengan ketahanan serangan hama kuat seperti ketela, kangkung, daun selada atau
sayuran yang mudah dibudidayakan seperti sawi putih, sawi dan baby bok choy dan lain-
lain.
d. Pengaturan Pupuk
1) Pupuk organik padat
Pupuk organik padat biasa digunakan sebagi pupuk dasar sebelum penanaman. Pada
sayuran berdaun, biasanya pupuk disebar pada lahan kemudian tanah diratakan lalu
ditanami sayuran. Pada lahan yang ditanam dengan metode baris, jarak harus
ditentukan terlebih dahulu kemudian dilakukan penanaman. Pupuk organik pada yang
digunakan pada tanaman organik sebaiknya dibuat sendiri sehingga kualitasnya bisa
lebih terjamin. Jika memerlukan pupuk organik yang ada di pasaran, maka harus
diperiksa terlebih dahulu kandungan yang terdapat didalamnya khusunya bahan-bahan
kimia. Penggunaan pupuk organik harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang
bersangkutan, jika diperlukan bisa ditambah sedikit campuran tanaman mineral unsur
hara atau unsur organik yang lain dan campuran lain untuk memperbaikin unsur hara
tanah. Pembuatan pupuk organik padat sebaiknya dilakukan dalam ruangan tertutup.
Campur rata semua bahan yang sudah tersedia, sesuaikan dengan kandungan air dan
perbandingan CN (Carbon-Nitrogen), setelah itu ditimbun.Dalam proses penimbunan,
saat suhu mencapai 60-70 derajat celcius timbunan harus dibalik. Waktu yag
diperlukan sampai pupuk matang dan penggunaan berbeda, biasanya setelah 60 hari
baru bisa digunakan.
2) Pupuk organik cari
Pupuk organik cair biasanya menggunakan kedelai atau ampas kedelai. Bubuk kedelai
yang sudah dihaluskan ditambah bahan yang lain seperti brambut, tetes, mikroba yang
menguntungkan dan air bersih. Setelah beberapa saat akan menghasilkan pupuk
organik cair . Pada saat digunakan, diperlukan 100 sampai 300 kali pengenceran,
penggunaan bisa dengan cara disemprotkan langsung pada daun atau dialirkan secara
langsung, ini hasilnya akan lebih baik.
e. Pengendalian Hama
Pengendalian hama pada sayuran organik bukan dengan cara membasmi sampai ke akarnya
melainkan melalui pengamatan selama proses penanaman, yaitu bagaimana tanaman bisa
hidup berdampingan dengan hama, tujuannya adalah keseimbangan alam.
Cara yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Pengendalian pada saat penanaman
Cara ini menggunakan teknik pada saat penanaman guna mencegah serangan hama.
Cara yang digunakan meliputi pengelolaan tanah, rotasi tanaman, pemilihan jenis
tanaman yang tahan terhadap serangan hama dan pemilihan waktu tanam. Cara
pengelolaan tanah yang uum digunakan adalah merendam dengan air atau membajak
(membalik) tanah. Meredam dengan air akan mematikan telur hama, hama yang masih
muda atau kepompong. Rotasi tanaman yang seseuai dapat mengurangi bahaya
serangan hama, misalnya rotasi tanaman musim hujan dan musim kemarau, rotasi
tanaman antara tanaman kacang-kacangan dan tanaman lain dapat memberi hasil yang
baik. Pembibitan dengan menggunakan plug terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan
penanaman akan dapat memperpendek waktu pertumbuhan sayuran di lahan. Hal ini
juga bisa mencegah serangan hama dan mengendalikan rumput. Cara yng sering
dipakai ini adalah cara pencegahan hama yang baik.
2) Pengendalaian secara fisik
Cara pencegahan ini menggunakan alat-alat dan cara lain untuk menghindari serangan
hama. Cara yang biasa digunakan adalah pentutupan, menangkap dan mematikan,
memancing dan mematikan, dll. Cara penutupan yang digunakan misalnya membuat
green house untuk penanaman, pembuatan parit disekeliling green house dan direndam
air atau penggunaan pembungkus pada tanaman aneka labu, dll Cara menangkap dan
mematikan adalah dengan menangkap langsung, baik dengan tangan maupun dengan
jaring untuk kemudian dimatikan atau dengan menyiasati kebiasaan hama tanaman
dengan menggunakan kertas perekat berwarna untuk menangkap dan mematikan hama.
Cara lain yang bisa digunakan adalah menggunakan lampu untuk memancing hama,
atau dengan umpan makanan seperti air gula, jambu, pepaya, belimbing yang dicampur
dengan sedikit obat dan diletakkan di sekitar lahan hama. Hama yang tertangkap bisa
dimatikan.
3) Pengendalian dengan obat-obatan alami
Obat-obatan alami adalah obat yang tersedia di alam atau bahan obat yang sengaja
ditanam, dikelompokan atau diproses lebih lanjut menjadi bahan yang dapat mencegah
hama, termasuk didalamnya berbagai maam bahan alami dan mineral seperti cairan
gula asam, tembakau, arak, minyak serai, peppermint oil, minyak kamper, kertas
perekat bewarna kuning bakteri Bacillus Thungringiensis, abu rumput dan kayu, arang
batu dll.
f. Pengendalaian Rumput
Rumput bisa menghambat pertumbuhan tanaman di lahan untuk menyebabkan tanaman
tidak berproduksi secara normal. Budidaya tanaman organik tidak boleh menggunakan obat
kimia untuk membasmi rumput, maka pencegahan rumput merupakan satu tantangan dalam
budidaya tanaman organik. Cara-cara yang biasa dipergunakan adalah sebagai berikut:
1) Memberantas rumput dengan mesin:
Ini adalah cara yang paling menghemat tenaga. Jika terdapat banyak rumput di lahan,
maka sebelum rumput menjadi banyak dan sebelum penanaman, tanah diratakan
terlebih dahulu. Setelah perataan berkali-kali rumput akan menjadi berkurang.
2) Menutupi permukaan tanah:
Ini juga merupakan cara yang baik untuk mencegah rumput. Menutup tanah pada
barisan tanaman dengan plastik berwarna perak (mulsa PHP) dapat mencegah serangga
perusak tanaman. Pada musim kemarau jika suhu tinggi biasanya permukaan tanah
dilapisi sisa-sisa tumbuhan seperti jerami untuk menurunkan suhu.
3) Tumpang sari:
Diantara barisan tanaman ditanami tanaman pupuk hujau yang cepet tumbuh atau
tanaman merambat untuk menghambat pertumbuhan rumput.
4) Pecabutan rumput dengan tenaga manusia:
Cara ini dilakukan untuk menunjang ketiga cara di atas guna memberantas rumput
sampai ke akar-akarnya.
RISALAH KUNJUNGAN PENYULUH KE KELOMPOK TANI

Hari/Tanggal : Kamis, 12 Januari 2023


Waktu Kunjungan : 10.00 – 12.00
Nama Kelompok Tani : Momahe
Jml Anggota Yg Hadir : Laki-laki 1 orang, 1 orang perempuan
Topik Yg Dibahas : Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sayuran
Masalah yg diajukan/dihadapi : belum memahami pemanfaatan lahan
pekarangan tanaman sayuran
Pemecahan Masalah : Melakukan penyuluhan tentang pemanfaatan
lahan pekarangan
Masalah yg belum dapat dipecahkan dan :-
perlu tindak lanjut

Penyuluh Yang Berkunjung Ketua Kelompok Tani Yang Dikunjungi

Asmini, A.Md Suandi


Materi : Pemanfaatan Lahan Pekarangan Tanaman Sayuran

Berbagai keuntungan diperoleh dengan memanfaatkan pekarangan menjadi produktif secara


konseptual adalah sebagai berikut:
1. Banyak yang tidak menyadari akan potensi pekarangan sebagai penghasil (tambahan),
seperti bahan pangan atau bahan obat-obatan bahkan ternak untuk kebutuhan hidup
sehari-hari dalam rangka hidup sehat, murah dan mudah.
2. Pemanfaatan pekarangan merupakan bagian dari pembangunan hutan kota, guna
lingkungan yang nyaman, sehat dan indah, sangat mendukung pembangunan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (suistanable development), karena
pemanfaatan pekarangan merupakan pelestarian ekosistem yang sangat baik.
3. Jika setiap rumah mempunyai pekarangan yang indah serta terpelihara, sekaligus akan
meningkatkan pembangunan hutan kota yang berbentuk menyebar dengan struktur yang
berstrata akan meningkatkan kualitas lingkungan yang sejuk, sehat dan indah.
4. Dengan membuat taman pekarangan, ini berarti akan dapat menyalurkan segala kreatifitas
dan kesenangan ataupun hobi semua anggota keluarga.
5. Unsur utama dalam pemanfaatan pekarangan adalah tanaman, apakah itu tanaman
hortikultura, obat-obatan, bumbu-bumbuan, rempah-rempah dan lainnya.
6. Pemanfaatan pekarangan dengan taman pekarangan yang konseptual akan memberikan
kenyamanan serta dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah dan rohaniah terutama anggota
keluarga, maupun siapa saja yang lewat disekitar rumah kita.
7. Pemanfaatan pekarangan mengandung nilai pendidikan khususnya dapat mendidik
anggota keluarga cinta lingkungan, juga pekarangan dapat menjadi laboratorium hidup
(Irwan, 2008; Ginting, 2010).

Perencanaan Pemanfaatan Pekarangan


Berikut panduan perencanaan dalam upaya pemanfaatan lahan pekarangan:
1. Persiapan Media Tanam
Tahap ini merupakan tahap awal dalam berkebun. Jika pekarangan luas lahan perlu
dibersihkan dari tanaman liar. Upayakan pembersihan lahan tidak menggunakan bahan
kimia karena residunya dalam tanah akan mengurangi produktivitas tanah.
Media tanam untuk bertanam sayur harus mengandung unsur-unsur mineral dan
bahan organik. Bila tanah berwarna gelap dan gembur, kita hanya perlu memberikan
pupuk tambahan pada saat penanaman. Sedangkan bila tanah berwarna agak terang, pucat,
dan padat maka kita perlu mengolahnya secara intensif dengan mencangkul untuk
mengemburkan tanah dilanjutkan dengan memberikan pupuk organik (pupuk kandang
atau kompos) dan pupuk kimia (TSP, KCl, dan Urea) secara berimbang (Andhika, 2009).
Untuk lahan sempit penanaman dalam pot dan vertikultur dapat menjadi alternatif.
Yang perlu dilakukan adalah memilih pot yang sesuai dengan karakterisitik tanaman,
sehingga ukuran dan porositas pot perlu diperhatikan.
2. Menentukan Jenis Tanaman
Pilihlah jenis tanaman yang bermanfaat bagi keperluan rumah tangga baik untuk obat
atau kesehatan (kunyit, jahe, temulawak, mengkudu) dan keperluan dapur (cabe, tomat,
sereh, sayuran,) serta pelengkap gizi keluarga (pepaya , pisang , jeruk dan lain-lain).
Upayakan menanam beragam jenis tanaman dengan maksud untuk mencegah adanya
serangan hama dan penyakit pada tanaman. Untuk tujuan estetika, pilihan tanaman yang
memiliki figure menarik misalnya tanaman mengkudu yang memiliki bentuk daun yang
lebar, tanaman kencur dengan bentuk daun yang unik dan sebagainya. Jenis sayuran yang
akan ditanam harus ditentukan sejak awal agar hasil panenyang diperoleh akan
memuaskan.
3. Tata Letak Tanaman
Pada prinsipnya semua tanaman memerlukan sinar matahari yang cukup sepanjang
hari. Tempatkan jenis-jenis yang berukuran kecil mulai dari bagian Timur dan tempatkan
jenis tanaman yang berukuran besar seperti buah-buahan di bagian sebelah Barat. Hal ini
dimaksudkan agar jenis tanaman yang besar tidak menaungi/menghalangi sinar matahari
terhadap tanaman yang kecil. Demikian pula kerapatan dan populasi tanaman perlu
diperhatikan karena mempengaruhi efisiensi penggunaan cahaya matahari serta
persaingan antar tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara. Aturlah tata letak
sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan misalnya jangan sampai
menghalangi jalan masuk, menghalangi pandangan, dan sebagian tanaman atau kotoran
masuk ke areal kebun tetangga (Andhika, 2009)
4. Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan baik untuk lahan maupun tanaman merupakan hal yang harus
selalu diperhatikan. Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa aspek yang harus
diperhatikan yaitu penyiangan, penyiraman, pemupukan serta pengendalian hama dan
penyakit.
Penyiangan dilakukan dengan membersihkan lahan dari rumput-rumput liar,
bertujuan untuk mencegah kompetisi nutrisi tanaman dari tanah selain untuk kebersihan
dan keindahan. Sisa-sisa tanaman dan rumput sebaiknya dikeringkan lalu dikubur ke
dalam tanah karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Sisa tanaman dan serasah ini
dapat juga diproses untuk dijadikan pupuk organik atau kompos.
Pemberian air dengan cara penyiraman secara kontinyu sangat penting terutama pada
tanaman yang berumur muda dan baru tumbuh, untuk selanjutnya aktivitas penyiraman ini
dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan lahan pekarangan apakah kekeringan atau
basah (lembab). Salah satu upaya untuk mempertahankan ketersediaan air di lahan
pekarangan adalah dengan membuat kolam (Andhika, 2009). Tetapi umumnya tanaman
sayur disiram 1-2 kali per hari untuk tanaman sayur dalam pot.

Pemupukan bertujuan untuk memberikan suplai unsur hara tambahan pada tanaman.
Sebaiknya bahan pupuk yang digunakan bersifat organik, misalnya pupuk organik cair ,
kompos dan pupuk kandang (Supriati, dkk., 2008).
Pengendalian hama penyakit lebih mudah dilakukan dalam kegiatan pemanfaatan
pekarangan dengan tanaman sayur ini. Untuk tanaman di pot kemungkinan penularan
penyakit melalui akar jarang terjadi karena akar diabatasi oleh pot. Pada lahan pekarangan
yang sempit kita bisa mengendalikan hama dan penyakit secara manual sehingga
penggunaan bahan kimia dapat dibatasi. Hal ini akan membuat sayuran yang dihasilkan
dari pekarangan lebih sehat untuk dikonsumsi, karena merupakan sayuran organik
(Prapanca, 2005).
5. Pemanenan
Sayuran perdu yang dipetik daunnya sudah dapat dipetik hasilnya pada umur 35 – 40
hari. Pemanenan dapat dilakukan dengan selang 3 – 4 hari. Namun berbeda denga bayam
cabut dan kangkung darat dilakukan secara langsung dengan mencabut tanaman beserta
akarnya. Jenis sayuran seperti kol, sawi, selada dipanen umur 2 – 3 bulan. Kacang-
kacangan dipanen dengan melihat kondisi polong kacangnya. Cabe dan tomat dapat
dipanen umur 45 – 50 hari setelah tanam. Labu siam dipanen antara 3 – 5 bulan setelah
tanam. Tanaman yang tidak sekali panen jika pemeliharaannya baik dapat terus dipanen
dalam waktu yang lama (Redaksi Trubus, 2009)
RISALAH KUNJUNGAN PENYULUH KE KELOMPOK TANI

Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Januari 2023


Waktu Kunjungan : 08.00 – 10.00
Nama Kelompok Tani : Mepokoaso
Jml Anggota Yg Hadir : Laki-laki 3 orang
Topik Yg Dibahas : Pengendalian PBK dan penghisap buah
kakao (Helopeltis sp.) dengan Teknik
Sarungisasi
Masalah yg diajukan/dihadapi : Masih belum Terlalu paham masalah
Teknik sarungisasi
Pemecahan Masalah : Penyuluhan tentang teknik sarungisasi pada
tanaman kakao
Masalah yg belum dapat dipecahkan dan :-
perlu tindak lanjut

Penyuluh Yang Berkunjung Ketua Kelompok Tani Yang Dikunjungi

Asmini, A.Md Tasran


Materi : Pengendalian Penggerek Buah Kakao (PBK) dan Penghisap Buah Kakao
(Helopeltis sp.) dengan Teknik Sarungisasi

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan unsur abiotik merupakan faktor yang
membatasi produksi tanaman. Salah satu hama penting yang menyebabkan rendahnya
produksi akibat kerusakan hasil panen kakao yaitu Penggerek Buah Kakao (PBK) dengan
nama ilmiah Conopomorpha cramerella dan Penghisap Buah Kakao (Helopelthis sp.).

Sarungisasi merupakan teknik pengendalian mekanik yang bertujuan untuk menghambat


ngengat betina PBK meletakkan telurnya pada buah kakao dan menghalangi keberadaan
Helopeltis sp. yang akan menghisap permukaan kulit buah kakao. Adapun alat dan bahan yang
digunakan untuk sarungisasi antara lain : kantong plastik dengan ukuran panjang sekitar 30 cm
dan lebar 15-18 cm yang terbuka bagian atas dan bawahnya (jenis plastik rol) , pipa paralon
dengan panjang sekitar 3 meter dengan diameter 8 cm, karet gelang, dan pengait. Teknik
melakukan sarungisasi pada buah kakao sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan sarungisasi
2. Membuat celah utk pengaitan pada bibir paralon berbentuk segitiga dengan ukuran sisi
segitiga sekitar 2-3 cm
3. membuat pengait dari bahan kayu dan memodifikasi bagian atasnyaagar dapat berfungsi
sebagai pendorong karet yang diikat pada ujung plastik
4. Memasukkan kantong plastik yang terbuka pada bagian atas dan bawahnya untuk
penyarungan ke dalam pipa paralon secara berderet yang bagian atasnya dikat karet
gelang.
5. Memilih buah kakao yang masih muda/pentil dengan ukuran 8-12 cm kemudian
masukkan buah kakao tersebut ke dalam lubang pipa paralon hingga seluruh bagian buah
masuk ke dalam lubang pipa/menyentuh bagian tangkai buah
6. Dorong karet gelang yang diikat pada bagian atas katong plastik pada paralon dengan alat
pengait hingga plastik dan karet gelang terlepas dari pipa paralon dan buah tersarungi
dengan kantong plastic
7. Penyarungan buah kakao yang mudah diajangkau dapat dilakukan menggunakan tangan
dan pengikatan kantong plastik dapat menggunakan staples.
8. Kantong plastik dibiarkan terbuka sebagai ventilasi untuk mengatur kelembaban buah
yang disarungi
9. Penerapan teknik penyarungan buah perlu diperhatikan selama musim hujan karena
biasanya serangan penyakit oleh Phytopthora sp. yang menyebabkan busuk buah kakao
meningkat sehingga pengaturan kelembaban perlu dilakukan. Teknik sarungisasi ini
dianggap kurang praktis karena perlu menyarungi buah kakao satu persatu sehingga tidak
semua petani mau menerapkan di kebunnya masing-masing.
RISALAH KUNJUNGAN PENYULUH KE KELOMPOK TANI

Hari/Tanggal : Kamis, 26 Januari 2023


Waktu Kunjungan : 09.00 – 11.00
Nama Kelompok Tani Kawanua
Jml Anggota Yg Hadir : Laki-laki orang, Perempuan 3 orang
Topik Yg Dibahas : Pemupukan berimbang padi sawah
Masalah yg diajukan/dihadapi : Masih ada sebagian yang tidak melakukan
Pemupukan berimbang
Pemecahan Masalah : Penyuluhan tentang pemupukan berimbang
Masalah yg belum dapat dipecahkan dan :-
perlu tindak lanjut

Penyuluh Yang Berkunjung Ketua Kelompok Tani Yang Dikunjungi

Asmini, A.Md Hasjunal


JUDUL MATERI : PEMUPUKAN BERIMBANG PADI SAWAH
a. Latar Belakang
Peningkatan produksi pertanian dapat dicapai melalui pendekatan teknologi yang
tepat antara lain dengan menerapkan teknologi pemupukan berimbang. Saat ini teknologi
pemupukan sesuai anjuran hampir tidak dilakukan oleh sebagian petani, sehingga
menyebabkan pemupukan menjadi tidak berimbang. Pemupukan berimbang adalah
penambahan pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang sesuai dengan
tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan hara oleh tanaman untuk meningkatkan produksi
dan produktivitas padi sawah. Adanya kecenderungan penurunan produksi, dapat
diakibatkan oleh perlakuan pemupukan yang tidak rasional, kecenderungan pemupukan N
yang berlebihan, tidak diimbangi dengan pemberian unsur yang lain yang cukup, sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi hara tanah yang ada.

b. Kebutuhan Unsur Hara Tanaman


Tanaman memperoleh makanan dapat berasal dari udara, air, tanah, dan unsur-unsur
organik :
1. Dari udara dan air : Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O)
2. Dari tanah, pupuk buatan dan kotoran hewan : Nitrogen (N), Pospor (P), Kalium (K),
Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Klorin (Cl),
Kobalt (Co)
Unsur-unsur tersebut memiliki peranan sangat penting dalam kehidupan tanaman,
masing-masing unsur memiliki fungsi yang spesifik dan tidak dapat digantikan oleh unsur
yang lain. Dalam hal peningkatan produksi padi penggunaan pupuk berimbang sangat
penting karena dengan pemberian pupuk yang mengandung unsur N, P, K, S dapat
meningkatkan produksi padi yang ada.

c. Pengertian Pupuk Berimbang


Pupuk berimbang adalah suatu cara pemberian pupuk makro (NPKS) yang
seimbang yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kandungan hara tanah, dengan tetap
memperhatikan pemberian unsur hara mikro yang lain. Untuk kebutuhan pupuk yang
mengandung unsur makro N, P, K, S dapat diambil dari pupuk kimia, sedangkan unsur
hara mikro dapat diambil dari pupuk organik/kandang. Pemupukan berimbang yaitu
pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara
yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang
tersedia dalam tanah.

d. Fungsi & Manfaat Pemupukan Berimbang


1. Pupuk Nitrogen (N) yang dapat berupa Amonium sulfat/ZA (NH4)2SO4, Urea
(CO(NH2)2), Amonium nitrat (NH4NO3). Fungsi dari pupuk nitrogen antara lain :
merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun; membuat warna daun lebih tampak
hijau; memperbanyak anakan; dan memperbaiki mutu dan jumlah hasil.
2. Pupuk P (Fosfor) yang termasuk pupuk ini adalah Super pospat tunggal (ES), Double
superfosfat (DS) dan Triple super fosfat (TSP), pupuk fosfor sebetulnya juga larut
dalam air tetapi tidak secepat pupuk urea, pupuk ini berfungsi : memperpanjang
pertumbuhan akar, sehingga tanaman mudah menyerap makanan; menguatkan batang
dan mempercepat proses pemasakan buah; dan memperbaiki mutu dan jumlah hasil.
3. Pupuk K (Kalium) yang termasuk dalam pupuk kalium adalah pupuk kalium tunggal
antara lain kalium sulfat (ZK), kalium magnesium sulfat. Fungsi kalium bagi tanaman
: memperbaiki pertumbuhan tanaman; meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
serangan hama/penyakit; dan memperbaiki mutu hasil.
e. Dosis Pemupukan Berimbang
Setiap 1 ton gabah yang dihasilkan dari tanaman padi membutuhkan kandungan
hara makro N sekitar 17,5 kg, P sebanyak 3 kg dan K sebanyak 17 kg. Agar pemberian
pupuk dapat efektif dan efisien penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui
dengan mengukur tingkat kehijauan warna daun (BWD). Pemupukan P dan K disesuaikan
dengan hasil analisis status hara tanah sawah dan kebutuhan tanaman.
Pemupukam tanaman padi bisa menggunakan pupuk tunggal atau majemuk yang
aplikasinya disesuaikan dengan kondisi musim penghujan atau musim kemarau. Dosis
penggunaan pupuk haruslah menyesuaikan dengan kondisi setiap musim tanam. Jika
hanya menggunakan pupuk urea, NPK Phonska, dan SP36 maka dosis yang dipakai pada
setiap musim tanam adalah sebagai berikut:

Musim penghujan :
Pada musim penghujan, jumlah pupuk yang diberikan adalah:
– Urea : 150 kg/ha
– NPK Phonska :275 kg/ha

Musim kemarau :
Pada musim kemarau, jumlah pupuk yang diberikan adalah:
– Urea : 175 kg/ha
– NPK Phonska : 200 kg/ha
– SP 36 : 50 kg/ha

Atau
– SP 36 : 100 kg/ha
– NPK Kujang : 350 kg/ha
LAPORAN PENYULUHAN
DESA PUUWONUA KECAMATAN KONAWE
JANUARI 2023

O
L
E
H

ASMINI, A.Md

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP)


KECAMATAN KONAWE
DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN
PERKEBUNAN KABUPATEN KONAWE
2023

Anda mungkin juga menyukai