Anda di halaman 1dari 52

Beranda

Pertanian
semua hal tentang pertanian

A TUGAS TIK (8)


AGAMA (2)
BAHASA INDONESIA (9)
DASAR BUDIDAYA PERTANIAN (4)
DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (6)
JAGUNG (1)
KOMUNIKASI AGRIBISNIS (7)
MANAJEMEN (8)
PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN (2)
PRILAKU KONSUMEN (2)
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN (16)
TUGAS (6)
USAHATANI (3)
Monday, 9 December 2013

Laporan Besar Dasar Perlindungan Tanaman


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Dalam

proses

seranganOrganisme

budidaya

tanaman

Pengganggu

yang

Tanaman

masalah

yang

(OPT) terhadap

sering

tanaman

ditemukan

adalah

budidaya. Organisme

Pengganggu Tanaman terdiri dari hama, penyakit dan gulma. Pada suatu lahan pertanian sangat
mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan, ini dikarenakan antara tanaman yang
dibudidayakan dengan OPT ini bersaing untuk mendapatkan makanan, serat dan tempat
perlindungan, maka dari itu untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan upaya pengendalian yang
terpadu demi menjaga kualitas tanaman tersebut.
Kegiatan fieldtrip di daerah Lawang untuk mengobservasi lahan pertanian. Dalam suatu areal
pertanaman, kemunduran produksi merupakan hal yang sering terjadi. Di lahan tersebut kita
menemukan berbagai macam tanaman budidaya dan tanaman yang terserang penyakit dan hama
yang merupakan masalah bagi para petani. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemunduran
produksi adalah karena adanya gangguan hama dan patogen penyebab penyakit.
Kehadiran tanaman yang tidak diinginkan seperti gulma ataupun yang lain yang berperan
sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) pada lahan pertanian dapat mengakibatkan
terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal
penyerapan unsur-unsur hara, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang lingkup, mengotori
kualitas produksi pertanian, dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat toksin (racun) serta
sebagai tempat hidup atau inang tempat berlindungnya hewan-hewan kecil, insekta dan hama

sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembangbiak dengan baik, mengganggu


kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu
kesehatan manusia, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian. Dengan demikian kita dapat
langsung terjun ke lapangan dan wawancara dengan petani mengenai areal pertanaman.
1.2 Tujuan
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui penguatan studi DPT sehingga mampu
melaksanakan dan mengevaluasi tanaman di suatu lahan.Sekaligus mengamati Organisme
Penggangu Tanaman (OPT) yang ada di lahan wortel dan menganalisis cara pengendalian yang
tepat.
1.3 Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengenali jenis-jenis OPT yang ada di setiap varietas dan lahan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri yang ditimbulkan setiap Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) agar dapat mengendalikan secara tepat.

BAB II
METODOLOGI
2.1

2.2

Waktu dan Tempat


Waktu

: Hari Sabtu, tanggal 11 Mei 2013

Tempat

: Desa Sumberbrantas, kecamatan Bumiaji, Batu, Malang

Alat, Bahan dan Fungsi


1. Kuisioner

: Untuk mendapatkan data dari narasumber

2. Bolpoin

: Untuk menulis data dari narasumber

3. Kamera

: Untuk mendokumentasikan data-data dari lapang

4. Buku KDS :Untuk mengidentifikasi organisme di areal pengamatan


2.3

Pengamatan
2.3.1

Hama
Menyiapkan kuisioner dan bolpoin
untuk mencatat segala informasi dari narasumber

Bertemu dengan narasumber,


mencari informasi selengkap-lengkapnya
mengenai hama yang terdapat di daerah tersebut

Mencatat hasil wawancara dengan narasumber

Mengamati hama yang ada di areal lapang pengamatan

Mendokumentasikan dengan menggunakan kamera

Mengidentifikasi organime dengan menggunakan buku KDS


2.3.2

Penyakit
Menyiapkan kuisioner dan bolpoin
untuk mencatat segala informasi dari narasumber

Bertemu dengan narasumber,


mencari informasi selengkap-lengkapnya
mengenai penyakit yang terdapat di daerah tersebut

Mencatat hasil wawancara dengan narasumber

Mengamati penyakit yang ada di areal lapang pengamatan

Mendokumentasikan dengan menggunakan kamera

Menulis laporan hasil pengamatan


2.3.3

Musuh Alami
Menyiapkan kuisioner dan bolpoin
untuk mencatat segala informasi dari narasumber

Bertemu dengan narasumber,


mencari informasi selengkap-lengkapnya
mengenai musuh alami yang terdapat di daerah tersebut
untuk menekan hama

Mencatat hasil wawancara dengan narasumber

Mengamati musuh alami yang ada di areal lapang pengamatan

Mendokumentasikan dengan menggunakan kamera

Menulis laporan hasil pengamatan


2.3.4

Pengolahan Tanah (Faktor Edafik)


Menyiapkan kuisioner dan bolpoin
untuk mencatat segala informasi dari narasumber

Bertemu dengan narasumber,


mencari informasi selengkap-lengkapnya
mengenai pengolahan tanah yang terdapat di daerah tersebut

Mencatat hasil wawancara dengan narasumber

Mengamati pengoalahan tanah yang ada


di areal lapang pengamatan

Mendokumentasikan dengan menggunakan kamera

Menulis laporan hasil pengamatan

2.3.5

Penggunaan Pestisida
Menyiapkan kuisioner dan bolpoin
untuk mencatat segala informasi dari narasumber

Bertemu dengan narasumber,


mencari informasi selengkap-lengkapnya
mengenai penggunaan pestisida yang terdapat di daerah tersebut

Mencatat hasil wawancara dengan narasumber

Menulis laporan hasil pengamatan


2.3.6

Penggunaan Varietas Tahan


Menyiapkan kuisioner dan bolpoin
untuk mencatat segala informasi dari narasumber

Bertemu dengan narasumber,


mencari informasi selengkap-lengkapnya
mengenai penggunaan varietas tahan yang terdapat di daerah tersebut

Mencatat hasil wawancara dengan narasumber

Menulis laporan hasil pengamatan

BAB III
KONDISI WILAYAH UMUM
3. 1. Lokasi Fieltrip
Pada tanggal 11 Mei 2013 kami mahasiswa Fakultas Pertanian melakukan wawancara
dengan kelompok tani yang ada di Dusun Jurangwali Kecamatan Bumiaji Kabupaten Sumber
berantas. Petani-petani yang ada di Dusun Jurangwali tersebut mempunyai gabungan kelompok
tani. Wawancarabertujuan untuk mengetahui dan menambah ilmu pertanian dengan secara
langsung bertanya kepada petani-petani di Dusun Jurangwali tersebut.
3. 2. Latar Belakang Petani
Jumlah penduduk Desa Sumber Brantas sebanyak 4.100 jiwa dan sebagian besar
bekerja sebagai petani sebanyak 21,17%. Tingkat pendidikan terakhir penduduk Desa Sumber
Brantas sebagian besar adalah tamat SD/sederajat, yaitu sebesar 58%.
Pada Dusun Jurangwali kecamatan Bumiaji Kabupaten Sumberberantas yang telah kami
kunjungi sebelumnya terkenal dengan bermacam macam komoditas yang dibudidayakan.
Seperti kentang, kubis, sawi, wortel, dan lain-lain. Tepatnya hari sabtu pada tanggal 11 Mei 2013
kami melakukan wawancara dengan salah satu petani yang ada di Dusun Jurangwali kecamatan
Bumi aji Kabupaten Sumberberantas yang bernama Bapak Sudarmaji (53). Salah satu petani
yang menanam komoditas kentang, kubis, dan wortel. Dari menanam komoditas tersebut, hasil
produksi dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Selain itu, juga dapat
menunjang kebutuhan ekonomi keluarga.
Masyarakat dusun Jurangwali kecamatan Bumiaji Kabupaten Sumberberantas
mempunyai kelompok tani yang sifatnya berbagi pengalaman antara satu petani dengan petani
lainnya. Kelompok tani tersebut diketuai oleh Bapak yang menjadi panutan bagi masyarakat
dalam pengelolaan usaha tani. Bapak Sudarmaji ini menguasai 1 ha lahan tegal yaitu wortel,
kubis, dan kentang. Sistem pengolahan lahan yang dilakukan menggunakan sistem pertanian
yang biasanya umum dilakukan. Dengan menggunakan cangkul, pembuatan bedeng dan
penaburan benih. Petani di Dusun Jurangwali ini dalam pertaniannya menggunakan pupuk kimia
dan pupuk organik. Dalam pertaniannya, tidak menggunakan mulsa sintetis maupun mulsa alami.
Selain itu kelompok tani tersebut bekerja sama dengan Bank sehingga dapat melakukan simpan
pinjam pada Bank tersebut.
3. 3.

Sejarah Penggunaan Lahan


Desa Sumber Brantas merupakan salah satu desa yang menjadi daerah penyangga bagi
kawasan Tahura Raden Soerjo. Luas wilayah Desa Sumber Brantas sebesar 541,1364 Ha dan
berada pada ketinggian 1.400 s/d 1.700 di atas permukaan laut. Penggunaan lahan di Desa
Sumber Brantas didominasi oleh lahan pertanian yakni sebesar 58,82%, hal ini dipengaruhi oleh
kondisi tanah yang subur dan iklim yang menunjang untuk kegiatan pertanian.

Jumlah penduduk Desa Sumber Brantas sebanyak 4.100 jiwa dan sebagian besar bekerja
sebagai petani sebanyak 21,17%. Tingkat pendidikan terakhir penduduk Desa Sumber Brantas
sebagian besar adalah tamat SD/sederajat, yaitu sebesar 58%.
3. 4. Penggunaan Lahan
3.4.1 Jenis Penggunaan Lahan
Lahan pertanian yang termasuk dalam kawasan budidaya di sumber berantas memiliki
kelerengan <15%, hal ini telah sesuai dengan ketetapan yang berlaku untuk penanaman tanaman
hortikultura, jadi petani yang memiliki lahan pada kawasan ini tetap dapat mempertahankan
kegiatan pertanian serta komoditas yang ditanam. Pada kawasan ini masyarakat diberi kebebasan
untuk mengelola lahannya, namun masyarakat juga tetap diperbolehkan untuk mengaplikasikan
sistem agroforestry jika mereka menginginkannya.
Tanah yng di milik oleh pak Sudarmaji di sumber berantas seluas kurang lebih 1 hektar,
dimana tanah tersebut termasuk tanah jenis tegalan.
3.4.2 Sistem Budidaya
Sistem budidaya petani di sumber berantas menggunakan sistem monokultur,
3.4.3 Tanaman Budidaya (komoditas)
Pada desa sumber brantas memiliki ketetapan yang berlaku untuk penanaman
tanaman hortikultura. Hortikultura ini menfokuskan pada budidaya tanaman buah, tanaman
bunga, tanaman sayuran,tanaman obat-obatan, dan taman (lansekap). Sepertipada contoh lahan
yang kita datangi, petani disana memilih tanaman sayur sebagai tanaman hortikultura.
Pada lahan pak Sudarmi memilih komuditas wortel, kubis dan kentang untuk
dibudidayakan. Pada tanaman kubis masa tanam selama tiga bulan sepuluh hari, tanaman wortel
selama 4 bulan dan tanaman kentang selama 4 bulan, sehingga adanya rotasi tanaman.

Bab IV HasildanPembahasan
4.1 Hasil
4.1.1 Hama yang ditemukan + dokumentasi +perbandinganliteratur
4.1.2 Penyakit yang ditemukan + dokumentasi +perbandinganliteratur
4.1.3 Pengaruh Hama danPenyakitTerhadapProduksiKomoditas
4.1.3 MusuhAlami yang ditemukan + dokumentasi

4.2 Pengendalian yang dilakukan oleh Petani


4.2.1 Pengendalian terhadap Populasi Hama dan Penyakit
4.2.1.1 Pengendalian secara Biologi
Menurut narasumber, populasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman budidaya
dapat dikendalikan melalui beberapa cara salah satunya melalui cara biologi. Pada lahan
budidaya milik petani, pengendalian secara biologi juga dilakukan tetapi belum secara optimal.
Pengendalian secara biologi dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami yang terdapat di
lahan.
Pada masa tanam komoditas wortel, petani tidak menggunakan musuh alami untuk
mengendalikan OPT. Demikian halnya pada masa tanam komoditas kentang. Petani di desa
Sumberbrantas, khususnya Bapak Sudarmadji menggunakan pengendalian secara biologi
terhadap hama pada masa tanam kubis yaitu dengan menggunakan predator jenis kumbang
merah. Predator ini memangsa serangga hama yang mengganggu produksi kubis, seperti ulat
grayak dan ulat Plutella.
4.2.1.2 Pengendalian secara Mekanis
Pengendalian secara mekanis adalah pengendalian terhadap OPT dengan mengambil
secara langsung OPT yang terdapat di lahan. Kemudian OPT tersebut dimusnahkan atau
dijauhkan dari lahan. Pengendalian dengan cara ini sering kali digunakan oleh para petani karena
relatif mudah untuk dilakukan. Demikian halnya dengan petani yang terdapat di desa
Sumberbrantas juga sering menggunakan cara ini untuk mengendalikan OPT seperti embuk pada
komoditas wortel.
Pada pengolahan tanah saat akan memasuki masa tanam wortel, petani mengambil satu
per satu embug yang keluar dari tanah ketika tanah dalam proses pencangkulan. Embug ini
dikumpulkan dalam suatu wadah, kemudian dimusnahkan pada tempat yang jauh dari lahan, agar
telur dari embug tersebut tidak berkembangbiak lagi di lahan.

4.2.1.3 Pengendalian Secara Fisik


Berdasarkan pernyataan petani, tidak ada pengendalian secara fisik karena pengendaliannya
sudah dilakukan secara biologi, mekanis dan kimia.
4.2.1.4 Pengendalian Secara Kimia
Berdasarkan pernyataan petani, petani mengunakan juga menggunakan pestisida untuk
mengendaliakan hama. Penggunaan pestisida berdasarkan seberapa besar serangan dari hama.
Pada tanaman wortel, petani menggunakan fungisida yang disemprotkan satu minggu sekali.
Pada tanaman kubis, untuk mengendalikan ulat (Plutella xylostella) petani menggunakan
pestisida yang berformulasi granule karena formulasi ini lebih tahan lama melekat pada daun.

Pada tanaman kentang, petani menggunakan ------- yang biasanya disemprotkan 3 hari sekali.
Pengaplikasian atau penggunaan pestisida dilakukan pada sore hari.
4.2.2 Pengolahan Tanah (Faktor Edafik) dan Dampaknya.
Faktor edafik yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan sifat-sifat tanah baik itu secara fisik,
biologi, maupun kimia yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
4.2.3 Pemanfaatan Musuh Alami
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, para petani di desa Sumberbrantas
pada umumnya juga menggunakan pengendalian terhadap hama dengan menggunakan musuh
alami. Namun pengelolaannya belum dilakukan secara maksimal, karena petani masih
menganggap pengendalian secara biologis hanya sebagai alternatif pengendalian. Hal ini juga
disebabkan karena dampak dari keberadaan musuh alami masih dianggap belum memberikan
pengaruh yang nyata terhadap populasi hama yang ada di lahan. Oleh karena itu, menurut
penuturan petani yang berada di sana, musuh alami yang paling sering terlihat adalah musuh
alami golongan predator yaitu kumbang merah. Predator ini ditemui pada saat masa tanam kubis.
Kumbang merah ini merupakan predator dari hama jenis ulat grayak dan ulat Plutella xylostella.
Keberadaan kumbang merah ini tentu saja akan mengurangi jumlah populasi hama ulat
yang berada di lahan. Namun hal tersebut kurang mendapat perhatian dari para petani, sehingga
perubahan populasinya tidak dapat diketahui secara pasti. Selain itu, para petani juga
menggunakan pestisida dalam kegiatan budidayanya, sehingga terdapat kemungkinan beberapa
musuh alami yang berada di lahan ikut terkena pengaruh pestisida. Hal ini dapat mengurangi
jumlah musuh alami di lahan, sehingga dampak keberadaannya terhadap hama ulat tidak terlihat
karena jumlahnya yang sudah berkurang.
4.2.4 Penggunaan Pestisida dan Dampaknya
Pestisida merupakan bahan kimia yang bersifat racun yang digunakan untuk
mengendalikan OPT yang mengganggu tanaman budidaya. Secara umum, para petani lebih suka
menggunakan pestisida dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman yang menyerang
tanaman budidayanya. Demikian halnya dengan yang terjadi di desa Sumberbrantas. Bapak
Sudarmadji yang merupakan petani di desa itu juga menggunakan pestisida untuk
mengendalikan OPT yang terdapat di lahan.
Hampir setiap musim tanam, beliau menggunakan beberapa jenis pestisida untuk
mencegah serangan hama terutama ulat pada budidaya wortel dan bakteri Phytoptora
infestant pada budidaya kentang. Beberapa jenis pestisida yang sering digunakan oleh Bapak
Sudarmadji yaitu
1. Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang,
kepik,
wereng,
dan
ulat pada
budidaya
wortel.
Dampak dari pembrian Insektisida pada tanaman budidaya wortel yaitu ........

2. Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus yang terdapat pada budidaya
tanaman kentang.
Dampak dari pemberian bakterisida pada tanaman budidaya tanaman kentang yaitu .......
Dalam jangka waktu pendek, penggunaan pestisida ini efektif dalam mengurangi jumlah
serangga hama di lahan. Setelah pengaplikasian pestisida pada lahan, tanaman budidaya benarbenar terhindar dari serangan hama. Tanaman tumbuh dengan baik tanpa ada cacat atau lubang
pada daun akibat serangan ulat.

4.2.5 Penggunaan Varietas Tahan dan Dampaknya


Varietas tahan adalah varietas memiliki sifat-sifat yang memungkinkan tanaman itu
menghindar atau pulih kembali dari serangan hama pada keadaan yang akan mengakibatkan
kerusakan pada varietas lain yang tidak tahan (Soewito, 1993). Pada kegiatan budidaya yang
dilakukan petani di desa Sumberbrantas, para petani tidak menggunakan bibit maupun benih dari
varietas yang tahan terhadap penyakit maupun hama. Para petani cenderung menggunakan bibit
dan benih lokal. Untuk wortel dan kentang, para petani menggunakan benih dan bibit hasil
perkembangbiakan oleh petani sendiri, sedangkan untuk kubis para petani menggunakan varietas
Grand 11.
Petani tidak menggunakan varietas tahan dikarenakan syarat dan tata tanam yang harus
dipenuhi dianggap terlalu rumit dan susah untuk dilakukan. Dan apabila ketentuan tersebut tidak
diikuti, maka tanaman dengan varietas tahan tersebut tidak dapat tumbuh atau pertumbuhannya
terganggu. Hal tersebut mendorong petani untuk tetap menggunakan bibit dan benih lokal
dengan didampingi oleh berbagai cara pengendalian terhadap hama dan penyakit lainnya. Oleh
karena itu, tanaman para petani sering kali mendapat serangan dari hama maupun penyakit,
terutama pada tanaman kentang. Di desa Sumberbrantas, tanaman kentang beresiko tinggi
terserang penyakit yang disebabkan oleh bakteri Phytoptora infestant.
4.3 Pembahasan
Lahan yang diamati di desa Sumberbrantas merupakan lahan pertanian berupa tegalan
seluas 1 ha. Lahan tersebut milik Bapak Sudarmadji, seorang petani berusia 50 tahun yang
merupakan anggota dari kelompok tani yang terdapat di desa tersebut. Komoditas tanaman yang
dibudidayakan oleh Bapak Sudarmadji adalah wortel dengan pola tanam yaitu monokultur. Saat
pengamatan, wortel tersebut baru berusia sekitar 1 bulan. Wortel tersebut akan dipanen pada usia
sekitar 4 bulan. Setelah itu akan dilakukan rotasi atau pergantian tanaman. Dalam 1 tahun, Bapak
Sudarmadji menanam 3 jenis tanaman yang berbeda, yaitu kentang selama 4 bulan, wortel
selama 4 bulan, dan yang terakhir adalah kubis selama 3 bulan 10 hari.
Menurut Bapak Sudarmadji, pola pengelolaan lahan seperti itu dilakukan dengan tujuan
untuk menjaga kesuburan tanah, mengurangi beban pengolahan tanah, dan mengefektifkan
penggunaan pupuk pada masa tanam sebelumnya. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Henri
(2009) bahwa rotasi tanaman bertujuan untuk menjaga struktur dan kesuburan tanah, menjaga

keseimbangan ekosistem terutama kandungan unsur hara dalam tanah, serta untuk
mengendalikan hama dan penyakit secara alami karena rotasi tanaman dapat memutus siklus
hidup patogen berbahaya. Namun menurut Reijntjes, dkk (1999) pola tanam tumpang sari
(intercropping) lebih baik digunakan oleh para petani daripada pola tanam monokultur. Dalam
bukunya, disebutkan bahwa tumpang sari akan memberikan pengaruh positif untuk mengurangi
jumlah hama, penyakit, dan gulma. Dengan tumpang sari, serangga yang tergolong musuh alami
dapat hidup dengan baik, karena kebutuhan dan habitatnya tersedia sehingga mampu
mengendalikan jumlah serangga hama yang terdapat di lahan. Demikian halnya dengan penyakit
dan gulma, cenderung memiliki persentase kehidupan yang lebih rendah pada pola tanam
tumpang sari. Pada pola tumpang sari, penyiangan cukup dilakukan sebanyak 1 kali, sementara
pada monokultur penyiangan perlu dilakukan sebanyak 3-4 kali.
Sebelum melakukan penanaman, tentunya diadakan proses pengolahan lahan. Dalam
mengolah lahan, Bapak Sudarmadji menggunakan cara pengolahan yang umum dan sering
dilakukan oleh para petani. Pengolahan lahan dimulai dengan mencangkul tanah, kemudian
membuat guludan. Setelah guludan selesai dibuat, benih wortel ditabur dan ditutup kembali
dengan sedikit tanah. Pada 3 hari setelah tanam (HST) lahan disemprot dengan pembasmi gulma
untuk menghindari tumbuhnya gulma yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya
atau wortel.
Menurut Cahyono (2002), teknik budidaya wortel yang baik dimulai dengan melakukan
pembajakan terhadap lahan sedalam 30-50 cm. hal ini bertujuan untuk membalikan tanah yang
berada di dalam ke permukaan tanah. Selanjutnya tanah tersebut dibiarkan selama 1 minggu agar
terjemur oleh sinar matahari, sehingga dapat mematikan patogen merugikan yang terdapat dalam
tanah. Setelah itu, tanah digemburkan dengan menggunakan garu untuk memperoleh struktur
tanah yang remah, sehingga memudahkan pertumbuhan akar dan umbi. Kemudian tanah tersebut
dibiarkan kembali selama 1 minggu, dan selanjutnya dicangkul sedalam 30-40 cm. pada tahap
selanjutnya, dibentuk bedengan (guludan) dengan ukuran lebar 70-80 cm untuk sistem satu jalur
tanaman dan 140-150 untuk sistem dua jalur tanaman, dengan ketinggian + 40 cm. setelah
proses-proses tersebut selesai, lahaan siap untuk ditanami dengan benih wortel.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di lahan milik Bapak Sudarmadji, ditemukan
beberapa organisme yaitu ulat grayak, ulat Plutella xylostella, cacing tanah, bekicot, embug,
sejenis kumbang, dll. Organisme tersebut ada yang berperan sebagai OPT, dan ada pula yang
berperan sebagai musuh alami. Yang termasuk OPT yaitu ulat grayak, ulat Plutella
xylostella, bekicot, dan embug. Sementara yang berperan sebagai musuh alami yaitu kumbang.
Untuk mengendalikan populasi dari organisme yang termasuk dalam organisme
pengganggu tanaman (OPT), para petani di desa Sumberbrantas khususnya Bapak Sudarmadji
menggunakan beberapa metode pengendalian, diantaranya yaitu secara biologis, fisik, mekanis,
dan kimia. Secara biologis, beliau memanfaatkan peran musuh alami yang berada di lahan,
seperti kumbang merah. Selain itu, menurut Surachman dan Suryanto (2007) pengendalian
terhadap populasi ulat juga dapat dilakukan dengan menaburkan kotoran kuda pada tanaman

yang terserang, atau membuat ramuan daun dlingo dan bengle atau lengkuas dan jahe yang
dicampur dengan air, kemudian disemprotkan pada tanaman.
Secara fisik, Bapak Sudarmadji tidak melakukan pengendalian dengan cara tersebut,
karena berbagai pengendalian yang dilakukan sudah dirasa cukup untuk mencegah terjadinya
peledakan hama yang merugikan secara ekonomi.
Secara mekanis, Bapak Sudarmadji mengambil satu persatu OPT yang terdapat di lahan.
Cara ini biasanya dilakukan untuk mengendalikan populasi embuk dan dilakukan bersamaan
dengan proses pengolahan lahan. Selain itu, menurut Rukmana (1995) pengendalian mekanis
pada budidaya wortel juga dapat dilakukan dengan memotong bagian tanaman wortel yang
terserang penyakit maupun hama, sehingga tidak menular pada tanaman lainnya.
Selain ketiga metode pengendalian tersebut, Bapak Sudarmadji juga menggunakan
metode pengendalian secara kimia, yaitu dengan menggunakan pestisida. Metode ini adalah
metode yang paling sering atau bahkan selalu digunakan para petani khususnya Bapak
Sudarmadji dalam mengendalikan OPT yang terdapat di lahan. Hal ini dilakukan, karena
pestisida dinilai lebih efektif dalam mengendalikan populasi hama dan efeknya terhadap populasi
hama dapat dengan cepat terlihat. Pestisida yang biasa digunakan adalah ..
Sementara itu, pengendalian dengan memanfaatkan varietas tahan maupun faktor edafik
di lingkungan masih jarang dilakukan atau bahkan belum diterapkan oleh Bapak Sudarmadji
pada lahan miliknya. Hal ini dikerenakan pengaplikasiannya yang tergolong rumit bagi beliau
dan terdapat berbagai syarat yang harus dilakukan dalam proses penanamannya. Dan menurut
pendapat beliau, apabila salah satu dari syarat tersebut tidak dilaksanakan, maka tanaman
budidaya tersebut beresiko tinggi untuk mengalami kegagalan atau produktivitasnya rendah.
4.4 Rekomendasi
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan, dapat diidentifikasi
beberapa masalah yang dihadapi oleh para petani di desa Sumberbrantas khususnya Bapak
Sudarmadji. Masalah yang dihadapi oleh Bapak Sudarmadji adalah tingkat serangan hama dan
penyakit yang cukup tinggi, terutama pada masa tanam komoditas kentang. Oleh karena itu,
sering kali Bapak Sudarmadji membutuhkan pestisida dalam jumlah yang cukup banyak,
sehingga biaya yang dibutuhkan juga cukup besar.
Penggunaan pestisida secara terus menerus tersebut dapat meracuni tanah sekitar tanaman
dan juga akan memberi dampak negatif bagi manusia terutama dalam hal kesehatan. Oleh karena
itu, kami merekomendasikan kepada para petani, khususnya Bapak Sudarmadji untuk mengelola
lahan dan kegiatan budidayanya dengan cara yang berbeda dengan yang telah dilakukan.
Sebagai langkah awal, dapat diterapkan pola penanaman secara tumpang
sari(intercropping). Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture)
berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang
bersamaan (Salikin, 2003). Pola penanaman tumpang sari akan memberikan dampak positif
terhadap pertumbuhan tanaman budidaya maupun pengendalian jumlah OPT di lahan.

Dengan pola penanaman tumpang sari, terdapat beberapa jenis tanaman di lahan yang
akan menciptakan kondisi lingkungan atau habitat hidup yang disukai atau mendukung
kehidupan musuh alami. Sehingga jumlah musuh alami dapat mengendalikan jumlah OPT atau
hama yang ada di lahan. Pada keadaan tersebut, hama atau OPT masih tetap dapat ditemukan di
lahan, tetapi keberadaannya tidak akan mengganggu tanaman budidaya dan menimbulkan
kerugian secara ekonomi. Demikian halnya dengan populasi gulma yang ada di lahan. Dengan
adanya kombinasi tanaman, maka pertumbuhan gulma dapat ditekan dan kegiatan penyiangan
dapat dilakukan hanya 1 kali dalam 1 masa tanam. Komoditas wortel dapat dikombinasikan
dengan tanaman sawi, kol, atau lainnya.
Dalam jangka panjang, sebaiknya para petani mulai untuk menerapkan Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan segala aspek,
yaitu dengan memperhatikan kondisi dan keadaan tanah, cara budidaya, dan pengendalian
terhadap populasi OPT tersebut. Pertama-tama dapat dilakukan usaha untuk mengurangi
penggunaan pestisida kimia, sehingga kondisi lingkungan tidak tercemar. Selanjutnya dapat
dilakukan pengolahan tanah untuk menciptakan kondisi tanah yang sehat. Kemudian dapat
didukung dengan penggunaan varietas tahan dan bibit maupun benih yang sehat, sehingga
tanaman tahan terhadap serangan OPT maupun penyakit. Dengan demikian tercipta
keseimbangan di alam.

Bab V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran dan kritik

DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Bambang. 2002. Wortel: Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius
Henri. 2009. Prospek Pengembangan Agribisnis Wortel (Online). hendri-wd.blogspot.com. Diakses
pada 15 Mei 2013.
Reijntjes, Coen, dkk. 1999. Pertanian Masa Depan (Penerjemah: Y. Sukoco, SS). Yogyakarta:
Kanisius
Rukmana, Rahmat. 1995. Bertanam Wortel. Yogyakarta: Kanisius.
Salikin, Karwan A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan.Yogyakarta: Kanisius
Surachman, Enceng dan Suryanto, Widada Agus. 2007. Hama Tanaman Pangan, Hortikultura, dan
Perkebunan. Yogyakarta: Kanisius.

Posted by jamaludin jamal at 17:18


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: Dasar Perlindungan Tanaman

0 comments:
Post a Comment
Newer Post

Digital clock - DWR


About Me

Older Post Home

JAMALUDIN JAMAL
VIEW MY COMPLETE PROFILE

visitor

Popular Posts

persiapan lahan
MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN Persiapan Lahan Padi Disusun oleh: Kelompok 1 M.
Jamaludin

1250401001111...

laporan pasca panen


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kata pengantar pascapanen pada buah dan sayur merupakan suatu cabang
ilmufisiologitanaman hortikultura. Perke...

sumber daya modal


3. Sumber Daya Modal

Sumber daya modal adalah barang-barang (sarana) yang dapat digunakan untuk

menghasilkan barang lain, misa...

makalah kultur jaringan


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting
yang bernilai ekonomi tinggi, dipa...

laporan Agriseta
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 BAHAN BAKU UD. Bagus Agriseta Mandiri menggunakan apel
sebagai bahan baku utama dari seluruh pengolah...

laporan pemupukan
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN MATERI : PUPUK DAN PEMUPUKAN 1.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2.

P...

laporan penggunaan mulsa


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanam dan pola tanam yang berbeda dapat menentukan tingkat
produksi dalam kualitas maupun kuan...

pengertian komunikasi agribisnis


Tugas Komunikasi Agribisnis : Definisi Komunikasi Agribisnis 1.

Definisi Komunikasi Agribisnis adalah suatu

proses pembentukan, penya...

laporan penyakit dpt


BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit merupakan suatu penyimpangan atau gejala yang
terjadi pada suatu tanaman akibat ser...

Laporan Besar Dasar Perlindungan Tanaman


BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Dalam proses budidaya tanaman yang masalah yang sering
ditemukan adalah serangan Organisme Pe...

Blogger news
About
Blog Archive

2015 (1)

2014 (38)

2013 (35)

December (35)

francis

modul 1

modul 2

modul 4

modul 5

modul 6

modul 7

RKPS

tentang laporan proposal bisnis

laporan Agriseta

tentang kacang tanah

manfaat sirsak

artikel sirsak

persiapan tanah

persiapan lahan

budiday padi

Padi 4

pertumbuhan padi 2

SRI

pertumbuhan padi

pengairan SRI

pemupukan padi

buku SRI

irigasi tetes

surat bisnis

pasca panen produk holtikutura

makalah ustan modul 12

Laporan Besar Dasar Perlindungan Tanaman

RKPS Penganatar Ekonomi Pertanian

makalah modul 10 usaha tani

persiapan lahan

pengertian komunikasi agribisnis

buku manajemen

peran komunikasi dalam konteks agribisnis

Prospek dan Arah pengembangan Jagung


Copyright 2015 Pertanian. Designed for Company Logos - corporate offices, Listen to live radio, Yellow Pages
organic

JUN

12

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM DASAR PERLINDUNGAN


TANAMAN Ds. Sumber Brantas, Kec. Bumiaji Kabupaten Malang

LAPORAN FIELDTRIP
PRAKTIKUM
DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
di Desa Sumber Brantas, Kec. Bumiaji
Kabupaten Malang

Disusun Oleh :
Kelompok J1

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Laporan
: Laporan Akhir Praktikum Dasar Perlindungan Tanamaan di
Desa SumberBrantas, Kec. Bumiaji, Kab. Malang
2. Bidang Kegiatan

: Laporan Fieldtrip Lapang Praktikum DPT

3. Ketua Kelompok
Nama Lengkap

: Nova Putra Pratama S.

NIM

: 125040100111038

Jurusan

: Agribisnis

Universitas

: Universitas Brawijaya

No. HP

: 089675709023

Alamat Email

: novapratama772@gmail.com

Jumlah Anggota Kelompok

: 19 Orang

4. Asisten Kelompok
Nama Lengkap

: Joko Pilianto

NIM

: 115040213111043

No. HP

: 085785594178

Malang, 16 Mei 2013

Menyetujui,
Asisten Kelompok

Koordinator Asisten DPT

Joko Pilianto

Muhammad Guruh Arif Zulfahmi

NIM. 115040213111043

NIM. 105040201111091

NAMA ANGGOTA KELOMPOK J1 :

Nur Puji Leksono P.

105040100111057

Dicky Pratama A.

105040100111074

Muhammad Yusrul Baya

105040100111165

Nurul Anisyah

125040100111008

Oktavia Candra Dewi

125040100111037

Nova Putra Pratama S.

125040100111038

Nanda Anggiadita

125040100111040

Neo Putri Buda W.

125040100111062

Yusrina Ratnasari

125040100111064

Natalia Eka Sari

125040100111069

Novita Rizky Amalia

125040100111070

Nila Alviya

125040100111083

Oby Priambodo

125040100111086

Novan Alif Sumarta P.

125040100111092

Nila Rahmawati

125040100111095

Nata Rina Utami

125040100111119

Ning Zakiyyah

125040100111131

Nanda Yudha Praditya

125040100111181

Olvia Cindy L.

125040100111207

Narendra Ing P.

125040100111213

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan dalam budidaya tanaman sangat di pengaruhi oleh populasi hama dan
penyakit yang menyerang. Populasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman budidaya dapat
ditekan oleh hidupnya organisme - organisme yang termasuk dalam kelas serangga yang berperan
sebagai musuh alami diantaranya terkelompok sebagai parasitoid, pathogen dan predator. Ada
beberapa serangga yang menguntungkan, laba-laba dan pathogen yang menyerang serangga
hama. Spesies-spesies yang menguntungkan tersebut sering mengontrol serangan hama,
khususnya pada tempat-tempat yang bebas atau terhindar dari pengaruh penggunaan pestisida.
Tanpa adanya spesies-spesies yang menguntungkan ini serangga hama akan perbanyakan dengan
cepat yang secara lengkap akan menghabiskan tanaman budidaya di lahan.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang terdiri dari hama, penyakit dan gulma,
merupakan kendala utama dalam budidaya tanaman. Organisme pengganggu tanaman ini pada
suatu lahan pertanian sangat mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan, ini
dikarenakan antara tanaman yang dibudidayakan dengan OPT ini bersaing untuk mendapatkan
makanan, serat dan tempat perlindungan, maka dari itu untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan
upaya pengendalian yang terpadu demi menjaga kualitas tanaman tersebut.
Permasalahan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kendala utama dalam
peningkatan dan pemantapan produksi tanaman pangan. Sejalan dengan perkembangan
pengetahuan dan teknologi pengendalian OPT, maka upaya penerapan pengendalian secara
terpadu diharapkan semakin baik, meluas dan memasyarakat. Teknologi tersebut selanjutnya
berkembang menjadi teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Teknologi ini harus dapat
disebarluaskan melalui komunikasi pembangunan karena teknologi pengendalian hama terpadu
yang merupakan salah satu teknologi yang dapat menjamin produktivitas, nilai ekonomi usahatani
dan dapat mempertahankan kelestarian ekosistem.
Keberadaan hama dan penyakit sendiri dapat di tekan dengan sistem pertanaman polikultur
atau tumpang sari. Sistem ini lebih dapat menekan populasi hama dan penyakit dibandingkan
dengan sistem monokultur (menanam hanya dengan satu jenis tanaman). Selanjutnya akan di

bahas lebih lanjut mengenai semua aspek dalam budidaya berdasarkan hasil observasi di lahan
pertanian.
Penggunaan pestida yang kurang bijaksana seringkali menimbulkan masalah kesehatan,
Pembangunan penyakit tumbuhan secara hayati merupakan salah satu komponen pengendalian
hama terpadu (PHT) yang sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan karena pengendalian ini
lebih selektif (tidak merusak organisme yang berguna dan manusia) dan lebih berwawasan
lingkungan. Pengendalian hayati berupaya memanfaatkan mikroorganisme hayati dan prosesproses alami. Aplikasi pengendalian hayati harus kompatibel dengan peraturan (karantina),
pengendalian dengan jenis tahan, pemakaian pestisida dan lain-lain.
Perkembangan hasil penelitian tentang berbagai agensia hayati yang bermanfaat untuk
mengendalikan patogen pada tanaman, sebenarnya sudah cukup menggembirakan, walaupun
masih relatif sedikit yang dapat digunakan secara efektif di lapangan. Komponen ini jelas berperan
dalam peningkatan peranan Fitopatologi Indonesia dalam pengamanan produksi dan pelestarian
lingkungan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui Jenis tanaman apa saja yang terdapat di lahan.
1.2.2 Mengetahui cara pengolahan tanah yang diterapkan pada lahan.
1.2.3 Mengetahui jenis pupuk dan pestisida yang digunakan pada lahan.
1.2.4 Mengetahui penggunaan mulsa pada lahan.
1.2.5 Mengetahui pola tanam yang diterapkan pada lahan.
1.2.6 Mengetahui OPT, Musuh Alami, dan Organisme Tanah yang terdapat di lahan.
1.2.7 Mengetahui cara pengendalian OPT pada lahan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Kita dapat mengetahui tanaman apa saja yang terdapat di lahan.
1.3.2 Kita mengetahui cara pengolahan tanah yang diterapkan di lahan.
1.3.3 Kita mengetahui penggunaan pupuk dan pestisida yang digunakan pada lahan.
1.3.4 Kita mengetahui penggunaan mulsa pada lahan.
1.3.5 Kita mengetahui pola tanam yang diterapkan pada lahan.
1.3.6 Kita mengetahui OPT, Musuh Alami, dan Organisme Tanah yang terdapat di Lahan.
1.3.7 Kita mengetahui cara pengendalian OPT di lahan

BAB II
METODOLOGI

2.1 Tempat dan waktu


Fieldtrip ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 11 Mei 2013, yang bertempat di Dusun
Sumberbrantas Desa Jurang RT 02 RW 06, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Malang.
2.2 Alat dan Bahan + fungsi
a) Alat
1. Alat tulis

: untuk mencatat hasil pengamatan dan hasil survey dengan

2. Kamera

: untuk mendokumentasikan hasil yang didapat

3. Kuisioner

: untuk tempat mencatat hasil wawancara dengan petani

b) Bahan

petani

Lahan pertanian (tegal) : Sebagai objek pengamatan

2.3 Pengamatan
2.3.1 Pengamatan Hama
Metode yang dilakukan untuk mengamati hama yang terdapat pada lahan yang diamati
adalah dengan melihat dan mengamati keberadaan hama secara langsung. Untuk alur kerjanya
adalah sebagai berikut.
Analisis Kerja
Dalam pengamatan organisme hama, kita perlu mempersiapkan alat serta bahan yang
akan digunakan untuk pengamatan yang terdiri dari alata tulis, kamera, dan kertas kuisioner.
Langkah pertama yang harus kita lakukan yaitu mengamati beberapa sampel tanaman budidaya
kentang yang ada di lahan.Selanjutnya, mengamati tanaman tersebut secara dekat untuk
mengetahui organisme hama apa saja yang terdapat pada tanaman tersebut.
Lalu, mengidentifikasi setiap hama yang ada. Setelah
organisme hama tersebut dengan menggunakan kamera.

itu,mendokumentasikan

setiap

2.3.2 Pengamatan Penyakit


Metode yang dilakukan untuk mengamati penyakit pada tanaman yang terdapat pada lahan
yang diamati adalah dengan melihat dan mengamati keberadaan penyakit dilihat dari tanda dan
gejalanya secara langsung. Untuk alur kerjanya adalah sebagai berikut.
Analisis Kerja
Dalam pengamatan penyakit, kita perlu mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk pengamatan. Alat dan bahan tersebut adalah alat tulis, kamera, dan kertas
kuisioner. Langkah pertama yang dilakukan yaitu melihat tanaman secara dekat untuk melihat
apakah ada tanda dan gejala penyakit yang ditimbulkan pada tanaman tersebut. Lalu, setelah
menemukan tanda dan gejala penyakit yang ada melakukan identifikasi tanda dan gejala yang
ditemukan tersebut. Dokumentasikan hasil yang telah diidentifikasi dengan menggunakan kamera.
2.3.3 Pengamatan Musuh Alami
Metode yang dilakukan untuk mengamati musuh alami yang terdapat pada lahan yang
diamati adalah dengan melihat dan mengamati keberadaan musuh alami secara langsung. Untuk
alur kerjanya adalah sebagai berikut;
Analisis Kerja
Musuh alami adalah organisme menguntungkan yang dapat membasmi, mengurangi
maupun menekan populasi hama pada suatu lahan. Sebelum pengamatan lahan dilaksanakan,
kami terlebih dahulu melakukan wawancara kepada bapak Noto Utomo yang sebagai nara sumber
fieldtrip kami. Kemudian melakukan pengamatan populasi musuh alami dengan cara pengamatan
langsung. Setelah menemukan musuh alami yang ada, spesimen didokumentasikan. Berdasarkan

hasil pengamatan kami, ditemukan beberapa musuh alami yang menguntungkan, yakni kumbang
kubah spot M dan tomcat.
2.3.4 Pengamatan Faktor Edafik (Pengolahan Tanah)
Metode yang dilakukan untuk mengamati faktor edafik pada lahan yang diamati adalah
dengan wawancara secara langsung kepada narasumber. Untuk alur kerjanya adalah sebagai
berikut
Analisis Kerja
Dalam pengamatan kali ini, langkah pertama untuk melakukan pengamatan faktor
edafik adalah menyiapkan alat dan bahan, lalu mewawancarai narasumber dan mencatat hasil
wawancara.
2.3.5 Pengamatan Penggunaan Pestisida
Metode yang dilakukan untuk mengamati penggunaan pestisida pada lahan yang diamati
adalah dengan wawancara secara langsung kepada narasumber. Untuk alur kerjanya adalah
sebagai berikut
Analisis Kerja
Dalam pengamatan kali ini, langkah pertama untuk mengamati pola penggunaan pestisida
adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Selanjutnya mewawancarai narasumber untuk
mengetahui pola penggunaan pestisida.

2.3.6 Pengamatan Penggunaan Varietas Tahan


Metode yang dilakukan untuk mengamati penggunaan varietas tahan pada lahan yang
diamati adalah dengan wawancara secara langsung kepada narasumber. Untuk alur kerjanya
adalah sebagai berikut
Analisis Kerja
Hal yang dilakukan pertama kali untuk praktikum ini yaitu menyiapkan alat tulis dan
kuisioner.Kemudian mulai mengadakan kegiatan wawancara kepada narasumber yaitu Bapak Noto
Utomountuk mendapatkan informasi mengenai ada atau tidaknya penggunaan varietas tahan
pada sistem budidaya tanaman kentang bapak Noto Utomo.

BAB III
Kondisi Wilayah Umum

3.1 Lokasi Fieldtrip


Lokasi fieldtrip yang kelompok kami lakukan pada hari Sabtu, 11 Mei 2013, adalah pada
desa Sumberbrantas tepatnya pada Dusun Jurang RT 02 RW 06, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
Malang. Lokasi pengamatan di daerah Sumberbrantas ini adalah berupa lahan pertanian milik
kelompok tani seluas 200 hektar, dengan ketinggian lahan pertanian tersebut terletak pada
ketinggian 1691m diatas permukaan laut.

3.2 Latar Belakang Petani


Desa Sumber Brantas Dusun Jurangwali Kecamatan Bumiaji Kabupaten Malang terkenal
dengan bermacam macam komoditas yang dibudidayakan. Seperti wortel, kentang, kubis, paprika
dan lain-lain. Tepatnya hari sabtu kami melakukan wawancara dengan salah satu petani yang ada di
desa Sumber Brantas yang bernama Bapak Noto Utomo. Salah satu petani yang menanam
komoditas kentang, kubis, wortel dan paprika. Dari menanam komoditas tersebut, hasil produksi
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.
Desa Sumber Brantas mempunyai Kelompok Tani yang sifatnya berbagi pengalaman antara
satu petani dengan petani lainnya dalam pengelolahan usaha tani. Dalam kelompok tani Anjasmoro
01 Pak Noto utomo mempunyai kepercayaan dalam melakukan aktivitas pertanian menjadi
bendahara.

3.3 Sejarah Penggunaan Lahan


Gambaran sejarah lahan yang digunakan oleh Bapak Noto Utomo adalah merupakan
lahan tegalan milik kelompoktani Anjasmoro seluas 200 hektare, sedangkan Bapak Noto Utomo
hanya mengelola lahan tegal tersebut seluas 1 hektare saja Dimana pada saat pengelolaan yang
dilakukan oleh Bapak Noto Utomo ini dimanfaatkan untuk penanaman tanaman dataran tinggi yang
berupa tanaman hortikultura yang mengacu pada jenis sayuran seperti kubis, kentang, dan paprika,
tetapi paprika yang ia tanam dibudidayakan pada green house bukan pada lahan tegalan.
Sebelumnya pak Notoutomo menanaminya dengan tanaman wortel. Pergantian jenis tanaman
tersebut diharapkan dapat mengurangi jenis hama yang menyerang sebelumnya. Namun, hama dan
tanaman budidaya tidak dapat dipisahkan walaupun diadakan pergantian jenis tanaman yang baru
tetap saja hama tersebut menyerang tanaman yag ada sekarang. Hama-hama tersebut
adalah thrips sp, plurella, dan ulat grayak yang sangat merugikan petani. Dengan jenis tanah yang

ada

adalah

berupa

tanah andosol

dengan

tekstur

debu

dan

strukturnya

remah,

solum yang tebal. Dalam pengelolaan lahannya ia menerapkan sistem rotasi pada kentang dan
kubis. Dimana, setelah dua kali menanam kentang dan panen lalu ia menanam kubis lalu
menggantinya lagi dengan wortel. Pergiliran tanaman atau rotasi tanaman ini dimaksudkan
untuk memperlambattingginya tingkat erosi, meningkatkan produksi tanaman, memanfaatkan tanahtanah yang kosong, memperkaya variasi menu petani, dan yang paling utama adalah memperkecil
resiko kegagalan panen yang terjadi.

3.4 Penggunaan Lahan


3.4.1 Jenis Penggunaan Lahan
Tegal dengan luas 1 hektar yang digunakan oleh Bapak Noto Utomo untuk bercocok
tanam tersebut merupakan lahan dari pembagian Kelompok tani Anjasmoro I. Sebelum lahan
tersebut ditanami dengan tanaman kentang Pak Noto menanaminya dengan tanaman wortel. Selain
itu Bapak Noto menanaminya dengan varietas tahan, yaitu kubis, dan paprika. Namun, paprika
tersebut ditanam didalam green house.Tujuan budidaya Bapak Noto sendiri dengan tujuan seperti
halnya petani pada umumnya, yaitu untuk dijual dan memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya. Akan tetapi ada juga yang dibudidayakan untuk dikonsumsi sendiri.
3.4.2 Sistem Budidaya
Sistem budidaya yang digunakan oleh Bapak Noto adalah sistem monokultur, yaitu menanam
satu jenis tanaman pada suatu lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan
teratur. Cara pengolahannya sangat sederhana yaitu dengan hanya menggunakan cangkul untuk
olah tanah. Begitu juga dengan pemberian pupuk, tanah hanya diolah dengan cangkul. Dalam
pemberian pupuk tanaman monokultur ini setiap 90 hari sekali tiap panen. Pada lahan tersebut
terdapat rotasi tanaman apabila setelah panen kentang, ganti menanam kubis, ganti wortel, dan
lain-lain. Petani selain menggunakan pupuk juga menggunakan pestisida yang diberikan
penyemprotan pada pagi hari. Pak Noto juga menggunakan mulsa organik atau jerami dan mulsa
sintetis atau mulsa hitam perak apabila kemarau perak diletakkan diatas dan hitam diletakkan
dibawah. Apabila musim hujan hitam dibawah dan perak diatas. Dalam budidaya tanaman dan
pengolahan lahan tentunya tidak lupa dengan penggunaan pupuk sebagai bahan yang dapat
membantu penyuburan tanah maupun tanaman. Dalam budidaya tanaman monokultur ini petani
menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa padatan (feces) yang
bercampur sisa makanan, ataupun air kencing (urine) dan pestisida kimia contohnya ZA, SP36,
Urea, NPK dan ponska yang didapat dari subsidi pemerintah.
3.4.3 Tanaman Budidaya
Tanaman yang dibudidayakan pada lahan tegal yang dikelola oleh Bapak Notoutomo adalah
jenis tanaman dataran tinggi yaitu tanaman hortikultura tetapi cenderung mengarah kepada jenis
tanaman sayur-sayuran, dengan macamnya yaitu: kentang, kubis, paprika,wortel dll. Menurut beliau
pemilihan jenis tanaman sayuran tersebut didasarkan pada lokasi atau tempat yang sesuai untuk

dibudidayakannya oleh karena, desa Sumberberantas merupakan daerah dataran tinggi sehingga
cocok sekali untuk ditanami taaman sejenis sayur-sayuran, selain itu tingginya permintaan sayursayuran dipasar sangat lah tinggi dan harga yang ada dipasaran pun juga sangatlah tinggi, sehingga
dapat memberikan keuntungan bagi beliau, hal itulah yang mendorong bapak Notokusumo untuk
memilih jenis sayur-sayuran.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hama yang ditemukan

Hama yang ditemukan

Ciri-ciri

Gejala dan tanda

Aphids sp
(Matnawy, 1989)

Thrips
(Matnawy, 1989)

Ulat grayak
(Matnawy, 1989)

Tubuh pipih
Daun
Ukuran sangat kecil
menggulung atau
Tipe mulut penghisap
melekuk
Antena panjang
Daun berwarna
Memilki 3 pasang tungkai
kekuningan

Thrips dewasa berwarna


kekuningan,
coklat merah ataupun
coklat kehitamhitaman dengan
panjang 1,0 mm 1,2
mm
Memiliki
dua pasang sayap,
sayap berumbai-rumbai
dengan
rambut,sayap depan lebih
panjang dari
pada sayap belakang
Pada umumnya terdapat
bintik hitam arah lateral
pada setiap ruas
abdomen.

Bersifat polyfag,
serangga
yang
memakan banyak
jenis
(spesies)
tanaman dari
berbagai famili
tanaman.

daun menjadi
transparan
dan dari jauh
tampak berwarna
keputih-putihan,
sedang tulangtulang daun dan
efidermis bagian
atas
tidak dimakan

Perbandingan dengan literature


Menurut literature Hama dan Penyakit pada Tanaman Kentang, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sulawesi Selatan. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kentang adalah serangan hama dan penyakit
utama. beberapa hama tanaman kentang yang Kutu Daun (Myzus persicae, Aphids spp), Ulat Penggerek Daun
(Phthorimaeaoperculella Zell).
Kutu daun merupakan vektor penting yang dapat menularkan penyakit virus menggulung daun kentang
(Potato Leaf Roll Virus/PLRV) dan virus Y (Potato Virus Y/PVY). Gejala serangan penyakit virus tersebut

adalah daun-daun kentang menggulung ke atas (PLRV) atau kekuning-kuningan (gejala mosaik) karena
serangan PVY.
Pada ulat Penggerek daun/umbi (Phthorimaea operculella Zell), daun yang terserang terlihat berwarna
merah tua dan nampak adanya jalinan seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu. Kadangkadang daun kentang menggulung yang disebabkan oleh ulat yang merusak permukaan daun sebelah atas,
bersembunyi dalam gulungan daun tersebut. Gejala serangan pada umbi dapat dilihat dengan adanya kotoran
yang berwarna coklat tua pada kulit umbi. Apabila umbi tersebut dibelah akan kelihatan alur-alur yang dibuat
oleh ulat sewaktu memakan umbi. Larva berwarna putih sampai kuning, tetapi dapat pula berwarna kehijauhijauan. Larva memakan daun dengan cara membuat alur-alur pada daun atau membuat lubang dan lorong
pada umbi. Kerusakan berat pada pertanaman kentang sering terjadi pada musim kemarau. Di dalam gudang
penyimpanan, hama tersebut merusak bibit kentang yang disimpan selama 3 5 bulan sebelum tanam. Selain
kentang tanaman inang hama ini adalah tanaman tomat, kecubung, bit gula, terung dan tembakau.
Sedangkan pada penelitian yang kami lakukan pada desa Sumber brantas dan dari
keterangan Bapak Notou tomo, salah satu pemilik lahan kentang, hama yang paling banyak adalah
mesos, mesos menyerang pada daun daunnya. Selain itu juga terdapat ulat grayak dan
penggerek, dan thrips. Semua hama tersebut merugikan produktivitas tanaman kentang.
4.1.2 Penyakit yang ditemukan

Penyakit yang ditemukan


Phytoptera infenstan
(Matnawy, 1989)

Gejala dan tanda


Gejala pada tingkat
awal timbul bercak
nekrotik pada bagian
tepi dan ujung daun
Gejala pada tingkat
lanjut muncul bercakbercak nekrotik yang
berkembang ke seluruh
daun tanaman dan
menyebabkan
kematian

Perbandingan dengan literature


Berdasarkan literature yang kami dapat yang berjudul Searching for a Balance:
Environmental Concerns and Potential Benefits of Trangenic Crops in Centers of Origin and
Diversity karya Iva Virgin and Robert Frederick. Menyatakan bahwa Sifat tahan jamur, perlawanan
terhadap blight late(phytopterainfestans) menerima mos diskusi. Peserta setuju bahwa tanaman
transgenik kentang tahan terhadap blight late akan higly bermanfaat untuk Amerika latin,
meningkatkan produktivitas dan mengurangi kebutuhan untuk fungisida. Petani skala kecil maupun
besar akan menguntungkan. Sudah ada spesies di kolam gen liar Solanum bahwa tahan
terhadap blight late, jadi transfer gen perlawanan tidak akan secara dramatis mempengaruhi
populasi liar.

4.1.3 Pengaruh Hama dan Penyakit Terhadap Produksi Komoditas


Luka dan kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu spesies merupakan dua hal yang
berhubungan dengan status spesies itu untuk menjadi hama atau penyakit. Luka atau injury sering
didefinisiskan sebagai dampak sebuah spesies terhadap komoditas atau tanaman, sedangkan
kerusakan merupakan efek dari luka berdasarkan evaluasi manusia. Luka bersifat biologis,
sedangkan kerusakan ekonomis. Oleh sebab itu, hama dan penyakit menyebabkan kerusakan pada
komoditas dan berpengaruh pada tingkat produksi sehingga cenderung dapat merugikan secara
kuantitas maupun kwalitas.
Serangan hama dan penyakit merupakan penyebab utama kerusakan kehilangan hasil
rambutan, sejak masih di kebun sampai siap konsumsi. Pengenalan jenis hama dan penyakit, gejala
serangan, dan cara pengendalian merupakan strategi untuk menyelamatkan hasil dari resiko
kerugian yang fatal.

4.1.3 Musuh Alami yang ditemukan

Musuh
Alami
ditemukan

yangCiri-ciri

Peran

Tomcat (Paederus fuscipes) Berukuran panjang


antara 7-10 mm dan
lebar
antara
0,5
sampai 1 mm.
Tubuh
berbentuk
memanjang, terbagi
menjadi tiga bagian
kepala, toraks, dan 3
ruas abdomen. Badan
berwarna dasar coklat
(Matnawy, 1989)
muda.
Kakinya terdiri atas 3
pasang dan tidak
berkuku.
Bersayap
tidak
sempurna
dan
berwarna
gelap,
terdiri
dari
dua
pasang, tetapi tidak

Berperan
sebagai
predator serangga hama
Kumbang
ini
sesungguhnya tergolong
serangga
berguna
karena berperan sebagai
predator aktif pada
beberapa
serangga
pengganggu tanaman
kentang.

Kumbang kubah spot M


(Menochillus

sexmaculatus)
(Matnawy, 1989)

menutupi
seluruh
abdomen.
Bila terancam akan
menaikkan
bagian
perut
sehingga
nampak
seperti
kalajengking.
Berkaki panjang, tipe
serangga
pejalan
cepat.
memiliki
panjang predator dari
tubuh 5-6 mm
dan kutu daun
warna merah dengan
bercak-bercak hitam
putih dan kuning

tungau

4.2 Pengendalian yang dilakukan oleh petani


4.2.1 Pengendalian terhadap Populasi hama dan penyakit
Pada fieldtrip yang telah dilakukan kepada petani holtikultura, khususnya petani dengan
komoditas pertaniaannya berupa kentang ditemukan beberapa hama dan penyakit yang dapat
menurunkan produksi komoditas tersebut. Tanaman kentang memang tergolong tanaman yang
sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit baik pada musim hujan maupun musim
kemarau. Penanaman kentang pada musim hujan sangat rentan terhadap serangan busuk
Phytophthora dan layu Fusarium. Sebaliknya, jika penanaman dilakukan pada musim kemarau,
tanaman kentang rentan terhadap serangan hama thrips, ulat, dan lalat penggorok daun. Hal ini
dapat mengakibatkan nilai kualitas dan kuantitas produksi menurun. Sehingga petani disini
perlumelakukan pengendalian tehhadap populasi hama dan penyakit tersebut. Untuk
menanggulangi serangan hama dan penyakit, petani biasanya menggunakan beberapa metode.
Metodenya pengendaliannya adalah secara biologi, mekanis, fisik dan kimia.

4.2.1.1 Pengendalian secara Biologi


Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan
makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup
dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai
musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian
mikroorganisme (termasuk virus), pengertian organisme yang berguna diperluas yaitu meliputi
makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan bahan genetik.

Menurut Rosichon, pengendalian biologi memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan. Kunci
dari pengendalian hama secara biologi adalah mengenal terlebih dahulu aspek biologi dari serangga
itu sendiri. Aspek biologi dari serangga antara lain siklus hidup, umur, dan deskripsi masing-masing
spesies. Informasi tersebut menjadi penting untuk menentukan saat yang tepat untuk pengendalian
hama.
Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan
berspektrum sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif
permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan
pencemaran lingkungan. Pengendalian hama yang hanya menggunakan pestisida saja dengan
spektrum luas dan terus-menerus sebenarnya tidak baik dari segi ekologi. Oleh karena itu dalam
pengelolaan hama, cara pengendalian hayati perlu ditingkatkan dan penggunaan pestisida
hendaknya dilakukan secara bijaksana agar keseimbangan alami tidak terganggu. Hanya saja, kata
Rosichon, kelemahan dari pengendalian biologi adalah penerapannya di level petani.Pengendalian
biologi yang membutuhkan teknik khusus masih dikuasai para peneliti.
Musuh alami merupakan pengendalian alami utama hama yang berkerja secara tergantung
kapadatan populasi, sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama.
Musuh alami hama bisa berupa predator (pemangsa), parasitoid, dan patogen.
A. Predator (pemangsa)
Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa hidupnya banyak
memakan mangsa.Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah bentuknya lebih besar dari
mangsanya.Jenis pemangsa, antara lain kumbang, lalat, laba-laba, tawon, dan seranga-serangga
kecil lainnya.
B. Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh
inang (biasanya serangga juga).Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena membunuh
inangnya dan seperti parasit karena hanya membutuhkan satu inang untuk tumbuh, berkembang,
dan bermetamorfosis. Kebanyakan serangga parasitoid hanya menyerang jenis /hama secara
spesifik.Serangga parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan atau bertelur pada suatu hama
sebagai inangnya. Ketika telur parasitoid menetas, larva akan memakan inang dan membunuhnya.
Setelah itu keluar meninggalkan inang untuk menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi.
Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu
Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta
kerabatnya).Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera,
Lepidoptera, dan Neuroptera.Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat adalah dari
jenis-jenis tawon atau lalat.
C. Patogen

Cara pengendalian biologis lainya adalah menggunakan musuh alami patogen, yaitu makhluk hidup
yang menjangkitkan penyakit pada inang.Dalam kondisi tertentu, seperti kelembapan yang tinggi
secara alami, suatu organisme rawan terhadap serangan patogen. Patogen dapat dimanfaatkan
untuk dijadikan musuh alami dari hama pertanian. Contoh patogen di antaranya, bakteri, virus, dan
jamur.
Di lahan tegal milik bapak Noto Utomo yang berprofesi sebagai seorang petani kentang,
dalam pengendalian secara biologi beliau menggunakan beberapa makroorganisme seperti capung
dan kumbang kubah spot M dalam proses usahataninya. Capung berperan sebagai predator rayap
dan trips. Bagian-bagian tubuhnya: Kepala, kaki, ekor, sayap, toraks, dan abdomen. Klasifikasi =
Kingdom: Animalia, Filum: Arthropoda, kelas: insekta, ordo: odonata, famili: epiprocta, genus: anax,
spesies: Anax junius. Sedangkan kumbang kubah spot M.Berperan sebgaai predator dari
wereng. Bagian-bagian tubuhnya: antena, kepala, kaki, dan abdomen. Klasifikasi = kingdom:
animalia, filum: arthropoda, kelas: insekta, ordo: coleoptera, famili: carabidae, genus: menochillus,
spesies: Menochillus sexmaculatus.

4.2.1.2 Pengendalian secara Mekanis


Pengendalian mekanik adalah perlakuan atau tindakan yang bertujuan untuk mematikan
atau memindahkan hama secara langsung, baik dengan tangan atau dengan bantuan alat dan
bahan lainnya. Pengendalian hama dan gulma secara manual atau dengan menggunakan alat dan
mesin pertanian juga dapat digolongkan sebagai cara pengendalian mekanik. Pemangkasan lokal
bagian tanaman yang terserang dipotong atau dipangkas, hasil pangkasan kemudian dikumpulkan
di suatu tempat yang terbuka dan aman, lalu dilakukan pembakaran. Pengendalian ini bertujuan
untuk mematikan hama secara langsung baik dengan tangan atau dengan bantuan alat atau bahan
lain.
Pada petani di desa Sumber Brantas, Bumiaji daerah kota Batu mereka melakukan
pengolahan tanah dengan cangkul pada proses pengendalian secara mekanis. Menurut penelitian
pengendalian mekanis dengan menggunakan canngkul ini bertujuan untuk membolak- balik tanah.
Sehingga hama pada tanah yang berupa nematoda NSK dapat terkubur ke dalam tanah. Nematoda
NSK ini merupakan salah satu hama tanaman kentang yang terdapat di tanah. Hama ini menyerang
bagian dari akar tanaman kentang sehingga berakibat membusuknya komoditas kentang tersebut.
4.2.1.3 Pengendalian secara fisik
Menurut penjelasan petani yaitu Bapak Noto Utomo pengendalian yang dilakukan secara
fisik yaitu dengan cara manual digepuk dengan alat seadanya. Tetapi cara ini sangat sulit sekali
untuk dilakukan. Dikarenakan hama memiliki daya rangsang dan pergerakan yang lebih cepat

daripada gerakan manusia sendiri. Beliau menggunakan alat seperti bambu atau kayu untuk
mengusir dan membunuh hama tersebut.
Sementara itu, untuk pengendalian secara fisik terhadap penyakit yaitu dengan melihat atau
meneliti tanaman yang telah terkena penyakit baik daun, batang, akar bahkan buah. Tetapi, untuk
komoditas kentang ini Bapak Noto Utomo hanya dapat melihat melalui daun yang rusak. Sehingga,
tanaman tersebut dicabut atau hanya dicabut daun yang terserang saja.
4.2.1.4 Pengendalian secara Kimia
Bapak Noto Utomo masih memiliki cara lain selain cara biologi, mekanis, dan fisik yaitu cara
kimia. Menurut beliau cara ini merupakan cara yang paling ampuh dan paling cepat untuk
membunuh hama dan penyakit yang mengganggu tanaman. Banyak sekali pestisida sintetik dengan
dosis tertentu untuk membunuh hama dan penyakit tanaman diantaranya :
a. Ulat daun/Agrofis

: Ripcord (1,5cc/l air)

b. Kutu thripes/ Myzus

: Confidor (0,5cc/l air)

c. Orong-orong

: Dursban (5cc/l air)

d. Hama lyryomyza

: Agrimex (0,25cc/l air)

e. Ulat daun

: Buldok (1.5cc/l air)

f. Busuk daun

: -Dithane (2,5gr/l air)

Daconil (1,25cc/l air)


-Curzate (1gr/l air)
g. Busuk batang

: Previcur N (0.5cc/l air)

h. Fusarium

: Agrept (0.5cc/l air)

Kasumin (1gr/l air)


i.

Karat daun

: -Daconil (1,25gr/l air)


-Dithane (2gr/l air)

Bapak Noto Utomo menggunakan beberapa cara pengendalian secara kimia dalammenangg
ulangi hama dan penyakit pada tanaman
di
danherbisida. Herbisida berasal dari
kata

lahan,
latin,

beliau menggunakan pestisida


bulldog
yaitu herbayamh berarti tanaman setahun.

Herbisidaberfungsi untuk membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).


Dalam proses pembuatannya, bapak Noto Utomo mencampur 200 liter air dengan 1 liter
pestisida. Untuk pengaplikasiannya, bapak Noto menyemprotkannya dua hari sekali, dengan waktu
penyemprotan
pada
pagi
hari. Tetapi jika musim hujan, frekuensi penyemprotan lebih banyak dibandingkan pada cuaca
normal.

Hal

tersebut dikarenakan pada kondisi

yang

lembab,

hama pada tanaman cepat menyebarsehingga harus lebih diperhatikan penyemprotan pestisida
agar hama dapat cepat teratasi.
4.2.2 Pengolahan tanah
Pada lahan yang dikelola oleh Bapak Noto Utomo, pengolahan tanah edafik dilakukan pada
saat sebelum menanam, saat tanaman bertumbuh dan setelah panen. Pada saat sebelum tanam
bapak Noto Utomo melakukan pengolahan tanah dengan mencampur tanah dengan pupuk kompos
atau kandang,dengan menggunakan cangkul.

Berdasarkan sifat fisika tanah

Kesuburan suatu tanah dinilai dari sifat-sifat fisika itu yaitu tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi
tanah, warna tanah, temperatur tanah, tata air dan udara tanah. Sifat-sifat fisika ini bisa berubah
dengan adanya pengolahan tanah. Dengan pengolahan tanah yang dilakukan Bapak Noto,
strukturnya menjadi baik sehingga akan membantu berfungsinya faktor pertumbuhan tanaman
secara optimal.

Berdasarkan sifat biologi tanah

Jumlah tiap grup mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan
tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu
sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara.
Dengan demikian pada lahan tegal yang dikelola Bapak Noto mikroorganisme mempunyai
pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah.

Berdasarkan sifat kimia

Pembentukan tanaman juga dipengaruhi oleh reaksi asam basa dalam tanah, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengaruh tidak langsung terhadap tanaman adalah pengaruh terhadap
kelarutan dan ketersediaan hara tanaman. Pengujian PH tanah dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu dengan menggunakan kertas lakmus, dengan menggunakan kertas indikator universal dan
dengan alat PH dilaboratorium dapat menggunakan PH meter Beckman H5.

Pengendalian OPT melalui Faktor Edafik

Pengolahan edafik juga berfungsi untuk mengendalikan OPT dengan cara pengolahan tanah
dengan bahan organik. Pengolahan tanah ini ditujukan pada OPT atau hama yang dalam siklus
hidup mempunyai fase di dalam tanah. Dengan pengolahan tanah sangat mempengaruhi populasi
organisme yang ada di dalam tanah, dan juga dengan pengolahan tanah yang baik akan juga dapat
mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman yang ada di dalam tanah, karena pengolahan
tanah yang baik akan menimbulkan keseimbangan lingkungan. Maka dari itu semakin tinggi
keragaman biota dalam tanah akan menyebabkan keseimbangan ekosistem baik diatas tanah
maupun di dalam tanah itu sendiri. Dan keseimbangan inilah yang akan menyebabkan atau
memungkinkan untuk menghindari berkembangnya Organisme Pengganggu Tanaman.

Dampak pengolahan edafik

Pada lahan tegal yang dikelola Bapak Noto dampak yang terjdi pada perlakuan pengolahan tanah
edafik adalah struktur tanah yang menjadi baik sehingga akan membantu faktor pertumbuhan
tanaman secara optimal. Mempercepat pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. PH
dalam tanah stabil sehingga pertumbuhan dapat tumbuh dengan optimal , serta mampu
mengendalikan OPT
4.2.3 Pemanfaatan Musuh Alami
Pemanfaatan Musuh Alami
Musuh alami adalah segala organisme (organisme : Predator, Parasitoid dan Patogen) yang
dibudidayakan atau dipelihara maupun berkembang secara alami tanpa bantuan manusia yang
bertujuan untuk mengurangi ataupun membasmi OPT yang merusak tanaman budidaya . Predator /
Pemangsa adalah binatang ( serangga, laba-laba dan binatang lain ) yang memburu, memakan atau
menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Parasitoid adalah
serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ),
dan membunuhnya secara pelan-pelan. Patogen adalah Mikroorganisme yang dapat
memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT.
Beberapa jenis musuh alami telah diketahui potensinya, di antaranya memiliki kemampuan
mencari inang, memangsa, berkembang biak, dan beradaptasi yang tinggi, sehingga mudah
menetap/berkoloni, dan memiliki inang yang spesifik untuk tingkat spesies atau genus. Apabila
musuh alami, baik yang bersifat indigenous maupun exotic apabila berhasil dibiakkan/diperbanyak
secara massal, maka potensi musuh alami tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama
sasaran.Populasi musuh alami pada tanaman perkebunan bervariasi menurut lokasi, waktu/musim,
tipe lahan, dan teknik budidaya. Beberapa jenis di antaranya dijumpai berlimpah, terutama pada
daerah yang tidak pernah atau jarang diaplikasikan pestisida. Dalam keadaan demikian, musuh
alami dapat berperanan cukup besar sebagai faktor pengendali populasi hama.
Dalam survey yang kami lakukan dengan narasumber bapak Noto, Beliau tidak
menggunakan musuh dalam proses budidaya tanaman Kentang. Beliau hanya memanfaatkan
musuh alami secara alami atau yang dating, tanpa adanya budidaya yang lebih khusus.
Dampak
Dampak yang terjadi pada lahan yang dikelola Bapak Noto yang terjadi adalah
Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum
sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam
jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran
lingkungan. Oleh karena itu dalam pengelolaan hama, cara pengendalian hayati perlu ditingkatkan
dan penggunaan pestisida hendaknya dilakukan secara bijaksana agar keseimbangan alami tidak
terganggu.
4.2.4 Penggunaan Pestisida

Penggunaan Pestisida
Pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern yang mempunyai peranan penting dalam
peningkatan kesejahteraan rakyat. Penggunaan pestisida dalam tegal milik bapak Noto dilakukan
pada saat dikiranya hama sudah terlalu banyak. Jadi penggunaan pestisida tergantung jumlah
populasi hama pada tegal. Dosis yang digunakan adalah 200 + air untuk pestisida dan gulma
untuk herbisida.
Kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat
pertaniannya. Pestisida dapat mencegah tanaman kubis dari serangan OPT. Hal ini berarti jika para
petani menggunakan pestisida, hasil panen tanaman kubis akan meningkat dan akan membuat
hidup para petani kubis menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida
sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian.
Dengan adanya dampak buruk dari pestisida, para petani lebih dianjurkan menggunakan
sistem pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Tetapi pertanian
dengan metode ini juga memiliki resiko yaitu rentan untuk terserang hama. Tetapi hasil dari
pertanian ini sangat sehat dan tidak akan mengganggu kesehatan. Oleh karena itu, para petani
diharapkan tidak terlalu banyak menggunakan pestisida dan melakukan pertanian organik.
Pertanian organik ini sangat bermanfaat dan tidak memiliki efek samping yang membahayakan bagi
lingkungan maupun tubuh.
Dampak
Melalui kulit dengan jalan terkena langsung ataupun melalui pakaian yang terkena pestisida.
Melalui pernafasan, hal ini sering kali terjadi pada petani yang langsung menyemprot pestisida atau
pada orang yang berada disekitar tempat penyemprotan.
Melalui mulut dengan jalan ketika seseorang meminum air yang telah tercemar atau makan dengan
tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah berurusan dengan pestisida.
Menurut Bapak Noto, populasi hama dan penyakit yang menyerang pada lahan beliau
tidak begitu banyak dan masih dapat di kendalikan dengan menggunakan pestisida. Sehingga
keberadaan hama dan penyakit yang menyerang tidak terlalu mempengaruhi hasil produksi
budidaya di lahan beliau. Namun apabila penyemprotan pestisida tidak dilakukan maka terancam
akan gagal panen dikarenakan hama dan penyakit yang terdapat pada lahan beliau.
4.2.5 Penggunaan Varietas Tahan

Penggunaan varietas tahan


Pada dasarnya, seperti juga makhluk hidup yang lain, tumbuhan akan menghadapi tekanan
dari musuh alaminya, salah satu yang terpenting adalah serangga herbivora. Di bidang pertanian,
tanaman mendapatkan tekanan yang luar biasa dari serangga herbivora (lazim kemudian disebut
sebagai hama), yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: Penanaman monokultur dan dalam areal
luas, Penanaman sepanjang tahun, Penanaman tidak serempak, Penggunaan varietas yang rentan

terhadap hama, Penggunaan pestisida secara luas dan tidak bijaksana. Oleh karena itu, manusia
berpikir untuk meringankan beban tanaman dalam menghadapi tekanan serangga hama, salah
satunya dengan cara merekayasa varietas tanaman yang tahan hama, atau paling tidak mampu
beradaptasi terhadap serangan hama. Disini bapak Noto menanami lahannya dengan kentang dan
paprika, kemudian menanami tanaman varietas tahan dengan tanaman kubis. Tujuan budidaya
bapakNoto sendiri dengan tujuan seperti halnya petani pada umumnya, yaitu untuk dijual dan
memperoleh keuntungan.

Dampak
Untuk dampak dalam pengolahan varietas tanaman tahan kubis adalah Di dataran rendah,
ukuran krop mengecil dan tanaman sangat rentan terhadap ulat pemakan daun Plutella. Karena
penampilan kubis menentukan harga jual, kerap dijumpai petani (Indonesia) melakukan
penyemprotan tanaman dengan insektisida dalam jumlah berlebihan agar kubis tidak berlubanglubang akibat dimakan ulat.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Profil Petani
Desa Jurang Wali RT 02 RW 06 merupakan desa yang memiliki potensi untuk menghasilkan
komoditi sayur-maayur, komoditi itu antara lain kentang, cabe, dan kol. Suhu udara yang berada di
sekitar 22C ini sangat cocok untuk penanaman budidaya sayur tersebut. Bapak Noto Utomo, salah
satu petani dari dari kelompok taani Anjasmoro I ini menanam tanaman kentang, cabe, paprika dan
kol di lahan tegalnya. Namun, yang menjadi focus dari kelompok kami adalah komoditi kentang.
Hasil dari bercocok tanam kentang itu dapat dijadikan sebagi sumber mata nafkah bagi keluarga.
Bapak Noto Utomo merupakan petani yang sangat menggantungkan kegiatan pertaniannya
pada kondisi temperature setempat. Mayoritas masyarakat setmpat memang menggantungkan
hidupnya dari kegiatan bercocok tanamn sayur, buah, maupun bunga. Dari kegiatan bercocok tanam
itu petani setemat dapat meneksplor kemampuan lahan yang dimiliki wilayah itu.
4.3.2 Kegiatan Usaha Tani yang Dilakukan
Jenis komoditas yang dibudidayakan di Desa Sumber Brantas ini mayoritas adalah
buah apel, kentang, wortel, bunga, dan bawang. Pada umumnya petani melakukan kegiatan
bercocok tanamnya di lahan tegal. Komoditi yang ditanam oleh Bapak Noto Utomo ini adalah
kentang, kubis, dan paprika. Focus kita pada pembahasan ini adalah tanaman kentang. Tanaman
kentang ini ditanam di lahan tegal seluas 1 Ha. Di lahan seluas 1 Ha ini ditanami kentang. Sistem
penanamannya menggunakaan sistem monokultur, jadi komoditi dtanm pada lahan yang berbeda.
Hal ini dilakukan karena pengendalian setiap komoditi tanman itu berbeda sehingga dengan
peggunaan sistem monokultur ini otomatis memudahkan petani unuk melakukan pengendalian pada
tanamannya.

Cara pengolahan yang dilakukan oleh Pak Noto menggunakan cara pengolahan mekanis,
yaitu dengan kegiatan mencangkul. Kegiatan mencangkul ini memiliki tujuan untuk membalik tanah
sehingga tanah yang berada di bawah dibalik ke atas dengan maksud untuk penggemburan tanah.
Selain dengan pengolahan tanah dengan dicangkul, Pak Noto juga melakukan kegiatan pemupukan
untuk menambah hara yang dibutuhkan tanaman budidayanya. Jenis pupuk yang digunakan oleh
Pak Noto campuran, yaitu penggunaan pupuk organic dan anorganik. Pupuk organic yang
digunakan untuk lahan kentang adalah pupuk kandang, sedangkan pupuk anorganik yang
digunakan adalah sp36, urea, NPK, dan phonska (bersubsidi).
Untuk perlindungan tanaman Pak Noto juga menggunakan mulsa. Mulsa yang diberikan ada
dua jenis yaitu mulsa organic dan mulsa sintetis. Mulsa organic menggunakan jerami, sedangkan
mulsa anorganiknya menggunakan mulsa hitam perak. Mulsa hitam perak ini berbeda
penggunaanny untuk setiap musim. Pada musim kemarau plastic berwarna perak diletakkan di atas
dan plastic engan warna hitam berada di bawah. Hal ini bertujuan untuk menolak atau memantulkan
sinar mtahari sehingga temperature tanah tidak semakin tinggi. Sedangkan pada musim penghujan
peletakkan mulsa dibalik, plastic warna hitam diletakkan di atas sedangkan plastic berwarna perak
diletakkan di bawah. Tujuan pembalikan ini adalah untuk mempercepat penguapan di tanah agar
tanah tidak terlalu basah.
Dalam pola budidaya tanamn kentang ini murni dilakukan pada lahan tegal, tidak ada
kegiatan agroforestri di lahan ini. Rotasi tanaman dilakukan oleh Pak Noto, rotasi itu dilakukan
dengan pergiliran setelah kentang panen diganti kubis (kol), setelah itu digilir dengan wortel. Tujuan
dari rotasi atau pergiliran tanamn ini adalah untuk menghindari kondisi tanah yang jenuh, setiap
komoditas pasti memerlukan kondisi tanah dan kandungan hara yang berbeda. Jika di lahan hanya
ditanami kentang terus-menerus maka lama kelamaan dapat menimbulkan ledakan hama tertentu
untuk setiap komoditas.
4.3.3 Identifikasi OPT, Musuh Alami, dan Organisme Tanah.
yang

Para petani di Sumber Brantas membudidayakan beberapa jenis tanaman. Jenis tanaman
ditemui adalah kentang,
cabai,

bunga kol. Dalam kegiatan budidaya tanaman selalu dihadapkan denganadanya kendala kendala
yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya.
Di
lahan budidaya Sumber brantas juga ditemui
OPT,
Musuh Alami dan organism tanah
yang merugikan. Menurut Pak Noto Utomo sebagai petani tanaman tersebut, hama - hama yang
sering menyerang tanamankentang adalah hama thrips, Plutella xylostella,
ulat grayak, Myzus
persicae, Aphis spp. Hama thripstergolong hama yang berbahaya. Bagian tanaman yang
sering diserang oleh hama ini adalah bagian daun.
Hama
ini menyerap cairan pada daun sehingga daun mengeriting keatas. Thrips dapat menurunkanproduk
tivitas tanaman kentang dan jika tidak ditangani maka tunas - tunas baru tidak dapat tumbuh normal
bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Hama Plutella xylostella juga menyerang tanaman pada bagian daun. Serangan hama ini da
patmengakibatkan kerusakan parah pada tanaman kentang. Sehingga para petani dapat mengalam
i kerugian yang cukup besar akibat hama Plutella xylostella.

Ulat grayak memiliki sifat polyfag yaitu menyerang banyak tanaman termasuk juga tanamank
entang. Hama ini menyerang dengan sangat cepat. Daun pada tanaman kentang digrogoti mulai da
ribagian tepi, bawah dan atas daun bahkan hanya tersisa epidermisnya saja. Kerusakan pada daun
inilah
yang
mengakibatkan tanaman kentang tidak dapat berfotosintesis dan berdampak pada produktivitastana
man kentang.
Hama

yang

juga menyerang tanaman kentang adalah Liriomyza

ini menyerang dengancara menggorok daun.


terserang dapat mengalami kerusakan total.

spp.

Hama

Tanaman kentang

yang

Penyebab layu pada tanaman adalah Fusarium oxysporum. Tanaman kentang


yang
terserangmengalami kelayuan dimulai pada daun daun tua, kemudian menyebar ke daun daun
muda danmenguning. Secara umum mirip dengan penyakit layu bakteri.
Pak
Noto Utomo menjelaskan bahwa penyakit
yang
menyerang pada tanaman kentang adalahbusuk buah
yang
disebabkan oleh Phytoptera
sp.
Awalnya penyakit ini menyerang dengan intensitas
berintensitas tinggi.
yang

yang

rendah namun

lama-lama

Peran musuh alami sangat membantu untuk mengendalikan OPT karena musuh alami inilah
memang sadan membunuh hama tersebut.
Musuh alami
yang
ada
di

lahan tersebut adalah kumbangkubah


spot
M.
Pada lahan budidaya kentang,
musuh alami ini berperan sebagai predator sehinggamenekan pertumbuhan hama thrips.
Selain
OPT
dan penyakit
yang
menyerang tanaman,
factor
lain
yang
perlu diperhatikan padapertumbuhan tanaman adalah organism tanah. Organisme tanah ini memba
ntu menyediakan unsure harabagi tanaman. Cacing tanah memakan sisa-sisa remah
dikeluarkan menjadi faecesse telahmengalami pencernaan dalam tubuh cacing.
ini berakibat pada peningkatan bahan organic tanahdan membentuk unsure hara tanah.
Berdasarkan penjelasan dari
Pak
Noto Utomo,
dengan adanya hama,

yang
Proses
OPT

dan organism tanah


di
lahan budidaya kentang mempengaruhi produktivitas tanaman kentang.
Dampaknya adalah produksitanaman kentang yang menurun.
4.3.4 Pengendalian OPT yang digunakan
Pestisida
yang

digunakan

Pak

Noto Utomo untuk mengendalikan hama adalah pestisi dakimua. Pestisida yang digunakan antara
lain Ripcord (1,5cc/l air), Confidor (0,5cc/l air), Agrimex (0,25cc/l air), Buldok (1.5cc/l air), Dithane
(2,5gr/l air), Daconil (1,25cc/l air), Curzate (1gr/l air), Previcur N (0.5cc/l air), Agrept (0.5cc/l air),
Daconil
(1,25gr/l
air).
Penyemprotan pestisida dilakukan tiga
kali
sehari pada pagi hari.Penyemprotan ini sangat efektif untuk mengendalikan
ada dan berpengaruh pada perekonomianpetani.

OPT

yang

Jika pestisida tidak dilakukan maka petani terancam gagal panen.


Sedangkan untuk pengendalian secara biologis dapat memanfaatkan peran musuh alami yai
tucapung,
kumbang kubah
spot
M,
yang menjadi
predator
hama. Selain itu menanam varietas tahan mampumencegah penurunan produktivitas tanaman kent

ang. Pada lahan ini komoditas

yang

menggunakanvarietas tahan adalah kentang,

paprika,

dan kubis dengan penanaman secara bergilir. Bila tidakmenggunakan varietas tahan,
maka biaya perawatannya akan semakin mahal.
4.4 Rekomendasi
Berdasarkan pengamatan lapang yang telah kami lakukan terhadap bapak Noto Utomo di
desa Sumber Brantas Dusun Jurangwali Kecamatan Bumiaji Kabupaten Malang, didapatkan hasil
bahwa pengolahan lahan pertanian di daerah tersebut telah cukup bagus. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya kelompok tani yang secara kontinyu terus melakukan perubahan dalam
bercocok tanam ke arah yang lebih baik. Selain itu, menurut keterangan dari bapak Noto Utomo
selaku bendahara di Kelompok tani Anjasmoro 01, para petani di desa Bumiaji telah melakukan
cocok tanam tanaman jenis hortikultura yang sesuai dengan cuaca di daerah dataran tinggi seperti
wortel, kubis, dll.
Dalam kaitannya dengan Dasar Perlindungan Tanaman, para petani di desa Bumiaji masih
banyak mengalami masalah serangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya mereka.
Memang, hama dan penyakit yang menyerang tanaman mereka merupakan OPT yang biasa
menyerang tanaman budidaya di banyak tempat di Indonesia, sehingga mereka juga melakukan
pengendalian secara tepat sesuai pengetahuan yang mereka miliki. Mereka menggunakan pupuk
dan pestisida, baik yang alami maupun yang sintetik. Selain itu, pengendalian hama dan penyakit
juga dilakukan dengan cara membajak sawah menggunakan cangkul sehingga dapat membalik
sawah serta penggunaan mulsa plastik dan mulsa organik sehingga hama dari tanah tidak dapat
menyerang tanaman mereka. Semua perlakuan tersebut telah sesuai dengan teori yang diajarkan
pada Mata Kuliah Dasar Perlindungan Tanaman. Namun , satu perilaku petani di desa Bumiaji
tersebut yang bejlum tepat yaitu bercocok tanam dengan pola monokultur. Padahal, penanaman
tanaman budidaya dengan pola monokultur dapat mendatangkan hama dan penyakit dengan cepat.
Karena itu, perlu adanya pemahaman terhadap petani untuk dapat menanam tanaman budidaya
mereka dengan pola polikultur. Artinya, ketika sebuah lahan merekaditanami dengan wortel, maka
lahan disebelahnya atau disela-selanya dapat ditanami dengan kentang atau kubis sehingga apabila
ada hama yang menyerang tanaman wortel, hama tersebut akan kesulitan menemukan tanaman
wortel karena dihalangi oleh tanaman kubis atau kentang.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil fieldtrip yang telah kami lakukan pada minggu lalu dapat disimpulkan
bahwa jenis komoditas tanaman yang dibudidaya oleh nara sumber kami, bapak Noto Utomo
anggota Kelompok TaniAnjasmoro I, desa Sumber Brantas Dusun Jurangwali Kecamatan Bumiaji
Kabupaten Malang ialah kentang, wortel, dan kubis. Bapak Noto Utomo mengelola budidaya
tanaman pada luasan lahan sekitar 1 Ha, dengan jenis lahan berpa tegal. Pola tanam pada lahan
bapak Noto Utomo ini merupakan pola tanam monokultur bergilir. Pada pengelolahan tanaman
budidaya tersebut pak Noto Utomo, cenderung menngunakan pestisida dalam penanggulangan dan
pembasmian hama serta penyakit yang menyerang. Sistem pengolahan lahan pada budidaya
tanaman tesebut, bapak Noto Utomo masih menggunakan cara yang tradisional yaitu mencangkul.
Pada fieltrip kali ini, kami mengamati pada salah satu komoditas tanaman yang dibudidaya
oleh bapak Noto Utomo, yakni: komoditas kentang. Bibit kentang yang digunakan untuk budidaya
oleh bapak Noto Utomo ialah jenis unggul, yang mana dapat berperan sebagai varietas tahan.
Dalam penanggulangan hama dan penyakit pada komoditas kentang, bapak Noto Utomo
menanganinya dengan penyemprotan pestisida, salah satunya adalah budok. Kemudian untuk
pupuknya sendiri, bapak Noto Utomo menngunakan pupuk bersubsidi, misalnya ZA, dan urea.
Pemanfaatan musuh alami pada penanggulangan hama juga berperan dal sistem budidaya

tanaman tersebut, namun bapak Noto Utomo sendiri tidak melakukan budidaya musuh alami
tersebut. Sehingga musuh alami yang ada di lahan hanyalah organisme yang memang sudah ada
disana secara alami.
Penyakit yang sering menyerang pada budidaya komoditas kentang ini ialah layu fusarium
yang disebabkan oleh Phytophthora infestans. Dan hama yang sering menyerang adalah ulat
ggrayak yang menyerang pada bagian daun, dan NSK yang menyerang pada bagian akar.
5.2 Saran dan kritik
Pada sistim penanaman sebaiknya menngunakan sistem tanam monokultur, yang mana
dapat menghambat peledakan hama akibat penyediaan makanan yang melimpah. Kemudian untuk
penanggulangan hama dan penyakit, sebaiknya untuk penggunaan pestisida lebih diperkecil dan
meningkatkan penggunaan herbisida, yang mana lebih aman untuk kesehatan dan lingkungan.
Serta pada pemanfaatan musuh alami, sebaiknya lebih ditekankkan agar dapat menghemat biaya
produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Hortikultura. 1989. Penelitian dan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Hias dalam Repelita
IV untuk Mencapai Sistem Pertanian Tangguh. Puslitbang Hortikultura, Badan Litbang Pertanian.

Dinas Pertanian Kabupaten Wonosobo. 2006. Pestisida Alami dan Buatan untuk Tanaman. Wonosobo: Dinas
Pertanian Kabupaten Wonosobo

Djafaruddin. 2007. Dasar Dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: PT Bumi Aksara

Harahap, Z. dan T.S. Silitonga. 1993. Perbaikan varietas padi. Dalam Buku Padi 2. Badan Pertanian dan
Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. hlm. 335375.

Makarim, A.K., I.N. Widiarta, Hendarsih, S., dan S. Abdulrachman. 2003. Petunjuk Teknis Pengelolaan Hara
dan Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Padi Secara Terpadu. Departemen Pertanian

Matnawy. 1989. Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.

Meliantari, Dian. 2012. Polikultur dan Jenis-jenisnya. http://dianmeliantari.edublogs.org (Online). Diakses


pada 15 Mei2013.

Mudjiono, Rahardjo & Himawan. 1991. Hama Hama Penting Tanaman Pangan. Malang: Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya.
Muhidin. 1993. Dasar Hama dan Penyakit Tumbuhan. Malang: Universitas Muhammadiyah.

Painter, R.H. 1958. Resistance of Plants to Insect. Annual review of entomology 3: 267 290

Serambi.

2011. Pengaturan
Pola
Tanam
dan
Pengolahan
Tanah. http://planthospital.blogspot.com/2011/11/cropping-pattern.html (Online) diakses tanggal 15
Mei 2013.

Soekirman, dkk. 2007. Sistem Pertanian Monokultur. http://wihans.info/blog/sistem-pertanian-polikultur(Online).


Diakses tanggal 14 Mei 2013.

Stakmann & Harrar. 1957. Plant Protection. Australia: A.V.C. Comm.

Suniarsyih,
N.
S,
2009. Pengendalian
hama
penyakit
dan
gulma
secara
terpadu
(PHPT).http://wibowo19.wordpress.com/2009/01/18/pengendalian-hama-penyakit-dan-gulmasecara-terpadu-phpt/(Online). Diakses tanggal 13 Mei 2013.

Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Virgin, Iva dan Robert Frederick. . Searching for a Balance: Environmental Concerns and Potential Benefits of
Trangenic Crops in Centers of Origin and Diversity. Biotechnology Advisory Commissiaon,
Stockholm Environment Institut: CIMMYT
Wiyono,

S.
2007. Perubahan
iklim
dan
ledakan
hama
dan
tanaman.http://www.deptan.go.id/setjen/humas/berita/Serangan%20OPT.htm (Online).
tanggal 13 Mei 2013.
Diposkan 12th June 2013 oleh nurul anisyah
0

Tambahkan komentar

Nurul Anisyah
Timeslide

Beranda

FEB

penyakit
Diakses

24

Aku dan Ceritaku Part 3


Aku dan Ceritaku Part III
ketika pagi menyapa, dunia ini seakan bicara
bicara tentang asmara, yang selalu menghiasi hidupku
kau ada, kau datang!!!
Sebait untaian kata indah yang menjadi hiasan hari-hariku saat ini, Kak Habib seakan telah menghipnotis
kehidupanku dengan sejuta warna-warnanya.

GORESAN PLA II 2014


GORESAN PLA II 2014
ku buka kelopak mataku di pagi itu dengan penuh lelah. lelah merasakan hal yang penuh dengan kebosanan.
1

Aku dan Ceritaku Part 2


Aku dan Cerita Ku
Part 2
Masih tertinggal bayanganmu
Yang telah membekas di relung hatiku
Hujan tanpa henti seolah pertanda
Cinta tak di sini lagi
Sepenggal bait lagu yang kini menjadi sering berbisik di telingaku.

Aku dan Ceritaku Part 1

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Ds. Sumber Brantas, Kec.
Bumiaji Kabupaten Malang

(Mengapa) Kita Harus Turun Ke Jalan

KOPI

Kelebihan Pupuk Organik Dibanding Pupuk Kimia

Memuat

Anda mungkin juga menyukai