Anda di halaman 1dari 7

e-ISSN : 2621-7236

Jurnal Agrotech 9 (1) 26-32 p-ISSN : 1858-134X


EVALUASI PENGGUNAAN PESTISIDA PADA PETANI BAWANG
MERAH DI DESA WOMBO MPANAU KECAMATAN TANANTOVEA
KABUPATEN DONGGALA

EVALUATION OF THE USE OF PESTICIDES IN RED ONION FARMERS


IN WOMBO MPANAU VILLAGE, TANANTOVEA SUB DISTRICT
DONGGALA DISTRICT
Tri Satyani1, Arfan1*, Sayani1
1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Alkhairaat Palu,
Jl. Diponegoro No. 39 Palu 94221, Indonesia

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui perilaku petani dalam penggunaan
pestisida pada tanaman bawang merah di Desa Wombo Mpanau Kecamatan Tanantovea. Penelitian ini
menggunakan metode acak sederhana (simple random samping). Data yang diperoleh dikumpulkan,
diolah lalu dianalisis. Analisis dilakukan untuk mengetahui frekuensi data pada masing-masing variabel.
Data primer yang diperoleh melalui wawancara dianalisis untuk memberikan gambaran ringkas kelompok
data dalam satu tabel frekuensi. Jenis OPT yang menyerang tanaman bawang merah di Desa Wombo
Mpanau adalah ulat daun, lalat daun, trips, embun tepung, dan layu fusarium. Cara pengendalian OPT
yang paling banyak dilakukan adalah penggunaan pestisida kimia, yakni mencapai 70% responden.
Pengetahuan petani terhadap waktu aplikasi pestisida tergolong baik, yakni 100% responden
mengaplikasikan pestisida saat terdapat gejala serangan dan jika pengendalian lain tidak mampu
mengatasi serangan OPT. Pengetahuan petani terhadap penggunaan dosis pestisida tergolong baik, yakni
100% responden menggunakan dosis sesuai anjuran yang tercantum pada kemasan. Tindakan petani pada
saat aplikasi pestisida pada umumnya adalah tidak melakukan pencampuran pestisida. Mayoritas
responden telah melakukan tindakan yang benar dalam hal penyimpanan alat semrot dan pestisida pada
tempat khusus. Namun disisi lain kesadaran petani masih rendah, karena masih banyak petani yang
mencuci alat semprot di sungai atau parit.
Katakunci: evaluasi, penggunaan pestisida, petani bawang merah

ABSTRACT
This study aims to study and determine the behavior of farmers in the use of pesticides on shallots
in Wombo Mpanau Village, Tanantovea District. This study uses a simple random method. The data
obtained is collected, processed and analyzed. Analysis was carried out to determine the frequency of
data in each variable. Primary data obtained through interviews were analyzed to provide a concise
picture of groups of data in one frequency table. Types of pests that attack onion in Wombo Mpanau
Village are leaf caterpillars, leaf flies, trips, flour dew, and fusarium wilt. The most widely used pest
control method is the use of chemical pesticides, which reaches 70% of respondents. The knowledge of
farmers on the application of pesticides is relatively good, namely 100% of respondents apply pesticides
when there are symptoms of attack and if other controls are unable to overcome the pest attack.
Knowledge of farmers on the use of doses of pesticides is relatively good, namely 100% of respondents
use the dosage according to the recommendations listed on the packaging. The actions of farmers when
applying pesticides in general are not mixing pesticides. The majority of respondents have taken the right
action in terms of storing semrot and pesticides in a special place. But on the other hand the awareness of
farmers is still low, because there are still many farmers who wash sprayers in rivers or ditches.
Keywords: evaluation, use of pesticides, red onion farmers
------------------------------------------------------------------
*)
Penulis Korespondensi
E-mail: arfanilmu@gmail.com
Telp: +62-85228976417
26
e-ISSN : 2621-7236
Jurnal Agrotech 9 (1) 26-32 p-ISSN : 1858-134X
Pendahuluan hama, munculnya hama sekunder, dan
pencemaran lingkungan (Tarigan, 2002). Oleh
Komoditas sektor pertanian terdiri dari
karena itu, penerapan praktik pertanian yang baik
sektor tanaman pangan dan sektor tanaman
sangat dibutuhkan.
hortikultura. Tanaman pangan merupakan
Praktik pertanian yang baik, salah satunya
komoditas utama untuk kehidupan manusia, yaitu
dengan penerapan pengendalian hama terpadu
sebagai bahan makanan pokok penyedia
(PHT) yang menggunakan pestisida secara
kebutuhan karbohidrat, vitamin dan mineral.
rasional dalam proses produksi pertanian. Oleh
Menurut Rositasari (2006), tanaman hortikultura
karena itu, diperlukan pengetahuan tentang
mencakup sayuran, buah-buahan, tanaman hias
persepsi petani dalam penggunaan pestisida.
(florikutura), dan tanaman obat-obatan
Hasil penelitian Kusnaya (2014) mengemukakan
(biofarmaka). Sayuran merupakan komoditas
bahwa persepsi petani tanaman pangan dan
subsektor hortikultura yang sangat penting bagi
sayuran terhadap penggunaan pestisida
kehidupan manusia. Selain bahan makanan,
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
kandungan gizi yang terdapat di dalamnya sangat
tingkat pendidikan, pangsa pasar, jenis tanaman,
diperlukan dalam proses pertumbuhan dan
dan sumber informasi pemilihan jenis pestisida.
perkembangan manusia.
Persepsi yang dimaksud adalah bagaimana
Produksi sayuran dan tanaman pangan
tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani
sangat dipengaruhi oleh adanya serangan hama
dalam menggunakan pestisida pada tanaman
dan penyakit tanaman. Menurut Rambe (2012),
khususnya tanaman bawang merah. Berdasarkan
hasil produksi sayuran dipengaruhi oleh musim
beberapa uraian tersebut di atas, maka dilakukan
dan organisme pengganggu tanaman. Faktor
penelitian ini yang berjudul Evaluasi Penggunaan
pembatas produksi sayuran yang paling penting
Pestisida pada petani bawang merah di Desa
adalah serangan hama dan penyakit tanaman.
Wombo Mpanau Kecamatan Tanantovea
Adanya faktor pembatas tersebut dapat
Kabupaten Donggala.
menyebabkan perubahan hasil produksi yang
berdampak terhadap suplai sayuran. Hal yang
Metode Penelitian
sama terjadi juga pada tanaman pangan,
kehilangan hasil produksi selalu disebabkan oleh Penelitian ini dilaksanakan di Desa
hama dan penyakit tanaman, gulma, dan tekanan Wombo Mpanau Kecamatan Tanantovea
yang ekstrim faktor abiotik (Sinaga 2009). Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah.
Petani sebagai produsen utama komoditi Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan
pangan harus terus memiliki motivasi dan sumber metode survey. Penentuan lokasi penelitian
daya untuk terus menghasilkan komoditi dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling)
pertanian, khususnya tanaman pangan yang berdasarkan observasi sebelumnya bahwa daerah
memenuhi skala kuantitas dan kualitas guna ini mayoritas penduduknya berprofesi sebagai
memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga petani. Salah satu komoditi yang banyak
tercipta kemandirian pangan. Hal itu didasarkan dikembangkan adalah bawang merah. Penentuan
bahwa pangan merupakan segala sesuatu yang responden dilakukan dengan menggunakan
berasal dari sumber hayati dan air, baik yang metode Multistage Random Sampling melalui
diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan tahapan sebagai berikut:
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi a. Menentukan lokasi atau dusun yang dapat
manusia (UU No 7 1996). Oleh karena itu, mewakili dari seluruh wilayah Desa Wombo
diperlukan upaya untuk meningkatkan kuantitas Mpanau.
dan kualitas pangan dari kemungkinan adanya b. Menentukan kelompok tani pada setiap
residu yang membahayakan kesehatan manusia. dusun yang dijadikan sampel, yakni terdiri
Hal ini dikarenakan petani di Indonesia dari dua kelompok tani.
umumnya masih mengandalkan pestisida sintetik c. Menentukan lima responden dari setiap
untuk mengatasi organisme pengganggu kelompok tani, sehingga diperoleh total
tanaman, seperti hama dan penyakit tanaman sampel sebanyak 10 petani responden.
(Taufiq, 2004). Alasan petani cenderung memilih Penelitian ini dilaksanakan melalui
pestisida sintetik karena hasilnya terlihat lebih beberapa tahap sebagai berikut:
cepat. Namun penggunaan pestisida sintetik a. Observasi lokasi penelitian yang bertujuan
secara terus menerus dapat menyebabkan residu untuk mengetahui gambaran umum lokasi
pada hasil pertanian, resistensi hama, resurjensi penelitian di Desa Wombo Mpanau,

27
e-ISSN : 2621-7236
Jurnal Agrotech 9 (1) 26-32 p-ISSN : 1858-134X
khususnya lokasi budidaya tanaman bawang karakter tersebut dapat membedakan tipe perilaku
merah. Informasi ini diperoleh dari penyuluh petani pada situasi tertentu. Karakteristik yang
pertanian, pemerintah Desa Wombo Mpanau, diamati dalam penelitian ini adalah umur dan
dan pengamatan langsung di lapangan. pendidikan.
b. Merencanakan waktu dan tempat Umur sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan wawancara dengan cara produktivitas tenaga kerja. Dalam batasbatas
membuat perjanjian terlebih dahulu dengan tertentu, semakin bertambah umur seseorang
petani responden. maka tenaga kerja yang dimiliki akan semakin
c. Persiapan lembar kuisioner yang bertujuan produktif, dan setelah umur tertentu produktivitas
untuk merangkum hasil wawancara dengan tersebut akan menurun. Menurut BPS (2015),
petani responden. Kuisioner dibuat dengan berdasarkan komposisi penduduk, umur
bahasa yang mudah dimengerti dengan dikelompokkan menjadi 3 yaitu umur 0-14 tahun
bentuk pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dianggap sebagai kelompok penduduk belum
dengan judul penelitian. produktif, kelompok penduduk umur 15-64 tahun
d. Wawancara secara mendalam dengan petani sebagai kelompok produktif dan kelompok umur
responden dan pengisian kuisioner. Kegiatan 65 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk
ini dilakukan secara bersamaan, dimana yang tidak lagi produktif. Hasil penelitian
peneliti secara aktif berdiskusi dengan menunjukkan bahwa umur petani responden
responden tentang item-item dalam lembar berkisar antar 38-56 tahun. Hal ini (Lampiran 2)
kuisioner. menunjukkan bahwa seluruh petani responden di
e. Selain melalui wawancara, informasi juga Desa Wombo Mpanau berada pada kategori umur
diperoleh melalui fakta yang dibuat dengan produktif. Umur responden terkait dengan adanya
cara mendokumentasikan objek penelitian. inovasi, seseorang pada umur non produktif akan
Dokumentasi juga diperlukan untuk cenderung sulit menerima inovasi, sebaliknya
menyatakan kebenaran atau keabsahan seseorang dengan umur produktif akan lebih
penelitian ini. mudah dan cepat menerima inovasi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soekartawi (2005) bahwa
Data yang diperoleh dalam penelitian ini
makin muda petani biasanya mempunyai
bersumber dari data primer dan data sekunder.
semangat untuk ingin tahu apa yang belum
Data primer diperoleh dari hasil wawancara
mereka ketahui, sehingga mereka berusaha untuk
dengan responden secara langsung yang dimuat
lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun
dalam lembar kuisioner. Data sekunder diperoleh
biasanya mereka masih belum berpengalaman
dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
dalam soal adopsi inovasi tersebut.
Donggala, Badan Pusat Statistik (BPS)
Pendidikan pada hakekatnya merupakan
Kabupaten Donggala, Balai Penyuluhan
usaha sadar manusia untuk mengembangkan
Pertanian Peternakan dan Kehutanan (BP3K)
kepribadian dan meningkatkan kemampuan di
Wilayah Kecamatan Tanantovea, Kepala Desa,
dalam dan di luar sekolah yang berlangsung
Gapoktan, Artikel, Internet serta sumber-sumber
seumur hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan
lain yang menunjang penelitian.
penduduk/masyarakat, maka akan semakin tinggi
Data primer yang diperoleh melalui
pula kualitas penduduk (sumber daya manusia).
wawancara dianalisis dan dijabarkan secara
Tingkat pendidikan sangat terkait dengan tingkat
deskripsi, selanjutnya disajikan dalam bentuk
kemampuan mengadopsi inovasi teknologi.
tabel distribusi frekuensi. Hal-hal yang diamati
Diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan
adalah karaktersitik responden dan evaluasi
maka proses alih teknologi akan berjalan lebih
penggunaan pestisida yang meliputi pengamatan
cepat dan lebih baik.
OPT yang menyerang, jenis pengendalian yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
digunakan, pengalaman menggunakan pestisida,
pendidikan petani responden tergolong dalam
waktu aplikasi, dosis, tindakan saat aplikasi, dan
kategori rendah karena mayoritas (60%)
tindakan terhadap aspek lingkungan.
responden hanya sampai tingkat pendidikan SD.
Hasil ini menunjukkan bahwa petani cenderung
Hasil dan Pembahasan
kurang memiliki pengetahuan yang cukup untuk
Karaktersitik Responden dapat memahami permasalahan mereka dan
Data karakteristik responden petani kurang tepat dalam menyelesaikan permasalahan
bawang merah di Desa Wombo Mpanau yang dihadapi untuk dapat mencapai tujuan yang
memiliki karakteristik yang beragam, karakter- diharapkan. Menurut Saridewi & Siregar (2010),

28
e-ISSN : 2621-7236
Jurnal Agrotech 9 (1) 26-32 p-ISSN : 1858-134X
tingkat pendidikan seseorang dapat mengubah Pengendalian OPT
pola pikir, daya penalaran yang lebih baik, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sehingga makin lama seseorang mengenyam terdapat dua cara pengendalian OPT yang
pendidikan akan semakin rasional. Lebih lanjut digunakan oleh petani bawang merah di Desa
dijelaskan bahwa mereka yang berpendidikan Wombo Mpanau.
tinggi adalah relatif lebih cepat dalam Tabel 2. Cara pengendalian organsime
melaksanakan adopsi teknologi. Begitu pula pengganggu tanaman bawang merah
sebaliknya, mereka yang berpendidikan rendah Jumlah
Cara Persentase
agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi No. responden
pengendalian (%)
dengan cepat. (org)
Evaluasi Penggunaan Pestisida 1. Pestisida 7 70
2. kimia
Organisme pengganggu tanaman yang Secara hayati 3 30
menyerang Jumlah 10 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sumber: Data primer setelah diolah
terdapat lima jenis OPT yang menyerang
tanaman bawang merah di Desa Wombo Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan
Mpanau. bahwa 70% responden melakukan pengendalian
Tabel 1. Jenis OPT yang menyerang tanaman menggunakan pestisida kimia dan 30% lainnya
bawang merah dengan cara hayati. Hal ini menunjukkan bahwa
Jumlah cara pengendalian OPT yang paling banyak
N Persentase digunakan oleh petani bawang merah di Desa
Jenis OPT responden
o (%) Wombo Mpanau ialah penggunaan pestisida
(org)
1. Ulat daun 7 70 kimia.
2. Lalat daun 3 30 Penggunaan pestisida kimia masih
3. Trips 2 20 merupakan pilihan utama petani sampai saat ini,
4. Embun tepung 2 20 karena dinilai lebih efektif dan efisien untuk
5. Layu fusarium 1 10 mengendalikan OPT. Hal ini juga terjadi di Desa
Sumber: Data primer setelah diolah Wombo Mpanau, dimana hasil penelitian
menunjukkan 70% responden menggunakan
Hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan pestisida kimia tersebut. Namun demikian, ada
bahwa hama ulat daun merupakan jenis hama beberapa petani yang telah menggunakan
yang dominan menyerang tanaman bawang pengendalian secara hayati, yakni dengan
merah di Desa Wombo Mpanau, yakni mencapai memanfaatkan mahluk hidup lain untuk
70% responden, sementara hama lalat daun, mengendalikan hama. Hal ini disebabkan karena
hama trips, penyakit embun tepung dan layu timbulnya kesadaran petani tentang bahaya dari
fusarium merupakan OPT yang tergolong sedikit penggunaan pestisida kimia.
menyerang tanaman bawang merah, yakni hanya
mencapai 10-30% responden. Pengalaman menggunakan pestisida
Serangan hama ulat daun dapat dikatakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
cukup merata di Desa Wombo Mpanau. pengalaman petani responden menggunakan
Meratanya serangan hama ulat daun diduga pestisida cukup beragam, yakni mulai 2 tahun
disebabkan karena kondisi cuaca yang panas. sampai dengan 20 tahun.
Tabel 3. Pengalaman petani bawang merah dalam
Kondis cuaca panas dapat memicu perkembangan
populasi hama. Nugroho (2013) menerangkan menggunakan pestisida
bahwa pada kondisi kering dan suhu tinggi, Lama
Jumlah
metabolisme serangga hama meningkat sehingga N menggunakan Persentase
responden
memperpendek siklus hidup. Akibatnya jumlah o pestisida (%)
(org)
telur yang dihasilkan meningkat dan akhirnya (tahun)
mendorong peningkatan populasi. Oleh karena 1. 1 – 10 5 50
itu, intensitas serangan ulat grayak pada 2. 11 - 20 5 50
pertanaman bawang merah musim kemarau Jumlah 10 100
umumnya lebih tinggi dibanding pada musim Sumber: Data primer setelah diolah
hujan.

29
e-ISSN : 2621-7236
Jurnal Agrotech 9 (1) 26-32 p-ISSN : 1858-134X
Hasil penelitian (Tabel 3) menunjukkan pada umumnya belum mencapai ambang
bahwa 50% responden memiliki pengalaman ekonomi. Penggunaan pestisida pada saat hama
menggunakan pestisida 1 - 5 tahun atau memiliki telah menyebar dinyatakan kurang tepat, karena
pengalaman yang masih sedikit dan 50% pada saat tersebut sangat memungkinkan OPT
responden memiliki penglaman 16 - 20 tahun sangat sulit dikendalikan sehingga dapat
atau memiliki pengalaman yang cukup banyak menyebabkan penurunan produksi dan pada
dalam hal penggunaan pestisida. akhirnya mengakibatkan kerugian secara
Pengalaman seseorang merupakan salah ekonomi. Demikian pula pengendalian yang
satu parameter yang membentuk tingkat sosial dilakukan sebelum adanya serangan, hal ini akan
ekonomi seseorang, dengan semakin lama menjadi tidak efisien karena menyebabkan
seseorang berprofesi pada bidang tertentu maka kerugian akibat pengadaan sarana produksi
orang tersebut dianggap lebih mengetahui dan (pestisida) dan memungkinkan terjadinya
menguasai bidang tersebut. Milton (1961) dalam pencemaran lingkungan akibat dari penggunaan
Panurat (2014) menyatakan bahwa semakin bahan kimia sintetis. Menurut Djafaruddin (2007)
banyak pengalaman yang diperoleh oleh petani, bahwa dalam pemakaian zat kimia atau pestisida
maka minat mereka terhadap usahatani padi khususnya, maka yang perlu diperhatikan untuk
sawah semkin tinggi, dengan banyaknya meningkatkan efektivitas atau dampak hasilnya
pengalaman yang tekah mereka lalui, maka yang dikehendaki adalah harus melakukannya
banyak cara yang dapat mereka lakukan untuk secara tepat, yaitu tepat dosis atau konsentrasi,
menaikkan produksi panen. tepat waktu dan tepat sasarannya.
Pengetahuan waktu aplikasi pestisida Pengetahuan dosis pestisida
Waktu aplikasi yang dikategorikan tepat Pengetahuan tentang dosis dalam hal ini
pada penelitian ini adalah saat terlihat gejala adalah penggunaan pestisida dengan dosis sesuai
serangan pada tanaman dan ketika pengendalian anjuran atau tidak sesuai anjuran.
lain tidak mampu mengatasi OPT yang Tabel 5. Pengetahuan petani tentang penggunaan
menyerang, sementara waktu aplikasi yang tidak dosis pestisida
tepat adalah sebelum adanya serangan dan ketika Jumlah Persentase
Penggunaan dosis
OPT telah menyebar. (orang) (%)
Tabel 4. Pengetahuan petani tentang waktu Sesuai anjuran 10 100,0
aplikasi pestisida Tidak sesuai anjuran 0 0
Persentase Total 10 100,0
Waktu Aplikasi Jumlah (orang)
(%) Sumber: Data primer setelah diolah
Tepat 10 100,0
Tidak tepat 0 0 Hasil penelitian (Tabel 5) menunjukkan
Total bahwa terdapat 10 (100%) responden yang
10 100,0
menggunakan pestisida dengan dosis sesuai
Sumber: Data primer setelah diolah
anjuran. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
Hasil penelitian (Tabel 4) menunjukkan petani di Desa Wombo Mpanau telah
bahwa terdapat 10 (100%) responden yang menggunakan pestisida dengan dosis sesuai
menggunakan pestisida pada waktu yang tepat. anjuran yang tercantum pada kemasan, sehingga
Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas petani di dapat dikatakan bahwa rata-rata pengetahuan
Desa Wombo Mpanau mengaplikasikan pestisida petani tentang dosis pestisida sudah baik. Hal ini
pada waktu yang tepat, sehingga dapat dikatakan diduga disebabkan karena petani responden rata-
bahwa pengetahuan petani tentang waktu aplikasi rata berumur 40-50 tahun atau dapat dikatakan
pestisida sudah baik. Hal ini diduga disebabkan telah memiliki cukup pengalaman dalam
selain karena informasi dari penyuluh, juga berusahatani, sehingga sudah banyak
karena petani responden telah banyak belajar dari pengetahuan tentang dampak dari penggunaan
pengalaman. pestisida yang tidak sesuai anjuran.
Pengendalian OPT menggunakan pestisida Pengetahuan tentang dosis sangat
pada saat munculnya gejala serangan atau jika dibutuhkan oleh petani dalam hal penggunaan
pengendalian lain tidak lagi mampu pestisida, sebab penggunaan dosis yang
mengendalikan OPT merupakan cara yang baik berlebihan justru akan menyebabkan
untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan terganggunya keseimbangan ekosistem dan
kelestarian lingkungan, karena pada saat tersebut kesehatan manusia. Menurut Wahyuni (2010),
intensitas serangan masih tergolong rendah dan bahwa dampak negatif penggunaan pestisida

30
e-ISSN : 2621-7236
Jurnal Agrotech 9 (1) 26-32 p-ISSN : 1858-134X
telah banyak dilaporkan dalam berbagai resistensi hama, ledakan hama, timbulnya hama
penelitian. Dampak tersebut dapat berupa sekunder.
ketidak-stabilan ekosistem, adanya residu pada
Tindakan saat aplikasi pestisida
hasil panen dan bahan olahannya, pencemaran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lingkungan dan keracunan bahkan kematian pada
terdapat dua jenis tindakan yang dilakukan pada
manusia. Sinulingga (2005) menambahkan
saat aplikasi pestisida. Adapun distribusinya
bahwa pestisida juga dapat menimbulkan
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Tindakan petani pada saat aplikasi pestisida
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Uraian
Ya % Tdk %
Mencampur pestisida 1 10 9 90
Menggunakan masker 5 50 5 50
Sumber: Data primer setelah diolah
Hasil penelitian (Tabel 6) menunjukkan pestisida adalah sifat bawaan yang
bahwa terdapat 9 (90%) responden yang tidak menggambarkan potensi pestisida untuk
melakukan pencampuran pestisida. Hal ini membunuh secara langsung pada hewan dan
menunjukkan bahwa sebagian besar petani di manusia. Menurut Yuantari (2009), bahwa
Desa Wombo Mpanau tidak mencampur pestisida penggunaan pestisida yang tidak terkendali akan
dengan jenis lain dalam satu kali aplikasi. Selain menimbulkan bermacam-macam masalah
itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kesehatan dan pencemaran lingkungan. Wahyuni
terdapat 5 (50%) responden yang menggunakan (2010) menambahkan bahwa hal ini juga
masker saat aplikasi pestisida, sementara 5 (50%) diperparah dengan perilaku petani dalam
lainnya tidak menggunakannya. Hal ini menggunakan dan penanganan pestisida yang
menunjukkan bahwa sebagian petani di Desa masih belum arif dan belum ramah lingkungan.
Wombo Mpanau tidak menggunakan masker
Tindakan petani terhadap aspek lingkungan
pada saat aplikasi pestisida, sehingga dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dikatakan bahwa kesadaran petani dalam hal
terdapat dua jenis tindakan yang dilakukan yang
penggunaan masker rata-rata masih rendah.
berdampak pada lingkungan. Adapun
Pencemaran dan keracunan pestisida
distribusinya dapat dilihat pada Tabel 9.
umumnya terjadi akibat kelalaian manusia dalam
penggunaannya, karena toksisitas atau daya racun
Tabel 9. Tindakan petani terhadap aspek lingkungan
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Uraian
Ya % Tdk %
Mencuci alat semprot di sungai atau parit 5 50 5 50
Memiliki tempat penyimpanan khusus alat dan
10 100 0 0
pestisida
Sumber: Data primer setelah diolah
Hasil penelitian (Tabel 9) menunjukkan dan peralatan semprot di tempat aman yang jauh
bahwa terdapat 5 (50%) responden yang mencuci dari bahan makan dan jangkauan anak-anak.
alat semprot di sungai atau parit dan 10 (100%) Mencuci alat semprot dekat sumber atau
responden memiliki tempat penyimpanan khusus saluran air dapat merusak makhluk hidup yang
untuk peralatan dan pestisida. Hal ini ada di air. Selain itu pestisida dapat menyuburkan
menunjukkan bahwa mayoritas petani di Desa ganggang yang ada di sungai. Apabila ganggang
Wombo Mpanau telah melakukan tindakan yang yang ada di sungai menjadi subur maka cahaya
benar dalam hal penyimpanan alat semrot dan matahari akan sulit masuk ke dalam sungai. Hal
pestisida pada tempat khusus. Namun disisi lain ini dapat menyebabkan makhluk hidup yang ada
kesadaran petani masih rendah, karena masih di air tidak mendapat cahaya misalnya
banyak petani yang mencuci alat semprot di fitoplankton. Bila fitoplankton tidak
sungai atau parit. Salah satu tindakan yang mendapatkan cahaya maka tidak akan bisa
penting untuk diperhatikan dalam hal menjaga berfotosintesis dan tidak dapat lagi menghasilkan
kesehatan dan keselamatan adalah menyimpan makanan untuk hewan-hewan yang ada di dalam
bahan kimia (pestisida), perlengkapan pelindung, air. Wudianto (2010) menjelaskan bahwa salah

31
e-ISSN : 2621-7236
Jurnal Agrotech 9 (1) 26-32 p-ISSN : 1858-134X
satu hal yang perlu diperhatikan dalam hal Cibungbulang, Kabupaten Bogor Dalam
penggunaan pestisida adalah mencuci alat Mengendalikan Hama Dan Penyakit
semprot (tangki) segera setalah digunakan dan air Tanaman [skripsi]. Institut Pertanian
bekas cucian sebaiknya dibuang ke lokasi yang Bogor.
jauh dari sumber air dan sungai.
Rositasari WE. 2006. Analisis Strategi
Pemasaran Tanaman Hias Daun Dalam
Kesimpulan dan Saran
Pemanfaatan Sebagai Daun Potong Pada
Kesimpulan Pesona Daun Hias Asri [skripsi]. Institut
1. Jenis OPT yang menyerang tanaman bawang Pertanian Bogor
merah di Desa Wombo Mpanau adalah ulat
Saridewi, T.R. & A.N. Siregar, 2010. Hubungan
daun, lalat daun, trips, embun tepung, dan
Antara Peran Penyuluh dan Adopsi
layu fusarium.
Teknologi oleh Petani terhadap
2. Cara pengendalian OPT yang paling banyak
Peningkatan Produksi Padi di Kabupaten
dilakukan adalah penggunaan pestisida
Tasikmalaya. Jurnal Penyuluhan Pertanian
kimia, yakni mencapai 70% responden.
Vol. 5 No. 1
3. Pengetahuan petani terhadap waktu aplikasi
pestisida tergolong baik, yakni 100% Sinaga MS. 2009. Bioteknologi dalam pertanian
responden mengaplikasikan pestisida saat berkelanjutan: mencapai ketahanan,
terdapat gejala serangan dan jika keamanan dan kedaulatan pangan. Di
pengendalian lain tidak mampu mengatasi dalam: Peranan IPTEKS dalam
serangan OPT. Pengelolaan Pangan, Energi, SDM, dan
4. Pengetahuan petani terhadap penggunaan Lingkungan yang Berkelanjutan. IPB
dosis pestisida tergolong baik, yakni 100% Press, hlm 106-113
responden menggunakan dosis sesuai anjuran Sinulingga, K. 2005. Analisis Residu Piretroid
yang tercantum pada kemasan. pada Sampel Wortel di Daerah Sentra
5. Mayoritas responden telah melakukan Produksi Kab. Karo. Jurnal Sistem Teknik
tindakan yang benar dalam hal penyimpanan Industri 6: 64-68
alat semrot dan pestisida pada tempat khusus.
Namun disisi lain kesadaran petani masih Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori dan
rendah, karena masih banyak petani yang Aplikasinya. Raja Grafindo Persada,
mencuci alat semprot di sungai atau parit. Jakarta
Saran Tarigan SA. 2002. Pengetahuan, Sikap, Dan
Perlu adanya sosialisasi di lokasi penelitian Tindakan Petani Dalam Pelaksanaan PHT
terutama untuk meningkatkan pengetahuan Pada Tanaman Kubis Di Kecamatan
tentang tindakan petani dalam menggunakan Pangalengan, Bandung, Jawa Barat
pestisida, agar dampak negatif dari penggunaan [skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
pestisida yang tidak bijaksana dapat Wahyuni, S. 2010. Perilaku Petani Bawang
diminimalisir. Merah dalam Penggunaan dan
Daftar Pustaka Penanganan Pestisida Serta Dampaknya
Terhadap Lingkungan. Tesis. Program
BPS, 2015. Sosial dan Kependudukan (Deskripsi Magister Ilmu Lingkungan. Univerisitas
Angka Beban Tanggungan). Badan Pusat Diponegoro, Semarang
Statistik Republik Indonesia, Jakarta
Wudianto, R., 2005. Petunjuk Penggunaan
Djafaruddin, 2007. Dasar-dasar Perlindungan Pestisida. Penerbit Penebar Swadaya.
Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta Jakarta
Kusnaya, A.A., 2004. Persepsi Petani Sayuran Yuantari, M.G.C. 2009. Studi Ekonomi
dan Tanaman Pangan pada Penggunaan Lingkungan Penggunaan Pestisida dan
Pestisida untuk Produksi Produk Dampaknya pada Kesehatan Petani di
Pertanian Sehat di Desa Lingkar Kampus Area Pertanian Hortikultura Desa Sumber
IPB. [skripsi]. Departemen Proteksi Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten
Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Magelang Jawa Tengah. Thesis.
Rambe AY. 2012. Pengetahuan, Sikap, Dan Universitas Diponegoro, Semarang.
Tindakan Petani Sayuran Di Kecamatan

32

Anda mungkin juga menyukai