Anda di halaman 1dari 4

Nama : Conchita Tinara Efenda Hutahaean

NPM : 19025010177
Gol : D3

Analisis Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pada Budidaya


Tanaman Padi Di Lahan Pertanian Sidoarjo
Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban
manusia. Padi saat ini produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serelia setelah
produksi jagung dan gandum (Purnamaningsih, 2006). Salah satu permasalahan dalam usaha
meningkatkan produksi padi adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
yang dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas hasil, bahkan sampai menyebabkan
kegagalan panen yang sangat besar, hingga menyebabkan kerugian. Dengan demikian, dalam
melaksanakan budidaya, petani diharuskan memahami cara-cara pengendalian OPT yang benar
serta berwawasan lingkungan. Pengendalian tersebut dapat dilakukan melalui pengendalian hama
terpadu atau PHT tanaman padi.
Penerapan Teknologi Pengendalian Hama terpadu (PHT) merupakan salah satu alternatif
yang merupakan konsepsi pengendalian hama yang baik untuk lingkungan serta berusaha lebih
mendorong penggunaan musuh alami hama. Penerapan PHT ini dilandasi oleh empat prinsip
dasar, yaitu (1) budidaya tanaman sehat, (2) pemanfaatan perangkap dan musuh alami, (3)
pengamatan rutin serta (4) petani sebagai pakar PHT. Konsepsi PHT tidak hanya berorientasi
pada peningkatan produksi, tetapi juga berorientasi pada pelestarian lingkungan dan keamanan
terhadap kesehatan masyarakat, teruatama petani produsen (Hendrawan dkk. 2017).
Observasi analisis penerapan teknologi Pengendalian Hama terpadu ini dilakukan pada 3
petani padi yang berada di daerah Sidoarjo. Petani yang pertama bernama Bapak Topan di
daerah Juanda, yang kedua Bapak Suhar petani padi di Juanda dan yang terakhir Bapak Sugito
petani padi di Perum Angakasa Pura. Data yang dikumpulkan meliputi data primer yang
merupakan hasil wawancara berdasarkan pertanyaan terstruktur meliputi pertanyaan-pertanyaan
yang berhubungan dengan kegiatan usahatani khususnya yang menyangkut tentang penerapan
PHT. Hasil wawancara diketahui perbedaan penerapan metode konvensional dan metode PHT
dalam pengendalian hama penanaman padi yang disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Perbedaan penerapan metode Konvensional dan metode PHT terhadap pengendalian hama
padi
Metode Konvensional Metode PHT
Penyemprotan pestisida berjadwal Budidaya tanaman sehat
Kurang mempertimbangkan dalam Pemanfaatan musuh alami, memasang
memutuskan penggunaan bahan kimia perangkap, sanitasi lingkungan dan kultur
(racumin, insektisida) teknik
Petani lebih mengandalkan diri pada intuisi Pengamatan rutin atau pemantauan
(berasal dari sumber yang kurang tepat)
Pengendalian hama tidak disesuaikan Petani sebagai ahli PHT
dengan keadaan sosial ekonomi petani
Dari hasil observasi didapatkan bahwa para petani masih menerapkan metode
konvensional dalam mengendalikan OPT di lahan pertanian mereka masing-masing. Penerapan
metode konvensional ini menyebabkan adanya ketergantungan terhadap pestisida menjadi makin
besar dan memberikan hasil yang efektif (cepat dan banyak membunuh hama), serta caranya
yang mudah. Pestisida kimia banyak digunakan karena dapat diaplikasikan dengan mudah dan
hasilnya dapat dirasakan dalam kurun waktu yang relatif singkat serta dapat diaplikasikan dalam
areal yang luas. Contoh penggunaan pestisida yang sering digunakan oleh petani adalah
Sidamethrin untuk hama wereng, walang sangit dan sundep, sedangkan racumin dan racun tikus
cair digunakan pada hama tikus sawah. Namun dalam penggunaanya, petani seringakali masih
menyalahi aturan dengan menggunakan pestisida kimia dalam dosis yang melebihi takaran,
padahal penggunaan pestisida yang berlebihan akan memberikan dampak negatif pada
lingkungan dan para konsumen (tinggi residunya).
Penerapan metode konvensional selanjutnya yang dilakukan oleh para petani adalah
kurang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan yang cukup, petani lebih mengandalkan diri
pada intuisi hal ini juga dikarenakan kurang adanya kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh
pemerintah setempat, sehingga para petani tidak memiliki pengetahuan yang lebih tentang
pengendalian OPT dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Selain itu penerapan metode ini
tidak disesuaikan dengan keadaan ekosistem serta kemapuan sosial masyarakat. Petani masih
sering mengalami kerugian besar dari haseil panen hingga modal akibat jumlah hama yang
banyak sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli obat banyak.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adah penggunaan metode PHT
dalam pengendalian OPT di lahan para petani. Penerapan metode PHT dilakukan dengan
budidaya tanaman sehat dan kuat, sehingga tanaman mampu bertahan terhadap serangan hama
dan penyakit. Penerapan PHT ini dilalui dengan pemilihan varietas, penyemaian, pemeliharaan
tanaman sampai dengan penanganan hasil panen/pasca panen. Penerapan PHT selanjutnya juga
memanfaatkan musuh alami yang potensial sehingga mampu menekan populasi hama. Contoh
musuh alami yang dapat dipilih untuk mengatasi hama wereng adalah laba-laba. Diketahui di
lahan sawah milik Bapak Suhar ekosistemnya masih baik sehingga keberadaan musuh alaminya
masih tersedia, tetapi Pak Suhar belum memanfaatkannya dengan baik. Penerapan metode PHT
ini juga dilakukan dengan pengamatan rutin untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
tumbuhan, serta agar mampu mengikuti perkembangan populasi hama. Penerapan metode ini
juga menempatkan petani sebagai ahli PHT, sehingga penerapan PHT harus disesuaikan dengan
keadaan ekosistem setempat.
Sebelumnya para petani telah mencoba menerapkan pengendalian hama tikus secara
mekanik dengan menggunakan perangkap, tetapi luasnya lahan dan banyaknya jumlah hama
mengakibatkan pengendalian dengan cara ini tidak memberikan hasil yang maksimal sehingga
petani beralih dengan menggunakan bahan kimia. Selain itu alasan petani tidak menggunakan
perangkap dikarenakan ada beberapa perangkap yang berbahaya bagi para petani tersebut,
contohnya seperti perangkap tikus setrum. Selain itu petani juga memakai cara mekanik dengan
menggunakan kebut burung dan bunyi-bunyian dari kaleng, tetapi tingginya serangan yang
diakibatkan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) di lahan, seringkali membuat petani
melakukan pengendalian dengan menggunakan metode konvensional yang dinilai lebih mudah
dan cepat. Pengetahuan dan teknologi Pengendalian Hama Terpadu sangat dibutuhkan untuk
petani karena pengelolaan hama yang tidak tepat dapat mengganggu tanaman petani.
Pengendalian Hama Terpadu ditunjukan agar dapat menaikkan produktivitas yang tinggi dan
meminimalisir kehilangan hasil, memperhatikan kelestarian lingkungan, melindungi kesehatan
konsumen dan petani produsen, meningkatkan efisiensi faktor produksi dan meningkatkan
kesejahteraan petani.
Sumber Referensi
Hendrawan. S., Agus. S., dan Karno. 2017. Analisis penerapan Teknologi Penegndalain Hamaa
Terpadu (PHT) Terhadap Pendapatan Dan Produksi Tomat Di Kabupaten Batang.
AGROMEDIA. Vol. 35. No 2
Purnamaningsih, R. 2006. Induksi Kalus dan Optimasi Regenerasi Empat Varietas Padi Melalui
Kultur In Vitro. Balai Besar Penelitian danPengawasan Bioteknologi dan Sumber Daya
Genetik Pertanian. Bogor. Jurnal AgroBiogen 2(2):74-80

Anda mungkin juga menyukai