Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Pengendalian Hama Penyakit Terpadu

TEKNIK PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DI DESA


BATE PUTEH KEC. LANGSA LAMA KOTA LANGSA

OLEH :

INDAH NURHAYATI 180301021


DEDEK MAULIDA 180301027
DESI KAROLINA GINTING 180301023
CUT DESI IRMAYANTI 180301005

Dosen Pengasuh :

MUHAMMAD MUAZ MUNAUWAR,SP.,MP

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

1
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA

2022

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tanaman padi merupakan sumber pangan utama yang sangat penting guna pemenuhan
kebutuhan hidup manusia. Sampai saat ini, padi termasuk salah satu komoditi yang mendapat
prioritas pengembangan dari tahun ke tahun. Kebutuhan akan pangan terutama beras bagi
bangsa Indonesia yang semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk
telah mendorong pemerintah untuk melaksanakan program peningkatan produksi padi.

Secara nasional dilaporkan kehilagan hasil padi akibat serangan hama dan penyakit pada
tahun 1997 cukup tinggi, yaitu sebesar 18 % pada musim hujan dan 13% pada musim
kemarau (Moeso, 1999). Beberapa jenis hama penting yang menyerang tanaman padi sawah
antara lain tikus, penggerek batang, wereng coklat, siput murbei, hama putih, sedangkan
untuk penyakit yaitu blas dan kresek.

Untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit pada umumnya petani hanya
menggunakan pestisida secara konvensional. Pengetahuan petani yang terbatas tentang cara-
cara pengendalian hama dann penyakit pada tanaman padi sawah, sehingga pestisida
dianggap sebagai jaminan dalam pengendalian hama maupun penyakit. Pestisida yang
dimaksud untuk membunuh semua jenis jasad pengganggu dilingkungan tidak hanya
berpengaruh terhadap organisme sasaran, tetapi juga mempengarui seluruh ekosistem yang
memperoleh masukan bahan beracun tersebut.

B. Tujuan
Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis jenis hama yang ada pada tanaman
padi sawah serta mengetahui bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit yang
dilakukan oleh petani. Dan penerapan pengendalian hama dan penyakit yang tepat dengan
sistem pengendalian hama terpadu (PHT) dan sebagai syarat wajib untuk lulus mata kuliah
Pengendalian hama penyakit terpadu.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori
Peningkatan produksi padi terus diupayakan untuk mengimbangi kenaikan konsumsi,
karena pertumbuhan jumlah penduduk masih tinggi. Hama dan penyakit adalah salah satu
kendala program peningkatan produksi padi. Kendala peningkatan produksi akan semakin
kompleks akibat perubahan iklim global. Hama dan penyakit padi merupakan salah satu
cekaman biotik yang menyebabkan senjang hasil antara potensi hasil dan hasil aktual, dan
juga menyebabkan produksi tidak stabil. Di Asia Tenggara hasil padi rata-rata 3,3 t/ ha,
padahal hasil yang bisa dicapai 5,6 t/ha. Senjang hasil tersebut disebabkan oleh penyakit
sebesar 12,6% dan hama l5,2% (Oerke et al., 1994). Di Indonesia, potensi hasil varietas padi
yang dilepas berkisar antara 5-9 t/ha (Suprihanto dkk, 2006), sementara hasil nasional bam
mencapai rata-rata 4,32 t/ha (BPS, 2001).

Luas serangan hama dan penyakit padi berdasarkan kompilasi data Statistik Pertanian IV
(SP IV 2006) oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, dalam kurun waktu lima tahun
terakhir adalah tikus 152.638 ha/tahun, penggerek batang 89.048 ha/tahun, wereng cokelat
26.542 ha/tahun, penyakit hawar daun bakteri 28.808 ha/tahun, penyakit tungro 13.327
ha/tahun dan blas 9.674 hal tahun. Estimasi kehilangan hasil padi oleh hama dan penyakit
utama mencapai 212.948 t GKP/musim tanam (Soetarto dkk, 2001). Oleh sebab itu, keenam
hama dan penyakit penting ini perlu mendapatkan prioritas penanganan. Kehilangan hasil
tersebut jauh lebih rendah dari estimasi hasil survei di daerah tropis Asia yang
memperkirakan mencapai 37% (IRRI, 2002).

Usaha peningkatan produksi padi nasional secara berkelanjutan, khususnya melalui


peningkatan stabilitas hasil, masih berpeluang besar melalui: (1) penggunaan sumber daya
genetik untuk perbaikan ketahanan varietas tehadap hama dan penyakit; (2) peningkatan
peran musuh alami hama dan penyakit sebagai agens pengendali hayati; (3) pemanfaatan
beragam spesies tanaman yang potensial sebagai pestisida nabati yang efektif dan ramah
lingkungan; (4) penyempitan kesenjangan antara potensi hasil (hasil pada saat varietas
dilepas) dengan Nasil yang dicapai petani; (5) penekanan kehilangan hasil prapanen oleh
hanna dan penyakit masih di atas 15%; (6) peningkatan pemahaman epidemiologi penyakit
dan ekologi hanna yang akan menghasilkan komponen teknologi baru Pengendalian Hama
Terpadu (PHT).

2
Dalam tulisan ini diuraikan dinamika hama dan penyakit tanaman padi yang
menyebabkan ketidak stabilan produksi padi, komponen teknologi pengendalian yang telah
dikembangkan, konsep dan implementasi PHT di Indonesıa, dan insentif (keuntungan) yang
diperoleh dari penerapan PHT. Populasi hama dan patogen penyebab penyakit tanaman padi
sangat dinamis karena potensi genetik dan pengaruh lingkungan biotik dan abiotik. Pada
dasamya, semua organisme yang dalam keadaan terkendali tidak merugikan jika
keseimbangan ekologinya tidak terganggu.

Hama dan penyakit tanaman berasal dari lokasi pertanaman atau datang (migrasi) dari
lokasi lain karena daya tarik tanaman padi. Pengetahuan tentang dinamika populasi hama dan
patogen penyakit adalah langkah pertama yang perlu ditempuh untuk menentukan cara
pengendalian yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan.

B. Rencana kegiatan
Pratikum dilaksanakan langsung di lahan padi sawah milik petani di Desa Bate Puteh
dengan melakukan kegiatan wawancara langsung kepada petani. Kegiatan dipandu oleh
pengelolah lahan padi sawah milik petani setempat dengan menerangkan berbagai macam
macam hama dan penyakit yang ada pada tanaman padi sawah petani dan bagaimana cara
pengendaliannya.

3
BAB III

METODOLOGI

A. Waktu dan tempat


Pratikum dilaksanakan dilahan padi sawah di Desa Bate Puteh, Dusun Almahdi
Kecamatan Langsa Lama Kota Langsa provinsi Aceh.

B. Alat dan bahan


Alat alat yang digunakan dalam pratikum adalah buku, pena dan kamera handphone.

Bahan bahan yang digunakan adalah lahan padi sawah yang ada dilahan tersebut.

C. Cara kerja
 Para mahasiswa mendatangi lokasi lahan padi sawah milik petani.
 Kemudian para mahasiswa melakukan kegiatan wawancara pada petani.
 Dan terakhir adalah sesi foto bersama

4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Padi Sawah Hasil
Wawancara dengan Petani
 Hama tanaman padi sawah petani
 Hama tikus
 Ulat penggerek batang padi
 Walang sangit
 Wereng
 Burung
 Keong mas
 Penyakit tanaman padi sawah petani
 Hawar daun
 Bercak coklat
 Teknik pengendalian yang dilakukan petani
Untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit pada umumnya petani
hanya menggunakan pestisida secara konvensional. Dan hanya pengendalian
hama burung petani masih menggunakan cara tradisional. Pengetahuan petani
yang terbatas tentang cara-cara pengendalian hama dann penyakit pada tanaman
padi sawah, sehingga pestisida dianggap sebagai jaminan dalam pengendalian
hama maupun penyakit.

B. Pembahasan
2. Teknik Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Padi Yang Belum Dilakukan
Petani
 Pengendalian hama tikus
 TBS (Trap Barrier System)
Pemagaran plastik yang mengelilingi petakan persemaian atau sawah yang
dilengkapi perangkap bubu pada tiap jarak tertentu.
 Gropyokan

5
Pengendalian dengan peralatan lengkap (pemukul, emposan, jaring dan
sebagainya) yang dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat yang
terkoordinir dan terencana dalam satu hamparan pertanaman yang luas.
 Penggenangan
Penggenangan lobang-lobang tikus dilakukan pada saat menjelang pembuatan
persemaian.
 Sanitasi
Membersihkan semak belukar/gulma, membongkar lobang tikus dan perbaikan
pematang.
 Pengendalian Hayati
Pengendalian menggunakan musuh alami seperti kucing, anjing dan burung
hantu.
 Pengaturan Pola Tanam
Pengaturan pola tanam yaitu dilakukan rotasi antara padi dan palawija dan
pengaturan pola tanam secara serempak.
 Pengendalian ulat penggerek batang padi
Adapun cara-cara pengendalian hama penggerek batang padi yaitu :
 Pengaturan Pola Tanam
Melakukan penanaman secara serentak dalam areal penanaman yang luas
agar tanaman padi berada pada fase yang sama sehingga perkembangan
serta penyebaran sumber hama di lapangan dapat ditekan. Pergiliran
tanaman dengan tanaman bukan padi sehingga dapat memutus siklus
hidup hama. Pengelompokkan persemaian yang bertujuan untuk
memudahkan upaya pengumpulan telur penggerek batang secara masal.
 Pengendalian Secara Fisik dan Mekanik
Secara fisik dapat dilakukan dengan penyabitan tanaman serendah
mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen dan ketika lahan
disingkal. Usaha tersebut dapat diikuti dengan penggenangan air setinggi
10 cm agar jerami cepat membusuk sehingga larva mati.
Secara mekanik dilakukan dengan cara mengumpulkan kelompok telur
penggerek batang padi di persemaian dan di pertanaman, serta
penangkapan ngengat dengan menggunakan lampu perangkat.
 Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami baik parasitoid, predator, maupun pathogen

6
Konservasi musuh alami dengan cara menghindari aplikasi insektisida
secara semprotan.
 Pengendalian hama walang sangit
 Pengendalian Secara Kultur Teknik
Sampai sekarang belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama
walang sangit. Berdasarkan cara hidup walang sangit, tanam serempak
dalam satu hamparan merupakan cara pengendalian yang sangat
dianjurkan. Setelah ada tanaman padi berbunga walang sangit akan segera
pindah dari rumput-rumputan atau tanaman sekitar sawah ke pertanaman
padi yang pertama kali berbunga. Sehingga jika pertanaman tidak
serempak pertanaman yang berbunga paling awal akan diserang lebih
dahulu dan tempat berkembang biak . Pertanaman yang paling lambat
tanam akan mendapatkan serangan yang relatif lebih berat karena walang
sangit sudah berkembang biak pada pertanaman yang berbunga lebih
dahulu. Dianjurkan beda tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5
bulan.
Plot-plot kecil ditanam lebih awal dari pertanaman sekitarnya dapat
digunakan sebagai tanaman perangkap. Setelah tanaman perangkap
berbunga walang sangit akan tertarik pada plot tanaman perangkan dan
dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama relatif berkurang
populasi walang sangitnya.
 Pengendalian Secara Biologi
Potensi agens hayati pengendali hama walang sangit masih sangat sedikit
diteliti. Beberapa penelitian telah dilakukan terutama pemanfaatan
parasitoid dan jamur masih skala rumah kasa atau semi lapang. Parasitoid
yang mulai diteliti adalah O. malayensis sedangkan jenis jamurnya adalan
Beauveria sp dan Metharizum sp.
 Pengendalian Dengan Menggunakan Perilaku Serangga
Walang sangit tertarik oleh senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman
Lycopodium sp dan Ceratophylum sp. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk
menarik hama walang sangit dan kemudian secara fisik dimatikan. Bau
bangkai binatang terutama bangkai kepiting juga efektif untuk menarik
hama walang sangit.

7
 Pengendalian hama wereng
 Menggunakan pestisida nabati
Seperti bawang putih, ekstrak daunsirsak.
 Pengendalian hama burung
 Menggunakan Ajir Berwarna Merah
Burung takut dengan warna merah, maka kita dapat menakut-nakutinya
dengan warna tersebut. Bahan dan alat yang digunakan antara lain:
bamboo bekas ajir atau membuat sendiri dengan panjang 2 m, cat warna
merah dan kuas. Cat setengah/sebagian dari ajir-ajir, kemudian tancapkan
disekeliling hamparan padi dengan jarak 1-2 meter, jika dibutuhkan,
ditengah juga dikasih beberapa buah ajir tersebut.
 Pengendalian hama keong
 Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan pada keong emas
dengan cara:
Pada saat awal tanaman yaitu umur padi 0-25 hari, lahan sawah perlu
dikeringkan dalam keadaan macak-macak hingga keong tidak dapat
merayap menuju rumpun padi yang akan diserang. Kalaupun diserang,
persentase serangan di bawah ambang kerusakan.
Pembuatan parit di sekeliling lahan pertanaman agar keong dapat
berkumpul lalu dimusnahkan.
Saluran air perlu dibersihkan dari tanaman-tanaman air seperti kangkung
dan lainnya agar tidak menjadi makanan cadangan bagi berkembangnya
keong mas.
 Pengendalian penyakit hawar daun
 Menanam varietas tahan. Untuk daerah endemis varietas Code dan Angke
 Bibit padi yang ditanam tidak dipotong pada bagian ujungnya.
 Jarak tanam jangan terlalu rapat, disarankan dengan cara tanam jejer
legowo.
 Pengairan berselang (intermiten), hindari penggenangan yang terus-
menerus
 Pengendalian penyakit bercak coklat
 Jarak tanam yang tidak terlalu rapat terutama saat musim hujan.
 Jika perlu gunakan cara tanam sistem legowo.

8
 Jangan gunakan urea yang berlebih dan imbangi dengan unsur K.
 Penanaman varietas tahan, seperti Ciherang dan Membrano.
 Pemupukan berimbang yang lengkap, yaitu 250 kg urea, 100 kg SP36,
dan 100 kg KCl per ha.

3. Foto bersama mahasiswa dan petani

4. Data petani serta alamat sawah petani yang diwawancarai

9
Nama petani yang di wawancarai : Bu Rubiah
alamat sawah : Desa bate puteh, Dusun Almahdi, kec.Langsa lama, Kota Langsa

10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit pada umumnya petani hanya
menggunakan pestisida secara konvensional. Pengetahuan petani yang terbatas tentang cara-
cara pengendalian hama dann penyakit pada tanaman padi sawah, sehingga pestisida
dianggap sebagai jaminan dalam pengendalian hama maupun penyakit. Pestisida yang
dimaksud untuk membunuh semua jenis jasad pengganggu dilingkungan tidak hanya
berpengaruh terhadap organisme sasaran, tetapi juga mempengarui seluruh ekosistem yang
memperoleh masukan bahan beracun tersebut. Bagi beberapa petani penggunaan pestisida
dirasa menguntungkan yaitu dapat mengendalikan opt dengan cepat dan pengaplikasiannya
juga mudah.

B. Saran
Seharusnya petani dapat menerapkan sistem PHT dengan menggunakan konsep PHT
membuat suatu ekosistem dan lingkungan terjaga.

11

Anda mungkin juga menyukai