Anda di halaman 1dari 8

PengendalianJurnalLitbang penyPertankianttanamanVol.37 Nopadi.1 berwawasanJuni2018:1-lingkungan12 ....

(Bambang Nuryanto)DOI:
10.21082/jp3.v37n1.2018.p1-18

PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN PADI BERWAWASAN LINGKUNGAN


MELALUI PENGELOLAAN KOMPONEN EPIDEMIK

Control of Environmentally-Based Rice Disease Through the


Management of Epidemic Components

Bambang Nuryanto

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi


Jalan Raya IX, Sukamandi, Subang, Jawa Barat 41256
Telp. (0260) 520157, Faks (0260) 520158
E-mail: bnuryanto@gmail.com

Diterima: 30 Januari 2017; Direvisi: 14 Desember 2017; Disetujui: 31 Januari 2018

ABSTRAK environmentally friendly disease control technology has many


advantages in supporting the growth of rice plants. Development of
ecology-based rice disease control technology at farmer level require
Pengendalian penyakit tanaman padi hingga kini masih mengandalkan
field supervision or through a comprehensive field school.
penggunaan pestisida kimia sintetik yang relatif mahal sehingga biaya
pengendalian meningkat, mencapai 25% dari total biaya produksi. Keywords: Rice plant, disease control, ecology, epidemic
Selain itu, penggunaan pestisida sudah terbukti mencemari
lingkungan, terutama jika diaplikasikan secara tidak terkendali.
Manipulasi lingkungan atau rekayasa ekologi berpeluang menekan PENDAHULUAN
perkembangan penyakit tanaman. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengelola komponen budi daya secara selektif, di antaranya

P
pemilihan varietas tahan, penggunaan benih sehat, pengolahan tanah
sempurna, penggunaan bahan organik, keserempakan tanam pada enyakit tanaman dapat mengubah kehidupan umat
waktu yang tepat, pemupukan berimbang dan pengaturan pengairan
manusia dari cukup pangan menjadi kelaparan dan bahkan
tanaman. Selain efektif, teknologi pengendalian penyakit berdasarkan kematian. Pada tahun 1940-an sekitar dua juta penduduk
komponen epidemik ini juga dapat menekan biaya produksi hingga Bangladesh mati kelaparan karena tanaman padi yang
60% dan mengurangi tingkat kehilangan hasil padi sampai 30%. diusahakan sebagai pangan pokok terjangkit jamur
Penerapan teknologi pengendalian penyakit ramah lingkungan ini
Helminthosporium oryzae (Ginting 2013). Hingga saat ini
masih terjadi kelaparan di beberapa negara karena tanaman
memiliki berbagai kelebihan dalam mendukung pertumbuhan tanaman penghasil pangan di negara setempat tertular
padi. Pengembangan teknologi pengendalian penyakit tanaman padi penyakit dengan frekuensi yang meninggi.
berbasis ekologi di tingkat petani memerlukan pendampingan di
Perubahan sosial kemasyarakatan di negara
lapangan atau melalui sekolah lapangan yang komprehensif.
berkembang telah menimbulkan dampak yang luas
terhadap perubahan jenis, tingkat serangan, perkem-
Kata kunci: Padi, pengendalian penyakit, ekologi, epidemik bangan, dan laju penyebaran penyakit tanaman. Puluhan
penyakit dilaporkan mengancam tanaman pangan yang
dibudidayakan termasuk padi. Setiap patogen dapat
ABSTRACT mengganggu lebih dari satu varietas tanaman padi, dan
setiap varietas tanaman padi dapat diinfeksi oleh lebih dari
Control of rice diseases still rely on the use of synthetic chemical satu jenis patogen. Penyakit juga dapat merusak pada
pesticides are relatively expensive so that control costs increase, bagian organ tertentu atau bahkan ke seluruh organ
reaching 25% of total production costs. In addition, the use of
tanaman (Semangun 2008). Oleh karena itu, dalam penge-
pesticides has been proven to pollute the environment, especially if
lolaan penyakit tanaman yang terpenting adalah menjaga
applied in an uncontrolled manner. Environmental manipulation or
ecological engineering has the potential to suppress the development
stabilitas pangan, karena penyakit tanaman dapat terus
of plant diseases. This can be done by selectively managing the berkembang dari waktu ke waktu yang dapat mengancam
cultivated components, including the selection of resistant varieties, pertumbuhan dan bahkan menyebabkan gagal panen.
the use of healthy seeds, perfect soil preparation, the use of organic Tanaman yang sehat adalah apabila setiap organ
materials, the simultaneous cultivation at the right time, balanced dari tanaman tersebut dapat melaksanakan fungsi-fungsi
fertilization and regulation of irrigation crops. In addition to effective, fisiologis sesuai dengan potensi genetiknya. Potensi
disease control technology based on epidemic components can also genetik tanaman padi dapat terekspresikan dengan baik
reduce production costs by 60% and reduce the yield rate of rice up to jika kebutuhan untuk proses fisiologi terpenuhi dari
30%. Application of
lingkungan tumbuhnya. Praktek pertanian tanaman padi
2 J. Litbang Pert. Vol. 37 No. 1 Juni 2018: 1-8

dengan budi daya sehat yang berorientasi ekosistem penggunaan bibit bermutu, pengaturan pengairan
tidak hanya mampu mendukung pertumbuhan secara tanaman, dan tanam serempak dengan menerapkan
optimal tetapi juga bersifat ramah lingkungan (Azwir teknik budi daya yang tepat.
dan Ridwan 2009). Pengelolaan tanaman padi secara terpadu dengan
Kendala dan masalah yang dihadapi dalam praktek gerakan tanam serempak pada 804 hektar lahan sawah,
budi daya padi semakin beragam. Konversi lahan sawah menggunakan varietas Inpari-13 dan pengawalan teknologi
di sentra penghasil padi masih terus berlangsung. budi daya telah dilakukan di Polan Hardjo, Klaten, Jawa
Perubahan iklim global yang berdampak terhadap Tengah pada musim kemarau (MK) 2011. Dari kegiatan ini
anomali iklim mendorong perkembangan hama dan diperoleh hasil padi rata-rata 9,3 t/ha gabah kering panen
penyakit yang mengancam keselamatan produksi padi. (GKP). Lima musim sebelumnya, tanaman padi di daerah
Akibatnya, keuntungan usaha tani menurun karena ini dilaporkan gagal panen karena terserang hama wereng
harus dikurangi dengan biaya pengendalian hama cokelat dan penyakit virus kerdil. Penanaman serempak
penyakit yang semakin tinggi dan kualitas produksi pun dilanjutkan pada musim hujan (MH) 2011/2012 pada
menurun sehingga kalah bersaing di pasar (Untung hamparan sawah seluas 7.000 ha di Desa Sentono, Klaten,
2000; Cantrell 2004). Oleh karena itu, teknologi dan hasil padi mencapai 10,211,0 t/ha GKP. Model
produksi padi yang sudah berkembang di petani pengelolaan tanaman dengan pengawalan penerapan
memerlukan perbaikan sesuai dengan perkembangan teknologi tersebut ternyata dapat meredam serangan hama
masalah yang mengancam dengan memperhatikan wereng cokelat, penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput
kondisi sumber daya dan lingkungan, termasuk penyakit sehingga biaya pengendalian dapat ditekan 43-60%.
tanaman yang berkembang dari waktu ke waktu. Kegiatan yang sama dilakukan di Kecamatan Ciasem,
Di Indonesia, penyakit penting tanaman padi ialah Subang, Jawa Barat pada MK 2011 seluas 1.000 ha. Pada
hawar daun bakteri (Xanthomonas campestris pv. oryzae), kegiatan ini, hasil padi meningkat 3060% dan menekan
penyakit tungro (virus tungro), bercak daun pyricularia penggunaan pestisida 50% (Baehaki 2013).
(Pyricularia grisea), busuk batang (Helminthosporium Keberhasilan pengendalian hama dan penyakit
sigmoideun), hawar pelepah daun (Rhizoctonia solani tanaman padi berperan penting menyangga stabilitas
Kuhn), kerdil hampa (Reget stunt) dan kerdil rumput produksi. Tulisan ini mengungkap peranan teknologi
(Grassy stunt) (Semangun 2008). Kehilangan hasil padi pengendalian penyakit padi berwawasan lingkungan
akibat gangguan hawar daun bakteri berkisar antara berdasarkan pengelolaan komponen epidemik.
1524%. Perkembangan penyakit tungro di Surakarta,
Jawa Tengah, pada 1994/1995 menyebabkan 12.340 hektar
tanaman padi puso dengan nilai kerugian sekitar Rp 25 PENGELOLAAN KOMPONEN
milyar. Pada tahun 2010, penyakit kerdil hampa dan kerdil EPIDEMIK
rumput mewabah dan menyebabkan gagal panen di
beberapa sentra penghasil padi di Pulau Jawa. Pada periode
Pengendalian hama dan penyakit tanaman padi melalui
19972001, penyakit blas merusak 13.499 hektar tanaman
pengelolaan komponen epidemik tidak hanya sebagai
padi sawah, 402 hektar di antaranya puso (Baehaki 2009).
teknik pengendalian tetapi dapat pula dikembangkan
Penyakit hawar pelepah berkembang di sentra produksi
menjadi konsep penyelesaian masalah penyakit tanaman
padi yang intensif (Nuryanto et al. 2010)
dengan memperhatikan keseimbangan ekosistem.
Penyakit tanaman yang berkembang di alam merupakan
Melindungi tanaman padi dari gangguan penyakit
interaksi antara patogen penyebab penyakit dengan
merupakan usaha yang tidak dapat dipisahkan dari
tanaman inang dan lingkungan. Teori ini dikenal
pengelolaan ekosistem pertanian padi. Produksi padi
sebagai segitiga penyakit (triangle disease) (Subiyakto
berperan penting untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
2011). Manusia mempunyai peluang memanipulasi
meningkatkan kesejahteraan, sehingga kegiatan yang
ketiga komponen tersebut dalam sistem budi daya
berkaitan dengan perlindungan tanaman harus ditingkatkan
tanaman. Oleh karena itu, teori pengendalian berubah
dalam sistem produksi (Prasetyo 2015). Pengendalian
menjadi tetrahedron penyakit. Dalam tetrahedron
penyakit tanaman dengan konsep pengelolaan komponen
penyakit, manusia berperan dominan mempengaruhi
epidemik idealnya berpangkal pada prinsip keseimbangan
perubahan ketiga komponen tersebut (patogen, tanaman
lingkungan. Usaha pengendalian penyakit tanaman padi
inang dan lingkungan) (Koesmaryono dan Sugiarto
tidak terlepas dari kegiatan manusia dalam memanipulasi
2011). Dengan konsep ini, pengendalian penyakit
komponen lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
berlandaskan komponen epidemik dapat disesuaikan
penyakit itu sendiri. Komponen lingkungan tersebut
dengan kondisi dan masalah yang terjadi di setiap
diharapkan mempunyai pengaruh yang selaras dan
lokasi, sehingga lebih menekankan pada proses
berlangsung secara terpadu dalam menekan perkembangan
pengelolaan dan mekanisme ekologi setempat (Untung
penyakit (Nuryanto et al. 2010). Teknik pengendalian
seperti ini dapat diimplementasikan melalui pemilihan
2000). Beberapa kegiatan budi daya yang dapat
varietas,
digunakan sebagai strategi pengelolaan komponen
epidemik tanaman padi adalah sebagai berikut:
Pengendalian penyakit tanaman padi berwawasan lingkungan .... (Bambang Nuryanto) 3

Pemilihan Varietas Padi Tabel 1. Keparahan penyakit hawar pelepah pada beberapa
varietas padi (Sukamandi, MH 2010/2011).
Penggunaan varietas tahan penyakit adalah cara Varietas Keparahan (%)
pengendalian yang murah, mudah, aman, dan efektif.
Varietas tahan hawar daun bakteri (HDB) yang juga IR64 66,27 a
dikenal sebagai penyakit kresek antara lain Angke, Code, Ciherang 65,67 a
Cigeulis 65,77 a
Inpari-4, Inpari-6, dan Inpari-32. Varietas tahan tungro di
Cisadane 35,37 d
antaranya Tukad Balian, Tukad Petanu, Tukad Unda, Inpari 10 59,00 b
Kalimas, Bondoyudo, Inpari-36 dan Inpari-37. Varietas Mekongga 58,07 b
unggul baru padi tahan hama wereng cokelat ialah Inpari- Cimelati 36,00 d
13 dan Inpari-33. Padi unggul baru tahan penyakit blas Gilirang 48,73 c
Fatmawati 46,30 c
ialah varietas Towuti, Situ Patenggang, Batutegi, Inpago-
Hibrida Maro 64,93 a
6, Inpago-7, dan Inpago-8 (Jamil et al. 2015). Varietas padi CV (%) 4,43
yang tahan terhadap penyakit mampu menekan
perkembangan patogen sehingga menurunkan kemampuan Data sekolom yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata pada taraf
menginfeksi tanaman (Nuryanto et al. 2014). 0,05 LSD.
Di lapangan masih terdapat penyakit tanaman yang Sumber: Nuryanto (2011).
belum dapat dikendalikan dengan varietas tahan, seperti
penyakit hawar pelepah. Penyakit ini disebabkan oleh
jamur R. solani yang mempunyai inang luas, sehingga penanaman varietas padi dengan postur pendek, anakan
sifat ketahanannya secara genetik sulit ditemukan pada banyak, dan berdaun lebat berpeluang besar terancam
tanaman padi (Prasad dan Eizenga 2008). Ketahanan penyakit.
tanaman padi terhadap hawar pelepah dikendalikan oleh
banyak gen (polygenic), sehingga pewarisan sifat tahan
melalui persilangan sulit dilakukan. Penyakit yang tidak
dapat dikendalikan dengan sifat genotipik tanaman Penggunaan Benih Sehat
dapat ditekan dengan sifat fenotipik tanaman. Sifat
fenotipik tanaman yang sesuai dapat menekan suhu dan Benih mengandung materi genetik yang mengatur
kelembaban lingkungan di bawah kanopi tanaman, sistem pertumbuhan secara keseluruhan. Benih juga
sehingga mengurangi perkembangan penyakit. Oleh menjadi medium pembawa berbagai mikroorganisme
karena itu, ketahanan varietas padi terhadap penyakit yang bermanfaat (mikroorganisme antagonis dan plant
juga dipengaruhi oleh sifat fenotipik tanaman (Jia et al. growth promoting microorganism=PGPM) maupun
2009). yang merugikan (patogen). Kedua kelompok
Padi tipe baru (PTB) adalah jenis padi yang dapat mikroorganisme tersebut berpengaruh terhadap kualitas
mempengaruhi iklim lingkungan di bawah kanopi tanaman benih, bibit, dan tanaman. Benih yang berkulitas tinggi
menjadi kurang cocok untuk perkembangan penyakit. dapat menghasilkan tanaman yang sehat dan tumbuh
Cimelati, Gilirang, dan Ciapus adalah varietas padi semi seragam (Saylendra 2010). Mutu benih berpengaruh
tipe baru (semi PTB), yaitu tipe tanaman padi yang terhadap pertumbuhan awal tanaman padi (Tabel 2).
memiliki anakan sedikit tetapi menghasilkan malai panjang Benih padi sehat umumnya berwarna kuning cerah,
dan gabah yang banyak (>200 butir/malai). Tipe tanaman tidak mengalami penyimpangan warna gabah (grain
padi seperti ini dapat mengurangi suhu dan kelembaban descoloration) atau tidak terdapat bercak hitam. Mutu
lingkungan di bawah kanopi tanaman sehingga tidak benih padi dapat diketahui dengan cara memasukkan
menjadi pemicu perkembangan penyakit yang menginfeksi benih ke dalam larutan garam 3% atau larutan ZA
bagian batang dan pelepah daun tanaman padi. Hasil dengan perbandingan 1 kg pupuk ZA untuk 2,7 liter air.
pengamatan menunjukkan varietas padi dengan postur Benih yang tenggelam dalam larutan dipilih untuk
tinggi dan anakan sedikit, seperti Cisadane dan Cimelati, ditanam (Sudir dan Suprihanto 2008). Di daerah
umumnya mendapat gangguan penyakit hawar pelepah endemis penyakit diperlukan perlakuan benih (seed
dengan keparahan ringan (Tabel 1). treatment) dengan pelapisan fungisida atau bakterisida.
Pemilihan benih sehat berarti juga mengurangi
Penyakit hawar pelepah padi yang disebabkan oleh
inokulum awal patogen penyebab penyakit, terutama
jamur Rhizoctonia solani berkembang pada semua
patogen terbawa benih (seed borne).
varietas padi yang dibudidayakan. Groth and Bond
(2007) melaporkan varietas padi yang ditanam di sentra
penghasil padi di Amerika Selatan rentan dan agak
rentan terhadap hawar pelepah. Penyakit hawar pelepah Pengolahan tanah
berkembang di sentra produksi padi di Indonesia,
terutama di daerah dengan pengelolaan tanaman yang Pengolahan tanah meningkatkan laju resapan air dan
intensif (Nuryanto et al. 2014). Oleh karena itu, menurunkan jumlah padatan tanah pada lapisan olah
4 J. Litbang Pert. Vol. 37 No. 1 Juni 2018: 1-8

Tabel 2. Karakteristik agronomi tanaman padi pada umur 3 minggu setelah tanam menurut kualitas bemih. (Sukamandi,
MK 2007).

MK 2002 MH 2002/2003
Kualitas benih Normal Abnormal Mati Tinggi Normal Abnormal Mati Tinggi
(%) (%) (%) (cm) (%) (%) (%) (cm)

Baik 95,3 a 1,8 c 2,9 b 25,0 a 96,9 a 1,6 c 2,5 d 26,0 a


Kurang baik 92,1 b 3,4 c 4,5 b 23,2 b 93,3 b 3,2 bc 3,5 c 24,2 b
Jelek 84,8 c 7,3 a 8,1 a 21,0 c 86,3 d 5,4 a 8,3 a 20,9 d
Campuran 91,4 b 5,3 b 4,2 b 23,1 b 89,8 c 4,1 ab 6,1 b 23,0 c
LSD 0,05 2,3 1,8 1,8 0,9 1,8 1,8 0,7 1,0

Data sekolom yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 LSD.
Sumber: Sudir dan Suprihanto (2008).

atau daerah perakaran tanaman. Pembalikan tanah Pemberian Bahan Organik


dengan bajak dapat mengeluarkan gas-gas beracun dan
mengalami pencucian. Pori tanah yang terbentuk Aplikasi pupuk anorganik secara terus-menerus berdampak
memperbaiki aliran udara sehingga meningkatkan negatif terhadap kesehatan tanah, antara lain kadar bahan
proses dekomposisi residu tanaman. Sistem kehidupan organik tanah menurun, polusi lingkungan, aktivitas
mikroorganisme yang terbentuk makin kompleks mikroorganisme tanah juga menurun, dan pemadatan tanah
sehingga mampu menjaga keseimbangan alamiah (Kadja 2015). Pengembalian jerami sisa panen ke tanah
ekosistem tanah. Pengolahan tanah dengan cara basah sebagai sumber bahan organik sangat dianjurkan. Bahan
dan kering mempunyai dampak yang berbeda terhadap organik merupakan substrat bagi sebagian besar
perkembangan penyakit tanaman padi (Tabel 3). mikroorganisme tanah untuk tumbuh dan berkembang,
Tanah tidak hanya sebagai tempat penyangga sehingga populasinya meningkat. Tanah yang mengandung
tegakan tanaman, tetapi juga menyediakan unsur hara banyak bahan organik ditumbuhi oleh berbagai jenis dan
dan air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Lahan jumlah mikroorganisme tanah, sehingga makin tinggi
yang berkualitas baik mengandung air, oksigen, dan keanekaragaman dan populasi mikroorganisme dalam
unsur hara yang cukup di daerah perakaran, dan bebas tanah. Secara alami, kondisi ini dapat mengendalikan
dari hara dan air yang meracuni tanaman. Pada saat organisme tertentu, termasuk patogen penyebab penyakit.
tanah diolah (dibajak) terjadi peningkatan difusi gas O 2 Penambahan bahan organik meningkatkan kinerja
ke tanah dan CO2 keluar dari tanah, sehingga akumulasi mikroorganisme sebagai agens pengendali hayati terhadap
CO2 tidak sampai mengganggu kehidupan ekosisitem patogen tular tanah (Klein et al. 2011). Penambahan bahan
perakaran tanaman. Tanaman padi yang ditanam di organik ke sawah di samping meningkatkan populasi
tanah dengan konsentrasi CO2 tinggi berisiko terkena organisme tanah juga meningkatkan kesuburan dan
gangguan penyakit blas daun dan hawar pelepah mengurangi kemasaman atau meningkatkan pH tanah
(Kobayashi et al. 2006). Sudir et al. (2002) melaporkan (Muis dan Quimio 2006). Peningkatan pH tanah sampai
perkembangan penyakit padi juga dipengaruhi oleh cara mendekati netral (pH 6,5-7) berpengaruh terhadap
pengolahan tanah. peningkatan daya hantar listrik tanah dan kapasitas tukar
kation (KTK). KTK yang tinggi berarti unsur-unsur kimia
dalam tanah berada pada kondisi mudah dipertukarkan,
Tabel 3.Hubungan tingkat keparahan penyakit busuk sehingga hara yang tersedia di tanah mudah diserap
batang, hawar pelepah, dan bercak daun tanaman, termasuk unsur kimia yang berperan
tanaman padi dengan cara olah tanah kering dan meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit
basah (Sukamandi, MK 2001). (Nuryanto et al. 2014).
Bahan organik yang digunakan sebaiknya sudah
Cara olah tanah Keparahan penyakit (%)
mengalami dekomposisi, karena suhu tinggi yang
Busuk Hawar Bercak
terbentuk selama proses pengomposan menyebabkan
batang pelepah daun
kondisi aerob dapat mencapai 60oC. Kondisi ini dapat
Olah tanah kering 21,48 a 7,08 a 32,10 a
mematikan telur serangga hama dan patogen yang
Olah tanah basah 12,09 b 4,15 b 29,57 a terbawa oleh sisa tanaman sakit musim sebelumnya
CV (%) 12,3 9,4 11,6 (Nuryanto et al. 2010). Pemberian bahan organik ke
lahan sawah berupa kompos jerami dapat menghambat
Data sekolom yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata pada taraf
0,05 LSD. perkembangan penyakit tanaman padi (Tabel 4).
Sumber: Sudir et al. (2002).
Pengendalian penyakit tanaman padi berwawasan lingkungan .... (Bambang Nuryanto) 5

Tabel 4. Tingkat keparahan penyakit hawar pelepah pada frekuensi pemberian kompos yang
berbeda di beberapa daerah penghasil padi (Yogyakarta, MT 2009-2010).

Keparahan hawar pelepah (%)


Pemberian kompos
Lokasi A Lokasi B
MK1) 2009 MH2) 2010 MK 2009 MH 2010

Tidak pernah 36,7 a 49,3 a 29,5 a 38,2 a


Kadang-kadang 24,6 b 37,7 b 16,1 b 15,3 ab
Sering 15,3 c 16,8 c 8,2 c 13,1 b
CV3) (%) 8,4 9,7 16,3 10,9

Data sekolom yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 LSD
MK= musim kemarau, MH= musim hujan, CV = Koefisien keragaman
Sumber: Nuryanto (2011).

Tanah yang mengandung kompos ditumbuhi oleh padi, seperti hawar pelepah dan busuk batang. Semakin
mikroorganisme dengan populasi melimpah, sehingga rendah suhu dan kelembapan di bawah kanopi tanaman,
dapat menjaga kesimbangan biologi di daerah perakaran. semakin kecil laju perkembangan penyakit (Nuryanto et
Mikroorganisme tanah tersebut umumnya mengun- al. 2014).
tungkan karena bersifat antagonis terhadap patogen,
terutama yang bersifat tular tanah (soil borne) seperti
jamur R. solani penyebab hawar pelepah dan H. Pengairan Tanaman
sigmoideum penyebab busuk batang (Nuryanto et al.
2010). Tanaman yang sehat dengan kebutuhan hara yang Pengairan tanaman merupakan salah satu komponen
terpenuhi dapat menciptakan kekebalan secara alami. budi daya padi sawah yang mutlak diperlukan. Cara
Secara biologi, tanaman sehat mempunyai peranan kuat pengairan yang berbeda berpengaruh yang berbeda pula
dalam menghambat infeksi dan perkembangan penyakit. terhadap lingkungan fisik tanaman. Penggenangan lahan
menciptakan lingkungan pertumbuhan tanaman dengan
kelembapan tinggi. Di daerah endemis penyakit,
Waktu dan Jarak Tanam inokulum awal umumnya banyak terdapat di tanah,
gulma, turiang padi, dan serasah tanaman sisa panen.
Waktu tanam padi perlu disesuaikan dengan Inokulum awal yang didukung oleh periode basah yang
lingkungan, diusahakan umur tanaman padi di satu lama pada jaringan tanaman dapat mempercepat
lokasi tidak jauh berbeda dengan di lokasi sekitarnya. perkembangan penyakit. Kelembapan lingkungan
Pada hamparan sawah dengan waktu tanam padi tidak pertumbuhan tanaman dapat diturunkan dengan
serempak, pertanaman awal dapat menjadi sumber mengatur cara pengairan (Tabel 5).
inokulum penyakit bagi tanaman yang lebih muda, Groth & Bond (2007) melaporkan keparahan
terutama penyakit yang ditularkan melalui angin atau penyakit hawar pelepah pada tanaman padi bergantung
serangga vektor. Penyakit virus kerdil rumput dan pada jumlah inokulum awal yang tersedia dan kondisi
kerdil hampa ditularkan oleh hama wereng cokelat. lingkungan pertumbuhan akibat manajemen budi daya
Populasinya wereng cokelat tinggi pada pertanaman seperti cara pengairan. Pengelolaan faktor lingkungan
padi dengan waktu tanam tidak serempak (Baehaki, yang dikombinasikan dengan potensi ketahanan tanaman
komunikasi pribadi). Oleh karena itu, pada hamparan inang dan pengurangan inokulum awal saling
lahan dengan waktu tanam tidak serempak umumnya mendukung dalam proses penekanan perkembangan
penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput menyebar luas penyakit (Nuryanto 2017). Oleh karena itu, pengairan
dengan tingkat infeksi yang tinggi. Di daerah endemis tanaman dalam sistem budi daya padi dapat menjadi
penyakit blas, terutama blas leher, kerusakan tanaman salah satu komponen pengendalian penyakit.
padi dapat ditekan dengan memperhitungkan waktu
tanaman padi berbunga, diusahakan tidak bersamaan
dengan curah hujan tinggi (Gallet et al. 2016). MODIFIKASI KOMPONEN EPIDEMIK
Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat agar kelembapan
dan suhu di sekitar lingkungan tanaman tidak terlalu Teknologi pengendalian penyakit tanaman padi
tinggi, terutama tanaman padi yang mempunyai anakan berdasar modifikasi komponen epidemik mendorong
banyak dan berdaun lebat. Kelembapan dan suhu tinggi di penerapan beberapa cara pengendalian yang bersifat
lingkungan pertanaman akan memicu perkembangan sinergis dan terpadu. Pengendalian penyakit dengan
penyakit yang menginfeksi bagian pelepah dan batang
mengelola satu atau beberapa komponen epidemik
sering tidak berhasil
6 J. Litbang Pert. Vol. 37 No. 1 Juni 2018: 1-8
Tabel 5. Keparahan penyakit hawar pelepah pada tanaman padi dengan cara pengairan yang berbeda

(Yogyakarta, MK 2009).
Cara Pengairan Suhu Kelembaban Keparahan penyakit
o
( C) (%) (%)
Penggenangan dalam parit keliling 28,8 a 94,1 b 12,4 b
Penggenangan 1 kali/minggu 29,0 a 93,6 b 12,2 b
Penggenangan terus 28,6 a 97,9 a 29,1 a
CV (%) 6,7 6,1 9,2

Data sekolom yang diikuti huruf sama, tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 LSD
CV = Koefisien keragaman
Sumber: Nuryanto (2011).

karena penyakit masih punya peluang untuk berkembang mikroorganisme tanah dengan populasi berlimpah,
melalui komponen epidemik yang lain. Semakin banyak termasuk jamur Trichoderma sp. sebagai agens
komponen epidemik yang dikelola sebagai satu kesatuan pengendali hayati penyakit tanaman (Uruilal et al.
sistem pengendalian dan diterapkan secara terpadu makin 2012). Mikroorganisme saling berinteraksi dalam relung
tinggi tingkat keberhasilan pengendalian penyakit (Azwir (nice) yang sama dan membangun sistem keseimbangan
dan Ridwan 2009). secara alami. Keseimbangan biologi yang terbentuk
Pengendalian penyakit menggunakan varietas tahan berperan menekan populasi patogen tular tanah (soil
yang dikombinasikan dengan varietas lain untuk borne) (Kumar et al. 2009). Penambahan bahan organik
pergiliran varietas dapat menekan laju perkembangan yang telah terdekomposisi ke lahan sawah dapat
penyakit dan berdampak terhadap keanekaragaman menekan perkembangan penyakit, tekstur tanah menjadi
genetik tanaman di lapang. Agroekosistem dalam gembur, mengembalikan unsur-unsur hara yang telah
hamparan umumnya ditanami dengan spesies tanaman terkuras setiap musim, meningkatkan ketersediaan
tertentu yang mempunyai daya adaptasi yang tinggi nutrisi dan pupuk bagi tanaman padi pada musim
terhadap kondisi lingkungan. Pertanaman monokultur berikutnya (Iqbal 2008).
tersebut memiliki keragaman genetik yang rendah, Pengaturan pengairan tanaman padi yang bertujuan
sehingga tanaman relatif mudah mengalami kerusakan untuk menekan kelembapan dan suhu lingkungan,
akibat gangguan penyakit (Jia et al. 2016). Keragaman merupakan salah satu komponen pengendalian penyakit
genetik yang tinggi dalam satu hamparan persawahan berdasarkan kesesuaian ekologi. Tanaman padi tumbuh
dapat menghambat laju pergeseran ras, strain, atau sehat pada kondisi air dalam kapasitas lapang dan
patotipe suatu patogen tanaman. Pola pergiliran varietas lengas tanah mendukung pertumbuhan tanaman secara
di kawasan budi daya intensif mampu memutus siklus optimal. Pengairan tanaman dengan cara ini efisien
hidup patogen yang hanya mempunyai kecocokan dalam penggunaan air. Semakin ketatnya persaingan
terhadap salah satu varietas (inang). Pola tanam yang penggunaan air antara di sektor pertanian dengan
diselingi oleh penanaman varietas tahan dapat menekan industri, pertambangan, rumah tangga, dan lainnya
perkembangan patogen (Pradhan et al. 2016). menekankan perlunya meningkatkan efisiensi
Perkembangan hama dan penyakit tanaman dapat penggunaan air pada lahan sawah (Abdurachman et al.
ditekan dengan cara memodifikasi sifat fisika, kimia, dan 2008). Dalam satu jaringan tata air, bila menerapkan
biologi tanah. Penambahan bahan organik berupa jerami pengairan sesuai kebutuhan tanaman, dengan volume air
sisa panen dapat meningkatkan produktivitas lahan. Alasan yang tetap, dapat mengairi pertanaman padi lebih luas
petani membakar jerami di sawah adalah untuk dibandingkan dengan cara pengairan tergenang terus
mempermudah penyiapan lahan dan menekan menerus.
perkembangan hama dan penyakit, perlu dikoreksi karena Secara umum, penerapan pengendalian hama dan
pertimbangan polusi udara, pengembalian unsur hara, dan penyakit berdasarkan pendekatan ekologi melalui
keberlanjutan sistem budi daya padi (Azwir dan Ridwan pengelolaan komponen epidemik dapat menekan populasi
2009). Jerami padi mengandung 35% N, 30% P, 85% K, serangga hama atau vektor penyakit dan patogen penyebab
dan 40-50% S yang dapat diserap tanaman (Dobermann & penyakit. Kadja (2015) melaporkan, pada lahan sawah
Fairhurst 2000). Pelapukan bahan organik oleh dengan pemberian kompos dan pengairan macak-macak,
mikroorganisme tanah melalui proses mineralisasi pertumbuhan tanaman padi lebih baik karena kompos
menghasilkan hara dalam bentuk ion/kation (Subowo menyediakan nutrisi yang seimbang untuk pertumbuhan
2010). Tanaman dapat memanfaatkan unsur mikro tersebut tanaman padi, sehingga tanaman memiliki sistem
untuk menciptakan sistem kekebalan. Pada tanah yang pertahanan terhadap serangan hama wereng cokelat.
mengandung banyak bahan organik terdapat Penyebaran penyakit kerdil hampa dan kerdil
Pengendalian penyakit tanaman padi berwawasan lingkungan .... (Bambang Nuryanto) 7

rumput dapat dihambat dengan menekan populasi terus menerus serta pemupukan lengkap dan berimbang
wereng cokelat sebagai vektor, dengan menanam sesuai anjuran setempat adalah bagian dari komponen
varietas tahan (Inpari-13, Inpari-18, dan Inpari-33) epidemik dalam pengendalian penyakit tanaman. Kalau
secara serempak dan didukung oleh teknologi budi daya pun harus menggunakan pestisida kimia dalam kondisi
anjuran. Tanam serempak pada hamparan sawah seluas emergensi, pengendalian hama dan penyakit tanaman
600-1.000 ha dapat mengurangi biaya penggunaan perlu didasarkan pada ambang kerusakan atau ambang
pestisida kimia hingga 60% untuk mengendalikan hama kendali agar biaya aplikasi pestisida dapat
dan penyakit tanaman dan menekan kehilangan hasil diminimalisasi. Model budi daya padi berdasarkan
rata-rata 30% (Baehaki 2009). komponen epidemik bersifat praktis dan mengutamakan
kesetabilan biologi lingkungan.
DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI DI Pengendalian penyakit tanaman padi berdasarkan
BEBERAPA LOKASI pengelolaan komponen epidemik adalah berwawasan
ekologi dan ramah lingkungan karena lebih menekankan
Suatu teknologi cepat diadopsi petani secara ekonomis pada rekayasa budi daya dan manipulasi lingkungan.
menguntungkan, secara teknis mudah diterapkan, dan Teknologi ini mudah diterapkan petani dan secara
secara ekologis aman bagi lingkungan (Subiyakto ekonomis terbukti meningkatkan pendapatan. Semakin
2011). Hal ini membuktikan pengendalian penyakit banyak komponen epidemik yang dikelola semakin
berdasarkan pengelolaan komponen epidemik tinggi tingkat keberhasilan pengendalian penyakit
berwawasan ekologi mampu meningkatkan pendapatan tanaman. Implementasi pengendalian penyakit tanaman
petani. Model pengendalian ini mudah diterapkan petani berbasis ekologi perlu ditingkatkan melalui
dan aman bagi lingkungan karena lebih menekankan pendampingan penerapan teknologi agar berdaya guna
pada rekayasa budi daya dan manipulasi lingkungan. dan berhasil guna.
Komponen teknologi pengendalian penyakit berbasis
ekologi ini sebagian besar sudah diterapkan petani,
terutama bagi mereka yang telah mengikuti program DAFTAR PUSTAKA
sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT),
seperti di Klaten dan Purbalingga, Jawa Tengah; Subang Abdurachman, A., A. Dariah, dan A. Mulyani. 2008. Strategi dan
teknologi pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan
dan Sukabumi, Jawa Barat; Banyuwangi dan pangan nasional. Jurnal Litbang Pert. 27(2): 4349.
Lamongan, Jawa Timur; Tabanan, Bali; Pinrang, Azwir & Ridwan. 2009. Peningkatan produktivitas padi sawah dengan
Sulawesi Selatan; dan Lampung, masing-masing dengan perbaikan teknologi budidaya. Jurnal Akta Agrosia 12(2):
kisaran luas hamparan sawah 6001.000 ha. 212218.
Produksi padi yang ditanam serempak dengan Baehaki, S.E. 2009. Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi
dalam perspektif praktek pertanian yang baik (good agricultural
pengawalan teknologi pada sistem pengelolaan tanaman
practices). Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1): 6578.
terpadu (PTT) meningkat 2050%, terutama pada saat
terjadi serangan hama dan penyakit (Baehaki 2009). Baehaki, S.E. 2013. Budi daya tanam padi berjamaah suatu upaya
Budi daya padi dengan menggunakan varietas tahan, meredam ledakan hama dan penyakit dalam rangka swasembada
tanam serempak, dan pengawalan penerapan teknologi pangan berkelanjutan. Badan Litbang Pertanian. hlm. 230.
di lapangan tidak hanya mampu menekan tingkat Cantrell. 2004. New technologies for rice farmers. ICM Edition, Bayer
Crop Sci 1: 2122.
kerusakan tanaman atau menekan kehilangan hasil
Dobermann, A. And T. Fairhurst. 2000. Rice: Nutrient disorder &
tetapi juga mengurangi biaya aplikasi pestisida dan Nutrient Management. Potash and Posphate Institute of Canada &
tindakan lain dalam mengendalikan hama dan penyakit IRRI. 191 p.
tanaman. Penggunaan varietas tahan berarti juga Gallet, R., C. Fontaine, F. Bonnot, J. Milazzo, C. Tertois, H. Adreit,
berupaya menghindari pencemaran lingkungan akibat V. Ravigne, E. Fournier, and D. Tharreau. 2016. Evolution of
penggunaan pestisida dalam praktek budi daya padi. compatibility range in the rice-Magnaporthe oryzae system: An
uneven distribution of R genes between rice subspecies.
Phytopathology 106: 348354.
Ginting, C. 2013. Ilmu penyakit tumbuhan, konsep dan aplikasi.
KESIMPULAN Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
203 p.
Groth, D.E. and J.A. Bond. 2007. Effects of cultivar and fungicides on
Model budi daya padi dengan menerapkan komponen rice sheath blight, yield, and quality. Plant Dis. 91: 1647 1650.
epidemik secara selektif harus dirancang lebih dahulu
dengan memilih varietas yang akan ditanam, benih Iqbal, Achmad. 2008. Potensi kompos dan pupuk kandang untuk
bersertifikat, menentukan keserempakan tanam yang produksi padi organik di tanah inceptisol. Jurnal Akta Agrosia
tepat. Sebelum itu dilakukan pengolahan tanah secara 11(1): 1318.
Jamil, A. Satoto, P. Sasmita, Y. Baliadi, A. Guswara, dan Suharna.
sempurna dan pemberian bahan organik. Pengairan
2015. Deskripsi varietas unggul baru padi. Badan Penelitian dan
tanaman dengan cara tidak menggenangi lahan secara Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. 82 hlm.
8 J. Litbang Pert. Vol. 37 No. 1 Juni 2018: 1-8

Jia, Y., F. Correa-Victoria, A. Mc. Clung, L. Zhu, G. Liu, Y. Nuryanto, B. 2017. Penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia solani) pada
Wamishe, J. Xie, M.A. Marchetti, S.R.M. Pinson, J.N. Rutger, padi dan taktik pengelolaanya. Jurnal Perlindungan Tanaman
and J.C. Correll. 2009. Rapid determination of rice cultivar Indonesia 21(2): 6371.
responses to the sheath blight pathogen Rhizoctonia solani using Pradhan, S. K., D.K. Nayak, E. Pandit, L. Behera, A. Anandan, A.K.
micro-chamber screening method. Plant Dis. 91: 485489. Mukherjee, S. Lenka, and D.P. Barik. 2016. Incorporation of
Jia, Y., E. Zhou, S. Lee, and T. Bianco. 2016. Coevolutionary bacterial blight resistance genes into lowland rice cultivar through
dynamics of rice blast resistance gene Pi-ta and Magnaporthe marker-assisted backcross breeding. Phytopathology 106:
oryzae avirulence gene AVR-Pita1. Phytopathology 106: 676 710718.
683. Prasad, B. and G.C. Eizenga. 2008. Rice sheath blight disease
Kadja, D.H. 2015. Pengaruh Jenis Pupuk dan Tinggi Genangan Air resistance identified in Oryza spp. Accessions. Plant Dis. 92:
Terhadap Perkembangan Populasi Wereng Batang Padi Cokelat 15031509.
pada Tanaman Padi. Jurnal Ilmu Pertanian 18(1): 1823. Prasetyo, S.Y.J. 2015. Sistem peringatan dini serangan hama penyakit
Kobayashi, T., K. Ishiguro, T. Nakajima, H.Y. Kim, M. Okada, and K. padi di Jawa Tengah menggunakan GI dan GI* statistic. Jurnal
Kobayashi. 2006. Effects of elevated atmospheric CO2 Ilmiah MATRIK 17(3): 205214.
concentration on the infection of rice blast and sheath blight. Saylendra, A. 2010. Identifikasi cendawan terbawa benih padi dari
Phytopathology 96: 425431. Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang Banten. Jurnal Agroekotek
Koesmaryono, Y. dan Y. Sugiarto. 2011. Dampak variabilitas dan 2(2): 2427.
perubahan iklim terhadap perkembangan hama dan penyakit Semangun, H. 2008. Penyakit -penyakit tanaman pangan di Indonesia.
tanaman padi. Prosiding Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi 2nd Ed. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 475 p.
Nasional 2010. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Kementeriaan Subiyakto. 2011. Teknologi pengendalian hama berbasis ekologi
Pertanian. hlm. 2336. dalam mendukung pengembangan kapas. Jurnal Litbang
Klein, E., J. Katan, and A. Gamliel. 2011. Soil suppressiveness to Pertanian 30(3): 8186.
Fusarium disease following organic amendments and solarization. Subowo, G. 2010. Strategi efisiensi penggunaan bahan organik untuk
Plant Dis. 95: 11161123. kesuburan dan produktivitas tanah melalui pemberdayaan
Kumar, P.R.B., K.R.N. Reddy., and K.S. Rao. 2009. Sheath blight sumberdaya hayati tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan 4(1): 13
disease of Oryza sativa and its management by biocontrol and 25 .
chemical control in-vitro. EJEAFChe 8: 639646. Sudir dan Suprihanto. 2008. Pengaruh kualitas benih terhadap
Muis, A. and A. Quimio. 2006. Biological control of banded leaf and pertumbuhan tanaman, perkembangan penyakit dan hasil padi.
sheath blight disease (Rhizoctonia solani Kuhn) in corn with Prosiding Seminar. Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang
formulted Bacillus Subtilis BR23. IJAS 7: 17. P2BN, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Buku 1: 477 490.
Nuryanto, B., A. Priyatmojo, B. Hadisutrisno, dan B. H. Sunarminto.
2010. Hubungan antara inokulum awal patogen dengan Sudir, Suprihanto, dan K. Pirngadi. 2002. Pengaruh cara pengolahan
perkembangan penyakit hawar upih pada padi varietas Ciherang. tanah dan pupuk terhadap perkembangan beberapa penyakit padi
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 16(2): 5561. di lahan tadah hujan. J. Penel. Pert. Tanaman Pangan 21(2):
Nuryanto, B. 2011. Varietas, kompos, dan cara pengairan sebagai 3035.
komponen pengendali penyakit hawar upih. Disertasi. Program Untung, K. 2000. Pelembagaa pengendalian hama terpadu Indonesia.
Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada. Yoyakarta. hlm.126. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 6(1): 18.
Nuryanto, B., A. Priyatmojo. dan B. Hadisutrisno. 2014. Pengaruh Uruilal, C., A.M. Kalay, E. Kaya, dan A. Siregar. 2012. Pemanfaatan
tinggi tempat dan tipe tanaman terhadap keparahan penyakit kompos ela sagu, sekam dan dedak sebagai media perbanyakan
hawar pelepah. Jurnal Penel. Pert. Tanaman Pangan 33(1): 1 8 . agens hayati Trichoderma harzianum Rifai. Jurnal Ilmu Budidaya
Tanaman. Agrologia 1(1): 2130.

Anda mungkin juga menyukai