Anda di halaman 1dari 13

RESUME ARTIKEL TOPIK KETAHANAN PANGAN (FOOD SECURITY)

TUGAS PRAKTIKUM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM


ASPEK BUDIDAYAPERTANIAN

Disusun Oleh:
Nama : M Dhafa Pradipta Susilo
NIM : 225040207111158
Kelas : Agroekoteknologi-A
Asisten : Adinda Nurfaizah Trinovita

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2024
Artikel 1. Impacts of natural disasters on smallholder farmers: gaps and
recommendations
Bencana alam dapat merugikan petani kecil dan ketahanan pangan mereka di
pedesaan negara berkembang. Perempuan, anak-anak, dan keluarga petani juga rentan
terhadap stres pasca-bencana. Strategi distribusi bantuan yang fokus pada kebutuhan petani
pasca-bencana perlu dikembangkan melalui kerjasama komunitas lokal. Upaya penelitian
dan pengembangan produk yang efektif juga diperlukan untuk meningkatkan pemahaman
pemerintah dan LSM dalam mendistribusikan bantuan yang tepat. Adapun rancangan
kerangka kerja darurat untuk pertanian berkelanjutan di pedesaan dengan paket bantuan yang
mencakup tempat berlindung, makanan, perawatan medis, benih, pelestarian varietas
tanaman, dan kekurangan tenaga kerja pasca-bencana. Produk-produk yang kami soroti,
seperti gulungan plastik pertanian, kantong penyimpanan biji-bijian, sarung tangan berkebun
tahan air, dipilih karena pentingnya, harga terjangkau, efisiensi, dan desain yang praktis.
Kami sarankan penggunaan ilustrasi grafis untuk panduan penggunaan yang benar, terutama
untuk rumah tangga yang buta huruf. Kami juga usulkan penggunaan jaringan distribusi yang
ada dan kemitraan dengan pejabat lokal, organisasi masyarakat, serta dukungan keuangan
pemerintah dan lembaga bantuan internasional untuk percepatan distribusi bantuan di
pedesaan.

Artikel 2. Effects of surrounding crop and semi-natural vegetation on the plant


diversity of paddy fields
Faktor lingkungan memengaruhi keberagaman dan kelimpahan spesies tanaman
dalam agroekosistem, termasuk pengelolaan gulma. Gulma, meskipun mengganggu produksi
pangan, juga mendukung keanekaragaman hayati dan kesehatan tanah. Komunitas gulma
bervariasi berdasarkan lingkungan, iklim, ketersediaan air, dan vegetasi. Di Jawa, petani padi
menggunakan praktik tumpangsari dan pengelolaan waktu penanaman untuk mengurangi
kepadatan gulma, meningkatkan hasil, dan mempertahankan kesuburan tanah. Penelitian ini
bertujuan untuk memahami pengaruh vegetasi terhadap komposisi gulma di lahan sawah
Jawa, dengan harapan mengembangkan strategi pengelolaan gulma yang berkelanjutan
sesuai dengan praktik lokal dan menjaga fungsi agroekosistem. Metode penelitian
melibatkan pengamatan di berbagai wilayah dataran tinggi dan rendah di Jawa, dengan
analisis statistik untuk menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi gulma. Hasil
pencatatan menunjukkan 14 jenis tanaman pangan dan 221 jenis tanaman non-budidaya,
dengan 171 jenis di lahan sawah dan 190 jenis di pematang. Keanekaragaman spesies
tanaman lebih tinggi di dataran tinggi daripada di dataran rendah. Lahan bera memiliki dua
kali lipat lebih banyak spesies dibandingkan lahan sawah yang intensif. Praktik tanam ganda
dan tumpangsari meningkatkan keanekaragaman jenis tanaman di sekitar lahan sawah dan
pematang. Perbedaan antara dataran tinggi dan rendah dalam jumlah dan jenis spesies
tanaman lebih mencolok daripada pengaruh lingkungan setempat. Mendukung praktik
tradisional seperti tanam ganda dan tumpangsari penting untuk memperkaya
keanekaragaman tanaman.

Artikel 3. Amount, distance-dependent and structural effects of forest patches on bees


in agricultural landscapes
Penurunan jumlah penyerbuk global memicu penelitian tentang ancaman terhadap
sistem alam dan pertanian. Lebah madu yang menurun telah menyoroti peran penting lebah
liar dalam penyerbukan tanaman penting. Lebah liar berkontribusi signifikan terhadap hasil
pertanian global, memerlukan strategi perbaikan habitat dan lanskap untuk meningkatkan
penyerbukan. Investigasi lebih lanjut tentang dampak fragmentasi habitat terhadap
penyerbukan di lanskap pertanian kompleks juga penting. Pengaturan petak sarang,
kemampuan berpindah penyerbuk, dan ketersediaan sumber daya bunga mempengaruhi
tingkat penyerbukan di pertanian. Fragmen hutan penting untuk mendukung populasi lebah
liar, namun perlu penelitian lebih lanjut tentang bagaimana struktur petak hutan
memengaruhi populasi lebah dan layanan penyerbukan. Studi terkait pengaruh fragmen
hutan terhadap populasi lebah di lingkungan pertanian menggunakan data dari ISI Web of
Science dari Mei 1991 hingga Mei 2021 dengan kata kunci seperti fragmen hutan,
penyerbukan, dan lebah. Sebagian besar studi menunjukkan bahwa jarak dari hutan hingga 2
kilometer berdampak pada penurunan keanekaragaman dan kelimpahan lebah, tetapi
keberadaan tutupan hutan dalam radius 2 kilometer memberikan dampak positif. Populasi
lebah lebih besar pada petak hutan yang lebih besar. Studi simulasi merekomendasikan petak
hutan kecil dan tersebar untuk penyerbukan maksimum, namun diperlukan penelitian
eksperimental lebih lanjut untuk mengonfirmasi efektivitasnya.

Artikel 4. Mungbean in Southeast Asia and East Africa: varieties, practices and
constraints
Studi ini menekankan perubahan sistem pangan global sesuai tujuan kesehatan dan
kelestarian lingkungan. Menurut Komisi EAT-Lancet, konsumsi buah-buahan, sayuran,
kacang-kacangan, dan polong-polongan perlu ditingkatkan dua kali lipat pada tahun 2050,
sementara konsumsi daging merah dan gula harus dikurangi lebih dari 50%. Kacang-
kacangan penting karena menyediakan protein nabati dan nutrisi, serta mendukung pertanian
berkelanjutan dengan kemampuan mengikat nitrogen. Studi ini fokus pada kacang hijau
sebagai makanan masa depan di Asia, dengan tujuan mengidentifikasi kendala produksi dan
mendorong pengembangan lebih lanjut di Asia Tenggara dan Afrika Timur. Metode Delphi
melibatkan 31 panel ahli dari 9 negara. Estimasi pangsa varietas unggul kacang hijau tinggi
di Asia, tapi rendah di Afrika Timur. Umur varietas di Asia rata-rata 19 tahun, sedangkan di
Afrika Timur hanya 12 tahun. Lahan kacang hijau di Asia Tenggara banyak ditanami varietas
dari Pusat Sayuran Dunia (61%), sementara di Afrika Timur hanya 2%. Kendala produksi
termasuk serangan hama, fluktuasi pasar, dan keterbatasan benih berkualitas. Diperlukan
praktik dan varietas yang lebih efektif untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan
pertanian kacang hijau.

Artikel 5. Comparison of aflatoxins contamination levels in betel nuts (Areca catechu


L.) imported from Asian countries
Penelitian ini mengevaluasi tingkat kontaminasi aflatoksin pada buah pinang yang
diimpor ke Pakistan dari Asia Selatan selama 2018–2019. Tujuannya adalah untuk
memahami risiko kesehatan terkait konsumsi buah pinang yang terkontaminasi dan
memberikan panduan bagi otoritas pengawas dan produsen makanan untuk meningkatkan
standar keamanan pangan. Penelitian ini memberikan dasar untuk mengurangi risiko
kontaminasi aflatoksin pada buah pinang dan produk pangan lainnya. Dari 143 kiriman buah
pinang yang dianalisis, sebagian besar dari India terkontaminasi AF (96,3%), dengan kadar
rata-rata 76,11±1,12 µg/kg. Kiriman ke Indonesia dan Sri Lanka juga terinfeksi AF, dengan
rata-rata kadar masing-masing 123,76±1,25 µg/kg dan 47,95±0,98 µg/kg. Tingkat AF ini
menyebabkan efek toksisitas akut dan risiko ekonomi karena tidak memenuhi standar ekspor-
impor. Oleh karena itu, langkah-langkah segera dan evaluasi ulang prosedur pertanian dan
pemantauan AF diperlukan untuk mengurangi risiko kesehatan dan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Asghar, M. A., Ahmed, A., & Asghar, M. A. (2020). Comparison of aflatoxins contamination
levels in betel nuts (Areca catechu L.) imported from Asian countries. Agriculture
& food security, 9, 1-9.
Chapagain, T., & Raizada, M. N. (2017). Impacts of natural disasters on smallholder farmers:
gaps and recommendations. Agriculture & Food Security, 6, 1-16.
Kumalasari, N. R., & Bergmeier, E. (2014). Effects of surrounding crop and semi-natural
vegetation on the plant diversity of paddy fields. Agriculture & Food Security, 3,
1-8.
Rahimi, E., Barghjelveh, S., & Dong, P. (2022). Amount, distance-dependent and structural
effects of forest patches on bees in agricultural landscapes. Agriculture & Food
Security, 11(1), 10.
Sequeros, T., Ochieng, J., Schreinemachers, P., Binagwa, P. H., Huelgas, Z. M., Hapsari, R.
T., ... & Suebpongsang, P. (2021). Mungbean in Southeast Asia and East Africa:
varieties, practices and constraints. Agriculture & Food Security, 10(1), 1-13.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai