Anda di halaman 1dari 6

TUGAS AGROEKOLOGI

Deskripsi Good Agriculture Practices (GAP) yang


Menggambarkan Teknologi Praktis LEISA Sesuai Prinsip

Dasar LEISA

Oleh :

Hasian Khairunnisa
20160210150

PRODI AGROTERKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) muncul akibat rusaknya lingkungan
yang digunakan sebagai bagian dari pertanian. Rusaknya lingkungan ini berakibat kepada
kualitas hidup yang menurun dengan hilangnya keanekaragaman hayati dan berkurangnya
atau tidak tersedianya makana untuk mencukupi kebutuhan makhluk hidup terutama pada
bidang pertanian. Faktor utama dari hal ini adalah terlalu tingginya penggunaan eksternal
input yang menyebabkan polusi llingkungan ( tanah, air maupun udara). Untuk mengatasi hal
ini muncul pemikiran akan mengureangi dampak tersebut, yakni dengan pertanian
berkelanjutan (agriculture sustainable).

Pertanian berkelanjutan (Agriculture Sustainable) memiliki arti sistem pertanian yang


harus mampu memppertahankan produktivitas, apabila ditinjau dari segi ekologi, sosial, dan
tekanan ekonomi dan sumber daya terbarukan. Tujuan dari sistem pertanian ini adalah
keberhasilan mengelola sumber daya lokal untuk pertanian dalam memenuhi perubahan
kebutuhan manusia , sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta
konservasi sumber daya alam. Sistem pertaninan ini berwawasan lingkungan dengan selalu
berhubungan dengan tanah, air, manusia, hean/ternak, makanan, pendapatan, dan kesehatan,
agar tetap lestari.

Dalam menjalankan sistem ini, perlu adanya pedoman dalam rangka pelaksanaan di
lapangan. Pedoman tersebut adalah Good Agriculture Practices (GAP). Adapun pedoman
atau standar ini dalam setiap usaha pertanin agar produksi yang dihasilkan memenuhi standar
nasional. Berdasarkan informasi dari pusat Sosial Kebijakan Ekonomi dan Kebijkan
Pertanian, Kementrian RI diketahui bahwa Good Agriculture Practices ( GAP) adalah sebuah
teknis penerapan sertifikasi proses produksi pertanian yang menggunakan teknologi maju
ramah lingkungan dan berkelanjuan, sehingga produk panen aman dikonsumsi, kesejahteraan
pekerja diperhatikan dan usaha tani memberikan keuntungan.

GAP telah diterapkan di Indonesia sejak tahun 2003 yang dimulai GAP dari
komoditas sayuran yang secara berangsur mewajibkan semua produk bahan pangan atau
untuk perdagangan global memiliki sertifikat GAP. ASEAN-GAP sendiri menekankan
terhadap empat komponen yaitu: Pertama keamanan konsumsi pangan, yang kedua
pengelolaan lingkungan yang benar, yang ketika keamanan, kesehatan dan kesejahteraan
pekerja lapang. Terakhir, Jaminan kualitas produk dan traceability produk bila diperlukan.
Penerapan GAP sesuai dengan cita-cita yang dihembuskan secara global bahwa setiap
aktivitas produsen hendaknya memperhatikan unsur keseimbangan alam demi masa depan

2
bumi dan manusia. GAP menuntut para produsen untuk menghasilkan produk yang aman
untuk dikonsumsi, selaras dengan sustainability untuk menghasilkan produk yang benar-
benar berkualitas.

Dalam menjalankan GAP dapat dilakukan dengan berbagai konsep sistem pertanian
berkelanjutan, salh satunya adalah LEISA. LEISA ( Low Exsternal Input Sustainable
Agriculture) merupakan suatu pilihan yang layak bagi petani da bisa melengkapi bentuk-
bentuk lain produksi pertanian. Karena sebagian besar petani tidak mampu untuk
memanfaatkan input buatan atau hanyadalam jumlah yang sangat sedikit, maka pertanina
pelu dipusatkan pada teknologi yang bisa memanfaatkan sumber daya lokal secar efisien.

Dalam melaksanakan GAP, LEISA memiliki beberapa prinsip dasar antara lain:

Menjamin kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman dengan pengelolaan


bahan organik dan peningkatan kehidupan dalam tanaha.
Optimalisasi ketersediaan unsur hara dan penyeimbangan arus unsur hara melalui
pengikatan nitrogen, pemompaan unsur hara, daur ulang dan pemanfaatan pupuk
buatan.
Minimalisasi kerugian akibat iklim dengan pengelolaan iklim mikro, air dan
pengendalian erosi.
Minimalisasi kerugian akibat OPT dengan cara yang aman.
Saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaannsumber dyaa genetik.

Adapun penggambaran teknologi praktis dari LEISA sesuai dengan prinsip dasar LEISA
sebagai berikut:

a. Prinsip dasar Pertama:


2. Penerapan prinsip LEISA yang ketiga dapat dilakukan dalam bentuk pengelolaan
iklim mikro berupa pertanian rumah kaca (greenhouse farming) atau pertanian rumah
kasa (screenhouse farming). Rumah kaca dapat dikatakan sebagai pengelolaan iklim
mikro. Beberapa jenis tanaman tidak dapat bertahan dalam iklim yang buruk, kalau
pun dapat bertahan tidak akan dapat diharapkan hasil panen yang optimal. Hal
tersebut dapat diatasi dengan budidaya seperti tanaman hortikultura di dalam rumah
kaca karena di dalam rumah kaca temperatur, penyinaran sinar, relatif kelembapan,
dan CO2 dapat dikendalikan apabila green house tersebut di kelola dengan baik.
Sedangkan screen house dapat memperbaikan teknik budidaya untuk tanaman

3
holtikultur, yaitu dengan menggunakan screen house atau rumah paranet. Konsep ini
lebih mengarah kepada metode protektif, maksudnya dari protektif disini adalah
tanaman- tanaman budidaya yang kita budidayakan ditanam didalam paranet, dan
paranet ini lebih melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit. Screen house
ini bukan asli berasal dari Indonesia, screen house ini adalah introduksi metode dari
eropa, dan sebenarnya ada alih fungsi dari screen house ini ketika sampai di
Indonesia. Fungsi sebenarnya dari screen house ketika di eropa adalah untuk menjaga
kondisi didalam screen house terjaga, suhu dan kelembabannya, karena memang
kondisi cuaca disana sangat ekstrim dan mereka berfikir bahwa screen house bisa
menjadi salah satu solusinya. Screen house ini adalah modifikasi dari green house, hal
ini dikarenakan mungkin green house terlalu mahal karena kassa/ paranet untuk
screen house relative lebih murah dibandingkan plastic UV untuk green house.
Metode budidaya yang dilakukan sama seperti metode budidaya professional yaitu
perencanaan, kemudian pemilihan benih, penyemaian (hanya untuk sayuran yang
memiliki benih kecil}), tanam, panen, dan pasca panen.
a. Pengelolaan Air
Perbedaan dalam ketersediaan air tanah dan kelembaban udara menjadi alasan
penting bagi perbedaan jenis vegetasi alam dan pertanian serta bagi tingkat produksi
biomassa. Petani bisa mempengaruhi ketersediaan air dan udara di dalam tanah
dengan memperbaiki struktur tanah dan kapasitas penyimpanan (misalnya melalui
pengelolaan bahan organik dan pengolahan tanah), dengan meningkatnya
kemampuan infiltrasi dan menurunkan penguapan (misalnya melalui pemulsaan dan
pengolahan tanah), dengan meningkatkan infiltrasi ke dalam tanah (misalnya
konservasi/pengumpulan air dan irigasi) atau dengan mengeluarkan kelebihan air dari
lahan (melalui drainase).
b. Pengendalian Erosi
Erosi anah dapat terjadi sebagai akibat aliran radiasi, angin atau air, dan
seringkali karena kombinasi ketiga-tiganya. Tanah sangat peka terhadap radiasi,
khususnya di daerah beriklim kering. Ketiga suhu tanah terlalu tinggi atau tanah
terlalu kering, misalnya setelah terjadi pengundulan dari vegetasi atau penutup
mulsa, kehidupan tanah menjadi terancam, pertumbuhan dan berfungsinya akar
menjadi tidak optimal, dan humus pada lapisan atas terurai.

4
Prinsip dasar LEISA kelima:
1. Mengintegrasikan pemiharaan unggas ( seperti ayam), pengelolaan tanaman
sayuran, serta pemeliharaan ikan (khususnya ika lele) dengan metode longyam
( balong-ayam). Penerapan konsep LEISA ini merupakan bentuk pertanian yang
berupaya mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia secara lokal
dengan mengombinasikan komponen yang berbeda dalam sistem lapang produksi
(tanaman, hewan, air, iklim dan manusia) sehingga komponen-komponen tersebut
saling melengkapi dan memmiliki pengaruh sinergik yang maksimal. Penerapan
sistem perternakan terpadu dengan konsep LEISA diharapkan mampu mensupply
kebutuhan makakan sehari-hari untuk meminimukan dana pembelian bahan pokok.
Selain itu, keberadaan peternakan terpadu ini dapat dijadikan media pembelajaran
untuk beternak dan bertani bersama-sama. Berdasarkan komponen-komponen
didalam sistem peternakan terpadu yang akan dilaksanakan, tanaman sayuran kan
menghasilkan produk samping berupa hijaun yang dapat digunakan sebgai pakan
ternak dan ikan, sedangkan kotoran ikan juga dapat digunakan untuk memupuk
tanaman. Seingga dari ketiga jenis kegiatan tersebut terdapat aliran energi/biomassa
yang berkelanjutan yang dapat menunjang konsep LEISA mengenai saling
melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumber daya genetik.

DAFTAR PUSTAKA

5
Adikarsa. 2008. Pertanian Berkelanjutan Dalam Menyongsong Pertanian
Masa Depan.
https://adikarsa.wordpress.com/2008/07/11/pertanian-
berkelanjutan-tawaran-model-pengembangan-sistem-
pertanian-yang-ramah-lingkungan-berkelanjutan-dalam-
menyongsong-pertanian-masa-depan/. Diakses tanggal 19
Maret 2017.

Andre, Ihda. Yanuar. S. 2016. Good Agriculture Practices (GAP) yang menggambarkan
Teknologi Praktis dan Prinsip Dasar LEISA.
https://id.scribd.com/doc/312564919/GAP-yang-Menggambarkan-Prinsip-Dasar-
Leisa. Diakses tanggal 20 Maret 2017.

Hutwan. 2011. Keanekaragam Hayati.


http://hutwansyarifuddin.blogspot.co.id/2011/11/leisa.html. Di akses tanggal 19
Maret 2017.

Sutanta, R. 1995. Pengembangan Pertanian Berwawasan Lingkungan Dalam Menyongsong


Pertanian Masa Depan. Buletin Tani Lestari No.6 Tahun III. Hal. 6-10.

Anda mungkin juga menyukai