Anda di halaman 1dari 4

1.

Pembahasan
- Kondisi umum lahan (komoditas, jarak tanam, OPT yang ditemui, musuh alami
yang ditemui)
Padi yang ditanam pada lahan merupakan komoditas Padi IR-64 dengan pola
tanam monokultur. Lahan ini memiliki luas lahan 400 m2 dengan jarak tanam 20x20 cm.
Umur tanaman padi saat awal pengamatan adalah sekitar 30 HST. Lahan padi ini
menggunakan pestisida jika di perlukan. Pupuk yang digunakan di lahan ini adalah pupuk
ponska kandang. Lahan yang akan digunakan terlebih dahulu akan diairi sampai dengan
tergenang. Lahan harus dalam keadaan datar agar air tidak tergenang di permukaan tanah
yang selanjutnya akan ditanami. Proses pengolahan tanah Pengolahan tanah yang
dilakukan pada masa tanam 1 dan 2 sama-sama diolah menggunakan traktor. Traktor
tersebut didapatkan petani dari hasil menyewa. Pengolahan tanah dilaksanakan 2 minggu
setelah panen masa tanam sebelumnya. Bibit yang dipakai merupakan padi inbrida yaitu
IR-64. Bibit padi tersebut dinilai petani lebih adaptif terhadap iklim yang tidak menentu.
Menurut Oktaviani (2019) secara keseluruhan benih padivarietas IR 64 memiliki
keunggulan antara lain 1) tahan rebah, 2) Ketersediaan benih yang banyak dan 3) umur
tanaman yang lebih pendek namun benih padi varietas IR 64 jugamemiliki kelemahan
antara lain 1) produktivitas dan 2) harga GKGnya yang lebih rendah. Benih sebelum
disemai direndam dan diseleksi terlebih dahulu, benih yang tenggelam akan dijadikan
sebagai benih untuk disemai. Persemaian dilakukan hanya selama 7 hingga 15 hari.
Tanah harus disiram agar selalu lembab setiap hari, sehingga benih dapat tumbuh dan
berkembang dengan lebih baik. Penanaman dilaksanakan dengan bantuan tenaga kerja
dari luar keluarga. Dalam menanam, petani memilih untuk memperkerjakan tenaga kerja
wanita. Penanaman tersebut dilaksanakan setelah lahan dan bibit telah siap dari segi
waktu, umur bibit, dan juga cuaca. Penanaman dilakukan setelah benih telah tumbuh 7
hingga 15 hari setelah semai. Benih akan dipindahkan ke lahan secara hati-hati. Pada saat
proses penanaman, harus diperhatikan supaya gabah padi tidak sampai lepas dari
bibitnya. Petani melakukan pemupukan padi menggunakan pupuk urea dan NPK.
Menurut Kriswantoro et al. (2016)
kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup
beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan
pupuk tunggal

Petani tidak menggunakan pupuk organik karena dinilai tidak efektif dan menghabiskan waktu.
Pengairan yang ada pada lahan menggunakan irigasi yang didapat dari sumber mata air.
Penyiangan dilakukan secara berkala melihat adanya gulma yang tumbuh. Kegiatan pemupukan
ditujukan untuk menambah unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman padi, penyiangan
dilakukan agar gulma tidak tumbuh mengganggu pertanaman, sedangkan pengairan dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan padi selama kegiatan tanam berlangsung. Pengendalian hama dan
penyakit tanaman berbeda-beda prosesnya, didasarkan pada hama ataupun penyakit tanaman
padi apa yang menyerang. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu akan membuat
tanaman padi tetap sehat. Petani memilih menebaskan padinya ketika memasuki masa panen. Hal
tersebut dinilai efektif karena tidak membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk melakukan
panen. Biasanya akan ada pihak yang datang untuk menawarkan sistem tebas. Harga akan
disepakati oleh kedua belah pihak (penebas dan petani). Panen dilakukan apabila padi terlihat
dalam kondisi matang panen. Setelah dipanen menggunakan sabit, padi akan dirontokkan
menggunakan mesin perontok. Setelah itu, hasil gabah akan dimasukkan ke dalam karung.
- Indentifikasi hama yang diamati dan intensitas serangannya
Menurut Javandira et al. (2020) Serangan hama walang sangit merupakan
serangga yang menyerang bulir pada tanaman padi yang menjadi hampa, serangan
hama walang sangit biasanya terjadi pada fase generatif atau masak susu. Menurut
Putra dan Zein (2016) keong mas (Pomacea canaliculata) merupakan salah satu
hama utama tanaman padi dengan cara merusak tanaman dengan memakan jaringan
tanaman. Bekas potongan daun dan batang padi yang diserangnya terlihat
mengambang.
- Indentifikasi penyakit yang diamati dan intensitas serangannya
Padi (Oryza sativa L.) di Indonesia merupakan komoditas strategis yang
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi dan budaya serta
politik. Hingga saat ini padi atau beras masih berperan sebagai pangan utama dan
bahkan sebagai sumber perekonomian sebagian besar penduduk di pedesaan.
Menurut Syamsiah (2019) penyakit yang sering menyerang tanaman padi
diantaranya adalah hawar daun bakteri atau bacterial leaf blight (BLB). Menurut
Tridesianti et al. (2016) penyakit hawar daun bakteri merupakan salah satu
penyakit utama pada tanaman padi yang selama ini membatasi produksi padi
sawah. Penyakit ini dapat menginfeksi tanaman padi sejak fase vegetatif hingga
fase generatif.

- Analisis ambang ekonomi dan rekomendasi pengendaliannya


Ambang Ekonomi adalah kerapatan populasi hama atau persentase kerusakan
akibat hama yang membutuhkan tindakan pengendalian untuk mencegah
meningkatnya populasi hama yang dapat mencapai tingkat luka ekonomis. Jika
serangan sudah melewati ambang ekonomi maka diperlukan pengelolaan hama dan
penyakit tanaman secara lebih intens. Analisis ambang ekonomi lahan padi dapat
dilihat berdasarkan intensitas serangan hama walang sangit dan penyakit Hawar Daun
Bakteri.
Persentase intensitas serangan hama walang sangit pada lahan padi tertinggi
ada pada minggu kedua yaitu mencapai angka 63,33%. Ambang ekonomi hama
walang sangit jumlah imago atau nimfa ≤ 10 ekor per m 2. Sehingga jika dalam satu
meter persegi lahan padi terdapat lebih dari 10 ekor walang sangit maka populasi
hama sudah melewati ambang ekonomi. Rata-rata jumlah populasi walang sangit 18
individu/petak menyebabkan keparahan serangan 51,81%. Sehingga jika dilakukan
perbandingan, jumlah individu yang ada pada lahan berkisar sebanyak 22 individu,
dan sudah melewati ambang ekonomi. Maka dari itu populasi walang sangit pada
lahan padi perlu untuk dikendalikan. Menurut Buida (2021) pengendalian walang
sangit dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu secara hayati penggunaan musuh
alami maupun secara mekanis dengan menggunakan perangkap. Penggunaan
perangkap bangkai didasari oleh kebiasaan walang sangit yang tertarik dengan bau
busuk.
Persentase intensitas penyakit Hawar Daun Bakteri padi tertinggi ada pada
minggu kedua dan ketiga, yaitu mencapai angka 36,67%. Penyakit penting pada
pertanaman padi adalah penyakit hawar daun bakteri (HDB). Menurut Sandy et al.
(2019) penyakit yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo)
sangat dikhawatirkan oleh para petani di Indonesia karena dapat merusak pertanaman
padi pada semua fase pertumbuhan, mulai dari persemaian hingga menjelang panen.
Penyakit hawar daun merupakan penyakit penting pada tanaman padi sawah di
negara-negara penghasil padi di dunia, termasuk Indonesia. Dengan luas lahan
terserang sekitar 5 ha dari total luas lahan 43 ha. Ambang serangan penyakit hawar
daun padi (HDB) adalah 20% pada dua minggu sebelum panen. Di atas ambang
tersebut setiap kenaikan keparahan penyakit 10% akan meningkatkan kehilangan
hasil 5-7%. Sehingga infeksi Hawar Daun Bakteri pada padi sudah menyebabkan
kerusakan yang melewati ambang ekonomi, karena intensitas serangan sudah
melewati ambang yaitu 20%. Oleh karena itu penyakit Hawar Daun Bakteri pada padi
juga perlu untuk dilakukan pengendalian lebih lanjut.

Buida, R. K., Kandowangko, D., & Montong, V. B. (2021). Pengendalian Hama Walang
Sangit (Leptocorisa Acuta Thunb.) dengan Menggunakan Perangkap Bangkai
Ikan dan Keong Pada Tanaman Padi. In COCOS (Vol. 7, No. 7).
Javandira, C., Suryana, I. M., Widiatmika, I. G. L. A. A., Ekantara, P. A. W., Rahayu, N.
W., & Putra, K. Y. M. (2020). Pengenalan LECOATRAP (Leptocorisa oratorius
Trap) sebagai Solusi Pengendalian Hama Walang Sangit di Subak
Umalayu. WIDYABHAKTI Jurnal Ilmiah Populer, 3(1), 130-135.
Kriswantoro, H. K., Safriyani, E., & Bahri, S. (2016). Pemberian Pupuk Organik Dan
Pupuk Npk Pada Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Klorofil:
Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Pertanian, 11(1), 1-6.
Oktaviani, D. A. (2019). Analisis Karakteristik dan Kepuasan Petani Padi Terhadap
Atribut Benih Padi Varietas Unggul Di Kabupaten Pasuruan Jawa
Timur. Agrotechbiz, 6(1), 12-25.
Putra, S., & Zein, S. (2016). PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK SERAI
(Andropogon nardus) TERHADAP MORTALITAS HAMA KEONG MAS
(Pomaceacaniculata L.). BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan Biologi), 7(1).
Sandy, G., Ratih, S., Suharjo, R., & Akin, H. M. (2019). Pengaruh Trichoderma sp.
sebagai agen peningkatan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar
daun. Jurnal Agrotek Tropika, 7(3), 423-432.
Syamsiah, M. (2019). Efektifitas aplikasi Paenibacillus polymyxa dalam pengendalian
penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi varietas
Mekongga. Agroscience, 5(1), 24-28.
Tridesianti, S., Akhdiya, A., & Wahyudi, A. T. (2016). Formulasi Bakteri Filosfer Padi dan
Aplikasinya untuk Mengendalikan Penyakit Hawar Daun Bakteri. Jurnal
Fitopatologi Indonesia, 12(6), 191-191.

Anda mungkin juga menyukai