Anda di halaman 1dari 8

PENGOLAHAN TANAH DAN AIR

PENGOLAHAN TANAH GARAMAN

DISUSUN OLEH:

WILLY CHANDRA PRASETYA

(H0719183)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengolahan Tanah adalah proses mengolah tanah, dimana tanah
digemburkan dan dilembekan dengan menggunakan alat pengolahan tanah
seperti bajak atau garu. Tujuan dari proses pengolahan tanah adalah supaya
kerak tanah dapat teraduk sehingga udara dapat menyentuh tanah lebih
dalam, dengan begitu lewat upaya pengolahan tanah diharapkan lahan
budidaya akan subur sehingga tanaman budidaya akan tumbuh dengan baik
dan produksi menjadi optimal.Pengolahan tanah merupakan salah satu
aspek terpenting yang harus dilakukan dalam kegiatan budidaya tanaman.
Tanpa pengolahan tanah yang baik, budidaya tanaman tidak dapat dilakukan
dengan benar dan hasilnya tidak akan optimal.
Salinitas tanah adalah jumlah kadar garam yang berada di tanah.
proses peningkatan kadar garam pada tanah disebut dengan salinisasi.
Tanah garam berarti adalah tanah yang memiliki kadar garam yang tinggi.
Tanah garam disebut juga sebagai tanah salin. Kandungan larutan garam
pada tanah salin dapat berpengaruh buruk pada pertumbuhan tanaman dan
mengganggu hasil produksi budidaya tanaman. Tanah garam ini biasanya
ditemukan di sekitar pantai yang dekat dengan air laut, atau tempat yang
memiliki keadaan kering. Sulit unutuk melalukan kegiatan budidaya
tanaman di daerah tanah garaman. Namun menanam tanaman di tanah
garaman tidak lah mustahil. Terdapat beberapa tanaman yang toleran
dengan kondisi tanah tersebut. Lahan dengan tanah garaman juga dapat
dilakukan proses pengelolaan tanah untuk dapat dimanfaatkan jadi lahan
budidaya. Pada tugas paper kali ini akan membahas mengenai sifat dan ciri
tanah garam, kendala yang dihadapi jika melakukan kegiatan budidaya pada
tanah tersebut, dan teknik pengolahan tanah garaman.
B. Tujuan
Tujuan dari tugas paper Pengolahan tanah dan Air yang mengenai
pengapuran di tanah masam dan dampaknya pada tanaman:
1. Mengetahui dan memahami sifat dan ciri tanah garam.
2. Mengetahui kendala tanah garam.
3. Mengetahui cara pengelolaan tanah garam.
II. PEMBAHASAN

Tanah salin atau disebut juga tanah garaman adalah tanah yang mempunyai
kadar garam yang netral terlarut dalam air. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan
kebanyakan tanaman.Tanah salin biasanya ditemukan di dua tipe daerah, yakni
daerah sekitar pantai yang memiliki cekaman salinitas yang disebabkan oleh intrusi
air laut serta daerah arid dan semi arid yakni salinitas yang disebabkan oleh
evaporasi air tanah atau air permukaan. Salinisasi terjadi pada saat terjadi proses
penimbunan garam mudah larut dalam tanah dan pada saat yang sama jumlah H2O
yang berasal presipitasi tidak cukup untuk menetralkan jumlah H2O yang hilang
oleh evaporasi dan evapotranspirasi. Artinya, sewaktu air garam yang terlarut di
tanah diuapkan ke atmosfer, garam-garam tetap tertinggal dalam tanah sehingga
tanah menjadi tanah garaman.
Akumulasi garam berlebih, terutama pada bagian permukaannya,
disebabkan oleh perpindahan garam melalui proses kapilaritas dari bagian di dalam
tanah yang mengandung air dengan garam terlarut, ke permukaan. Proses evaporasi
menarik air dari dalam tanah ke permukaan, dan air yang menguap meninggalkan
garam di permukaan tanah. Garam yang terkonsentrasi juga bisa berasal dari pupuk
kimia. Salinisasi adalah proses yang diakibatkan oleh: tingginya kadar garam pada
perairan, fitur lanskap yang menyebabkan garam berpindah melalui pergerakan air
tanah, faktor iklim yang menyebabkan akumulasi garam, dan aktivitas manusia
seperti tebang habis, irigasi, akuakultur, dan penggaraman untuk melelehkan salju
dan es. Terdapat tiga macam tanah garaman. Pertama tanah salin, tanah dengan
kadar garam larut netral yang tinggi. Kedua, tanah alkali adalah tanah yang kadar
natriumnya tinggi dan pH tanahnya tinggi. Ketiga adalah tanah salin-alkali.
Kendala tanah garaman adalah dapat mempengaruhi dan memperlambat
perkecambahan. Larutan hipertonik terhadap sel sehingga dapat menyebabkan
plasmolisis karena kondisi air di luar yang lebih hipertonik sehingga air dalam sel
tanaman akan keluar sehingga tanaman akan kekeringan dan layu, kemudia mati.
Tanah garaman adalah tanah yang tinggi akan unsur N dan Cl sehingga kendala
terbesar pemanfaatan tanah salin adalah karena kadar NaCl terlarut yang tinggi
sehingg tanaman dapat keracunan Na dan Cl. Tanah garaman juga dapat
menurunkan ketersediaan air tanaman dan mempengaruhi keseimbangan unsur
yang lain. Tanah garaman juga memiliki sifat fisik tanah yang tidak baik.
Pemanfaatan tanah garaman untuk melakukan kegiatan budidaya tanaman
dapat dilakukan. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan cara
melakukan pengelolaan tanah. Manajemen terpenting dalam mengelola lahan salin
adalah
1) Menyediakan media tanam yang memfasilitasi drainase dan kapilaritas
air dan larutan garam dalam kolom tanah, pemilihan
amelioran/amandemen yang mampu mengendapkan garam terlarut
sehingga tidak meracuni tanaman, melonggarkan pertikel padat agar
ruang pori meningkat sehingga mengkontribusi pergerakan air dan hara.
2) pemilihan pupuk yang tidak menambah konsentrasi garam dan pH
Tanah. Contohnya menghindari penggunaan NaCl, CaCO3, dan
dolomit. Disarankan menggunakan ZA dibaning Urea sebagai sumber
N karena ZA lebih masam disbanding Urea, sehingga mengkontribusi
penurunan pH Tanah.
3) Terakhir, kontrol EC air irigasi merupakan hal penting agar tidak
menambah konsentrasi garam dalam larutan Tanah. Pemindahan Na dan
Ca dengan menggunakan bahan pengubah tanah seperti garam kalsium
(GIBS), belerang, asam belerang, besi sulfat, dan batuan kapur. Cara
untuk menentukan kebutuhan zat adalah apabila efisiensi pemindahan
Na adalah 100%, kedalam tanah 12 inchi. Kebutuhan GIBS (ton/acre
foot tanah). GIBS = 1,7 . NaX. Dimana NaX adalah jumlah Na tertukar
yang dipindahkan oleh Ca per 100 gr tanah.
Pencucian tanah dapat dilakukan dalam pengolahan tanah garam. Pencucian
adalah pemisahan kontaminan dari partikel tanah menggunakan zat kimia tertentu.
Pengelolaan lain adalah dengan menggunakan teknologi masukan rendah.
Teknologi masukan rendah adalah pemanfaatan sumber daya non hayati dan hayati
seefisien mungkin sebagai masukan pad sistem bertani yang sudah ada. Langkah
yang dapat dilakukan untuk mengaplikasikan teknologi masukan rendah adalah:
1) Pemilihan tanaman toleran pada berbagai tanah garaman juga
menentukan keberhasilan budidaya.
2) Pengurangan penguapan.
3) Seleksi untuk mendapatkan tanaman toleran.
4) Penanaman dengan sistem tumpang sari untuk menghindari kegiatan
budidaya gagal.
5) Penanaman dengan sistem surjan.
Sistem budi daya surjan (atau sistem surjan saja) adalah salah satu sistem
pertanaman campuran yang dicirikan oleh perbedaan tinggi permukaan bidang
tanam pada suatu luasan lahan. Perbedaan ketinggian ini minimal 50 cm. Dalam
sistem surjan, bidang yang rendah disebut "lembah" dan yang tinggi disebut
"bukit". Lembah biasanya ditanami padi pada musim hujan. Pada musim kemarau,
lembah ditanami palawija untuk memanfaatkan sisa kelembaban air yang tersisa.
Bagian bukit dapat ditanami bermacam-macam komoditi. Intinya jika menerapkan
teknologi masukan rendah maka menggunakan seleksi tanaman yang toleran seperti
padi tahan garam, dan jika menerapkan teknologi masukan tinggi maka dilakukan
dengan cara menambah GIBS.
III. KESIMPULAN
Tanah salin atau disebut juga tanah garaman adalah tanah yang
mempunyai kadar garam yang netral terlarut dalam air. Hal ini dapat
mengganggu pertumbuhan kebanyakan tanaman. Kendala tanah garaman
adalah dapat mempengaruhi dan memperlambat perkecambahan. Larutan
hipertonik terhadap sel sehingga dapat menyebabkan plasmolisis. Pemanfaatan
tanah garaman untuk melakukan kegiatan budidaya tanaman dapat dilakukan
dengan pengolahan tanah. Jika menerapkan teknologi masukan rendah maka
menggunakan seleksi tanaman yang toleran seperti padi tahan garam, dan jika
menerapkan teknologi masukan tinggi maka dilakukan dengan cara menambah
GIBS.
DAFTAR PUSTAKA
Alif, Muhammad. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Bogor: PT Swadaya.
Fiqri, Amrullah., Nurul Muddarisna., dan Eko Handayanto. 2017. Pengelolaan
Kesuburan Tanah. Malang: UB Press.
Handayanto, Eko. 2017. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Malang: UB Press

Anda mungkin juga menyukai