Oleh
Pengelolaan tanah dan air di lahan rawa sangat berbeda dibanding dengan lahan
kering, baik lebak maupun air. Teknologi pengelolaan tanah dan air (soil and water
management) merupakan kunci utama keberhasilan usahatani pertanian di lahan rawa
pasang surut. Apabila dapat mengendalikan keluar masuknya air ke lahan maka sudah
dapat dipastikan usahatani itu akan mendekati keberhasilan. Namun sebaliknya, bila tata
air tidak bisa dikuasai maka kegagalan yang akan diperoleh.
Pengolahan tanah
Pemupukan di lahan rawa dapat mengacu kepada hasil penelitian di lahan rawa
pasang surut telah diketemukan, dosis-dosis anjuran untuk beberapa komoditas sesuai
dengan tipologi lahanya. Untuk tanaman padi pada lahan potensial berkisar antara 45-45-
50 sampai 90-45-50 kg/ha (NP2O5-K2O), sedangkan untuk lahan sulfat masam dan
bergambut adalah 90 kg N/ha, 45 kg P2O5/ha, dan 75 kg K2O/ha. Pupuk N berupa Urea
pril diberikan 3 kali, yaitu 1/3 dosis pada saat tanam, 1/3 pada umur tanaman 28 hari
setelah tanam, dan sisanya pada umr tamaman 42 hari setelah tanam. Pupuk P dan K
diberikan sekaligus pada waktu tanam.
Pembuatan dan pengaturan tata air makro yang menjadi wewenang dan tanggung
jawab Kementerian PUPR, mulai dari saluran primer, sekunder dan tersier sangat
mempengaruhi kondisi tanah di lahan pertanian. Pembuatan saluran yang terlalu dalam dan
lebar akan mempercepat proses drainase, dan pada musim kemarau air tanah cukup dalam
sehingga menyebabkan tanah akan menjadi kering. Keadaan ini akan sangat berbahaya
untuk tanah gambut dan tanah Sulfat Masam. Pada tanah gambut penurunan permukaan air
tanah secara berlebihan (overdrain) akan menyebabkan gambut mengering tak balik atau
mati dan penurunan permukaan tanah gambut (subsidence) terlalu cepat (Widjaja-Adhi,
1988). Di beberapa lokasi lahan gambut pertanam kalapa sawit miring bahkan rubuh dan
tumbuh lagi, tidak teratur sehingga mengurangi efektifitas sinar matahari, yang
mengakibatkan penurun hasil sawit, sehingga pada saluran sekunder perlu
mempertahankan kondisi air tidak kurang dari 50 cm dari permukaan.
Pada tanah sulfat masam akan menyebabkan terjadinya oksidasi pirit, dan pada saat
hujan datang terjadi proses pemasaman sehingga dapat meracuni tanaman dan biota
lainnya. Oleh karena itu, dalam pembuatan saluran harus memperhatikan kondisi fisiografi,
topografi dan hidrologi dikawasan pasang surut tersebut, yang menjadi latar belakang dari
kegagalan proyek PLG.
Pengelolaan air di tingkat saluran tersier sangat berpengaruh terhadap tata air mikro
di lahan pertanian, kesalahan dalam mengatur tata air di saluran tersier akan menyebabkan
kegagalan panen karena air tidak sampai ke lahan. Oleh karena itu, pengaturan tata air
mikro di lahan petani sangat berkaitan dengan tipe luapan air pasang. Masing -masing tipe
luapan memiliki kendala yang berbeda sehingga teknologi yang diterpakan juga berbeda.
Jika saluran tersier berada pada tipe luapan A, maka di lahan petani bisa diatur sistim aliran
satu arah (one way flow system). Pada tipe luapan B dapat diatur sistim aliran satu arah
plus tabat (sistak), jika pada tipe luapan C maka sistim tabat, dan jika berada pada tipe
luapan D maka dapat dilakukan sistim tabat plus irigasi tambahan dari kawasan tampung
hujan yang berada di ujung tersiernya (Suriadikarta et al., 1999). Sistem aliran satu arah
Dengan kata lain sistem satu arah Bila satu saluran tersier berfungsi sebagai
saluran pemasukan (inlet), maka saluran tersier sebelahnya berfungsi sebagai saluran
pengeluaran (outlet). Sedangkan sistim dua arah (two way flow system), adalah aliran air
yang masuk dan keluar melalui saluran tersier yang sama. Model pintu saluran tersier
maupun kwarter pada tipe luapan A biasanya merupakan pintu ayun (flapgate), dan pintu
pemasukan membuka ke dalam, air pasang dapat masuk, tetapi bila surut pintu menutup
sehingga air tidak dapat keluar. Sedangkan pintu saluran pengeluaran membuka keluar,
sehingga di waktu air surut air keluar, tetapi di waktu pasang pintu menutup sehingga air
tidak masuk.
Saluran kwarter ini merupakan batas kepemilikan lahan perlu ditata sesuai dengan
tata air yang dilaksanakan di wilayah tersier tersebut. Sistem surjan adalah salah satu usaha
penataan lahan untuk melaksanakan diversifikasi tanaman di lahan rawa. Guludan dibuat 3-
5 m dan tinggi 0,5-0,6 m, sedang tabukan dibuat dengan lebar 15 m, dengan demikian
setiap ha dapat dibuat guludan 6-10, dan 5-9 tabukan. Tabukan biasanya ditanami padi
sawah, baik lokal maupun unggul sedangkan guludan ditanami palawija, sayuran, buah-
buahan, atau tanaman industri seperti kencur, kopi, dan kelapa. Dalam pengembangan
sistem surjan menganjurkan penataan dan pola pemanfaatan lahan rawa pasang surut
berdasarkan tipologi lahan dan tipe luapan.
Secara umum, pada lahan dengan tipe luapan A dianjurkan ditata sebagai sawah,
tipe luapan B ditata sebagai sawah sistem surjan, tipe luapan C ditata sebagai sawah tadah
hujan atau surjan bertahap, dan tipe luapan D sebagai sawah tadah hujan atau tegalan atau
perkebunan.
Untuk lahan Gambut, selain memperhatikan tipologi lahan dan tipe luapan, tanah
gambut perlu memperhatikan lapisan di bawah gambut (bahan substratum), yaitu pasir
kuarsa, atau tanah sulfat masam, sehingga lapisan di atasnya harus dipertahankan.
Sejarah.
Arang sangat berpengaruh terhadap Kesehatan tanah terutama arang aktif karena memiliki
beberapa manfaat diantaranya :
1. Arang aktif dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan hayati tanah.
3. Pada tanah berliat, arang aktif dapat membantu menurunkan kekerasan tanah dan
mempertinggi kemampuan pengikatan air tanah, sehingga berpengaruh terhadap
peningkatan aktivitas mikroorganisme tanah.
4. Di dalam tanah, arang aktif memainkan peranan sebagai shelter atau rumah untuk
mikroorganisme.
5. Pori-pori kecil pada karbon aktif digunakan sebagai tempat tinggal bakteri,
Sehingga dapat meningkatkan jumlah bakteri dan bakteri fiksasi nitrogen
(Azotobacter) di dalam tanah terutama di sekitar akar tanaman pangan.
Selain itu arang aktif memiliki fungsi lain yang sangat penting terhadap lingkungan.
Penggunaan arang aktif berperan untuk menurunkan residu pestisida dalam tanah
(Penurunan residu pestisidada berarti meningkatkan kualitas pangan sekaligus kualitas
lingkungan, sehingga pangan lebih aman dikonsumsi dan lebih menyehatkan manusia.
Manfaat lansung dari penggunaan arang aktif di lahan pertanian adalah dapat
mengurangi pencemaran air permukaan di sungai/kali yang dapat mengganggu kehidupan
organisme air dan kesehatan manusia, mengurangi residu pestisida dan logam berat pada
produk pertanian, mengurangi limbah pertanian dan memberikan nilai tambah dari limbah
pertanian.
Pengaplikasian arang aktif sangat lah mudah, bisa diberikan kapan saja, namun sebaiknya
diberikan pada saat pengolahan tanah agar tercampur secara marata kedalam tanah dengan
Daftar Pustaka :
Hartatik, W., K. Idris, S. Sabiham, S. Juniwati, dan J.S. Adiningsih. 2004. Pengaruh
pemberian fosfat alam dan SP-36 pada tanah gambut yang diberi bahan ameliorant tanah
mineral terhadap serapan P dan dan efisiensi pemupukan P. Dalam Prosiding Kongres
Nasional VIII. HITI. Universitas Andalas Padang.
Mawardi 2018. Luapan Lumpur Lahan Rawa Pasng Surut untuk Meningkatkan Produksi
Padi di Kawasan Hilir Sungai Barito Kalimantan Selatan. Diertasi. Program Pasca Sarjana.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Siti Jamilatun, Martomo Setyawan. 2014. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung
Kelapa dan Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair. Journal Management sistem.
Spektrum Industri, 2014, Vol. 12, No. 1, 1 – 112 ISSN : 1963-6590
Suriadikarta, D.A. 1996. Reklamasi tanah sulfat Masam untuk Usaha Tambak.
Diesertasi. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Widjaja-Adhi. I P.G. 1986. Pengelolaan lahan rawa pasang surut dan lebak. Jurnal
Badan Litbang Pertanian V(1):1-9.
Widjaja-Adhi,I P.G. 1995a. Pengelolaan Tanah dan Airdalam pengembangan sumber daya
lahan rawa untuk usaha tani berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Makalah
disampaikan pada pelatihan calon pelatih untuk pengembangan pertanian di daerah pasang
surut. 26-30 Juni 1995. Karang Agung Ulu Sumatera Selatan.
BAB I PENDAHULUAN
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah salah satu program pemerintah dalam
meningkatkan akses pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
yang disalurkan melalui lembaga keuangan dengan pola penjaminan. Program KUR
dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan permodalan usaha dalam rangka
pelaksanaan kebijakan percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan
UMKM. Atau berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha
Rakyat, Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau
investasi kepada debitur individu/perseorangan, badan usaha dan/atau kelompok
usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau
agunan tambahan belum cukup.
Pada tahun 2022 target pemerintah menyediakan dana subsidi bunga sebesar
Rp. 373 triliun untuk Program KUR, dalam upaya mendorong kenaikan pertumbuhan
ekonomi nasional. Alokasi program KUR ini diharapkan dapat meningkatkan pemberian
kredit kepada usaha mikro dan kecil, khususnya di sector pertanian. Memperhatikan
Permenko Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha
Rakyat, Kredit Usaha Rakyat (KUR), Permenko Nomor 2
Tahun 2022 Tentang Perlakuan Khusus Bagi Penerima Kredit Usaha Rakyat Terdampak
Pandemi Corona Virus Disease 2019, Kementerian Pertanian menindak lanjuti dengan
membuat Pedoman Umum Fasilitasi Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sector
Pertanian Tahun 2022 berisi didalamnya Permentan Nomor 03 Tahun 2021 Tentang
Fasilitasi Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sektor Pertanian yang
ditandatangani oleh Menteri Pertanian Pada tanggal 29 Januari 2021.
Kredit Usaha Rakyat Sektor Pertanian yang selanjutnya disebut KUR adalah
kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur individu/perseorangan,
badan usaha dan/atau kelompok usaha produktif dan layak serta belum memiliki agunan
tambahan atau agunan tambahan belum cukup. Penerima KUR sebagaimana dimaksud
merupakan usaha produktif dan layak dibiayai di seluruh sektor ekonomi yang
menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memberikan nilai tambah dan/atau
meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha.
b. meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah; dan
b. usaha mikro, kecil, dan menengah dari anggota keluarga dari karyawan/karyawati
yang berpenghasilan tetap atau bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia;
d. usaha mikro, kecil, dan menengah di wilayah perbatasan dengan negara lain;
e. usaha mikro, kecil, dan menengah pensiunan Pegawai Negeri Sipil, Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang
telah memasuki masa persiapan pensiun;
f. usaha mikro, kecil, dan menengah bukan Aparatur Sipil Negara, Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
BAB III
Penyalur KUR adalah Lembaga Keuangan atau Koperasi yang ditunjuk untuk
menyalurkan KUR, Penyalur KUR sebagaimana dimaksud harus memenuhi persyaratan.
Ketentuan mengenai persyaratan. Dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pelaksanaan KUR. Dimana pendanaan untuk penyaluran KUR bersumber dari
dana Penyalur KUR. Lembaga penyalur KUR antara lain:
b. Koperasi adalah koperasi simpan pinjam (KSP) dan/ atau koperasi simpan pinjam
syariah (KSPS) yang diawasi oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang koperasi dan usaha kecil dan menengah.
Berdasarkan Permentan No 3 Tahun 2021 ada beberapa jenis KUR yang dapat disalurkan
kepada masyarakat penerima KUR, antara lain:
a. KUR Mikro: KUR mikro diberikan dengan jumlah paling banyak Rp. 50.000. 000 (lima
puluh juta rupiah) setiap Penerima KUR
b. KUR Kecil. KUR Kecil Merupakan KUR dengan plafon di atas Rp50 juta sampai
dengan Rp500 juta. Pada fase ini, usaha mikro akan didorong untuk mengembangkan
usahanya dan bertransformasi menjadi usaha kecil dan menengah. Setelah mengakses
KUR Kecil, maka UMKM tersebut dianggap telah dapat secara mandiri mengakses
kredit/pembiayaan dengan skema komersial dari lembaga keuangan formal. Sesuai
ketentuan terbaru, kredit/pembiayaan dengan plafon maksimal Rp100 juta tidak
dipersyaratkan adanyaagunan tambahan.
c. KUR Khusus. KUR Khusus Merupakan KUR dengan plafon sampai dengan Rp500 juta
per Penerima KUR. Adapun KUR Khusus ini diberikan kepada penerima KUR yang
tergabung dalam suatu kelompok yang memiliki mitra usaha. Skema ini diberikan
kepada kelompok yang dikelola secara bersama dalam bentuk klaster dengan
menggunakan mitra usaha untuk komoditas perkebunan rakyat, peternakan rakyat,
perikanan rakyat, industri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, atau komoditas sektor
produktif lain yang bisa dikembangkan menjadi KUR khusus.
d. KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Merupakan KUR dengan plafon sampai
dengan Rp25 juta per Penerima KUR. Skema ini diberikan dalam rangka pembiayaan
penempatan bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan dan peserta magang di luar
negeri.
Pemerintah menetapkan suku bunga KUR lebih rendah dibandingkan suku bunga jenis
kredit lainnya, rinciannya:
A. Latar Belakang
Usaha pertanian pada sektor usaha tani padi memiliki risiko ketidakpastian yang cukup besar.
Salah satunya adalah gagal panen yang disebabkan oleh perubahan iklim seperti banjir,
kekeringan, dan serangan organisme pengganggu tanaman. Untuk meminimalisir kerugian
akibat gagal panen, pemerintah menyediakan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
B. Tujuan
Asuransi usaha tani padi diselenggarakan untuk melindungi petani dengan memperoleh ganti
rugi apabila mengalami gagal panen. Risiko ketidakpastian yang ditanggung oleh AUTP
antara lain banjir, kekeringan, serta serangan hama dan OPT.
AUTP diharapkan mampu memberikan perlindungan terhadap risiko ketidakpastian yang
dihadapi oleh petani padi. Asuransi usaha tani padi ini akan menjamin petani untuk
mendapatkan modal kerja dari klaim asuransi. Jaminan perlindungan asuransi tersebut dapat
digunakan oleh petani untuk membiayai modal pertanaman di musim berikutnya.
C. Mekanisme
Waktu pendaftaran dapat dimulai paling lambat satu bulan sebelum musim tanam dimulai.
Kelompok tani didampingi PPL dan UPTD kecamatan mengisi formulir pendaftaran sesuai
dengan formulir yang telah disediakan.
Premi Asuransi Usaha Tani Padi saat ini 3 %. Berdasarkan besaran biaya input usaha tani padi
sebesar enam juta rupiah per hektar per musim tanam, yaitu sebesar 180 ribu rupiah per hektar
per musim tanam. Bantuan pemerintah saat ini sebesar 80% sebesar 144 ribu rupiah per hektar
per musim tanam, dan saat ini petani harus membayar premi swadaya 20 % proporsional,
sebesar 36 ribu rupiah per hektar per musim tanam.
Kelompok tani membayar premi swadaya sebesar 20% proporsional sesuai luas area yang
diasuransikan. Bukti transfernya akan diperoleh, untuk kemudian diserahkan kepada petugas
asuransi yang akan mengeluarkan bukti asli pembayaran premi swadaya dan sertifikat
asuransi kepada kelompok tani.
UPTD membuat rekapitulasi peserta asuransi berikut kelengkapannya, bukti pembayaran
premi swadaya untuk disampaikan ke dinas pertanian kabupaten atau kota yang menjadi dasar
keputusan penetapan peserta asuransi definitif.
Dinas pertanian kabupaten atau kota membuat daftar peserta asuransi definitif, kemudian
menyampaikan ke Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dengan tembusan dinas
pertanian propinsi. Dinas pertanian propinsi membuat rekapitulasi dari masing-masing
kabupaten atau kota dan menyampaikan ke Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian untuk proses bantuan premi 80 %.
Perusahaan asuransi pelaksana akan menagih bantuan pemi pemerintah 80% dengan
melampirkan rekapitulasi daftar peserta asuransi.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian akan membayar bantuan premi
berdasarkan hasil singkronisasi rekapitulasi peserta asuransi antara usulan dari dinas pertanain
kabupaten atau kota dan propinsi dengan daftar rekapitulasi lampiran tagihan dari perusahaan
asuransi.
Jika terjadi resiko terhadap tanaman yang diasuransikan, serta kerusakan tanaman atau gagal
panen, maka klaim AUTP akan diproses jika memenuhi syarat yang telah ditentukan. Dengan
terpenuhinya syarat dan ketentuan klaim, maka pihak perusahaan asuransi akan membayarkan
klaim asuransi melalui transfer bank terhadap rekening kelompok tani.
Berdasarkan ketentuan dalam polis klaim akan diperoleh jika, intensitas kerusakan mencapai
75% berdasarkan luas petak alami tanaman padi. Pembayaran klaim untuk luas lahan satu
hektar sebesar enam juta rupiah. Pembayaran ganti rugi atas klaim dilaksanakan paling
lambat 14 hari kalender sejak Berita Acara Hasil Pemeriksaan Kerusakan. Pembayaran ganti
rugi dilaksanakan melalui pemindah bukuan ke rekening.
Oleh
PENDAHULUAN
Lahan rawa – kini dan ke depan – semakin penting peranannya untuk pertanian,
termasuk tan. pangan (padi). Lahan rawa terdiri atas lahan pasang surut dan lahan lebak
Keragaman ekosistem lahan rawa dapat berdasarkan Tipologi Luapan Air dan Tipologi
Lahan, sangat beragam dan perlu pendekatan spesifik.
Klasifikasi Lahan Rawa Berdasarkan pada Jenis Bahan Induk Serta Tingkat Kendala
Menurut Potensi Pengembangannya
Ket :
SMP : Sulfat masam potensial
SMA : Sulfat masam aktual
HSMA/P : Histic Sulfat masam aktual/ potensial
Semai di lakukan secara semai kering yang mana sebelumnya benih yg telah diuji direndam
dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan
pada media tanah dan pupuk organik (1:1) di dalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm
(pipiti). Selama 7 hari. Setelah umur 7-12 hari benih padi sudah siap ditanam
Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah Untuk Tanam padi metode SRI tidak berbeda dengan cara pengolahan
tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah
yang lebih baik bagi tanaman, terhidar dari gulma.
Pemupukan
Pemberian pupuk pada SRI diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah dan penambahan
unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik pertama
setelah menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan sampai
2 musim tanam. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa berkurang
disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan
tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah.
Pemeliharaan
Untuk mencegah hama dan penyakit pada SRI tidak digunakan bahan kimia,
tetapi dilakukan pencegahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit
digunakan pestisida nabati atau digunakan pengendalian secara fisik dan
mekanik
Kesimpulan
1. Metode SRI menguntungkan untuk petani, karena dapat meningkatkan
produksi, asal syara dan ketentuan terpenuhi
2. Meminimalkan penggunaan pupuk dan pestisida kimia, tanah menjadi
gembur, mikroorganisme tanah meningkat jadi ramah lingkungan.
Penutup