Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KESUBURAN TANAMAN

PENGELOLAAN LAHAN PASIR

Disusun oleh :
NAMA/NIM :

MUTIA RUMANDHANI/ 10476


SCHOLASTIKA FIRNANIA ARIANI/ 11493
ANISSA KHUMAIRA/11546
VALENTINA ERLINE
RENITA SAFITRI/11521

DOSEN PENGAMPU: BU. SRI NURYANI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahan pasir yang tidak dapat ditumbuhi tanaman juga berpengaruh pada kehidupan
sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. Tipe masyarakat pedesaan umumnya tergantung pada
kemurahan alam dan lingkungannya untuk diolah. Tetapi karena sifat dan karakter lahan pasir
yang ada sulit dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Tidak adanya lapangan pekerjaan yang
tersedia didaerah, terlebih lagi ketika musim kemarau tiba, membuat masyarakat yang berusia
produktif pergi keluar kota.
Tanah pasir adalah adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk
dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil (Anonim, 2010).
Keberadaan tanah pasir ini sebenarnya sangat berarti bagi kehidupan kita sebab tanah ini dapat
menjadi phorus, yaitu pori-pori pernafasan tanah. Dengan adanya tanah pasir ini, peresapan air
ke dalam tanah mempunyai kecepatan yang cukup sehingga tidak terjadi penggenangan air di
permukaan tanah (Ahira, 2010). Tanah pasir merupakan media tanam yang kemampuan
mengikat airnya sangat rendah. Tanah pasir merupakan salah satu substrat bagi pertumbuhan
tanaman. Tanaman memerlukan kondisi tanah tertentu untuk menunjang pertumbuhannya yang
optimum.
Seperti yang kita ketahui, lahan pasir banyak ditemui di daerah pesisir pantai. Materi
pasir ini diendapkan oleh aktivitas gelombang laut di sepanjang pantai. Jika membayangkan
lahan pasir, pasti yang mencuat dari benak kita adalah sebuah lahan gersang yang sulit untuk
diolah. Akan tetapi, pengalaman membuktikan bahwa lahan pasir dapat dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian yang menguntungkan. Contohnya adalah pemanfaatan lahan pasir pantai di
Kulon Progo dan Bantul.
Lahan pasir memang merupakan lahan yang tidak subur karena memiliki karakteristik
berpasir dan tidak membentuk agregat sehingga sulit menahan kelengasan dan unsur-unsur hara.
Kekurangan lahan marginal pantai ini dapat diminimalisir dengan cara memperbaiki faktor
pembatas yang ada. Salah satunya adalah memperbaiki sifat fisik tanahnya yang tidak
membentuk gumpal dan kesuburannya yang rendah. Rendahnya kualitas lahan pasir pantai dapat
diatasi dengan pemberian bahan organik.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai karakteristik lahan pasir, kandungan hara,
tanaman yang cocok di lahan pasir, contoh aplikasi pertanian di lahan pasir, kendala bertani di

lahan pasir, dan cara mengatasi kendala tersebut. Dengan demikian maka dapat dipahami
bagaimana mengelola lahan pasir, khususnya pengelolaan lahan pasir di bidang pertanian.

B.Tujuan
Mengetahui cara pegelolaan lahan pasir di bidang pertanian.

I. ISI

Definisi Pengelolaan lahan Pasir


Sektor pertanian dihadapkan pada masalah konversi lahan dan masalah pasar bagi produk
pertanian. Mengingat tantangan yang komplek, maka diperlukannya pembangunan pertanian di
lahan pasir pantai dengan menggunakan teknik pengelolaan dan pemanfaatan yang sesuai
sehingga menjadi lahan pertanian yang produktif.
Menurut Fatturokhim, peneliti utama Badan Pengkajian Teknologi Pertanian DIY, lahan
pasir dapat diubah menjadi lahan pertanian yang produktif dengan aplikasi teknologi ameliorasi
tanah dengan cara pemberian tanah liat sebagau bahan membenah tanah, pupuk organic majemuk
serta ditambah pupuk organic lainnya seperti Urea, TSP, dan KCL yang mampu merubah tanah
marjinal ini menjadi media tumbuh. Untuk mengatasi keterbatasan air di lahan pasir diatasi
dengan membangun suatu jaringan sumur untuk irigasi dan bak-bak penampungan air yang
disebut Sumur Renteng. Melalui teknologi ameliorasi ini, lahan pasir marjinal yang tadinya
terbengkalai diubah menjadi lahan produktif yang hijau dan mampu meningkatkan ekonomi
petani dalam menghasilkan komoditas unggulan hasil pertanian. Komoditas yang dimantapkan
dalam teknologi ameliorasi tanah yang sudah diaplikasikan diantaranya tanaman bawang merah
dan cabai merah yang sudah menjadi unggulan komoditas nasional dan daerah
Pada lahan pasir pantai harus ditambah tanah lempung dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1. Cara membudidayakannya meliputi: pemilihan bibit yang baik dengan ukuran
batang 50-80 cm dan diameter 8 cm, penanaman pada beton sebanyak 4 bibit, melakukan
pemeliharaan setelah seminggu yaitu tanaman yang mati, rusak atau busuk harus segera diganti
dengan setek yang baru, pemangkasan agar tanaman menjadi teratur, pengairan yang teratur dan
disesuaikan dengan kebutuhan, pemupukan dilakukan sebagai penyimpan air, menjaga
kelembaban tanah, dan penghemat air penyiraman, serta pemanenan dengan ciri buah yang sudah
tua, kulit berwarna merah tua mengkilap dan pasca panennya pada batang bekas buah dipotong
untuk merangsang pertumbuhan tunas baru. Pemasaran untuk saat ini di pasarkan ke swalayan
dan toko buah-buahan segar atau pedagang langsung menemui petani.

Karakter lahan pasir


Lahan pantai di Indonesia terdapat dalam jumlah yang cukup luas. Di daerah Istimewa
Yogyakarta, lahan pesisir pantai meliputi sekitar 4 % dari lahan pertanian (arable land). Lahan ini
dikenal sebagai lahan marginal dengan produktivitas yang sangat rendah. Kondisi lahan dicirikan
oleh bahan penyusun tanah yang dominan (> 80 %) terdiri dari pasir sehingga ketersediaan air
dan unsur hara tanaman sangat rendah. Ini berakibat hanya tanaman tertentu yang dapat tumbuh
dengan kondisi yang merana.
Karakteristik lahan di gumuk pasir adalah tanah bertekstur pasir, struktur berbutir tunggal,
daya simpan lengasnya rendah, status kesuburannya rendah, evaporasi tinggi dan tiupan angin
laut kencang.
Tanah pasiran gumuk pasir pantai tergolong tanah muda yang tidak memiliki horizon tanah
sedangkan aliran air suatu tanah ditentukan oleh lapisan yang memiliki permeabilitas yang paling
rendah . Upaya pemberian lapisan yang relatif kedap air dapat mengurangi pelindian hara dan
meningkatkan air segera tersedia. Pemberian lapisan aspal terbukti dapat meningkatkan hasil
tanaman dan penghematan air 18 persen. Namun tiupan angin bergaram dan air pengatusan
kurang dari 380 mm.tahun-1 dapat menyebabkan tanah menjadi salin.

Kandungan Hara Dalam Pasir


Tanah pasir (pasiran) bertekstur kasar, dicirikan adanya ruang pori besar diantara butirbutirnya. Kondisi ini menyebabkan tanah menjadi berstruktur lepas dan gembur (Buckman dan
Brody, 1982). Tanah yang terdiri atas partikel besar kurang dapat menahan air. Air dalam tanah
akan berinfiltrasi, bergerak kebawah melalui rongga tanah. Akibatnya, tanaman kekurangan air
dan menjadi layu. Kondisi semacam ini apabila berlangsung terus menerus dapat mematikan
tanaman (Dwidjoseputro,1981).
Mempertibangkan sifat tanah pasir tersebut diatas, maka salah satu usaha yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan produktifitas lahan pasir adalah dengan meningkatkan
kemampuan tanah pasir dalam mengikat air. Hal ini dapat dilakukan dengan subtitusi atau
penambahan bahan yang bersifat menahan air. Salah satu alternatifnya adalah dengan

menambahkan rumput laut yang mudah diperoleh dalam jumlah yang melimpah di Indonesia
(Darmanti dan Sinulingga, 2010).
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa tanah pasir pada lahan pasir memiliki tekstur
porus sehingga dibutuhkan media tambahan supaya mampu menahan air untuk pertumbuhan
tanaman. Tanah pasir banyak ditemui pada lahan pasir pantai. Tekstur tanah yang baik bagi
tanaman adalah tanah yang memiliki perbandingan antara debu, pasir dan lempung. Sehingga
tanah pasir yang hanya bertekstur pasiran saja tanpa adanya partikel pengikat lainnya sangat sulit
untuk mengikat hara. Tanah pasir pada lahan pasir, umumnya tidak mengandung hara tanaman.
Lahan pasir pantai yang berada disekitar daerah pantai biasanya memiliki kandungan garam yang
cukup tinggi sehingga memiliki tingkat salinitas tinggi dan menjadi lahan yang marjinal.
Kandungan hara lahan pasir hanya terbatas pada fosfor yang jumlahnya sangat sedikit (5,1-20,5
ppm). Sementara itu, bahan-bahan organik lain hanya 0,4-0,8 persen, natrium 0,05-0,08 persen,
dan kalium 0,09-0,2 persen.
Meskipun tidak memiliki kandungan unsur hara didalamnya, tanah pasir bisa dijadikan
substrat atau tempat tumbuh bagi tanaman. Menumbuhkan tanaman pada media pasir biasanya
dilakukan dalam budidaya tanaman hortikultura. Budidaya tanaman hortikultura dilakukan pada
media selain tanah, salah satu media yang digunakan adalah media pasir tersebut. Dalam
budidaya tanaman pada media pasir, tanaman harus diberi unsur hara dan air dalam jangka waktu
yang relatif sering supaya pertumbuhan tanaman tersebut menjadi baik.
Pada lahan pasir pantai, pasir yang akan dijadikan media tumbuh tanaman harus diberi
perlakuan terlebih dahulu supaya kandungan garamnya hilang. Kandungan garam yang tinggi
pada tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Garam yang terkandung pada lahan pasir
pantai memiliki sifat yang netral karena merupakan perpaduan antara natrium (positif) dan klor
(negatif). Akan tetapi, garam mudah terionisasi menjadi ion Na+ dan Cl- dalam keadaan terlarut
air. Natrium dan klor termasuk dalam unsur hara esensial pada jenis tanaman tertentu, dan dalam
keadaan yang berlebih bisa bersifat toksik terhadap tanaman.
Dalam kehidupan sehari-hari, dapat dijumpai petani di pedesaan yang akan menanam
jagung menambahkan garam pada lubang tanamnya bersamaan dengan bibit jagung. Hal tersebut
dilakukan oleh petani karena berdasarkan pengalamannya bahwa ternyata garam dapat menjadi
pupuk bagi tanaman jagung. Akan tetapi, sebenarnya tanaman jagung hanya membutuhkan unsur

Cl saja dari garam tersebut dan dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan unsur Na yang terdapat
bersamaan dengan Cl sebagai penyusun garam tidak dibutuhkan oleh tanaman jagung. Akibat
yang ditimbulkan dengan banyaknya kandungan Na dalam tanah sehingga terserap oleh tanaman
adalah stress tanaman akibat tingginya tekanan osmotik.
Bagaimanapun juga unsur hara esensial yang harus mutlak tersedia bagi pertumbuhan
tanaman adalah unsur Nitrogen, Kalium dan Fosfor. Sedangkan mineral yang terkandung dalam
lahan pasir pantai hanya mineral garam. Tanaman dalam pertumbuhannya membutuhkan unsur
hara mutlak yaitu NPK bagi semua jenis tanaman. Sehingga penggunaan lahan pasir pantai
sebagai media tumbuh tanaman harus disesuaikan keadaannya seperti syarat tumbuh yang
dibutuhkan oleh jenis tanaman yang dibudidayakan.
Perlakuan yang biasa dilakukan dalam penggunaan pasir sebagai media tumbuh
diantaranya adalah menetralkan kadar garam pada pasir dengan cara mencuci pasir selama
beberapa kali sampai kadar garamnya nol. Perlakuan lain yang diberikan adalah penambahan
plastik pada dasar lahan sebelum diberi media pasir yang bertujuan agar air siraman yang cepat
masuk merembes kedalam karena struktur pasir pasir yang porus menjadi terhenti. Hilangnya air
siraman melalui penguapan pada lahan pasir pantai bisa dikurangi dengan pemberian naungan
maupun penutup tanah, misal serabut atau daun-daun kelapa yang sudah mengering.

Tanaman yang cocok di lahan pasir


Semua jenis tanaman pada dasarnya yang bisa ditanam pada tanah pasir maupun lahan
pasir pantai asalkan syarat tumbuh tanaman tersebut terpenuhi. Namun, biasanya pada lahan
pasir pantai tanaman yang biasa dibudidayakan adalah jenis tanaman yang mampu tumbuh
dengan baik pada kondisi suhu tinggi karena temperatur pada saat siang hari di daerah pantai
cenderung tinggi. Jenis tanaman yang diusahakan pada lahan pasir pantai diantaranya cabe, buah
naga, kelapa, kedelai, bawang merah dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan dalam budidaya
tanaman pada lahan pasir pantai adalah perlunya perlakuan khusus serta pemberian tambahan
hara secara rutin. Dengan dilakukannya budidaya tanaman pada lahan pasir pantai maka lahan
pasir pantai tidak lagi merupakan lahan yang marjinal.
Menurut Ketua kelompok Tani Tani Manunggal, Subandi, Lahan pasir di pesisir selatan
pantai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang
produktif untuk membudidayakan sejumlah sayuran seperti cabai, bawang merah, kacang

panjang, pare, dan kacang tanah. Tidak hanya lahan sawah saja yang berpotensi untuk
pembudidayaan sayuram, tetapi lahan pasir juga menghasilkan produk-produk pertanian. Lahan
pasir yang berjarak 200 meter dari bibir pantai diformulasikan dengan pupuk kandang dan tanah
liat untuk dapat digunakan sebagai media tanam yang dapat menghasilkan produk pertanian yang
produktif.
Menururt Subandi, meskipun di lahan pasir, tanaman yang dibudidayakan di lahan
tersebut jauh lebih cepat masa panennya jika dibandingkan dengan tanaman yang ditanam ada
lahan sawah. Misalnya bawang merah yang ditanam di lahan pasir sudah dapat dipanen pada usia
tanam 50-60 hari, jauh lebih cepat dibandingkan dengan masa panen pada lahan sawah yakni
yang baru dapat panen pada usia 90 tahun. Khusus untuk bawang merah akan lebih produktif
masa panennnya pada musim kemarau. Sedangkan dari kualitas tanaman yang ditanam di lahan
pasir dibandingkan dengan lahan sawah, jauh lebih baik karena menggunakan pupuk organik dan
harganya jauh relatif lebih mahal.

Aplikasi di Lahan Pasir


Lahan pertanian dapat dimanfaatkan dalam pertanaman tanaman pangan dan sayuran
ataupun tanaman pakan ternak. Sedangkan kegiatan peternakan dapat memberikan kotorannya
sebagai sumber pupuk yang mudah pengolahannya yang jika dikelola dengan baik dapat
mengurangi ketergantungan petani kepada pupuk buatan.
Cabe

Persiapan lahan
Persiapan diawali dengan pembersihan gulma secara manual dan selektif pada jenis

rumput teki-tekian, kemudian dicangkul/ditraktor sampai selesai 1 bulan menjelang tanam,


dengan kedalaman 30 cm. Kemudian dilakukan pengomposan/ditaburi kompos (pupuk kandang)
2 ton/1.000 m. Selanjutnya lebih kurang satu minggu menjelang tanam kembali dilakukan olah
tanah dengan mencangkul/ditraktor.
Setelah persiapan awal selesai dilanjutkan dengan membuat alur tanam secara berselang
yaitu: 40 cm setiap 2 alur, diberi jarak 100 cm dilakukan secara berulang-ulang, sehingga akan
dihasilkan jarak tanam 40 cm X 30 cm dan setiap 2 baris diberi jalan 100 cm. Kemudian alur

tanam diberi pupuk kandang dengan dosis 1 ton/1000 m, dengan cara disebarkan secara merata
dialur tanam.
Sehari menjelang tanam alur disiram dengan cara dikocor (disiram tanpa menggunakan nosel)
lalu diberi pupuk dasar NPK 25 kg. Pagi harinya kembali disiram sampai kenyang, dan lubang
tanam dibuat dengan menugal menggunakan batang kayu dengan jarak 30 cm mengikuti alur
yang telah ada.

Penanaman

Setelah bibit berumur 30 hari atau berdaun 4 pasang, bibit ditanam dengan cara menyobek
polybag sedemikian rupa sehingga tanah tidak pecah, lalu ditanam sedalam 5 mm dari leher
akar/tanah di polybag. Setelah selesai tanam seluruh permukaan lahan diberi mulsa
menggunakan jerami atau kristall (kompos kotoran ayam pedaging), kemudian disiram
menggunakan selang bercincin (nozel) pada ujung selangnya bisa juga menggunakan gembor
(ember khusus untuk menyiram).
Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur pagi hari, bahkan untuk tanaman muda pagi sore.
Perlu diperhatikan pula apabila malam hari turun hujan paginya harus tetap dilakukan
penyiraman agar percikan pasir yang menempel di batang bisa jatuh, karena bila pasir tetap
menempel bisa berakibat fatal akibat pasir yang kena panas akan menghanguskan lapisan kulit
batang, sehingga kambium menjadi kering dan tanaman bisa mati.
Air untuk menyiram 100% menggunakan air tanah yang dinaikkan menggunakan pompa air
individu, maupun kolektif (sistem embung). Pada awalnya penyiraman secara individu populer
dengan istilah Sumur Renteng, namun kini banyak juga digunakan dengan membuat instalasi
menggunakan pompanisasi yang dikombinasikan dengan selang modifikasi, sehingga
memungkinkan kemampuan kerja menjadi efektif
PADI
Untuk menanam padi dengan media pasir, menurut Soemarno, caranya mudah dan tidak
perlu dicampur tanah. Tapi cukup dengan penambahan pupuk khusus untuk lahan pasir. Lahan
yang akan digarap terlebih dahulu digali sedalam 30 cm. Kemudian diberi alas plastik agar
kebutuhan air bagi tanaman padi tercukupi. Sedangkan untuk pengairan mengunakan pralon.
Selanjutnya pasir diolah dengan menambahkan pupuk dasar yang terdiri dari pupuk soil
treatment untuk memperbaiki struktur tanah, pupuk organik dan Zat Perangsang Tumbuh (ZPT).

Untuk 1 hektar lahan dibutuhkan 50 Kg pupuk dasar. Setelah itu pasir direndam selama 1 minggu
dan siap digunakan sebagai media tanam. Berbeda dengan menanam padi di sawah pada
umumnya, budidaya padi di lahan pasir ini tidak perlu dicangkul maupun di-luku. Meski
demikian, padi yang dihasilkan tidak kalah kualitasnya.
Berdasarkan ujicoba di Pandansimo, produktivitasnya minimal mencapai 7 ton per hektar.
Dengan masa tanam selama 4,5 bulan. Padahal rekomendasi dari Departemen Pertanian,
produktivitas

padi

rajalele

yang

ditanam

di

Delanggu

hanya

ton

per

hektar.

Lahan pasir untuk tanaman padi rajalele ini suatu fenomena. Karena di lahan seluas 3 hektar itu
ada 17 komoditas yang sudah selesai kami teliti, kata Direktur Indmira Citra Tani Nusantara Ir.
Soemarno (alm).
Dari percobaan eksploratif yang telah dilakukan oleh Fakultas Pertanian UGM pada
musim hujan 2005-2006 di lahan pasir pantai Stasiun Kolaborasi Pantai Keburuhan, Kecamatan
Purwodadi, Kabupaten Purworejo terdapat peluang memanfaatkan lahan pasir pantai sebagai
daerah penghasil jarak pagar karena tanaman ini tahan terhadap garam dan kekeringan. Dengan
manajemen air yang baik, ada kemungkinan jarak pagar akan dapat dikembabgjan di lahan pasir
pantai. Namun demikian, nampaknya pertumbuhan jarak pagar yang ada saat ini perlu ditunggu,
paling tidak perlu melewati musim kering, agar tingkah laku jarak pagar di lahan pasir pantai
dapat lebih dimengerti. Selain jarak pagar telah dicoba pula tanaman penghasil karbohidrat
maupun lemak yang lain sebagai contoh wijen, jagung dan sorghum. Nampaknya pertumbuhan
wijen di lahan pasir pantai cukup baik. Meskipun tidak dipupuk, wijen mampu tumbuh
menghasilkan. Wijen bahkan mampu tumbuh dan menghasilkan pada lahan pasir pantai yang
belum dimanipulasi. Begitu juga dengan sorghum dan jagung. Hanya pada sorghum dan jagung
memerlukan manipulasi lahan berupa penambahan lempung bahan organik.

II. PENUTUP
A.

KESIMPULAN

Tanah pasiran merupakan tanah berstruktur kasar, berpori besar dan tidak membentuk
agregat sehingga sulit menahan kelengasan dan unsur-unsur hara bagi tanaman.

Semua jenis tanaman pada dasarnya yang bisa ditanam pada tanah pasir maupun lahan
pasir pantai asalkan syarat tumbuh tanaman tersebut terpenuhi.

Lahan pasir dapat diubah menjadi lahan pertanian yang produktif dengan aplikasi
teknologi ameliorasi tanah dengan cara pemberian tanah liat sebagai bahan membenah
tanah, pupuk organic majemuk serta ditambah pupuk organic lainnya seperti Urea, TSP,
dan KCL.
B.

SARAN
lahan pasir pantai adalah perlunya perlakuan khusus serta pemberian tambahan

hara secara rutin. Dengan dilakukannya budidaya tanaman pada lahan pasir pantai maka
lahan pasir pantai tidak lagi merupakan lahan yang marjinal.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. <http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090211042026AANp0Qs.>
Ahira, Anne. 2010. <http://www.anneahira.com/tanah-pasir.htm.>
Buckman, H O and n. Brasy. 1982. Ilmu Tanah. Bharata karya Aksara.
Darmanti, S. Dan M. Sinulingga. 2010.
<http://eprints.undip.ac.id/6189/1/sri_darmanti__kemampuan_mengikat_air_oleh
_tanah_pasir__.pdf.>
Shiddieq, Djafar, Tohari1 , Saparso dan Bambang Setiadi. Karakteristik berbagai jenis bahan
lapisan kedap, ketebalan dan nisbah bentoit dengan pasir pada pengelolaan lahan pasir. Jurnal
Ilmu Tanah dan Lingkungan 8(2):93-101
Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta.
Partoyol. 2005. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian di Lahan Pasir Pnatai Samas
Yogyakarta. Jurnal Ilmu Tanah Ilmu Pertanian 12(2): 140 - 151
.Syamsul A. Siradz dan Siti Kabirun. 2007. Pengembangan Lahan Marginal Pesisir Pantai
dengan Bioteknologi Masukan Rendah. Jurnal Ilmu Tanah, Fakultas pertanian
UGM 7 (2):83-92.

Anda mungkin juga menyukai