Anda di halaman 1dari 11

Perkebunan

Oleh:
Ahmad Yuda Syahroni
Anggun Dinda Safira
Hafid Dimas Saputra
Indira Khoirun Najah
Intan Karismaning P
Nadhifa Tri Rahmadina
Yulinda Trisyanti
Pemanfaatan Lahan

Wilayah Kota Batu memiliki luas lahan sekitar 19.908,7 hektar, dan 30% dari luasan tersebut adalah

tegalan dan kebun yang merupakan tempat utama untuk usahatani apel. Luasan tersebut hampir

mendekati luas lahan untuk hutan dan penggunaan lain (35%), sedangkan sisanya adalah untuk

sawah (5%) dan pemukiman (8%). Meskipun tanaman apel juga ditanam di lahan sawah, kondisinya

kurang optimal dibandingkan dengan apel di tegalan karena pada tanah sawah umumnya terdapat

lapisan tapal bajak yang sulit ditembus akar dan drainasinya maupun aerasinya kurang baik untuk

pertumbuhan tanaman apel. Tanaman apel dijumpai paling banyak pada ketinggian dibawah 1.400 m

dpl, sedangkan diatasnya didominasi oleh tanaman sayuran terutama kentang.


Jenis Tanah Sentra Produksi Apel

Berdasarkan Peta Penyebaran Jenis Tanah, daerah Jenis tanah asosiasi andosol kelabu dan regosol kelabu
sentra produksi apel di Kecamatan Bumiaji memiliki (warna coklat muda) terdapat di daerah sebagian Desa

janis tanah yang beragam. Andosol coklat kekuningan Tulungrejo dan Punten dengan apel varietas Manalagi

dan litosol (warna ungu) meliputi daerah sebagian dan Anna. Jenis tanah asosiasi latosol coklat dan

desa Tulungrejo dan Giripurno, serta sebagian besar regosol kelabu (warna hijau muda) terdapat di daerah
sebagian Desa Bumiaji, Bulukerto, Pandanrejo dan
Desa Sumbergondo yang banyak diusahakan
Giripurno yang banyak diusahakan tanaman apel
tanaman apel varietas Manalagi dan Rome Beuty.
varietas Rome Beuty dan Manalagi. Jenis tanah regosol
Jenis tanah asosiasi andosol coklat dan glei humus
coklat (warna biru) terdapat di daerah sebagian Desa
(warna hijau terang) terdapat di daerah sebagian
Gunungsari, Pandanrejo dan Giripurno. Sedangkan jenis
Desa Tulungrejo, Punten, Gunungsari, Bulukerto,
tanah regosol kelabu (warna merah) terdapat di daerah
Bumiaji, Pandanrejo, Sumbergondo dan Giripurno.
sebagian Desa Tulungrejo dan Desa Sumbergondo.
Penerapan Agroteknologi
Secara umum, kondisi tanaman apel di kebun petani relatif baik pada saat
dilakukan survei lapangan yang dilaksanakan pada musim kemarau. Namun
demikian, keragaan tanaman yang dimiliki oleh petani besar (mengelola
minimal 1 ha kebun apel) lebih baik dibandingkan dengan tanaman petani
yang mengelola kebun lebih sempit. Hal ini disebabkan petani besar
umumnya memberikan masukan teknologi (agro input) lebih baik
dibandingkan dengan petani kecil. Berdasarkan wawancara, diskusi dan
pengamatan lapangan, beberapa masalah yang dihadapi dalam budidaya
apel meliputi penurunan mutu lahan apel, meliputi harga pestisida semakin
mahal dan mutunya cenderung menurun, pupuk kimia pada saat tertentu
sulit didapatkan, dan ketersediaan pupuk kandang untuk memperbaiki
kesuburan tanah semakin langka karena umumnya petani apel tidak
memelihara ternak sapi.
Rencana tata ruang Agropilitan Kota Batu
Penurunan mutu lahan tidak hanya terjadi di kebun-kebun apel tetapi juga terjadi pada
lahan pertanian disekitarnya. Hal ini disebabkan lahan tersebut telah digunakan secara
intensif dalam waktu yang lama tanpa memberikan masukan bahan kimia dan organik
yang berimbang sehingga tanah mengalami pengurasan unsur hara atau mengalami
kelelahan. Sebagai indikasinya yaitu banyaknya kegagalan usaha meremajakan tanaman
apel di lokasi yang pernah ditanami sebelumnya karena tanah tidak mampu lagi
mendukung pertumbuhan tanaman seperti tanaman sebelumnya.
Nasib tanaman apel dimasa mendatang akan banyak dipengaruhi oleh perkembangan
mutu lahan. Walaupun memiliki karakteristik yang sangat mendukung tanaman apel,
tanah andisol tempat usahatani apel terletak pada daerah yang lerengnya curam sampai
sangat curam, strukturnya remah dan konsistensinya gembur sehingga sangat peka
terhadap erosi. Kondisi tersebut diperburuk oleh kegiatan pengolahan lahan yang
dilakukan sebagian besar petani yang kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi
lahan, seperti membuat bedengan searah dengan kemiringan lahan, tidak ada teras
lahan, dan membiarkan teras terbuka tanpa tanaman penguat.
Proses erosi tanah yang dominan terjadi di kebun apel adalah erosi tanah oleh
air hujan (Suhariyono at all, 2009). Erosi tanah oleh air merupakan suatu
proses yang terdiri atas 3 tahapan, yaitu penghancuran permukaan tanah oleh
butir-butir hujan, yang sekaligus terjadi erosi percik atau “splash erotion”,
kemudian terjadi pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran permukaan
dan akhirnya terjadi pengendapan sedimen di daerah cekungan atau terbawa
ke laut lepas. Proses tersebut dapat berlangsung terus menerus selama musim
hujan dan berkurang pada saat kemarau sehingga dalam jangka panjang
menimbulkan dampak solum tanah makin tipis, produktivitas tanah menurun
yang akhirnya lahan menjadi tidak layak untuk usahatani apel.
Dalam mensikapi kenaikan harga pestisida dan pupuk kimia, petani kecil lebih sering
mengeluh karena modal usahanya lebih rendah serta akses permodalannya lebih
sempit dibandingkan dengan petani kelas menegah dan besar. Keinginan
menurunkan (subsidi) harga pestisida sulit dilaksanakan karena sebagian besar bahan
aktif pestisida merupakan bahan impor yang pergerakannya bergantung pada nilai
tukar rupiah, dan harga penjualannya ditentukan oleh importir yang umumnya
adalah swasta. Sedangkan untuk pupuk kimia selain bahan bakunya masih diimpor,
pemerintah tidak memberikan subsidi untuk pertanian hortikultura yang dianggap
petaninya lebih sejahtera dibandingkan petani tanaman pangan, bahkan
kemungkinannya subsidi pupuk untuk pertanian tanaman pangan juga akan
dihilangkan secara bertahap.
CARA MENGELOLA KEBUN APEL

Cara budidaya dari bibit pohon apel yang baik, maka harus mengetahui secara jelas juga syarat
tumbuhnya. Mulai dari iklim, ketersediaan air hingga kondisi tanah menjadi hal penting untuk
diperhatikan. Dengan demikian, maka bibit apel dapat tumbuh optimal dan membuahkan buah yang
memiliki kualitas baik
Kondisi Iklim
Curah hujan ideal untuk perkembangan bibit buah apel adalah 1.000-2.600 mm / tahun. Idealnya,
iklim ini ada pada 110-150 hari / tahun dari hari hujan. Dalam setahun jumlah bulan basah adalah 6-7
bulan dan 3-4 bulan kering.Namun untuk bisa berbunga, buah ini tidak menyukai hujan. Pasalnya, curah
hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga mudah rontok dan jatuh sehingga tidak bisa
berbuah.
Karakteristik Tanah
Dalam budidaya apel sangat menyukai jenis tanah yang gembur, sedang atau tidak terlalu basah dan
kering seperti jenis tanah andosol (andisol), regosol atau entisol maupun latosol. Serta memiliki kadar
pH sekitar angka 5-7.
Suhu
Kondisi ideal yang di inginkan buah apel adalah suhu yang sesuai sekitar 16-27 C, sementara
kelembaban yang diinginkan dari bibit buah apel adalah sekitar 75-85%
Dampak negatif dan positif.
Dampak negatif : Dampak Positif :
1. Petani besar umumnya memberikan masukan berupa 1. Dengan adanya peran teknologi pertanian
teknologi (agro input), sehingga mereka banyak maka akan dapat meningkatkan kualitas hasil
menggunakan pestisida yang dapat mematikan fauna tanah pertanian, serta memudahkan bagi para
dan dapat juga menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pengelola sektor pertanian untuk
pestisida terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi mendapatkan hasil kerja yang optimal.
asam. Sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah.
2. Terjadi penurunan mutu lahan yang menyebabkan tanah 2. Dengan adanya penanaman ini, udara
mengalami pengurasan unsur hara atau mengalami disekitarnya akan jadi lebih sejuk dan segar.
kelelahan. Sebagai indikasinya yaitu banyaknya kegagalan
usaha meremajakan tanaman apel di lokasi yang pernah
ditanami sebelumnya karena tanah tidak mampu lagi
mendukung pertumbuhan tanaman seperti tanaman
sebelumnya.
3. Terjadi erosi tanah oleh air hujan, menyebabkan
pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran permukaan
dan menimbulkan dampak solum tanah makin tipis,
produktivitas tanah menurun yang akhirnya lahan menjadi
tidak layak untuk usahatani apel.
Upaya penyelesaian masalah terhadap dampak yg ditimbulkan:
1. Mengurangi penggunaan pestisida dan mulai untuk menggunakan
pupuk alami.
2. Dilakukannya warnatani , yaitu upaya pelestarian tanah yang dilakukan
dengan cara menggabungkan antara tanaman tahunan dengan tanaman
komoditas pertanian yang ditanam secara bersama- sama atau
bergantian.
3. Membuat kanopi alami untuk tanah , biasany aberupa pohon pohon.
4. Menggunakan soil conditioner , yaitu metode kimia dengan
memanfaatkan bahan- bahan yang memperbaiki struktur tanah.
5. Pengolahan tanah secara berkala untuk menghindari pergerakan tanah.
6. Peningkatan kandungan bahan organik tanah melalui dedaunan kering
dan vegetasi penutup lahan.
7. Peningkatan keanekaragaman tanaman untuk dapat memperbaiki
sistem persebaran peakaran.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai