Pertanian lahan kering adalah aktifitas pertanian (budidaya tanaman) dengan memanfaatkan lahan yang tidak tergenang oleh air, serta dalam proses
menumbuhkan tanaman yang dihasilkan menggunakan sumber air tadah hujan. Dalam proses budidaya pada lahan kering, air yang digunakan sangat
terbatas dan hanya menggantungkan dari adanya air hujan, dengan demikian tanaman yang cocok digunakan biasanya berupa tanaman pangan,
hortikultura, dan tanaman menahun/perkebunan. Suatu lahan dapat dikatakan kering apabila curah hujannya <250-300 mm/tahun, serta untuk indeks
antara curah hujan dan evapotranspirasi yakni kurang dari 0.2, suhunya sekitar +-49◦ C, biasanya juga tanah pada lahan kering memiliki tekstur
berpasir dan salinasinya cukup tinggi karena adanya aerasi dan infiltrasi.
Biasanya pada lahan kering, dapat ditandai dengan perputaran angin yang tidak searah jarum jam pada daerah utara khatulistiwa, sedangkan untuk
yang searah jarum jam terdapat pada daerah selatan garis khatulistiwa.Lahan kering dapat diartikan sebidang tanah yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan usahatani, dengan menggunakan air secara terbatas (biasanya mengharapkan dari curah hujan).Dalam pemanfaatan lahan kering untuk
pertanian sering banyak dijumpai kendala-kendala, karena lahan ini memiliki kondisi agro ekosistim yang beragam. Kondisi lahan kering dicirikan
oleh:
(4) lapisan olah dan lapisan tanah dibawahnya memiliki kelembaban yang sangat rendah .
Potensi sumberdaya lahan kering di Indonesia sangat besar dan penyebarannya hampir merata di seluruh wilayah Indonesia terutama di luar pulau
Jawa.Dari 162 juta hektar luas daratan di luar Pulau Jawa (81 % dari luas daratan Indonesia), 124 juta hektar (76,5 %) merupakan lahan kering dan
sisanya 38 juta hektar (23,5 %) lahan basah. Lahan kering merupakan sumber daya alam yang mempunyai peluang besar untuk dimanfaatkan secara
optimal. Areal lahan kering di Indonesia cukup luas yaitu mencapai 52,5 juta ha yang tersebar di P. Jawa dan Bali (7,1 juta ha), Sumatera (14,8 juta
ha), Kalimantan (7,4 juta ha), Sulawesi (5,1 juta ha), Maluku dan Nusa Tenggara (6,2 juta ha) dan Irian Jaya (11,8 juta ha) (Pusat Penelitian Tanah
dan Agroklimat, 1998). Lahan kering dalam keadaan alamiah memiliki kondisi antara lain peka terhadap erosi, terutama bila keadaan tanahnya
miring atau tidak tertutup vegetasi, tingkat kesuburannya rendah, air merupakan faktor pembatas dan biasanya tergantung dari curah hujan serta
lapisan olah dan lapisan bawahnya memiliki kelembaban yang amat rendah.
Pertanian Lahan Kering merupakan aktifitas pertanian (budidaya tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan) yang dilakukan
di lahan kering. Lahan kering dibagi ke dalam empat kategori, yakni :
Hyper Arid : indek kekeringan(rasio antara curah hujan dan evapotranspirasi potensial) 0.03, tidak ada vegetasi tanaman kecuali hanya beberapa
rumpun rumput di daerah lembah, penggembalaan ternak berpindah-pindah, hujan tahunan rendah (di bawah 100 mm/tahun), serta hujan terjadi tidak
menentu, bahkan kadang-kadang tidak terjadi hujan sepanjang tahun. Daerah ini terdapat di pe-“gurun”-an Saudi Arabia “Rub’ul Kholi” atau yang
dikenal dengan empty quarter.
Arid : indek kekeringan 0.03-0.20 yang ditandai dengan adanya peternakan, kegiatan pertanian dilakukan dengan irigasi tetes dan sprinkler, terdapat
tanaman musiman dan tahunan yang letaknya terpisah-pisah, dan curah hujan tahunan antara 100 – 300 mm. Terdapat di Jeddah, Saudi Arabia dan
Negara-negara Timur Tengah pada umumnya.
semi Arid : indek kekeringan 0.2-0.5 yang ditandai dengan adanya kegiatan pertanian denga mengandalkan air hujan meski produktifitasnya masih
rendah, terdapat kegiatan peternakan komunal, dan curah hujan tahunan 300-800 mm. Biasanya terdapat di perbatasan daerah tropis dan sub-tropis.
Sub Humid: indek kekeringan 0.5-0.75. Daerah sub humid juga dimasukkan ke dalam area lahan kering, meski sebenarnya memiliki karakter yang
dekat dengan daerah lahan basah. Di Indonesia kawasan timur memiliki karakter Sub-Humid, yang mana terdapat beberapa kendala untuk
budidadaya pertanian di daerah tersebut.
Lahan kering ini terjadi sebagai akibat dari curah hujan yang sangat rendah, sehingga keberadaan air sangat terbatas, suhu udara tinggi dan
kelembabannya rendah. Lahan kering sering dijumpai pada daerah dengan kondisi antisiklon yang permanen, seperti daerah yang terdapat pada
antisiklon tropisme. Daerah tersebut biasanya ditandai dengan adanya perputaran angin yang berlawanan arah jarum jam di utara garis khatulistiwa
dan perputaran angin yang searah jarum jam di daerah selatan garis khatulistiwa.
Kondisi lahan kering tersebut mengakibatkan sulitnya membudidayakan berbagai produk pertanian. Faktor primer yang diperlukan tanaman untuk
tumbuh adalah media tanam, air, cahaya, angin, dan nutrisi tanaman. Semua faktor yang diperlukan tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik
tersebut terhambat oleh kondisi daerah lahan kering yang memiliki iklim dan cuaca ekstrim. Adapun pengelompokan faktor yang diperlukan tanaman
untuk dapat tumbuh dengan baik dan kendala yang terdapat di daerah lahan kering serta cara mengatasinya ditampilkan dalam tabel berikut ini ;
Tabel 1. Hubungan faktor pertumbuhan dan kendala-kendala serta solusi pertanian di lahan kering
No Faktor Pertumbuhan Kendala Sousi
1 Media Tanam Tanah Pasir : Infiltrasi tinggi. Soil Amendment, Pupuk Organik, Kapur,
Tanah Lempung : tanpa cukup air, rekahan besar, Gipsum.
infiltrasi tinggi.
2 Air Terbatas, karena curah hujan rendah. Soil Amendment, Mulsa, Sistem Irigasi
Tepat Guna.
3 Cahaya Radiasi tinggi, suhu cenderung tinggi. Penghijauan atau Kegiatan Pertanian.
4 Angin Minimnya vegetasi mengakibatkan kecepatan angina Penanaman tanaman pagar pemecah angin.
tinggi.
5 Nutrisi Kombinasi tingginya evaporasi dan infiltrasi Pemupukan Organik Terpadu.
mengakibatkan tanah salin (kadar garam tinggi),
sehingga nutrisi rendah.
Media Tanam
Tanah pasiran yang terdapat di sebagian besar daerah kering di Negara Timur Tengah menjadi kendala besar bagi usaha pertumbuhan tanaman.
Kendala-kendala tersebuat adalah terlalu besarnya pori-pori tanah yang mengakibatkan infiltrasi tinggi sehingga tidak dapat menahan air serta
memiliki kadar garam yang tinggi sebagai dampak dari kombinasi tingginya evapotranspirasi akibat suhu yang tinggi dan tingginya infiltrasi akibat
tanah yang terlalu porous.
Sedangkan tanah lempung yang terdapat pada lahan kering juga terkendala dengan sifatnya yang labil. Sifat tanah lempung yang kekurangan air
akan merekah (nelo:jawa), sehingga tidak dapat ditumbuhi tanaman dengan optimal. Tanah sebagai media tanam seharusnya memiliki kemampuan
menahan air dari infiltrasi dan evapotranspirasi, mampu memberikan nutrisi bagi tanaman, serta memiliki pori-pori proporsional untuk sirkulasi
udara (O2 dan CO2). Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan soil amendment atau pengatur tanah, pupuk organik untuk meningkatkan
kesuburan tanah, dan kapur untuk meningkatkan pH tanah atau gypsum untuk menurunkan pH tanah.
Air
Rendahnya curah hujan yang menjadi ciri-ciri khas daerah lahan kering mengakibatkan ketersediaan air untuk irigasi sangat terbatas. Untuk mengatasi
hal tersebut diperlukan soil amendment untuk meningkatkan kapasitas tanah dalam menahan air (water holding capacity), mulsa untuk mengurangi
evapotranspirasi dan penggunaan sistem irigasi yang tepat guna seperti irigasi tetes ataupun sprinkler tergantung dengan topografi lahan. Bila lahan
datar, maka dapat digunakan irigasi tetes, dan apabila lahan bergelombang, maka penggunaan sistem irigasi sprinkler lebih tepat. Kolaborasi
penggunaan soil amendment, mulsa dan sistem isrigasi tepat guna tersebut bertujuan untuk menghemat penggunaan air dan meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pendistribusian nutrisi tanaman.
Cahaya
Tingginya radiasi cahaya matahari di daerah lahan kering mengakibatkan tingginya evapotranspirasi, rendahnya suplai oksigen (O 2), dan salinasi /
penggaraman di tanah. Cara mengatasi kendala tersebut dengan melakukan penghijauan, atau secara terintegrasi melakukan kegiatan pertanian dan
perkebunan di lahan kering dapat mengurangi dampak tingginya radiasi cahaya matahari.
Angin
Minimnya vegetasi di daerah lahan kering mengakibatkan termodinamika pindah panas terjadi secara monoton/ single direction, hal tersebut
mengakibatkan angin melaju dengan kencang, karena angin merupakan dampak dari udara yang digerakkan oleh perbedaan suhu. Salah satu dampak
dari hal tersebut adalah terjadinya badai gurun (sand storm atau orang arab menyebutnya haboob) yang membawa banyak material pasir di daerah
pemukiman maupun areal pertanian. Tentu saja hal tersebut sangat menghambat pelaksanaan kegiatan pertanian. Adapun alternatif untuk mengatasi
hal tersebut adalah dengan menggunakan tanaman pohon sebagai pemecah laju kecepatan angina (wind breaker). Aplikasi penanaman pohon sebagai
wind breaker di areal pertanian lahan kering biasanya ditanam mengelilingi areal pertanian. Adapun berikut ini merupakan contoh desain lahan
pertanian lahan kering yang terdapat di Negara Timur Tengah.
Nutrisi
Dengan mengambil analogi manusia, nutrisi sebagai makanan bagi tanaman itu diumpamakan seperti adanya karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin
bagi manusia. Namun bagi tanaman membutuhkan nutrisi makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan mikro (Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn dan Cl). Tingginya kadar
garam di tanah pertanian lahan kering mengakibatkan unsur-unsur nutrisi yang diperlukan tanaman tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup,
karena garam sifatnya mereduksi unsur-unsur makro dan membuat unsur-unsur mikro bersifat toksit atau beracun bagi tanaman. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka dibutuhkan pemupukan organik terpadu yang menyediakan unsur hara tanaman dari bahan-bahan alam untuk mereduksi kandungan
unsur logam dari pupuk-pupuk kimia serta memberikan unsur mikro tanaman dalam bentuk organik (chillate) yang tidak beracun bagi tanaman di
daerah dengan kadar garam yang tinggi.
Iklim mediteran, yakni jatuhnya air hujan hanya pada saat musim gugur dan dingin
Iklim tropisme, yakni hujan yang jatuh hanya pada musim panas
Dan yang terakhir yaitu iklim continental, iklim yang dimana hujan jatuh sepanjang tahun
Selain dapat dilihat dari ciri iklimnya, ada beberapa ciri lain yang dapat dijadikan dasar dalam mendefinisikan tentang pertanian lahan kering, antara
lain;
Pada pertanian lahan kering, sudah pasti ciri yang pertama yaitu memiliki lahan yang tidak basah, karena hanya menggunakan air hujan dalam proses
budidaya tanaman dan hujan yang turun hanya pada musim tertentu serta intensitasnya cukup rendah
Biasanya pertanian lahan kering banyak ditemukan pada daerah yang beriklim tropis
Karena hujan yang turun relative rendah, maka ketersediaan airpun juga cukup terbatas
Meskipun hujan yang turun dapat dikatakan jarang, namun pada lahan ini sering terjadi longsor, hal ini dikarenakan pada pertanian lahan kering
memiliki kontur tanah yang sedikit labil
Meskipun memiliki intensitas hujan yang cukup rendah namun bukan berarti terdapat pada daerah gurun pasir
Meskipun merupakan pertanian lahan kering, namun bukan berarti tanahnya mengalami kekeringan yang sampai pecah dan keras
Pada dataran rendah dan tinggi juga banyak ditemukan pertanian lahan kering
Biasanya pertanian lahan kering, memiliki ketinggian yang berada pada 500-1500 diatas permukaan laut
Pada pertanian lahan kering tingkat kesuburan tanahnya cukup rendah, hal ini disebabkan karena hanya mengandalkan dari turunnya hujan sehingga
air yang dapat didistribusikan cukup terbatas
Pada daerah ini memiliki topografi yang datar, karena berada pada daerah lereng sehingga dapat mengakibatkan sering terjadi erosi yang dapat
mendegradasi unsur hara yang ada didalam tanah
Karena biofisik lahan kering yang terbatas, petani yang kurang menguasai, serta sarana prasarana yang kurang memadai sehingga teknologi usaha tani
lahan kering cukup mahal dibandingakn pertanian lahan basah
Dan yang terakhir yaitu kualitas lahan yang cukup rendah karena kurangnya pemanfaatan teknologi sehingga variabilitas produksinya pun juga relatife
rendah.
Selain itu, karena pada tanaman perkebunan umumnya memiliki umur tanaman yang cukup lama dan bertahun-tahun, sehingga dengan adanya air
hujan distribusi airpun juga merata, sebab pada pertanian lahan kering proses penyerapan air cukup baik, sehingga didalam tanah air dapat tersimpan
ketika musim hujan dan ditranslokasikan secara merata pada saat musim kemarau.
Meskipun tanaman hortikultura dapat dijadikan contoh pertanian lahan kering, namun tidak semuanya, karena untuk jenis sayuran hanya sedikit yang
dapat dikategorikan pertanian lahan kering, seperti contoh daun salam, daun tangkil, daun singkong, dan lain sebagainya.
Berbeda halnya dengan bayam, kangkung, cabai, tomat serta jenis sayuran lain yang umumnya membutuhkan asupan nutrisi dan unsur hara cukup
banyak serta kebutuhan air yang harus sesuai agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan.
Ladang, pada lahan ini tanaman yang dihasilkan umunya tidak terlalu membutuhkan air yang banyak dan tergenang, ada juga jenis ladang tadah hujan
yang hanya menggantungkan pada ketersediaan air hujan
Kebun, pada daerah yang disebut kebun biasanya dekat dengan pemukiman warga, sehingga tidak membutuhkan air yang berlebih bahkan genangan
Gurun, pada daerah gurun bisa dikatakan tidak ada air akan tetapi masih tetap ada tumbuhan karena air hujan yang jatuh sudah cukup untuk
menumbuhkan.
Definisi pH
pH adalah tingakat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai
pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0 hingga 7,
sedangkan air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat basa (yang juga di sebut sebagai alkaline) dengan nilai pH 7 – 14. Air murni adalah netral
atau mempunyai nilai pH 7.
Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia
bagi tanaman pada Ph antara 6,0 hingga 7,0.
Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman.
Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut
hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai.
Sebagai contoh, alfalfa tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 6,2 hingga 7,8; sementara itu kedelai tumbuh dengan baik pada tanah dengan kisaran
pH 6,0 hingga 7,0. Kacang tanah tumbh dengan baik pada tanah dengan pH 5,3 hingga 6,6. Banyak tanaman termasuk sayuran, bunga dan semak-
semak serta buah-buahan tergantung dengan pH dan ketersediaan tanah yang mengandung nutrisi yang cukup.
Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang mereka butuhkan. Pada tanah masam,
tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut.Herbisida, pestisida,
fungsisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit tanaman juga dapat meracuni tanaman itu sendiri.
Mengetahui pH tanah, apakah masam atau basa adalah sangat penting karena jika tanah terlalu masam oleh karena penggunaan pestisida, herbbisida,
dan fungisida tidak akan terabsorbsi dan justru akan meracuni air tanah serta air-air pada aliran permukaan dimana hal ini akan menyebabkan polusi
pada sungai, danau, dan air tanah
Di bidang pertanian pengukuran pH tanah juga digunakan untuk memonitor pengaruh praktek pengolahan pertanian terhadap efisiensi penggunaan N
dan hubungannya dengan dampak lingkungan.
Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman. Umumnya unsur hara yang diserap oleh akar pada pH 6-7, karena pada pH
tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
Derajat keasaman atau pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah masam. Banyak ditemukan
unsur aluminiun yang selain bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah masam unsur-unsur mikro
menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro, seperti Fe, Zn, Mn, Cu dalam jumlah yang terlalu besar. Akibatnya juga menjadi racun bagi
tanaman. Pada tanah alkali, ditemukan juga unsur yang dapat meracuni tanaman, yaitu natrium (Na) dan molibdenum (Mo).
Derajat keasaman atau pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5,5-7 bakteri dan jamur pengurai
bahan organik dapat berkembang dengan baik.
Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah mendekati netral (6,5-7). Namun, kenyataannya setiap jenis tanaman
memiliki kesesuaian pH yang berbeda-beda seperti yang tertera.
Tanah alkali
Sifat netral
Rendah (<5,5)
Tanah masam
Ion Fosfat bersenyawa dengan Fe dan Al membentuk senyawa yang tidak cepat tersedia bagi tanaman.
Semua hara mikro (kecuali Mo) menjadi lebih tersedia dengan peningkatan kemasaman,
Ion Al dilepaskan dari mineral lempung pada nilai pH di bawah 5,5 dan
Reaksi tanah atau pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu
larutan dalam tanah. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Sejumlah proses dalam tanah dipengaruhi oleh
reaksi tanah dan biokimia tanah yang berlansung spesifik. Pengaruh lansung terhadap laju dekomposisi mineral tanah dan bahan organik, pembentukan
mineral lempung bahkan pertumbuhan tanaman. Pengaruh tidak lansungnya terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman. sebagai contoh
perubahan konsentrasi fosfat dengan perubahan pH tanah. Konsentrasi ion H+ yang tinggi bisa meracun bagi tanaman.
Secara teoritis, angka pH berkisar antara 1 sampai 14. Angka satu berarti kepekatan ion hidrogen di dalam tanah ada 10 ‑ 1 atau 1/10 gmol/l.
Tanah pada kepekatan ini sangat asam. Sementara angka 14 berarti kepekatan ion hidrogennya 10‑14 gmol/l. Tanah pada angka kepekatan ini sangat
basa. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala Ph
bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pHnya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. Tanah
masam adalah tanah yang memiliki nilai PH kurang dari 5,5, baik berupa lahan kering maupun lahan basah, semakin rendah pH tanahnya maka semakin
ekstrim kemasamannya. Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di dalam tanahtersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di
dalam tanah terlalu tinggi maka tanah akan bereaksi asam, sebaliknya bila kepekatan ion hidrogen terlalu rendah maka tanah akan bereaksi basa. Pada
kondisi ini kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+.
faktor penyebab kemasaman tanah
Dekomposisi bahan organik : Mikroorganisme yang ada dalam tanah akan mendekomposisi bahan organik tanah secara terus menerus menjadi bentuk
lain yaitu asam asam organik, karbondioksida (CO2) dan air, senyawa pembentuk asam karbonat. Kemudian Ca dan Mg karbonat di dalam tanah
akan bereaksi untuk membentuk bikarbonat yang lebih larut, yang bisa tercuci keluar dan akhirnya dapat membuat tanah menjadi lebih masam.
Bahan induk : Tanah sendiri terbentuk dari pelapukan batuan dan bahan induk lainya yang ada di dalam tanah yang selanjutnya batuan tersebut
dikelompokan menjadi batuan beku, sedimen dan metamorfose. Pada umumnya bauan basa memiliki ph tinggi yang menyebabkan tanahnya
memiliki ph lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang berkembang dari batuan masam.
Pengendapan : Air hujan yang melewati tanah maka kation kation basa seperti Ca dan Mg akan tercuci dan kation kation basa yang hilang tersebut
kedudukannya di tapak jerapan tanah akan di ganti oleh kation kation masam seperti Al, H, dan Mn. Oleh karena itu tanah yang berada di daerah
dengan curah hujan tinggi akan memiliki tingkat kemasaman yang lebih tinggi dibandingkan tanah yang berada di daerah dengan curah hujan
rendah.
Vegetasi alami : Tanah pada vegetasi padang rumput biasanya akan lebih alkali dibandingkan dengan tanah yang ada pada vegetasi hutan. Selain itu
tanah pada hutan yang yang memiliki tanaman berdaun tipis memiliki tingkat kemasaman lebih tinggi dibandingkan dengan hutan dengan tanaman
berdaun lebar.
Pertumbuhan tanaman : Tanah yang ada pada lahan pertanian juga akan cenderung lebih masam karena basa tanah juga akan terbawa dalam proses
pemanenan.
Kedalaman tanah : Tingkat kemasaman tanah yang ada di daerah dengan curah hujan tinggi biasanya akan lebih masam sesuai dengan kedalaman
tanah sehingga kehilangan topsoil oleh erosi dapat menyebabkan lapisan olah tanah menjadi lebih masam.
Pupuk nitrogen : Nitrogen tanah dapat berasal dari pupuk, bahan organik, sisa hewan, fiksasi N oleh leguminose dapat menyebabkan tanah lebih
masam.
Tanah yang masam dapat menyebabkan penurunan ketersediaan unsur hara bagi tanaman akibat kekurangan unsur hara Ca dan Mg, meningkatkan
dampak unsur beracun dalam tanah akibat tingginya kandungan Al3+, berkurangnya unsur Mo sehingga proses fotosintesis terganggu, mempengaruhi
fungsi penting biota tanah yang bersimbiosis dengan tanaman seperti fiksasi nitrogen oleh Rhizobium dan Terakumulasinya ion H+ pada tanah sehingga
menghambat pertumbuhan tanaman. Mensvoort dan Dent (1998) menyebutkan bahwa senyawa pirit (ferit) tersebut merupakan sumber masalah pada
tanah tersebut. Selain itu jika tanah ini dikeringkan atau teroksidasi, maka senyawa pirit akan membentuk senyawa feri hidroksida Fe(OH)3 sulfat
SO42- dan ion hidrogen H+ sehingga tanah menjadi sangat masam. Akibatnya kelarutan ion-ion Fe2+, Al3+ dan Mn2+ bertambah di dalam tanah dan
dapat bersifat racun bagi tanaman. Ketersediaan fosfat menjadi berkurang karena diikat oleh besi atau aluminium dalam bentuk besi fosfat atau
aluminium fosfat. Biasanya bila tanah masam kejenuhan basa menjadi rendah, akibatnya terjadi kekahatan unsur hara di dalam tanah.
Peranan pupuk organik untuk meningkatkan pH tanah
Pemanfaatan pupuk organik dapat memperbaiki sifat kimia tanah dengan penambahan unsur hara makro dan mikro ke dalam tanah. Tanah
masam cenderung menjadikan ketersediaan unsur hara dalam tanah berkurang. Hal ini disebabkan oleh pH masam menyebabkan kelarutan
unsur hara mikro meningkat, sebaliknya kelarutan hara makro menurun. Pupuk organik berperan menambah bahan organik tanah. Selain itu, juga
menyumbangkan unsur hara makro dan mikro dari pelarutan senyawa organik yang terkandung. Pelarutan senyawa organik ini dipen garuhi oleh
kondisi pH tanah, selanjutnya kation-kation unsur hara yang dibutuhkan tanaman lebih larut dan tersedia dalam kondisi pH tanah mendekati netral. pH
tanah dapat ditingkatkan juga melalui pemberian kapur seperti dolomit dan lainnya. Tetapi pemupukan yang dilakukan haruslah menggunakan pupuk
organik untuk menjaga tingkat pH tanah agar selalu mendekti netral (cocok untuk kegiatan pertanian).
Kelebihan dan kelemahan pupuk organik
Kelebihan pupuk organik adalah sebagai beerikut:
Mengandung unsur hara yang lengkap, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro
Mengandung asam – asam organik, yaitu humic, asam fulfic, hormon dan enzym yang bagus untuk tanaman maupun lingkungan dan mikro organisme
Mengandung mikro dan makro organnisme yang mempunyai pengaruh sangat baik pada tanah, terutama pada sifat fisik dan sifat biologis tanah.
Memperbaiki dan menjaga struktur tanah, sehingga tanah gampang untuk diolah.
Memperbaiki kondisi kimia pada tanah asam, biasanya tanah asam ion ion yang dibutuhkan oleh tanaman cenderung dalam keadaan terikat, dan dengan
adanya pupuk organik akan terjadi system pelepasan ion dalam tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman
Menjadi penyangga pH tanah sehingga pH tanah lebih setabil
Membantu menjaga kelembapan pada tanah hingga tanah tetap subur
Aman meski dipakai dalaim jumlah yang banyak bahkan berlebih sekalipun
Tidak merusak lingkungan karena tanpa bahan kimia yang digunakan jadi tidak akan sampai merusak lingkungan sekitar
Tidak memilliki efek samping karena terbuat dari bahan alami
Harganya lebih murah dalam takaran yang sama dengan pupuk anorganik dan penggunaan yang secara terus menerus
Kekurangan dari pupuk organik
Jumlah kandungan unsur haranya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus lebih banyak dibandingkan dengan pupuk anorganik
Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya untuk oprasional pengangkutan dan implementasinya
Untuk tanah tanah yang sudah kekurangan unsur hara, pemberian pupuk organik membutuhkan jumlah yang sangat banyak sehingga menjadi beban
tambahan lagi bagi para petani. Sementara itu reaksi tanaman terhadap pupuk organik tidak sespektakuler pemberian pupuk buatan
BAB II PEMBAHASAN
Adapun, sebuah pertanian lahan basah memiliki beberapa ciri-ciri dan juga karakteristik tertentu. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri umum dan juga
karakteristik tertentu dari sebuah pertanian lahan basah :
Merupakan lahan yang sifatnya cenderung menetap, namun ada beberapa yang merupakan lahan basah musiman
Memiliki tingkat kekerasan kontur tanah yang lembek dan juga labil
Banyak terdapat tanaman dan juga tumbuhan yang mengarah kepada tumbuhan air ataupun tumbuhan bakau
Ada beberapa lokasi yang bisa kita definisikan sebagai sebuah lahan pertanian basah, meskipun beberapa diantaranya ada yang kurang cocok untuk
dijadikan sebagai sebuah lahan pertanian, seperti :
Persawahan, Lahan gambut, Rawa-rawa Daerah payau dan juga hutan bakau
Kategori lahan dapat disebut sebagai lahan basah ditentukan oleh bermacam-macam ciri. Berikut adalah ciri-cirinya, yaitu:
Kawasan Rawa
Rawa adalah daerah yang hampir selalu tergenang air sepanjang tahun. Ketinggian air di daerah ini dapat bervariasi, mulai dari sangat dangkal
hingga cukup dalam. Umumnya rawa-rawa tergenang air sebagai dampak dari sistem drainase yang mengalami hambatan. Termasuk di dalamnya
yaitu area rawa gambut yang banyak dijumpai di sekitar pulau jawa, terutama di daerah sekitar pantai.
Kawasan Paya
Lahan paya merupakan lahan yang luas seperti lapangan dan tergenang air sepanjang waktu. Banyak orang yang menyebut area ini sebagai rawa
dangkal karena genangan airnya tidak begitu dalam dan dapat dilalui. Umumnya genangan air di area ini meliputi air tawar, payau maupun air asin.
Kawasan Gambut
Lahan gambut adalah lahan tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa tumbuhan dengan kondisi setengah membusuk. Lahan ini memiliki kandungan
organik yang cukup tinggi, sehingga karakter tanahnya subur dan cocok untuk perkebunan.
Secara umum, sebuah lahan basah atau wetlands banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian, dimana membutuhkan sebuah lahan
yang memang selalu terisi dan memilki kandungan air yang tinggi serta memiliki ciri-ciri air tanah yang baik. Tanaman yang paling banyak ditanam
dan juga dibudidayakan pada sebuah lahan basah adalah tanaman padi, yang membutuhkan sebuah lahan yang selalu memiliki kandungan air tetap,
agar bisa tumbuh dan akhirnya akan memberikan hasil panen yang berlimpah.
Sumber air dari sebuah pertanian dengan lahan basah ini biasanya bisa berupa sumber air alami, seperti lokasi rawa-rawa dan juga daerah
hutan bakau, dimana berlokasi dekat denan sumber air, sehingga wilayahnya selalu memiliki genangan air, ataupun merupakan sebuah lahan yang
memang sengaja dialiri oleh aliran air, seperti saluran irigasi. Selain dimanfaatkan sebagai sebuah lahan pertanian, terkaang lahan basah seperti ini juga
dilakukan sebuah konversi mejadi dataran kering. Lahan basah yang sudah dikonversi menjadi sebuah dataran kering biasanya akan dimanfaatkan
sebagai sebuah lahan pertanian kering, ataupun dimanfaatkan sebagai kepentingan pendirian bangunan, baik itu sebuah residensial atau perumahan,
ataupun bangunan lainnya yang mendukung kehidupan manusia.
Banyak manfaat lain yang bisa diperoleh melalui pengelolaan lahan basah, antara lain:
Membantu pengadaan air bersih bagi lahan lain di sekelilingnya. Sebab, lahan basah berperan penting dalam menampung air hujan untuk kemudian
dimanfaatkan sebagai area penyerapan air dan untuk meningkatkan cadangan air tanah guna keperluan sehari-hari.
Lahan basah juga berguna sebagai daerah yang mampu memberikan sumber pangan bagi masyarakat sekitar, karena kandungan tanah yang subur.
Kandungan humus yang kaya sangat cocok untuk bercocok tanam.
Keberadaan lahan basah juga membantu untuk menyerap limbah yang berbahaya dan membantu proses penyaringan secara maksimal. Sehingga hasil
akhir dari penyaringan alami tersebut adalah air tanah yang lebih layak untuk dikonsumsi.
Lahan basah juga membantu meredam risiko bencana alam, seperti banjir maupun abrasi. Hal ini terjadi karena mekanisme lahan yang mampu
mengelola dan menyerap air hujan secara maksimal. Selain itu, kawasan ini juga dapat mencegah kekeringan
Kaya keanekaragaman hayati sehingga bermanfaat untuk menjaga kelestarian ekosistem yang ada di dalamnya.
Mencegah perubahan iklim yang ekstrim, karena lahan basah memiliki kemampuan menyerap karbon secara maksimal, sehingga lahan tersebut dapat
difungsikan sebagai peredam cuaca ekstrim penyebab tsunami ataupun badai.
Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan apabila ingin mengelola lahan basah secara maksimal, yaitu:
Melakukan pengeringan lahan, terutama bekas tanah gambut yang dapat digunakan untuk sektor pertanian dan perkebunan. Pengeringan lahan basah
secara maksimal membantu menciptakan aneka ragam sawah dan perkebunan sehingga mendukung industri pakan secara maksimal.
Melakukan pengelolaan air. Hal ini secara tidak langsung akan membantu sistem irigasi maupun pengairan di daerah lahan basah tersebut, sehingga
daerah di sekitarnya tidak kekurangan air bersih serta dapat dimanfaatkan untuk penanggulangan bencana.
Mempertahankan ekosistem alami juga merupakan unsur yang tetap perlu untuk dilakukan agar membantu menjaga keseimbangan alam.
Pengembangan serta pengelolaan lahan yang baik akan menciptakan sistem pertanian yang optimal tanpa menimbulkan bencana sebagai efek negatif
dari perubahan lahan basah menjadi area sawah maupun perkebunan.
Upaya Konservasi
Salah satu langkah yang dilakukan oleh berbagai negara termasuk pemerintah Indonesia dalam pelestarian lahan basah, yaitu melalui Ramsar
Convention. Kesepakatan ini tertuang berkat pertemuan sekelompok organisasi LSM yang menciptakan konvensi lahan basah pertama di dunia pada
tahun 1971. Dalam konvensi ini banyak negara yang memutuskan untuk berkomitmen menjaga lahan basah di negara masing-masing. Salah satunya
yaitu di Indonesia melalui keberadaan 7 taman nasional dan suaka margasatwa yang tersebar merata di beberapa daerah. Dengan dukungan dari
UNESCO, hingga saat ini konvensi ini telah beranggotakan 38 negara.
Sebagai negara yang kaya akan berbagai macam jenis lahan, persebaran lahan di Indonesia cukup beragam. Banyak daerah yang memiliki potensi
sebagai area lahan basah. Tercatat hingga saat ini, potensi lahan basah di seluruh Indonesia yang juga berfungsi sebagai wadah konservasi mencapai
1,3 juta ha. Kawasan tersebut termasuk dalam taman nasional di Jambi, Kalimantan Barat, Jakarta, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Papua dan
Kalimantan Tengah.
Kelestarian hayati di area suaka margasatwa dan taman nasional juga membantu ekosistem di Indonesia tetap terjaga berkat area lahan basah yang
terdapat di dalam lingkungan tersebut.
Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan
tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah (Syarif Effendi, 1995).
Kesuburan tanah adalah kondisi suatu tanah yg mampu menyediakan unsur hara essensial untuk tanaman tanpa efek racun dari hara yang ada (Foth
and Ellis ; 1997). Menurut Brady, kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara essensial dalam jumlah dan proporsi yang
seimbang untuk pertumbuhan.
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH
6-6,5, mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum). Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat
pembatas-pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman (Sutejo.M.M, 2002)
Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim,
relief, organisme, atau waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan ilmu kesuburan tanah, sedangkan kinerja tanaman merupakan
indikator utama mutu kesuburan tanah.
Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh
tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi menyerap air dan larutan hara, dan ada yang berfungsi sebagai penjangkar
tanaman. Kesuburan habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan, dan/atau diimbas (induced) oleh keadaan bagian lain
tubuh tanah dan/atau diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan, yaitu bentuk muka lahan, iklim dan musim. Karena bukan sifat melainkan mutu
maka kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati, akan tetapi hanya dapat ditaksir (assessed).
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menghasilkan bahan tanaman yang dipanen. Maka disebut pula daya menghasilkan bahan panen atau
produktivitas. Ungkapan akhir kesuburan tanah ialah hasil panen, yang diukur dengan bobot bahan kering yang dipungut per satuan luas (biasanya
hektar) dan per satuan waktu. Dengan menggunakan tahun sebagai satuan waktu untuk perhitungan hasilpanen, dapat dicakup akibat variasi keadaan
habitat akar tanaman karena musim (Schroeder, 1984).
Kuantitas mencakup jumlah atau konsentrasi dan macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Kualitas merupakan perbandingan konsentrasi antara unsur hara satu dengan yang lainnya.
Waktu yaitu ketersediaan unsur – unsur hara tersebut ada secara terus menerus sesuai dengan kebutuhan tanaman selama pertumbuhannya yaitu dari
perkecambahan hingga panen.
Curah hujan
Suhu udara
mempengaruhi jenis tanah dengan mempengaruhi suhu badan tanah. Tanah bersifat konduktor. Akibatnya tanah lebih panas dibandingkan udara di
atasnya. Variasi suhu juga berpengaruh pada proses pelapukan. Selain itu Purnomo ( 2006), juga menjelaskan bahwa suhu merupakan salah satu faktor
penyebab penurunan bahan organik tanah yang mana suhu di Indonesia yang hangat juga akan menambah tingginya laju dekomposisi bahan organik
sehingga bahan organik akan cepat terkuras. Masalah ini jika dikaitkan dengan kesuburan tanah tentu akan menjadi faktor yang kurang menguntungkan.
Hal ini dikarenakan tanah yang berkurang bahan organiknya maka unsur-unsur yang dipegang semakin sedikit tersedia bagi tanaman.Sehingga akan
membuat tanah kurang subur dan tanaman mungkin akan defisiensi baik itu berupa unsur makro ataupun mikro
Suhu tanah secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, kelembaban tanah, aerasi, aktivitas mikroorganisme tanah dalam proses enzimatik
dan dekomposisi serasah atau sisa tanaman serta ketersediaan hara-hara tanaman. Aktivitas ini sangat terbatas pada suhu dibawah 10 0C, laju optimum
aktivitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada suhu 18-30 0C, seperti bakteri pengikat N pada tanah berdrainase baik. Pada proses kehidupan
bebijian, akar tanaman dan mikroorganisme tanah secara langsung dipengaruhi oleh suhu tanah. Laju reaksi kimia meningkat dua kali lipat untuk setiap
100 oC kenaikan suhu (Hanafiah KA 2004).
Suhu tanah sangat dipengaruhi oleh interaksi sejumlah faktor dengan sumber panas, yaitu sinar matahari dan langit, serta konduksi interior tanah.
Faktor eksternal yang menyebabkan perubahan suhu tanah diantaranya adalah radiasi solar (jumlah panas yang mencapai permukaan bumi), radiasi
dari langit, kondensasi, evaporasi, curah hujan, Insulasi (tanaman penutup tanah, mulsa, awan). Sedangkan faktor internal meliputi kapasitas panas
tanah, konduktivitas dan difusivitas thermal, aktivitas biologis, struktur tanah, tekstur tanah dan kelembaban tanah serta garam-garam terlarut (Hanafiah
KA 2004)
.Kelembaban Tanah
Kelembaban tanah adalah jumlah uap air yang terdapat dalam suatu massa tanah yang dinyatakan dalam % bobot kering atau volume (Soedarsono et
al. 2006). Kandungan air tanah dan struktur tanah memegang peranan penting dalam menentukan aerasi tanah, potensial redoks tanah dan difusi transfer
gas dalam tanah (Taufik M 2003).
Kelembaban dan kadar air tanah mempengaruhi dominasi jenis mikroorganisme tanah yang aktif dalam proses dekomposisi bahan organik. Pada
kelembaban dan kadar air yang tinggi, perkembangan dan aktivitas bakteri akan maksimum. Sebaliknya akan menurun pada kondisi kering (tekanan -
3 bar) dan sangat tertekan pada kadar air titik layu permanen (tekanan -15 bar) (Hanafiah KA 2004).
Respirasi tanah
merupakan oksidasi biologi dari senyawa organik pada mikroorganisme, akar, organ atau bagian lain dari tumbuhan serta organisme yang hidup pada
tanah dengan energi untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan pengambilan bahan nutrien aktif (Amstrong 1979; Drew 1990 diacu dalam Simojoki A
2001). Respirasi tanah merupakan indikator yang sensitif dan penting pada suatu ekosistem, termasuk aktivitas yang berkenaan dengan proses
metabolisme di tanah, pembusukan sisa tanaman pada tanah, dan konversi bahan organik tanah menjadi CO 2. Melalui respirasi tanah ini, karbon dilepas
dari tanah ke atmosfer (Rochette et al. 1997). Raich & Tufekciogul (2000) menyatakan respirasi tanah merupakan suatu indikator yang baik terhadap
mutu tanah.
Jumlah biomassa akar dan populasi mikroorganisme sangat berpengaruh terhadap percepatan proses dekomposisi bahan organik yang melepaskan gas
CO2. Populasi mikroorganisme tanah yang banyak dapat mempermudah perombakan sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati menjadi bahan
organik. Akibatnya produksi dan emisi CO2 dari tanah akan meningkat (Hanafiah KA 2004)
Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat kompos
juga memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas
mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.
Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen
lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
PROSES PENGOMPOSAN
Bahan-bahan yang dapat dikomposkan pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah
tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, Limbah-limbah pertaniah, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik
kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll.
Proses Pengomposan
Memahami dengan baik proses pengomposan sangat penting untuk dapat membuat kompos dengan kualitas baik. Proses pengomposan akan
segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan
tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba
mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat
hingga di atas 50’ 70’C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba
yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekmposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikrobamikroba di dalam kompos dengan
menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organic menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan
berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama
proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal
bahan.
Proses Umum Pengomposan Limbah Padat Organik (dimodifikasi dari Rynk, 1992)
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya
adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa
menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau
yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawacyang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat,
asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
Proses pengomposan tergantung pada :
1. Karakteristik bahan yang dikomposkan
2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3. Metode pengomposan yang dilakukan
Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa strategi. Secara umum strategi untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan menjadi
tiga, yaitu:
Menanipulasi kondisi/faktorfaktor yang berpengaruh pada proses pengomposan.
Menambahkan Organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacing).
Mengambungkan strategi pertama dan kedua.
Seringkali tidak dapat menerapkan seluruh strategi pengomposan di atas dalam waktu yang bersamaan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat
digunakan untuk menentukan strategi pengomposan:
Karakteristik bahan yang akan dikomposkan.
Waktu yang tersedia untuk pembuatan kompos.
Biaya yang diperlukan dan hasil yang dapat dicapai.
Tingkat kesulitan pembuatan kompos
TEKNOLOGI PENGOMPOSAN
Metode atau teknologi pengomposan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat teknologi yang dibutuhkan, yaitu :
Pengomposan dengan teknologi rendah (Low – Technology)
Pengomposan dengan teknologi sedang (Mid – Technology)
Pengomposandengan teknologi tinggi (High – Technology)
Kelebihan :
Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro.
Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik). Pupuk organik mengandung asam - asam organik, antara lain asam humic, asam fulfic,
hormon dan enzym yang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna baik bagi tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme.
Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan
terutama sifat biologis tanah.
Membantu menjaga kelembaban tanah Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun.
Kekurangan :
Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.
Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan dan implementasinya.
Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara, pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar
sehingga menjadi beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler
pemberian pupuk buatan.