Anda di halaman 1dari 17

Kendala Pertanian Lahan Kering dan Solusinya

Written by AdminGro 1
Category: Artikel
Published: 12 September 2013
Hits: 34735

Pertanian Lahan Kering merupakan aktifitas pertanian (budidaya tanaman pangan, perkebunan, perikanan,
peternakan dan kehutanan) yang dilakukan di lahan kering. Lahan kering dibagi ke dalam empat kategori,
yakni :
1. Hyper Arid : indek kekeringan(rasio antara curah hujan dan evapotranspirasi potensial) 0.03, tidak
ada vegetasi tanaman kecuali hanya beberapa rumpun rumput di daerah lembah, penggembalaan
ternak berpindah-pindah, hujan tahunan rendah (di bawah 100 mm/tahun), serta hujan terjadi tidak
menentu, bahkan kadang-kadang tidak terjadi hujan sepanjang tahun. Daerah ini terdapat di pe-
“gurun”-an Saudi Arabia “Rub’ul Kholi” atau yang dikenal dengan empty quarter.
2. Arid : indek kekeringan 0.03-0.20 yang ditandai dengan adanya peternakan, kegiatan pertanian
dilakukan dengan irigasi tetes dan sprinkler, terdapat tanaman musiman dan tahunan yang letaknya
terpisah-pisah, dan curah hujan tahunan antara 100 – 300 mm. Terdapat di Jeddah, Saudi Arabia dan
Negara-negara Timur Tengah pada umumnya.
3. Semi Arid : indek kekeringan 0.2-0.5 yang ditandai dengan adanya kegiatan pertanian denga
mengandalkan air hujan meski produktifitasnya masih rendah, terdapat kegiatan peternakan
komunal, dan curah hujan tahunan 300-800 mm. Biasanya terdapat di perbatasan daerah tropis dan
sub-tropis.
4. Sub Humid: indek kekeringan 0.5-0.75. Daerah sub humid juga dimasukkan ke dalam area lahan
kering, meski sebenarnya memiliki karakter yang dekat dengan daerah lahan basah. Di Indonesia
kawasan timur memiliki karakter Sub-Humid, yang mana terdapat beberapa kendala untuk
budidadaya pertanian di daerah tersebut.
Lahan kering ini terjadi sebagai akibat dari curah hujan yang sangat rendah, sehingga keberadaan air
sangat terbatas, suhu udara tinggi dan kelembabannya rendah. Lahan kering sering dijumpai pada daerah
dengan kondisi antisiklon yang permanen, seperti daerah yang terdapat pada antisiklon tropisme. Daerah
tersebut biasanya ditandai dengan adanya perputaran angin yang berlawanan arah jarum jam di utara
garis khatulistiwa dan perputaran angin yang searah jarum jam di daerah selatan garis khatulistiwa.
Terdapat tiga jenis iklim di daerah lahan kering, yakni :
1. Iklim Mediterania : hujan terjadi di musim gugur dan dingin
2. Iklim Tropisme : hujan terjadi di musim panas
3. Iklim Kontinental : hujan tersebar merata sepanjang tahun
Kondisi lahan kering tersebut mengakibatkan sulitnya membudidayakan berbagai produk pertanian. Faktor
primer yang diperlukan tanaman untuk tumbuh adalah media tanam, air, cahaya, angin, dan nutrisi
tanaman. Semua faktor yang diperlukan tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik tersebut terhambat
oleh kondisi daerah lahan kering yang memiliki iklim dan cuaca ekstrim. Adapun pengelompokan faktor
yang diperlukan tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik dan kendala yang terdapat di daerah lahan
kering serta cara mengatasinya ditampilkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 1. Hubungan faktor pertumbuhan dan kendala-kendala serta solusi pertanian di lahan kering
Faktor
No Kendala Sousi
Pertumbuhan
1 Media Tanam Tanah Pasir : Infiltrasi tinggi. Soil Amendment, Pupuk Organik,
Tanah Lempung : tanpa cukup air, rekahan Kapur, Gipsum.
besar, infiltrasi tinggi.
2 Air Terbatas, karena curah hujan rendah. Soil Amendment, Mulsa, Sistem
Irigasi Tepat Guna.
3 Cahaya Radiasi tinggi, suhu cenderung tinggi. Penghijauan atau Kegiatan
Pertanian.
4 Angin Minimnya vegetasi mengakibatkan Penanaman tanaman pagar
kecepatan angina tinggi. pemecah angin.
5 Nutrisi Kombinasi tingginya evaporasi dan infiltrasi Pemupukan Organik Terpadu.
mengakibatkan tanah salin (kadar garam
tinggi), sehingga nutrisi rendah.

Media Tanam
Tanah pasiran yang terdapat di sebagian besar daerah kering di Negara Timur Tengah menjadi kendala
besar bagi usaha pertumbuhan tanaman. Kendala-kendala tersebuat adalah terlalu besarnya pori-pori
tanah yang mengakibatkan infiltrasi tinggi sehingga tidak dapat menahan air serta memiliki kadar garam
yang tinggi sebagai dampak dari kombinasi tingginya evapotranspirasi akibat suhu yang tinggi dan
tingginya infiltrasi akibat tanah yang terlalu porous.

Lahan Kering (Tanah Lempung) Lahan Kering (Tanah Pasir)

Sedangkan tanah lempung yang terdapat pada lahan kering juga terkendala dengan sifatnya yang labil.
Sifat tanah lempung yang kekurangan air akan merekah (nelo:jawa), sehingga tidak dapat ditumbuhi
tanaman dengan optimal. Tanah sebagai media tanam seharusnya memiliki kemampuan menahan air dari
infiltrasi dan evapotranspirasi, mampu memberikan nutrisi bagi tanaman, serta memiliki pori-pori
proporsional untuk sirkulasi udara (O2 dan CO2). Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan soil
amendment atau pengatur tanah, pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah, dan kapur untuk
meningkatkan pH tanah atau gypsum untuk menurunkan pH tanah.

Air
Rendahnya curah hujan yang menjadi ciri-ciri khas daerah lahan kering mengakibatkan ketersediaan air
untuk irigasi sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan soil amendment untuk
meningkatkan kapasitas tanah dalam menahan air ( water holding capacity), mulsa untuk mengurangi
evapotranspirasi dan penggunaan sistem irigasi yang tepat guna seperti irigasi tetes ataupun sprinkler
tergantung dengan topografi lahan. Bila lahan datar, maka dapat digunakan irigasi tetes, dan apabila lahan
bergelombang, maka penggunaan sistem irigasi sprinkler lebih tepat. Kolaborasi penggunaan soil
amendment, mulsa dan sistem isrigasi tepat guna tersebut bertujuan untuk menghemat penggunaan air
dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendistribusian nutrisi tanaman.

Springkler Irrigation Drip Irrigation

Cahaya
Tingginya radiasi cahaya matahari di daerah lahan kering mengakibatkan tingginya evapotranspirasi,
rendahnya suplai oksigen (O2), dan salinasi / penggaraman di tanah. Cara mengatasi kendala tersebut
dengan melakukan penghijauan, atau secara terintegrasi melakukan kegiatan pertanian dan perkebunan
di lahan kering dapat mengurangi dampak tingginya radiasi cahaya matahari.

Angin
Minimnya vegetasi di daerah lahan kering mengakibatkan termodinamika pindah panas terjadi secara
monoton/ single direction, hal tersebut mengakibatkan angin melaju dengan kencang, karena angin
merupakan dampak dari udara yang digerakkan oleh perbedaan suhu. Salah satu dampak dari hal tersebut
adalah terjadinya badai gurun (sand storm atau orang arab menyebutnya haboob) yang membawa banyak
material pasir di daerah pemukiman maupun areal pertanian. Tentu saja hal tersebut sangat menghambat
pelaksanaan kegiatan pertanian. Adapun alternatif untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
menggunakan tanaman pohon sebagai pemecah laju kecepatan angina ( wind breaker). Aplikasi
penanaman pohon sebagai wind breaker di areal pertanian lahan kering biasanya ditanam mengelilingi
areal pertanian. Adapun berikut ini merupakan contoh desain lahan pertanian lahan kering yang terdapat
di Negara Timur Tengah.
Desain Lahan Pertanian Lahan Kering

Nutrisi
Dengan mengambil analogi manusia, nutrisi sebagai makanan bagi tanaman itu diumpamakan seperti
adanya karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin bagi manusia. Namun bagi tanaman membutuhkan nutrisi
makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan mikro (Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn dan Cl). Tingginya kadar garam di tanah
pertanian lahan kering mengakibatkan unsur-unsur nutrisi yang diperlukan tanaman tersebut tidak tersedia
dalam jumlah yang cukup, karena garam sifatnya mereduksi unsur-unsur makro dan membuat unsur-unsur
mikro bersifat toksit atau beracun bagi tanaman. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan
pemupukan organik terpadu yang menyediakan unsur hara tanaman dari bahan-bahan alam untuk
mereduksi kandungan unsur logam dari pupuk-pupuk kimia serta memberikan unsur mikro tanaman dalam
bentuk organik (chillate) yang tidak beracun bagi tanaman di daerah dengan kadar garam yang tinggi.

Contoh Kegiatan Pertanian Lahan Kering di Saudi Arabia


Berikut ini merupakan contoh kegiatan pertanian lahan kering di Hada Al-Syam, Jeddah, Saudi Arabia yang
dilaksanakan pada tahun 2012-2013. Komoditas yang ditanam dalam contoh pertanian lahan kering ini
adalah labu (squash / Cucurbito sp.), atau orang-orang Indonesia sering menyebutnya dengan waluh sayur
atau labu siem.

1. Pengolahan Tanah dan Pemberian Pozzolan


Pengolahan tanah dilakukan dengan bajak traktor yang bertujuan untuk menggemburkan tanah, agara
sirkulasi udara baik. Pozzolan merupakan pengkondisi tanah (soil amendment) yang sedang dikembangkan
untuk diterapkan di bidang pertanian. Kelebihan dari pozzolan apabila diaplikasikan sebagai soil
amendment adalah sifat porositasnya (karena berasal dari batuan vulkanik dan jenis basalt rock) yang
mampu menahan air dalam jumlah yang banyak serta umur ekonomisnya yang lama, yakni diperkirakan
mencapai 20 tahunan bisa berfungsi baik di tanah.
Traktor Pembajak tanah Pemberian Pozzolan di Lahan Pozzolan Teraplikasi

2. Pemasangan Sistem Irigasi Tetes


Sistem irigasi tetes / drip irrigation sangat cocok diterapkan pada lahan kering yang terdapat sedikit air
dengan topografi yang relatif datar.

Instalasi Sistem Irigasi Tetes Bak Air dan Tempat melakukan Tanaman Tumbuh Bagus di
Fertigasi Atas Pozzolan
3. Pemupukan dengan Sistem Fertigation (Fertilizing and Irrigation)
Fertigasi merupakan sistem pemupukan yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan irigasi. Sistem ini akan
efektif dan efisien apabila diterapkan pada sistem irigasi tetes atau sprinkler. Caranya adalah dengan
mengaduk pupuk yang ingin ditambahkan ke dalam air yang siap diaplikasikan untuk mengairi tanaman.

4. Hasil Panen
Aplikasi menggunakan pozzolan sebagai soil amendment terbukti efektif dalam menghemat air irigasi dan
meningkatkan produktifitas tanaman.
Tanaman Umur 1 Minggu Tanaman Umur 5 Minggu Panen pada Umur 8 Minggu

Artikel ini ditulis oleh :


Wakid Mutowal
Penyuluh Pertanian Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah
Mahasiswa S2 Jurusan Pertanian Lahan Kering
King Abdul Aziz University, Jeddah, Kingdom of Saudi Arabia

Pertanian Lahan Basah dan Lahan Kering


 Post authorBy Site Default
 Post dateNovember 5, 2015

Sebagai Negara yang berawal dari Negara agraris, alias banyak memanfaatkan bercocok
tanam untuk hidup dan juga bekerja, maka Indonesia sangat peka terhadap lahan-lahan
pertanian. Selain itu, kondisi dari Negara Indoensia yang berada pada letak
astronomis dan zona kathulistiwa dan juga memilki banyak sekali jenis-jenis hutan seperti
hutan hujan tropis, serta subur tanahnya, membuat lahan pertanian semakin banyak
dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Saat ini, secara umum kita
mengenal ada dua jenis lahan di dalam pertanian. Lahan-lahan pertanian tersebut biasanya
banyak dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk bercocok tanam dan menjadi penghasilan
utama mereka sebagai petani.

Berikut adalah penjelasan mengenai pertanian lahan basah dan lahan kering :

Pertanian Lahan Basah


Jenis lahan pertanian yang pertama adalah jenis pertanian lahan basah. Ya, dari namannya
saja, pertanian lahan basah atau wetlands ini sudah jelas maksudnya. Pertanian lahan
basah merupakan jenis kegiatan pertanian yang memanfaatkan lahan basah. Lahan basah
yang dimaksud pada pertanian lahan basah ini adalah lahan yang kontur tanahnya
merupakan jenis-jenis tanah yang jenuh dengan air.

Itu artinya, tanah pada lahan pertanian basah ini memiliki kandungan air yang tinggi,
bahkkan tidak jarang lahan pertanian basah ini tergenang oleh air sepanjang waktu. Atau
bisa juga lahan pertanian basah ini tidak pernah mengalami kekeringan yang
berarti karena memiliki kandungan air yang berlimpah secara alami.

1. Ciri-ciri dari pertanian lahan basah

Adapun, sebuah pertanian lahan basah memiliki beberapa ciri-ciri dan juga karakteristik
tertentu. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri umum dan juga karakteristik tertentu dari
sebuah pertanian lahan basah :

 Memiliki kadar air yang tinggi


 Sebagian atau keseluruhan dari wilayah tersebut digenangi oleh air
 Merupakan lahan yang sifatnya cenderung menetap, namun ada beberapa yang
merupakan lahan basah musiman
 Memiliki tingkat kekerasan kontur tanah yang lembek dan juga labil
 Merupakan daerah pertanian yang subur, dan mengandung banyak air
 Memiliki muka air tanah yang dangkal
 Banyak terdapat tanaman dan juga tumbuhan yang mengarah kepada tumbuhan air
ataupun tumbuhan bakau
 Biasanya berlokasi di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut

2. Contoh dari pertanian lahan basah atau wetlands

Ada beberapa lokasi yang bisa kita definisikan sebagai sebuah lahan pertanian basah,
meskipun beberapa diantaranya ada yang kurang cocok untuk dijadikan sebagai sebuah
lahan pertanian, seperti :

 Persawahan
 Lahan gambut
 Rawa-rawa
 Daerah payau dan juga hutan bakau

3. Pemanfaatan dari pertanian lahan basah


Secara umum, sebuah lahan basah atau wetlands banyak dimanfaatkan untuk kepentingan
pertanian, dimana membutuhkan sebuah lahan yang memang selalu terisi dan memilki
kandungan air yang tinggi serta memiliki ciri-ciri air tanah yang baik. Tanaman yang
paling banyak ditanam dan juga dibudidayakan pada sebuah lahan basah adalah tanaman
padi, yang membutuhkan sebuah lahan yang selalu memiliki kandungan air tetap, agar
bisa tumbuh dan akhirnya akan memberikan hasil panen yang berlimpah.

Sumber air dari sebuah pertanian dengan lahan basah ini biasanya bisa berupa sumber air
alami, seperti lokasi rawa-rawa dan juga daerah hutan bakau, dimana berlokasi dekat
denan sumber air, sehingga wilayahnya selalu memiliki genangan air, ataupun merupakan
sebuah lahan yang memang sengaja dialiri oleh aliran air, seperti saluran irigasi. Selain
dimanfaatkan sebagai sebuah lahan pertanian, terkaang lahan basah seperti ini juga
dilakukan sebuah konversi mejadi dataran kering. Lahan basah yang sudah dikonversi
menjadi sebuah dataran kering biasanya akan dimanfaatkan sebagai sebuah lahan
pertanian kering, ataupun dimanfaatkan sebagai kepentingan pendirian bangunan, baik itu
sebuah residensial atau perumahan, ataupun bangunan lainny ayang mendukung
kehidupan manusia.

Pertanian Lahan Kering


Sesuai dengan namanya, pertanian lahan kering ini merupakan kebalikan dari sebuah
pertanian lahan basah. pertanian lahan kering merupakan jenis pertanian yang dilakukan
pada sebuah lahan yang kering, yaitu lahan yang memilki kandungan air yang rendah,
bahkan ekstrimnya adalah lahan kering ini merupakan jenis lahan yang cenderung
gersang, dan tidak memiliki sumber air yang pasti, seprti sungai, danau ataupun saluran
irigasi.

Pertanian lahan kering ini merupakan jenis pertanian yang lahannya banyak terdapat di
Negara Indonesia. Iklim di Indonesia juga kebanyakan beriklim tropis, hal ini disebabkan
karena cuaca yang panas, sehingga membuat banyak sumber air yang berkurang dan juga
sedikit. Namun demikian, biasanya sebuah pertanian lahan kering ini memanfaatkan crah
hujan untuk membantu meningkatkan hasil pertanian yang dimilikinya. Hal in isangat
mungkin terjadi, karena lokasi dimana pertanian lahan kering ini berada, memiliki curah
hujan yang cenderung lebih tinggi dan juga banyak terjadi.

1. Ciri-ciri dari pertanian lahan kering

Untuk dapat mendefinisikan bahwa sebuah pertanian merupakan jenis pertanian yang
masuk ke dalam pertanian lahan kering, maka ada beebrapa ciri-ciri yang bisa kita amati
secara langsung, yaitu :
 Merupakan daerah yang biasanya memiliki curah hujan tinggi (baca : manfaat curah hujan
yang tinggi)
 Terdapat pada daerah tropis
 Memiliki kadar air yang cenderung terbatas
 Memiliki kontur tanah yang cenderung labil dan mudah mengalami erosi
 Bukan merupakan lokasi gurun pasir
 Memiliki kontur tanah yang cenderung lembut dan tidak keras
 Buka merupakan lokasi pertanian yang lahannya mengalami keringan, hingga tanahnya
pecah-pecah
 Biasanya merupakan lahan yang dapat dimanfaatkan menjadi daerah resapan air
 Banyak dimanfaatkan untuk menanam tanaman pohon buah dan phon lainnya
 Memiliki letak yang cukup jauh dari sumber air alami ataupun buatan, seperti sungai,
danau dan saluran irigasi
 Lokasi lahan kering yang biasanya berdekatan dengan pemukiman penduduk
 Memilki kebutuhan air yang digantungkan pada curah hujan
 Banyak terdapat di dataran rendah maupun dataran tinggi
 Berada pada ketinggian 500 hingga 1500 meter diatas permukaan laut

2. Contoh dari pertanian lahan kering

Pada dasarnya, tanaman yang bisa dimanfaatkan pada sebuah lahan pertanian dengan
kontur lahan yang kering memiliki variasi pertanian yang jauh lebih banyak dibandingkan
dengan pertanian lahan basah. Kondisi tanahnya yang jauh lebih stabil dan juga kuat
dibandingkan dengan lahan basah, membuat lokasi pertanian lahan kering ini sanggup
untuk menahan beban akar pohon-pohon kayu besar, sehingga tentu saja variasi hasil
pertaniannya banyak, dan begitu pula dengan perkebunannya.

Biasanya, tanaman tani yang banyak ditanam pada sebuah pertanian lahan basah adalah :

 Cabai
 Terong
 Tanaman palawija
 Tanaman kacang-kacangan
 Tanaman ubi-ubian
 Tanaman holtikultira
 Perkebunan phon buah
 Perkebunan pohon hias dan juga pohon peneduh

3. Pemanfaatan dari tanah lahan kering

Hasil pertanian dan juga perkebunan dari sebuah pertanian lahan kering ini biasanya
sangat tergantung pada pembagian musim dan kondisi cuaca. Beberapa kondisi cuaca
dimana tidak turun hujan selama berhari-hari akan menyebabkan tanaman yang
dikembangkan pada lokasi pertanian lahan kering ini akan menjadi mati, kering dan juga
tidak memberikan hasil yang maksimal sehingga masyarakat selalu mencari cara
menyuburkan tanah kering. Karena itu, meskipun memiliki variasi dari hasil pertanian
yang beragam, perawatan dari tanaman di pertanian lahan kering ini juga harus
diperhatikan dengan baik, agar tidak terjadi gagal panen.

Selain dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan juga perkebunan, sebuah lahan kering
juga dimanfaatkan untuk keperluan lain, seperti kepentingan pembuatan dan
pembangunan pemukiman penduduk, lokasi industri dan juga perkantoran, serta
pembangunan lainnya, yang mendukung kemajuan suatu daerah tertentu.

Dari kedua jenis lahan pertanian yang sudah dijelaskan diatas, pada dasarnya, keduanya
masing-masing memilki keunggulan dan juga kelemahannya. Karena itu, sesuaikan lokasi
lahan pertanian yang akan anda gunakan dengan jenis tanaman yang akan tanam.
Kebanyakan, kita lebih mengenal lahan pertanian kering, karena merupakan lahan
pertanian yang lokasinya dekat dengan pemukiman, dan merupakan lokasi yang banyak
ditemui secara luas.

FAKTOR UTAMA PENYEBAB TANAH KERING DAN TANDUS

Faktor utama penyebab tanah kering dan tandus yaitu:

 Cuaca dan kekeringan


 Struktur tanah yang rendah porositasnya
 Kurangnya materi organik tanah
 Kurangnya mineral dan materi esensial tanah (N, P, dan K)
 Kurangnya rongga udara
 Tidak adanya (mikro)organisme tanah

Beberapa METODE Cara Menyuburkan Tanah Kering dan Tandus yaitu:

A. Metode pendekatan mekanik

Metode ini menitik beratkan metode pada pengolahan lahan dengan tujuan mengubah struktur
tanah.
Contoh dari metode ini adalah sebagai berikut.

1. Menyiram dengan air

Tanah yang kering tentu saja kekurangan air. Apabila cuaca dan iklim tidak mendukung memiliki
manfaat curah hujan yang tinggi, maka penyiraman buatan dapat dilakukan. Air dapat disalurkan
dengan pemencar (sprinkle) untuk membuat air tersebar secara merata.

2. Membuat jalur irigasi

Salah satu metode pengairan yang sangat luas dipakai di dunia adalah dengan irigasi air dari
jalur sungai. Pada metode ini, sodetan dapat dibuat di sungai sehingga air mengalir secara
otomatis ke lahan. Letak lahan harus diperhatikan yaitu di bawah aliran atau sejajar dengan aliran
agar air dapat mengalir. Bila letak astronomis dan geografis sungai tidak memenuhi syarat, maka
pompa dapat menaikan air secara buatan. Namun demikian, maka ada energi yang dibutuhkan.
Air akan membasahi lahan dan akan terinkorporasi dengan molekul tanah.

3. Membuat jalur pengairan limbah

Jalur irigasi biasanya berasal dari sungai dan sumber air lainnya yang mengandung sedikit materi
organik (oligotrofik). Sebenarnya, materi organik ini dapat ditambahkan ke dalam tanah
bersamaan dengan jalur irigasi apabila air yang digunakan kaya akan nutrisi (eutrofik). Salah satu
contoh air eutrofik adalah air limbah domestik yang berasal dari pemukiman warga.

Air limbah domestik baik untuk digunakan dalam sistem ini. Hal ini karena limbah domestik
mengandung materi organik yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan dapat terdeposisi di
tanah sebagai topsoil. Namun demikian, perlu diperhatikan kualitas dari air limbah domestik ini.
Apabila limbah terkontaminasi senyawa kimia berbahaya maka air menjadi tidak layak untuk
digunakan.

4. Membajak lahan

Pembajakan berguna untuk membolak-balikan lahan terutama daerah yang berada di zona
topsoil (0 – 20cm dari permukaan tanah). Dahulu pembajakan tanah dilakukan secara manual
dengan cangkul atau bantuan hewan seperti kerbau. Kini pembajakan biasanya dilakukan
dengan mesin traktor. Tanah yang telah dibajak akan terangkat dan menjadi gembur. Jenis-jenis
tanah seperti tanah gembur berarti tanah memiliki rongga dalam strukturnya (tidak padat)
sehingga organisme tanah seperti cacing dan mikroorganisme bisa hidup di dalamnya. Akar
tanaman pun akan lebih mudah mendapatkan oksigen dengan struktur tanah yang berongga ini.

5. Memperkokoh tanah

Tanah tandus seringkali tidak kokoh dan mudah sekali mengalami erosi tanah. Hal ini diperparah
apabila secara topografi, tanah memiliki kemiringan yang cukup tinggi. Pada kondisi ini,
sengkedan atau terasering dapat dibuat sehingga tanah akan kokoh pada tempatnya untuk
menerima irigasi. Batuan dan jaring buatan pun dapat digunakan untuk mempertahankan posisi
tanah.

6. Menaikan porositas

Porositas tanah bergantung dari komposisi tanah. Tanah yang memiliki porositas tinggi memiliki
kandungan partikel besar (sand) yang sedikit dibandingkan partikel yang lebih kecil (silt dan clay).
Porositas yang tinggi berguna untuk menahan air dan nutrisi di dalam tanah dan tak terbawa air.
Dengan demikian pada tanah dengan porositas rendah dapat ditambahkan partikel clay untuk
selanjutnya dibajak agar tanah tercampur.

B. Metode Non Biologis

Metode ini dengan cara mengubah kondisi kimiawi tanah yaitu dengan memasukkan sejumlah
materi tertentu ke dalam tanah.

Contoh dari metode ini adalah sebagai berikut.

1. Menambahkan pupuk kimia

Kurangnya materi esensial (nitrogen, fosfor, dan kalium) pada tanah dapat membuat tanah
menjadi tandus. Untuk itulah pupuk kimia dapat ditambahkan pada tanah. Jenis pupuk ini dengan
segera dapat menutrisi tanaman karena senyawa kimia yang tersedia dapat diserap langsung
oleh tanaman. Di antara pupuk kimia yang banyak digunakan adalah NPK, ZA, dan urea.

Penggunaan pupuk kimia tidak boleh diberikan dalam dosis yang berlebihan. Hal ini dikarenakan
senyawa yang tidak terserap tanaman dan terdeposisi dalam tanah akan tercuci oleh air dan
masuk ke dalam air tanah. Hasilnya adalah air tanah menjadi tercemar dengan senyawa kimia
yang berasal dari pupuk.
2. Menambahkan mineral

Selain materi esensial, tanah tandus pun dikenali dengan kurangnya mineral yang terkandung di
dalamnya. Mineral ini terdiri dari Boron, Klorin, Tembaga, Kobalt, Besi, Mangan, Magnesium,
Molibdenum, Belerang, dan Seng. Karena mineral biasanya berasal dari batuan yang mengalami
pelapukan, maka penambahan mineral dilakukan dengan menambahkan beberapa batuan ke
lapisan atmosfer tanah.

3. Menambahkan batuan halus

Beberapa senyawa dapat ditambahkan ke dalam tanah melalui penambahan batuan halus,
contohnya adalah batuan fosfat. Batuan fosfat ini tidak hanya mengandung fosfor saja namun
juga karbon, kalsium, dan materi mineral tambahan seperti yang disebutkan sebelumnya. Namun
sayangnya, batuan fosfat juga memilki kandungan logam berat yang signifikan.

Untuk menggunakan batuan secara efektif, batuan dihaluskan hingga ukurannya cukup kecil
kemudian ditambahkan bersamaan dengan pupuk kandang. Asam dari pupuk kandang akan
melarutkan fosfat. Di lain pihak, fosfat akan menstabilkan nitrogen yang berasal dari pupuk
kandang.

4. Menambahkan debu granit

Debu granit dan mineral glaukonit dapat digunakan untuk menambah kandungan kalium tanah.
Debu granit mengandung sekitar 1-5% kalium sedangkan sisanya merupakan mineral tambahan.
Sayangnya debu granit kurang dapat larut dalam air sehingga tidak banyak kalium yang dapat
larut dalam waktu cepat. Namun demikian, dampak positifnya adalah debu granit merupakan
slow release fertiliser yang membuat penambahan debu granit tidak perlu sesering senyawa non-
organik lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk glaukonit (greensand).

5. Menambahkan batuan kapur

Batuan kapur dapat menambahkan kandungan kalsium dalam tanah. Selain itu, batuan kapur
dapat memperbaiki kondisi pH tanah yang terlalu rendah yang akan membuat tanah menjadi
subur dan tidak tandus seperti yang akan dijelaskan selanjutnya.

6. Menambahkan debu basal


Salah satu sumber mikronutrien lainnya yang banyak digunakan adalah debu basal. Debu ini
berasal dari pelapukan batuan basal dan mengandung mineral-mineral penting yang berguna
dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Debu ini secara alami ada di daerah dengan
gunung berapi yang aktif, misalnya saja daftar gunung di Jawa Barat, di daerah yang tidak
memiliki gunung berapi aktif, debu basal didapatkan dengan penambahan secara buatan.
Untungnya dengan sifat low release dan harga yang tidak terlalu mahal, penggunaan debu basal
merupakan pilihan yang tepat dalam meningkatkan kandungan mineral tanah.

7. Mengatur pH

pH tanah dapat bervariasi dari asam, netral, hingga alkalis. pH tanah yang subur berada di kisaran
6.0 hingga 6.8 dengan batas toleransi. Bila tanah terlalu asam (pH kurang dari 6), maka batuan
kapur dapat ditambahkan. Ion karbonat dalam batuan kapur akan berikatan dengan ion hidroksil
sehingga menaikkan pH. Sebaliknya, bila tanah terlalu alkalis, maka batuan gipsum dapat
ditambahkan. Ion sulfat dalam gipsum akan berikatan dengan ion hidronium sehingga
menurunkan pH. Baik kapur dan gipsum yang akan digunakan harus melalui proses pabrikasi
yang baik sehingga tidak mengandung kontaminan yang malah mengganggu kesuburan tanah.

8. Menghambat laju buang nitrogen

Nitrogen dapat lepas dari tanah melalui siklus nitrogen ke udara . Lepasnya nitrogen dari dalam
tanah ini dapat dihambat dengan menambahkan suatu senyawa inhibitor. Inhibitor ini dapat
membuat nitrogen dapat bertahan lebih lama di dalam tanah dan telah diuji di Brasil pada
tanaman tebu dengan hasil yang memuaskan. Nitrogen yang berada di dalam tanah lebih lama
akan membuat tanah menjadi subur dan jauh dari kondisi tandus.

C. Metode Biologis

Metode ini dengan cara memanipulasi tanaman, makhluk hidup tanah, dan menggunakan produk
yang berasal dari makhluk hidup untuk diaplikasikan pada tanah.

Contoh dari metode ini adalah sebagai berikut.

1. Menambahkan materi dan pupuk organik


Faktor utama yang menentukan bahwa tanah termasuk tanah tandus adalah tidak tersedianya
materi organik tanah yang tidak mencukupi. Materi organik memiliki kapasitas pertukaran ion
yang sangat tinggi sehingga dapat mengikat air dengan kuat. Hal ini yang membuat tanah kering
berarti kekurangan materi organik tanah.

Penambahan materi organik berbeda dengan pupuk kimia karena materi organik tidak dapat
secara langsung diserap tanaman dan tersedia di tanah. Materi organik akan mengaktifkan
mikroorganisme untuk mendegradasi materi organik itu sendiri. Sama dengan batuan basal,
materi organik merupakan slow release fertiliser. Namun demikian materi organik ini tidak terlalu
kaya dengan nutrisi sehingga penambahannya harus dibarengi dengan pupuk seperti kompos.

2. Materi hewani

Darah, tulang, dan bulu hewan dapat digunakan sebagai pupuk organik. Darah mengandung
sekitar 12-13% nitrogen sedangkan bulu mengandung 7-10% nitrogen. Namun yang harus
diperhatikan adalah bahwa kandungan nitrogen yang sangat tinggi dapat membuat tanaman
keracunan ammonia dan mengundang munculnya patogen.

Meski mengandung nitrogen yang tinggi namun bulu hewan tidak efisien untuk dijadikan pupuk
organik karena pelepasan nutrisinya sangatlah lama. Tulang hewan dapat meningkatkan kadar
fosfor tanah lebih cepat dibandingkan batuan. Ketiga bahan tersebut sangat baik untuk
menanggulangi tanah tandus dan cara mencegah tanah longsor, namun untuk lahan yang besar,
penggunaanya tidak tepat mengingat harganya yang relatif mahal.

3. Serabut dan abu gergaji

Bahan ini mengandung sekitar 3% nitrogen dan cocok untuk menambah nitrogen tanah dengan
lebih efisien dibandingkan materi hewani. Selain itu abu gergaji dapat digunakan untuk
mengoreksi pH, yaitu menaikan pH pada tanah yang pH-nya termasuk asam.

4. Kascing

Kascing atau kotoran cacing merupakan materi organik yang cepat diserap sangat baik bagi
kegemburan tanah. Hal ini karena selain memberikan materi organik tanah berupa kascing,
cacing juga turut membentuk struktur tanah secara mekanik serta mempercepat penyerapan
nutrisi ke dalam tanah dan pada tanaman dengan mengubah bahan organik menjadi kascing.

5. Pupuk kandang
Pupuk kandang berasal dari kotoran ternak dan unggas. Pupuk ini kaya akan nitrogen, fosfor,
dan kalium setelah melalui proses pematangan dan fermentasi. Pupuk kandang mudah diserap
tanah dan tanaman serta mengandung mikroba aktif yang memperbaiki kondisi tanah (seperti
pupuk hayati). Namun demikian, ada kemungkinan pupuk kandang mengandung bakteri patogen
seperti Escherichia coli yang dapat menimbulkan masalah kesehatan pada manusia.

6. Kompos

Kompos adalah hasil fermentasi aerobik dari bahan-bahan hijau (daun, ilalang) dan bahan-bahan
coklat (sisa dapur). Kompos sangat baik untuk digunakan di tanah karena mengandung rasio C/N
yang sesuai untuk menyuburkan tanah. Kompos memiliki kelebihan dibandingkan pupuk kandang
yaitu dapat dibuat dalam skala rumahan dan steril dari bakteri patogen.

7. Mengganti tanaman secara periodik

Pergantian tanaman secara periodik sudah mejadi suatu metode yang umum dilakukan.
Pergantian tanaman ini dilakukan agar tanah menjadi tidak jenuh atau tandus dan untuk mengisi
kembali tanah dengan nutrisi terutama nitrogen. Biasanya tanaman yang digunakan adalah
tanaman kacang-kacangan yang dapat bersimbiosis dengan bakteri pemfiksasi nitrogen untuk
menambah kandungan nitrogen tanah dalam bentuk ammonium dan nitrat.

8. Mengintegrasikan ternak

Ternak yang dipelihara di dekat lahan pertanian dapat memberikan keuntungan untuk kesuburan
lahan. Hal ini dikarenakan buangan dari peternakan dapat langsung digunakan di lahan pertanian
sebagai pupuk kandang ataupun materi organik seperti yang dijelaskan sebelumnya.

9. Menambahkan pupuk hayati

Pupuk hayati berbeda dari pupuk organik maupun pupuk non-organik. Hal ini dikarenakan pada
pupuk hayati tidak hanya terdapat senyawa yang mampu meningkatkan kesuburan tanah tetapi
juga tergantung suatu konsorsium mikroba tertentu. Konsorsium mikroba ini akan tinggal di tanah
dan memproses bahan-bahan organik menjadi materi organik tanah.

Selain itu beberapa mikroba dapat bersimbiosis dengan tanaman. Mikroba jenis Rhizobium dapat
berikatan dengan akar tanaman dan membentuk struktur nodul akar yang dapat berfungsi
sebagai tempat pembentukan dan penyimpanan nitrogen. Bakteri lainnya, semisal bakteri endofit,
diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Namun demikian, penggunaan pupuk serta perekayasaan lahan yang berlebihan justru akan
merusak kondisi lahan. Nutrisi tanah akan menjadi tidak seimbang dan berimbas misalnya pada
pH. Zat hara inorganik akan menggantikan materi organik pada topsoil sehingga membuat materi
esensial untuk jalannya ekosistem tanah terganggu. Perlu diperhatikan juga tanah yang terlalu
banyak materi organiknya tidak sesuai untuk semua tanaman untuk berkembang.

Anda mungkin juga menyukai