Anda di halaman 1dari 30

KELAYAKAN USAHATANI CABE MERAH PADA LAHAN PASIR

PANTAI DI DESA SRIGADING KECAMATAN SANDEN KABUPATEN


BANTUL YOGYAKARTA

Proposal Skripsi

Disusun Oleh :
Ahyar Rosidi
20130220050

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia merupakan negara agraris dengan keadaan geografis pegunungan

dan memiliki banyak lahan dan perkebunan yang subur, yang artinya sebagian

dari penduduk Indonesia bekerja sebagai petani baik disubsektor tanaman pangan,

holtikultura, perkebunan dan peternakan, namun lokasi petani tersebar disetiap

daerah yang berpotensi untuk bertani. Pertanian di Indoneisa berada didaerah

pedesaan dan jauh dari perkotaan.

Jenis tanaman yang banyak dibudidayakan dilahan yaitu tanaman pangan

seperti padi, tanaman holtikultura yaitu sayuran, tanaman industri seperti karet

dan sawit. Namun yang menjadi andalan hasil pertanian Indonesia setelah

tanaman industri adalah sektor holtikulturanya. Tanaman holtikultura terdiri dari

banyak jenis seperti sayuran kubis, kool, sawi, wortel, tomat, timun, bawang

merah dan putih dan cabe merah.

Dengan keadaan sumber daya alam yang subur dan cocok untuk budidaya

tanaman holtikultura dan tanaman pangan lainya. Sehingga sektor Pertanian

merupakan sektor kedua yang menyumbang pemasukan untuk Negara setelah

sector industri pengolahan, menurut badan pusat statistik (BPS), pada triwulan II

2017. Pertanian Indonesia semakin maju dan berkontribusi lebih baik pada

perekonomian Indonesia, dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indoesia

mencapai Rp 3.366.8 Triliun


Keadaan lahan pertanian diIndonesia semkain lama dari tahun ke tahun

semakin kurang dan sempitnya lahan pertanian diakibatkan oleh alih fungsi lahan

pertanian menjadi non pertanian yaitu pendirian bangunan seperti rumah, hotel,

gedung perkantoran dan pasar pasar modern. Menurut nyak ilham dkk dalam

penelitian perkembangan dan factor factor yang mempengaruhi konservasi lahan

sawah serta dampak ekonominya. mengatakan Secara nasional sawah tadah hujan

paling banyak mengalami konservasi (319 ribu hektar), Di pulau jawa seperti

Lahan sawah tadah hujan 310 ribu hektar, lahan sawah irigasi teknis 234 ribu

hektar, sawah irigasi semi teknis 194 ribu hektar dan sawah irigasi sederhana 167

ribu hektar. Dan keonservasi lahan di luar jawa pada lahan sawah beirigasi

sederhana dan tadah hujan saja.

Menurut Sudaryono 2005 dalam penelitiannya yang berjudul konservasi

lengas tanah melalui rekayasa lingkungan pada lahan pasir beririgasi teknis di

pantai bugel kabupaten Kulonprogo, kurangya lahan sawah di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta sangat terlihat jelas, pada tahun 1999 terdapat penguranga

330 ha, dan ditahun 2000 pengurangan seluas 126 ha lawan sawah, dan dalam

kurun waktu 2 tahun terahir rata rata pergeseran luas lahan di wilayah DIY

sebesar 228 ha pertahun. Usaha dilakukannya ekstensifikasi lahan sangat tidak

mungkin di lakukan pada daerah DIY yang memiliki luas wilayah sangat sempit.

Karena hutan yang ada hanya berupa kawasan persapan dilereng gunung merapi.

Oleh karena itu lahan pasir pantai selatan sepanjang pantai bantul sampai

kulonprogo bisa dimanfaatkan sebagai alternatife untuk berusaha tani, walapun

tidak sebagus lahan sawah yang bisa ditanamai semua jenis tanaman, namun bisa
dimanfaatkan untuk berusahatani dan tanaman yang bisa ditanami dilahan pasir

pantai yaitu cukup banyak seperti cabai, bawang merah, jagung, semangka. Dan

yang paling banyak di budidayakan oleh petani lahan pasir pantai adalah tanaman

bawang merah dan cabe merah.

Cabai merah adalah tanaman genus capsicum yang memiliki kandungan

senyawa yang bermampaat bagi kesehatan tubuh manusia. Cabai adalah tanaman

musiman, tanaman perdu berkayu atau berbatang bisa mencapai tinggi satu meter,

daun berwarna hijau tua, berbentuk bujur telu dan bunga soliter dengan daun

bunga putih dan tumbuh didaerah ber iklim tropis. Cabai bisa tumbuh dengan baik

pada dataran tinggi dan dataran rendah. Namun biasanya cabai banyak ditanam di

dataran rendah sampai pegunungan 2000 meter diatas permukaan laut yang

membutuhkan iklim tidak terlalu lembab, sayarat tumbuh tanaman cabai yaitu

dengan kondisi tanah yang subur, gembur, kaya unsur organik, tidak banyak

lempung, bebas cacing (nematode) dan penyakit ular tanah. Dengan pH tanah

yang ideal antara 5.5 – 6.8.

Harga cabai sangatlah bervariasi tergantung varietas nya, harga bisa

meningkat pesat dua kali lipat dari harga biasanya, karena cabe merupakan produk

yang fluktuatif, Seperti pada bulan januari sampai bulan April kemarin terjadi

kenaikan yang sangat drastis pada harga cabai merah untuk semua varietas namun

yang paling mahal jenis cabe rawit merah mencapai Rp 140 /kg. Kenaikan harga

tersebut disebabkan karena kurangnya pasokan cabai merah dari petani, karena

keadaan cuaca yang tidak mendukung sehingga banyak petani yang gagal panen.

Sehingga pasokan cabe merah berkurang ke pasaran.


Didesa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul Yogyakarta semua

anggota kelompok tani yang aktip membudidayakan tanaman cabai merah varietas

kriting dengan memanfaatkan lahan pasir pantai untuk menanam cabai. Jika

dilihat dari sayarat tumbuh tanaman cabai maka kemungkinan untuk tumbuhnya

cabai dilahan pasir pantai sangat lah rendah, karena kondisi lahan pasir pantai

yang miskin dengan unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti unsur organik,

struktur tanah lepas, kemampuan menampung hara dan air rendah, dan salinitas

atau kandungan garam tinggi. Dari segi iklim dilahan pasir pantai rawan dengan

kenaikan air laut yang menyebabkan abrasi dan erosi pada pesisir pantai. Dan

berdampak pada pasir pantai bertekstur kasar dan bersifat lepas, butiran pasir yang

mengandung garam menyebakan kerusakan pada tanaman.

Walaupun cabai atau tanaman lainya tumbuh dilahan pasir pantai maka akan

membutuhkan adaya tindakan dalam memenuhi unsur hara yang dibutuhkan pada

tanaman seperti menambahkan atau pemberian pupuk dan air yang lebih banyak.

Maka usahatani lahan pasir pantai akan mengelaurkan biaya lebih banyak untuk

mengolah lahan nya dari usaha tani yang dilahan sawah. Dengan kondisi lahan

pasir seperti itu maka perlu diteliti apakah usahatani cabe merah dilahan pasir

tersebut menguntungkan bagi petani.


B. Tujuan penelitian

Berdasarkan latarbelakang yang telah dikemukakan di atas maka tujuan yang

ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui Biaya, Pendapatan, Penerimaan, Keuntungan, Usahatani cabai

merah

2. Mengetahui Kelayakan usahatani cabai merah

C. Mampaat dan kegunaan penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa menambah dan sebagai wawasan ilmu

pengentahuan yang bermamfaat baik secara teoritis dan praktis. Baik bagi

mahasiswa dan para membaca khusunya para petani dan kelompok tani.

1. Sebagai refrensi bagi pelaku usahatani cabai merah.

2. Sebagai bahan evaluasi pelaku usahatani cabai merah dalam menjalankan

usahanya.

3. Diharapkan bisa menambah wawasan bagi para pembaca dan khususnya

mahasiswa dan petani cabai


II. PEMDEKATAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Lahan Pasir Pantai


Lahan pasir pantai merupakan kawasan marjinal yang mengandung lempung,

debu dan unsur hara yang miskin. Sehingga tanah tidak bisa menampung air

dengan baik, air akan terus mengalir sekitar 150 cm per jam. Dan kemampuan

daya simpan air pada lahan pasir pantai 1,6-3 % dari total air yang tersedia. Dan

biasanya kondisi angina didekat pantai sangat tinggi, dengan kecepatan angina

yang tinggi kemungkinan bisa merusak tanaman seperti robohnya tanaman dan

angin juga bisa membawa partikel partikel garam yang bisa mengganggu

pertumbuhan tanaman. Kondisi suhu yang ada pada lahan pasir pantai sangat

panas dan puncak paling panas pada saat siang hari dengan tingginya suhu

tersebut bisa mengakibatkan kurang nya kadar air pada tanah lahan pasir pantai

karena akibat penguapan yang sangat tinggi prapto dkk, (2000) dalam Tendi Eko

Sautro (2015).

Kesuburan tanah pada lahan pasir pantai rendah karena termpratur dan

infiltrasi yang tinggi yang memungkinkan tingkat retensi air tanah pasir pantai

menjadi rendah. Stabilitas agregat dan kandungan liat tanah yang dimiliki oleh

lahan pasir pantai rendah, jika pada saat hujan maka air dan unsur hara akan cepat

hilang atau larut melalui pergerakan air kebawah (gunawan budiyanto, 2009).

selain kurangnya unsur hara lahan pasir pantai juga dihadapkan dengan

kecepatan angina yang sangat kencang dengan kandungan garamdan dengan

tekstur tanah pasiran, 98,8% fraksi pasir (saparso, 2001)


Dampak erosi pasir pantai bisa menyebabkan tanah pada lahan pasir pantai

bertekstur kasar dan bersifat lepas sehingga mudah terjadinya erosi angina, hasil

erosi seperti endapan pasir bisa menunutup lahan usahatani pasir pantai dan

pemukiman yang dekat dengakn pesisir pantai, butiran pasir yang mengandung

garam akibat erosi angin bisa menyebabkan turunnya prodtivitas dan merusak

tanaman, peristiwa tersebut mengakibatkan lahan pasir pantai sangat kritis yang

asrtinya harusdi lakukannya penanganan (Triatmojo, 1999, tim UGM, 1992,

Hariadi B, 2009, Suryato, 1996, Dudiyanto, dkk 2005 dalam Aris Slamet widodo

dkk 2013)

Curah hujan Lahan pasir pantai selatan DIY sangat tinggi, 2061,9 mm

pertahun (BPP Sanden, 2001) tapi dengan kondisi hujan tidak merata, 7,32 mm

hari per bulan dengan intensitas mencapai 47,3 mm hari (suparso, 2001)

Dengan kondisi lahan pasir pantai yang rendah akan unsur hara, kemungkinan

banyak berbagai kendala yang akan dihadapi oleh petani dilahan pasir pantai.

Maka petani harus menggunakan factor produksi yang lebih baik dalam kuantitas

ataupun kualitas, dengan tujuan mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

bagus.

Menurut (Chalifah 2006 dalam Aris Slamet widodo dkk 2013) Salah satu

usaha yang bisa dilakukan petani untuk mengatasi masalah atau upaya konesrvasi

lahan pantai yaitu dengan menanam tanaman pemecah angina (windbrekas).

Tanaman pemecah angin bisa mengurangi dampak tiupan angin yang membawa

partikel partikel garam yang bisa menyebabkan kerusakan pada tanaman.

Tanaman cemara laut dan gamal adalah tanaman pemecah angin yang sekaligus
berfungsi ganda untuk konservasi lahan (Balai Penelian Kehutanan Solo 2010

dalam Aris Slamet widodo dkk 2013)

Faktor kendala diluar lahan yaitu jumlah produksi dan harga cabai

dipengaruhi oleh musim. Misalnya pada saat musim hujan resiko gagal panen

sangat besar dan petani yang membudidayakan tanaman cabai sedikit sehingga

pasokan cabai tidak banyak yang mengakibatkan terjadinya kenaikan harga

dipasaran. Dan begitupun sebaliknya pada musim kemarau resiko gagal panen

rendah dan banyak petani yang membudidayakan tanaman cabai sehingga

pasokan cabai banyak dan harga cabai akan turun dipasaran seperti saaat ini.

2. Cabai Merah
Cabai merah (capsicum annum L) yaitu tanaman perdu yang mengandung

kapsaisin sehinnga memiliki rasa pedas. Dalam budidaya cabai diupayakan

persyaratan teknis yang optimal agar menghasilkan hasil panen yang baik dan

dapat di produksi secara teratur setiap tahun dengan produksi dan mutu yang

optimal.

Cabai merah jenis tanaman dengan kemapuan adaptasi yang luas, oleh karena

itu bisa dibudidayakan hampir diseluruh Indonesia termasuk provinsi aceh. Cabai

merah cocok atau bisa tumbuh didataran rendah dan dataran tinggi sampai

ktinggian 1.400 mdpl. suhu yang cocok untuk tanaman cabai merah mulai dari 25 0

- 270 C pada siang hari dan 180 – 200 C jika dimalam hari. Untuk proses

pembungaan pada tnamancabai tidak terlalu membutuhkan dan di pengaruhi oleh

panjangnya hari. Dan tanaman cabai merah akan lebih baik pertumbuhannya pada

curah hujan sekitar 600 – 1.200 mm per tahunnya.


Tanaman cabai bisa tumbuh diberbagai jenis tanah baik di dataran rendah dan

pada dataran tinggi, tanah yang ideal untuk budidaya tanaman cabai adalah tanah

dengan kriteria mengandung bahan organik minimal 1,5 % dan pH antara 6.0 -6.5.

kandungan pH pada tanah sangat penting karena akan berpengaruh dengan unsur

hara, jika cabai ditanama pada tanah dengan ph lebih dari 7 maka akan mengalami

gejala klorosis, atau cabai akan mengalami masalah pada pertumbuhan dan daun

akan menguning yang di sebabkan oleh kurangnya unsur hara besi (fe) (sumarni,

1996 dalam Mustafa Khoiri )

Pertumbuhan tanaman cabai akan optimal jika semua unsur hara terpenuhi

dengan kriteria yang seharusanya seperti suhu, ketersedian CO2, suhu yang ideal

untuk tanaman cabai antara 24 – 28 0C, dengan kelembaban udara 80 %. dan sinar

matahari yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis, pertumbuhan bunga,

buadan pematangan bunga, lama penyiraan matahari kurang lebih 10-12 jam

sehari. Jika tanaman cabai kurang penyirana sinar matahari maka tanaman cabai

akan mengalami waktu panen yang lama dan tanaman cabai tumbuh tinggi yang

mudah di serang penyakit seperti serangan bakteri dan cendawan (wiryanto 2006

dalam Rosmyanti 2008)

Pengelolaan atau perawatan budidaya tanaman cabai masih dilakukan dengan

cara tradisional sampai dengan intensif hingga saat ini. Seperti pengunaan input

produksi disesuaikan berdasarkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki

oleh petani. Akibatnya produktivitas yang di capai sangat bervariasi dan cendrung

belum optimal.
3. Biaya, pendapatan, penerimaan, keuntungan, kelayakan
a. Biaya

Biaya secara umum, dapat dikatakan bahwa biaya yang telah di keluarkan

untuk produksi untuk mendapatkan pendapatan disebut dengan biaya.

Menurut Soekartawi dkk 1986 dalam penelitian Nining Mayanti Siregar 2011

biaya yaitu pengorbanan yang ditangung pada sumber ekonomi dalam bentuk

satuan uang yang di gunakan untuk sarana produksi, upah tenaga kerja dan yang

lainnya yang di bebankan untuk proses produksi, Maupun yang akan dikeluarkan

untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya di klasifikasikan menjadi dua yaitu.

1. Biaya tetap ( fix cost )

Biaya tetap yaitu biaya yang pengeluarannya tidak habis dalam

satu produksi dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya

produksi, seperti pengahasilan tetap para pengerjaan, penyusutan alat atau

pemeliharaan mesin atau alat produksi. (Sadam Fadli 2014)

2. Biaya tidak tetap (variabel cost)

Biaya tidak tetap (variabel cost) yaitu biaya yang dikeluarkan

berdasarkan jumlah produksi yang dilakukan dalam sebuah usaha seperti

bibit, puuk, petisida. Tenaga kerja, biaya alat atau mesin. (Sadam Fadli

2014)

3. Biaya implisit

Biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam sebuah produksi dengan

secara tidak nyata seperti upah tenaga kerja dalam kelaurga, nilai modal

sendiri dan nilai sewa lahan sendiri.


4. Biaya eksplisit

Biaya eksplisit adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam

sebuah produksi dengan secara nyata seperti pembelian pupuk, benih,

pestisida dan biaya tak terduga selama proses produksi. Adapaun rumus

untuk menegtahui besarnya biaya eksplisit dengan rumus (A. Kasim 1995

dalam Bahrun 2015)

5. Biaya total

Tota biaya adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk

proses pproduksi, yang terdiri dari penjumlahan biaya implisit dan biaya

eksplisit, dengan mengunakan rumus sebagai berikut. (kasim 2004 dalam

Listiana Dewi dkk 2107)

TC = TEC + TIC

Keterangan
TC = Total Biaya (Total Cost)
TEC = Total Biaya Eksplisit (Total Explicit Cost)
TIC = Total Biaya Implisit (Total Implicit Cost)
b. Penerimaan

Menurut soekartawi et. al. (2011) dalam Retno Wisti Gupito dkk (2014)

konsep penerimaan, biaya dan pendapatan berkaitan sangat erat dengan

penampilan usatani. Penerimaan diartikan sebai total produk/hasilpanen

usahatanidalam jangka waktu tertentu, baik yang sudah terjual maupun yang

belum terjual ke pasaran. Dalam jangka waktu pembukuan biasanya dalam waktu

satu tahun dan mencakup semua produk yang sudah terjual dikonsumsi oleh

petani, digunakan untuk bibit, digunakan untuk pembayaran dan disimpan

digudang dapat di tuliskan dalam aku.

TR = P x Q

Keterangan:

TR = Penerimaan (Total Revenue)


P = Harga Jual
Q = Hasil Produksi

c. Pendapatan

Meurut soekartawi (2002) mengatakan pendapatan merupakan selisih antara

penerimaan dengan total biaya. Menurut Suratiyah (2009) dalam yusuf effendi

(2016) besar kecilnya biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima oleh

petani dipengaruhi oleh faktor, faktor internal dan eksternal, faktor manajamen.

Faktor internal dan eksternal akan bersama sama mempengaruhi besanya biaya

dan pendapatan. Faktor internal diantaranya yaitu umur petani, pendidikan,

pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, jumlah tenaga tenaga kerja keluarga

luas lahan dan modal. Kalau pengaruh dari eksternal dari segi input adalah

ketersediaan harga input, kalau dari segi aoutputnya yaitu dipengaruhi oleh
permintaan dan harga jual. Adapun rumus untuk mencari atau menghitung

pendapatan.

NR = TR – TEC

Keterangan:
NR = Total Pendapatan (Net Revenue)
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TEC = Total Biaya Eksplisit (Total Explisit Cost)

d. keuntungan

Menurut Roza (2009) dalam penelitian Eka Miftahul Jnannah (2012)

mengatakan Keuntungan yang didapatkan oleh petani adalah selisih antara

penerimaan total dengan biaya total, semua biaya yang telah di keluarkan selama

proses produksi sampai panen, baik biaya eksplisit maupun implisit. Dan dapat di

rumuskan sebagai berikut:

II = TR-TC

Keterangan;
II = Keuntungan
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Biaya Total (Total Cost)

e. Kelayakan

1. R/C Ratio

Salah satu ukuran efisien yaitu penerimaan dari rupiah yang

dikeluarkan revenue cost ratio R/C ratio. Analisis return cost (R/C) ratio

merupakan perbandingan antara biaya dan penerimaan (Rahim A dan

Hastuti DRD, 2008 dalam penelitian Nining Myanti Siregar 2011).

Analisis R/C digunakan untuk mengetahui keuntungan relative usahatani


berdasarkan perhitungan finansial, dimana R/C ratio dapat menunjukan

besarnya penerimaan yang didapat dari pengeluaran dalam satu satuan

biaya. Menurut soekartawi (2002) mengatakanuntuk mengetahui

kelayakan sebuah usahatani bisa dihotung dengan menggunakan analisis

revenue cost (R/C ratio) dengan rumus seperti berikut.

R/C = TR/TC

Keterangan:
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila R/C > 1 dan dikatakan tidak

layak apabila nilai R/C < 1

2. Produktivitas Lahan

Penguasaan luas lahan pertanian adalah sangat penting dalam

proses prosuksi dan usahatani, pada usahatani contohnya pemilikan

lahan yang sempit biasanya kurang efisien jika dibandingkan dengan

yang luas. Jika luas lahan semakin sempit maka semakin tidak efisien

ushatani tersebut. Namun jika usahatani dilakukan dengan cara yang

baik dan benar dengan perhitungan agribisnis dan menggunakan

inovasi teknologi yang tepat. Karena tingkat efisiensi sebenarnya

tergantung pada penerapan teknologi yang digunakan. Danie

(2004;56) dalam Muhammad Hafidh (2009).

Komoditas pertanian juga dipengaruhi dengan luas lahan pertanian

yang digunakan untuk bubidaya. Secara umumnya dikatakan, lahan

yang digarap atau dibudidayakan maka semakin banyak hasil yang di


hasilkan oleh lahan tersebut. lahan pertanian diukur dan dinyatakan

dengan hectare (ha) atau are. Tapi di pedesaan petani biasanya masih

mengukur dengan cara tradisional, seperti patok dan jengkal Rahim

2007:26 dalam Muhammad Hafidh (2009)

Produktivitas lahan adalah hasil pendapatan usahatani yang di

kurangi dengan biaya implisit sewa lahan dibagidengan luas lahan.

Jika produktivitas lahan lebih besar dari biaya sewa lahan maka

usahatani dikatakan layak untuk diusahakan, begitupun sebalinya jika

produktivitas lahan lebih kecil dari biaya sewa lahan maka ushatani

tersebut dikatakan tidak layak untuk diusahakan.

Produktivitas lahan = NR – TKDK – bunga modal sendiri


Luas lahan (m2)

Keterangan:
NR = Pendapatan
TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga

3. Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara hasil

yang telah dihasilkan dengan sumber daya tenaga kerja yang

digunakan ersatuan waktu (Suprapti, 1998 dalam Endang Sri Sudalmi

2010).

Ada tiga tiga faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja

yaitu upah, insentif dan pendidikan. Sedikit banyaknya jumlah upah

yang diterima oleh tenaga kerja akan berpengaruh pada tingkat


produktivitas kerjanya, apabila tenaga kerja merasa cukup dengan uah

yang di terima maka tingkat roduktifitasnya akan meningkat. Begitu

juga dengan adanya insentif yang berikan pada tenega kerja

bisaberengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja. (Setiadi

2009 dalam Teddy Adhika dkk 2014). Dan tingkat pendidikan bisa

berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja, semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang maka produktivitas dan kinerjanya juga

akan semakin tinggi (Simanjuntak 2001).

Dari segi perhitungan ekonomi produktivitas tenaga kerja yaitu

hasil dari pendaatan yang dikurangi dengan biaya implisit kecuali

biaya tenaga kerja dalam keluarga dan dibagi jumlah tenaga kerja

dalam keluarga. Jika hasilnya lebih besar dari upah tenaga upah kerja

usahatani dikatakan layak untuk di jalankan begitu[pun sebaliknya

jika hasil atau produktivitas tenaga kerja lebih rendah dari upah tenaga

kerja maka usahatani dikatakan tidak layak untuk dijalankan.

PTK = NR – sewa lahan sendiri – bunga modal sendiri


Total TKDK (KHO)

Keterangan:
PTK = Prodktivitas Tenaga Kerja
NR = Pendapatan
TKDK = Tenaga Kerja Dalam Kerluarga
HKO = Hari Kerja Orang
4. Produktivitas Modal

Produktivitas modal merupakan pendapatan yang di kurangi sewa

lahan sendiri dan nilai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK),

kemduian dibagio dengan total biaya ekplisit dan dikalikan seratus

persen.

Produktivitas Modal = NR –sewa laha sendiri – TKDK X 100%


TEC

Keterangan:
NR = Pendapatan
TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga
TEC = Total Biaya Eksplisit

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang meneliti dengan kasus dengan model yang

sama. Hasil penelitian (Eni istiyanti dkk 2015) berjudul Pengembangan Usahatani

Cabai Merah di Lahan Pasir Pantai Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo.

Dengan kesimpulan pendapatan usahatan cabai merah di lahan pasir pantai

kecamtan temon tiap 0,38 ha adalah sebesar Rp 9.278.430 per musimtanam dan

dengan keuntungan sebesar Rp 3.094.504 per musimnya. Secara bersama sama

factor produksi luas lahan, benih,tenaga kerja, pupuk kotoran ayam, pupuk

kotoran sapi, pupuk ZA, pupuk phonska, pupuk SP36, pupuk NPK Mutiara,

insektisida Furadan, Abamectindan confidor, Fungisida Antracol dan Ampligo,

jenis benih dan pengunaan mulsa mempegaruhi produksi cabai merah di lahan

pasir pantai. Penggunaan benih pada usahatani cabai merah di lahan pasir pantai

sudah efisiean.
Namun dengan kondisi lahan pantai yang miskin akan unsur harannya, maka

sebaiknya petani harus melakukan penangan pada lahan pantai dengan cara

menamhkan pemberian pupuk organik atau pupuk kandang yang dari kotoran

ternak dan hewan yang cocok untuk meningkatkan poduktivitas tanah seperti

kotoran sapi, kotoran kambing, kotoran ayam, kotoran burung puyuh, dengan

tujuan untuk menigkatkan produksi cabai merah

Adapaun menurut penelitian (Sadam Fadli 2014) dengan judul Analisis

Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Tomat di Keluharan Boyaoge Kecamatan

Tatanga Kota Palu. Total penerimaan rata rata yang dterima oleh petani tomat di

kelurahan boyaoge adalah sebesar Rp 40.460.955,22/ ha pada satu musim tanam

dengan harga cabai pada saat itu sebesar Rp 3.000.00 dan jumlah produksi

sebanyak 13.486.99 kg. total dan biaya yang di keluarkan petani tomat di

keluarhan boyaoge sebanyak Rp 22. 977.700.17/ha ada satu musim tanam. Dan

dengan nilai R/C ratio sebanyak 1,76 yang artinya bawah R/C > 1 yang

mengambarkan bahwa pendapatan yang diterima lebih banyak dari total

penegeluaran yang dikeluarkan untuk biaya produksi maka usatani tomat di

kecamtan boyaoge layak untuk diusahakan

Menurut hasil penelitian (Dely Yanti 2014) dengan judul Studi Kelayakan

Usahatani Cabai Besar (capsicumanum L) di Kelurahan Lempake Kecamatan

Samarinda Utara Kota Samarinda. Pendapatan usahatani cabe kriting di kelurahan

lempeke kecamatan samarinda pada satu kali musim tanam ditahun 2012 secara

keseluruhan sejumlah Rp 73.902.149 atau setiap respondenya mendapatkan

sebesar Rp 7.390.215/ha. Biaya produksi yang di keluarkan berpengaruh terhadap


pendapatan dari usahatani cabai kriting di kelurahan Lempake Kecamatan

Samarinda Utara Kota Samarinda. Usahatani sudah dikatakan layak dan sudah

efisien jika di lihat dari nilai R/C ration nya dengan rata rata 2.39 yang berarti

setisp pengeluaran yang di keluarkan untuk usahatani sebanyak Rp 15.000 akan

menghasilkan penerimaan sebanyak Rp 35.850.

Dalam penelitian yang dilakukan Miei Tri Sundari 2011 memperlihatkan

kalau usahatani wortel. Petani memperoleh penerimaan sebesar Rp 12.217.054,26

per Ha dengan biaya yang di keluarkan sebanyak Rp 4.760.703,81 per Ha nya,

dan pendapatan yang di terima oleh petani sampel yang membudidayakan wortel,

sebesar Rp 7.456.350,40 per Ha nya. Dan hasil dari analisis R/C Ratio nya adalah

sebesar 2,75 yang artinya usahatani wortel yang di budidayakan sudah efisien dan

dikatakan layak.

Dalam penelitian (Triwara Buddhi Satyarni 2009) dengan judul Analisis

Kelayakan Usahatani Cabai di Lahan Pantai (Study Kasus di Pantai Pandan Simo,

Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut menyimpulkan

tentang usahatani lahan pantai di desa ponco sari, kecamatan srandakan kabupaten

bantul yaitu layak untuk diusahakan atau usahatani cabai merah di lahan pasir

pantai layak untuk di usahakan berdasarkan dari hasil analisis mengahasilkan

Pendapatan usahatani cabai merah dilahan patai sebesar Rp 14.706.246 per

hektarya dan keuntungan yang di terima per hektarnya sebesar Rp 14.092.913.

jika dalam luas lahan 0,93 ha maka pendapatan yang diterima sebesar Rp

13.746.246 dan keuntungannya sebesar Rp 13.132.913 per usahatani. Dan BEP

volume produksi sebesar 608 kg, BEP harga produksi sebesar Rp 2.135,
sedangkan analisi R/C ration nya lebih dari 1 yaitu sebsar 3.89 yang artina usaha

tersebut layak.

C. Kerangka Pemikiran

Usahatani cabai merah pada lahan pasir pantai yaitu sama saja dengan

produksi cabe merah dilahan sawah. Membutuhkan biaya produksi cabe merah

mulai dari sewa lahan dan biaya perawatan sampe panen atau disebut juga dengan

istilah biaya ekplisit yaitu biaya yang benar atau nyata dikeluarkan untuk proses

produksi. Dan adapun biaya biaya lainya seperti sewa lahan milik sendiri, biaya

tenaga kerja dalam keluarga dan biaya modal sendiri yang secara tidak nyata

dikeluarkan atau tidak masuk hitungan pencatatan biaya oleh pelaku usaha kecil

seperti usahatani. Petani biasanya hanya memperhatikan dan menghitung biaya

ekplisit dalam produksi.

Hasil panen cabai merah kemudian dijual ke pasaran sehingga mengasilkan

penerimaan untuk petani besar kecilnya jumlah penerimaan yang diterima di

pengaruhi dengan harga cabe merah dipasaran, jika harga cabe merah rendah

maka penerimaannya juga akan rendah dan apakah bisa menutupi biaya biaya

yang telah dikeluarakn untuk produksi cabe merah dilahan,


Usaha Tani
Cabai Merah

Biaya Produksi
Produksi
Harga
Output
Penerimaan
Implisit Eksplisi

Pendapatan

Total biaya Keuntungan

Kelayakan
 R/C ratio
 Produktivitas
lahan
 Produktivitas
tenaga kerja
 Produktivitas
modal
III. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam peneliian ini akan menggunakan metode Deskriptip analisis dengan

cara survey langsung ke lapangan ataulokasi penelitian untuk mengambila sampel

dengan cara wawancara dengan menggunakan daptar pertanyaan tertulis atau

kuisoner. Deskriptif analisis dalah menamgambarkan keadaan langsung yang ada

di lapangan dengan secara sistematik. Akurat fakta dan karakterisik tentang

populasi atau aktivitas yang dilakukan dalam bidang tertentu, dengan subjek

penelitian menggunakan data variabel yang didapatkan dari kelompok tani subjek

yang sedang di teliti, Atau berdasarkan fakta yang sedang terjadi dilapangan.

A. Pengambilan sampel

1. Sampel lokasi
Lokasi atau tempat pengambilan data dalam penelitian ini berada di Kecamatan

Sanden Kabupaten Bantul Yogyakarta, pemilihan lokasi penelitian karena

Kabupaten Bantul memiliki lahan pasir pantai yang luas dengan luas 6.446 ha

meliputi Kecamtan Sanden Srandakan dan Kretek, berdasarkan data BPS

Kabupaten Bantul (2007) dalam Aris Slamet Widodo (2008). Pengambilan data

pada kelompok Tani Manunggal Kecamatan Sanden karena memproduksi cabe

merah terbanyak kedua dari kecamatan lainya sebanyak 4.388 kw (Bantul dalam

angka 2014 bps). Dan desa Srigading juga paling banyak memproduksi cabe

merah sebanyak 1.605 kw. Walaupun jumlah kelompok tani di Desa Srigading

sangat banyak namun kelompok Tani Manungal sudah dikelas madya. Dan sudah

berkembang dan mandiri dalam melakukan penjualan hasil panennya, penjualan


dilakukan degan sistim pasar lelang, penjualan dalam jumlah besar yang langsung

ke luar kota ke pedagang besar dan konsumen akhir.

2. Petani

Dalam penelitian ini akan menggunakan metode simple random sampling untuk
penentuan respondennya, karena anggota Kelompok Tani Manunggal adalah
Homogen atau luas lahan dari setiap anggota tidak jauh beda rata rata 1000 - 2000
meter. Jumlah anggota kelompok tani manunggal sebanyak 100 orang petani
namun yang aktif hanya berjumlah 65 orang petani, maka untuk penentuan
responden ditentukan dengan cara acak dari jumlah anggota kelompok tani yang
aktif saja, dengan menggunakan rumus slovin maka jumlah resonden yang akan
di jadikan sampel dalam penelitian ini sebnayak 30 orang

N
n=
1+ N ( e )2

65
maka n=
1+65 ¿ ¿

Keterangan
n = jumlah responden
N= jumlah populasi
e = standar eror atau batas kelasalahan
B. Jenis dan teknik pengambilan data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengunakan data

primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang didapat dengan cara turun

langsung kelapangan dengan cara wawancara langsung kepada anggota kelompok

tani manunggal dan mengunakan daftar pertanyaan tertulis atau kuisioner, dengan

cara simple random sampling yaitu metode pengambilan sampel anggota populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata pada populasi tersebut. Atau
hanya mengambil sebagian dari jumlah anggota tani yang mewakili untuk

dijadikan sample dalam penelitian ini.

Untuk melengkapi data dalam penelitian ini akan menggunakan data sekunder

yaitu data yang sudah jadi dalam bentuk file dan dokumen yang diperoleh dari

kelompok tani seperti dokumen dokumen tertulis yang berisi tentang kelompok

tani tersebut dan dari pihak kedua yaitu BPS (Badan Pusat Statistik), website

resmi Bantul Kabupaten.

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah

1. Asumsi

a. Hasil produksi terjual semua

2. Pembatasan Masalah

a. Data yang diambil pada kelompok Tani Manunggal yang budidaya cabe

merah

b. Data produksi satu musim tanam tahun 2017

D. Definisi oprasional

1. Luas lahan pasir pantai adalah yang ditanami dalam satu musim yang di ukur

dalam satuan hektar (Ha)

2. Varietas cabe merah yang dibudidayakan adalah dianggap sama

3. Pupuk adalah bahan organic dan kimia untuk meningkatak pertumbuhan

tanaman. Di ukur dalam satuan kilogram (Kg)

4. Pestisida adalah zat kimia yang diberikan untuk mengatasi hama dan penyakit

pada tanaman, diukur dalam satuan ( liter)

5. Peralatan adalah jumlah dan jenis alat yang digunakan untuk proses produksi
6. Tenaga kerja adalah jumlah jasa orang yang bekerja pada produksi baik

tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga luar kerluaga (TKLK).

7. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar benih, pupuk,

tenaga kerja dan biaya lain lainya selama proses produksi berlangsung.

Dihitung dengan nilai (Rp)

8. Biaya eksplisit adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dengan nyata untuk

produksi, di hitung dengan nilai ( Rp)

9. Biaya imlisit adalah jumlah biaya yang dikelaurkan dengan tidak nyata

namun tetap di perhitungkan, seperti sewa lahan sendiri, modal sendiri dan

tenaga kerja dalam keluarga ( TKDK )

10. Produksi adalah jumlah hasil panen cabai merah pada lahan pasir pantai yang

di hitung dalam satuan kilogram (Kg)

11. Harga adalah nilai pcabe merah yang di hitung dengan satuan kilogram (Kg)

12. Penerimaan adalah hasil panen cabai merah yang didapatkan oleh petani di

alikan dengan harga yang dinytakan dalam (Rp)

13. Pendapatan adalah jumlah penerimaan yang diterima oleh petani di kurangi

dengan biaya eksplisit dinyatakan dalam nilai (Rp)

14. Keuntungan adalah jumlah penemerimaan yang diterima petani dikurangi

dengan biaya eksplisit dan baiay implisit dinyatakan dalam nilai (Rp)

15. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) perbandingan antara total penerimaan dengan

total biaya

16. Produktivitas lahan adalah sebesar berapa lahan bisa menghasilakan

pendapatan yang di ukur dengan satuan (Rp/m2)


17. Produktivitas tenaga kerja adalah kemampuan dari setiap tenaga kerja untuk

mengahsilkan pendapatan, diukur dalam satuan (Rp/HKO)

18. Produktivitas modal adalah kemampuan modal yang digunakan untuk

produksi usahatanai cabe merah menghasilakn pendapatan yang diukur

dengan satuan (%).

E. Analisis Data

Data yang sudah didapatkan kemudian akan dianalisis atau diolah menjadi

sebuah informasi dalam bentuk angka. Data akan diolah dengan mengunakan teori

teori dalam kelayakan usahatani.

1. Biaya

TC = TEC + TIC

Keterangan:
TC = Total Biaya (Total Cost)
TEC = Total Biaya Eksplisit (Total Explisit cost)
TIC = Total Biaya Implisit (Total Implisit Cost)

2. Penerimaan

TR = Q. P

Keterangan:
TR = Total Penerimaan (Total Reveue)
Q = Jumlah Produksi (Quantity)
P = Harga Jual Produk (Price)

3. Pendapatan

NR = TR – TEC

Keterangan:
NR = Pendapatan (Net Revenue)
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TEC = Potal Biaya Eksplisit (Total Eksplisit Cost)

4. Keuntungan
π=TR−TC

Keterangan:
II = Keuntungan
TR = Penerimaan (Total Revenue)
TC = Total Biaya (Total Cost)

5. Kelayakan

Untuk menganalisis kelayakan usahatani cabai merah akan mengunakana tiga

teori yaitu Return Cost Ratio (R/C Ratio), produktivitas modal dan produktivitas

tenaga kerja.

a. Return Cost Ratio (R/C Ratio)

TR
R/C Ratio ¿
TC

Keterangan:
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Total Biaya (Total Cost)

Jika R/C Ratio > 1 maka usahatani cabe merah layak untuk diusahakan

Jika R/C Ratio < 1 maka usahatani cabe masih tidak layak untuk

diusahakan

b. Produktivitas lahan

NR−Nilai TKDK −Bunga modal sendiri


Produktivitas Lahan=
luaslahan

Keterangan:
NR = Pendapatan (Net Return)
TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga
Jika produktivitas lahan > dari sewa lahan maka usahatani cabe merah

dikatakan tidak layak. Jika produktivitas lahan < sewa lahan maka

usahatani cabe merah di katakana tidak layak

c. Produktivitas tenaga kerja

produktivitastenaga kerja=¿

NR−sewa lahan sendiri−bunga modal sendiri


Total TKDK ( HKO)

Keterangan:

NR = Pendapatan (Net Return)


TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga
HKO = Hari Kerja Orang

Jika produktivitas tenaga kerja > upah minimum harian maka usahatani

cabe dikatakan layak untuk diusahakan. Jika produktivitas tenaga kerja

< upah minimum harian maka usahatani cabe merah dikatakan tidak

layak untuk diusahakan

d. Produktivitas modal

NR −Sewa lahan sendiri−TKDK


Produktivitas modal¿ x 100 %
TEC

Keterangan:
NR = Pendapatan (Net Return)
TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga
TEC = Total Biaya Eksplisit (Total Explisit Cost)

Jika produktivitas modal > tingkat suku bunga tabungan bank pada

saat produksi, usahatani cabe merah dikatakan layak untuk

diusahakan. Jika produktivitas modal < tingkat suku bunga tabungan


bank pada saat produksi, usahatani cabe merah dikatakan tidaklayak

untuk diusahakan.

Anda mungkin juga menyukai