Anda di halaman 1dari 22

TEKNOLOGI HASIL LAUT

“PENGOLAHAN RUMPUT LAUT MENJADI DODOL DALAM SKALA HOME INDUSTRY”

DISUSUN OLEH:

Daryanto Eka Putra


4518044035

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

BOSOWA

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas ± 13.677 pulau dengan
panjang pantai kira-kira 81.000 km, terletak di antara 94° Bujur Timur (BT) dan 141° Bujur
Barat (BB), serta 6° Lintang Utara (LU) dan 11° Lintang Selatan (LS). Hampir 2/3 dari luas
wilayahnya berupa perairan yang sangat kaya dengan aneka ragam hasil laut, diantaranya
adalah rumput laut. Dari sekian banyak jenis rumput laut yang ada, beberapa jenis yang
banyak terdapat dan tumbuh di perairan Indonesia serta sudah mulai dimanfaatkan
adalah Gelidium sp., Eucheuma sp. (Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum), Gracilaria
sp. (Gracilaria gigas dan Gracilaria verrucosa), Hypnea sp., dan Sargassum sp.

Seiring dengan menguatnya gerakan kembali ke alam (back to nature), pemanfaatan


rumput laut kian dimaksimalkan. Upaya untuk membudidayakannya pun kian digencarkan.
Di Nusa Dua dan Nusa Lembongan (Bali) misalnya, upaya budidaya jenis Eucheuma sudah
dimulai pada tahun 1983. Upaya serupa juga dilakukan pada jenis Gracillaria di berbagai
wilayah Indonesia lainnya, diantaranya yaitu Paciran (Lamongan), Sulawesi Selatan, Pantai
Utara Pulau Jawa. Budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii juga dilakukan pada
peraian Nusa Tenggara Barat tepatnya di Balai Budidaya Laut Stasiun Grupuk Kabupaten
Lombok Tengah sejak tahun 1990 hingga saat ini.

Rumput laut merupakan salah satu hasil perikanan yang cukup penting di Indonesia,
sehingga termasuk sebagai salah satu komoditas ekspor atau sumber devisa bagi negara dan
budidayanya merupakan sumber pendapatan nelayan, dapat menyerap tenaga kerja, serta
mampu memanfaatkan lahan perairan pantai dikepulauan Indonesia. Berdasarkan data DKP
RI tahun 2008, apabila seluruh lahan budidaya rumput laut dapat dimanfaatkan maka akan
diperoleh kurang lebih 32 juta ton per tahun. Apabila harga rumput laut sebesar Rp 4.5 juta
per ton, maka penerimaan yang diperoleh berkisar Rp 144 triliun per tahun. Potensi rumput
laut Indonesia dapat menjadi salah satu sumber pemasukan bagi devisa negara, dan juga
mampu menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor rumput laut kering terbesar dunia.

Menurut FAO (2008), produksi rumput laut Indonesia pada tahun 2006 telah mencapai
1,174,996 ton, dan meningkat menjadi 1,733,705 ton pada tahun 2007. Peningkatan produksi
tersebut memberikan kontribusi yang besar dalam perbaikan posisi Indonesia dalam
perdagangan internasional rumput laut. Ekspor rumput laut Indonesia selalu mengalami
kenaikan setiap tahunnya, ekspor Indonesia cenderung meningkat dengan rata-rata
peningkatan 22.38 persen per tahun. Perkembangan volume ekspor rumput laut yang
demikian tinggi mencerminkan adanya peluang dan demand yang semakin besar di pasar
internasional terhadap rumput laut Indonesia. Kondisi ini seharusnya dapat menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki daya saing yang semakin kompetitif di pasar internasional.

Rumput laut mempunyai kandungan gizi (nutrisi) yang baik bagi tubuh manusia
sehingga bisa dimanfaatkan dan menghasilkan keuntungan ekonomis. Di bidang industri,
ternyata pengolahan rumput laut sudah cukup lama dikenal di Indonesia, meskipun dengan
teknologi proses dan peralatan yang sederhana. Rumput laut telah diolah menjadi berbagai
jenis makanan olahan di antaranya kue, puding, dodol, manisan, selai, dan agar. Pembuatan
makanan olahan dari rumput laut memerlukan gula sebagai pengawetnya. Disamping itu,
hidrokoloid yang terkandung di dalam rumput laut merupakan alasan utama untuk
menjadikannya sebagai bahan baku industri kosmetik, farmasi, cat, tekstil, pakan ternak, dan
industri lainnya.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui potensi pengolahan rumput laut di Indonesia;
2. Mengetahui cara atau langkah pembuatan dodol rumput laut;
3. Mengetahui analisis usaha pembuatan dodol rumput laut;

C. Kata kunci
Kata kunci dalam makalah ini yaitu : rumput laut, budidaya, nutrisi, manfaat, penggulaan,
dodol, mutu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumput laut

Rumput laut (sea weeds) yang dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal
sebagai Algae sangat popular dalam dunia perdagangan akhir - akhir ini. Rumput laut dikenal
pertama kali oleh bangsa China kira - kira tahun 2700 SM. Saat itu, rumput laut banyak
digunakan untuk sayuran dan obat - obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi
memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun, seiring dengan perkembangan
waktu, pengetahuan tentang rumput laut pun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan
Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas (Kementerian
Perdagangan RI, 2011).

Menurut Ariyadi (2004), rumput laut merupakan spesies dari alga atau ganggang. Di
Indonesia, rumput laut mempunyai banyak nama ataupun istilah daerah, sebagai contoh
karagenan, ganggang, atau rambu kasang (jawa), bulung (Bahli), arien (Maluku), dan kahao
(Bima). Dibandingkan dengan rumput laut di daerah lain, rumput laut Indonesia masih sangat
jauh tertinggal baik dari segi kualitas maupun kandungan unsur kimianya (hasil
metabolisme).

Rumput laut dapat hidup dengan baik pada beberapa habitat, baik air tawar, air asin
(laut), maupun air payau. Rumput laut ini ada yang bersel tunggal (monoseluler), namun ada
pula yang bersel banyak (multiseluler). Ada yang tumbuh sendiri, namun ada pula yang
hidup berkelompok membentuk koloni-koloni. Berdasarkan jenisnya, rumput laut ada yang
mengandung zat warna berupa klorofil (zat hijau daun) dan karotenoid.

Rumput laut yang banyak tumbuh di perairan Indonesia dan mulai dimanfaatkan oleh
masyarakat kita adalah dari jenis Gelidium sp.,Euchema sp., Gracilaria sp., dan Hypnea sp.
Rumput laut jenis Euchema dan Gelidium merupakan jenis yang paling komersial
(mempunyai nilai ekonomi tinggi) dan potensial untuk dikembangkan, misalnya
dimanfaatkan dalam pembuatan dodol rumput laut. Rumput laut jenis ini berbentuk pipih,
bercabang tidak beraturan, dengan warna thalus kuning kecoklat-coklatan. Karena dalam
pertumbuhannya memerlukan gerakan air yang cukup, sedangkan gerakan air merupakan
faktor ekologi yang penting guna memungkinkan terjadinya aerasi, maka rumput laut
tersebut dapat memperoleh pasokan hara (makanan) dalam jumlah yang cukup. Dengan
demikian, kedua jenis rumput laut tersebut mempunyai kandungan protein yang sempurna.

Di samping itu, rumput laut jenis Euchema dalam konsentrasi yang tinggi mampu
membentuk gel dalam larutan air. Oleh karena itu, dalam proses pemanasan/pemasakan
menjadi dodol, akan terjadi proses pengentalan yang sangat cepat.
Sementara, rumput laut jenis Gracilaria sp., umumnya mempunyai thalus yang
berwarna merah kekuning-kuningan, dengan bentuk agak pipih dan percabangan yang tidak
teratur. Rumput laut jenis ini umumnya dibudidayakan di tambak. Dengan demikian,
kemungkinan untuk terkena pencemaran air sungai yang mengandung insektisida dan logam
berat sangat besar, baik dari kegiatan pertanian, permukiman, maupun perindustrian. Bahan-
bahan pencemar yang mengandung insektisida dan logam berat ini bisa terakumulasi dalam
jaringan tanaman rumput laut, sehingga apabila dikonsumsi akan sangat membahayakan
kesehatan manusia. Rumput laut dapat dengan mudah menyerap bahanpencemar (polutan).
Polutan yang terserap tersebut tidak dapat dipisahkan dalam proses ekstraksi sehingga akan
terus terbawa hingga ke dalam produk olahannya. Oleh karena itu, umput laut
jenis Gracilaria sp.ini kurang baik apabila digunakan sebagai bahan baku olahan yang
langsung dikonsumsi manusia.

Gracilaria sp.

Eucheuma sp.
Sargassum sp.

Hypnea sp.

B. Budidaya rumput laut

Sekarang ini rumput laut di Indonesia banyak dikembangkan di pesisir pantai Bali dan
Nusa Tenggara. Mengingat panjangnya garis pantai Indonesia (81.000 km), maka peluang
budidaya rumput laut sangat menjanjikan. Selain itu budidaya rumput laut yang tergolong
mudah dilakukan dan waktu pemeliharaan relatif singkat, sedangkan dari aspek ekonomi
usaha ini menguntungkan karena biaya pemeliharaan murah. Jika menilik permintaan pasar
dunia ke Indonesia yang setiap tahunnya mencapai rata - rata 21,8 % dari kebutuhan dunia,
pemenuhan untuk memasok permintaan tersebut masih sangat kurang, yaitu hanya berkisar
13,1%. Rendahnya pasokan dari Indonesia disebabkan kegiatan budidaya yang kurang baik
dan kurangnya informasi tentang potensi rumput laut kepada para petani (Kementerian
Perdagangan RI, 2011).

Berikut beberapa tahapan dalam melakukan budidaya rumput laut :

1. Persyaratan lokasi dan lahan

Lahan budidaya yang cocok sangat ditentukan oleh kondisi ekologis yang meliputi
kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologi. Adapun persyaratan lahan budidaya rumput
laut adalah lokasi budidaya harus terlindung dari hempasan langsung ombak yang kuat,
lokasi budidaya harus mempunyai gerakan air yang cukup. Kecepatan arus yang cukup
untuk budidaya rumput laut 20-40 cm/detik, dasar perairan adalah dasar perairan karang
berpasir, pada surut terendah lahan budidaya masih terendam air minimal 30 cm,
kejernihan air tidak kurang dari 5 m dengan jarak pandang secara horisontal, suhu air
berkisar 27 – 30 0C dengan fluktuasi harian maksimal 4 0C. Salinitas (kadar garam)
perairan antara 30-35 permil (optimum sekitar 33 permil). pH air antara 7-9 dengan
kisaran optimum 7,3 - 8,2. Lokasi dan lahan sebaiknya jauh dari pengaruh sungai dan
bebas dari pencemaran, sebaiknya dipilih perairan yang secara alami ditumbuhi berbagai
jenis makro algae lain seperti Ulva, Caulerpa, Padina, Hypnea dan lain-lain sebagai sp
indikator (Indriani, 1994).

2. Seleksi Bibit

Bibit harus dipilih dari thallus yang muda, segar, keras, tidak layu dan kenyal, berat bibit
pada awal penanaman + 100 gram per ikat, bibit sebaiknya disimpan di tempat yang
teduh dan terlindung dari sinar matahari atau direndam di laut dengan menggunakan
kantong jaring (Indriani, 1994).

3. Metode tali panjang

Metode tali panjang (long line method) pada prinsipnya hampir sama dengan metode
rakit tetapi tidak menggunakan bambu sebagai rakit, tetapi menggunakan tali plastik dan
botol aqua bekas sebagai pelampungnya. Metode ini dimasyarakatkan karena selain lebih
ekonomis juga bisa diterapkan di perairan yang agak dalam. Keuntungan metode ini
antara lain: tanaman cukup menerima sinar matahari, tanaman lebih tahan terhadap
perubahan kualitas air, terbebas dari hama yang biasanya menyerang dari dasar perairan,
pertumbuhannya lebih cepat, cara kerjanya lebih mudah, biayanya lebih murah, kualitas
rumput laut yang dihasilkan baik (Kordi, 2011).

Saat ini para petani/nelayan di perairan NTB umumnya mengembangkan usaha


budidaya rumput laut dengan metode tali panjang, dan tentunya metode ini dapat diterapkan
dan dikembangkan oleh petani/nelayan di wilayah lain di Indonesia. Persiapan pembuatan
kontruksinya yang meliputi persiapan lahan dan peralatan sebagai berikut :

1. Material

 Tali plastik diameter 9 mm (sebagai tali utama dan tali jangkar);

 Tali plastik diameter 4 mm (sebagai tali ris tempat untuk mengikatkan bibit);

 Tali rafia (sebagai pengikat bibit);

 Bibit rumput laut;

 otol plastik bekas/gabus (sebagai pelampung);

 Patok bambu/kayu atau batu karang (sebagai jangkar);

 Pisau;

 Perahu.
2. Prosedur budidaya

 Ukuran unit yang dipakai biasanya 15 x 30 m2;

 Siapkan material budidaya sesuai poin a

 Potong tali ris sepanjang 30,5 m sebanyak 15 buah;

 Potong tali utama sepanjang 17 m sebanyak 2 buah;

 Potong tali jangkar yang panjangnya disesuaikan dengan kedalaman perairan pada
waktu pasang tertinggi sebanyak 4 buah;

 Rentangkan kedua tali utama pada lokasi perairan yang telah dipilih dengan posisi
saling berhadapan dengan jarak 30 m dan ikatkan tali jangkar pada kedua ujungnya
yang sebelumnya dibebani batu karang atau diikatkan pada patok bambu/kayu yang
ditancapkan sebelumnya kemudian disudut-sudutnya dipasang pelampung;

 Ikat bibit yang telah diseleksi dengan tali rafia dengan berat masing-masing sekitar
100 gram/ikat kemudian bibit tersebut diikatkan pada tali ris;

 Rentangkan tali ris kemudian ikatkan pada tali utama dikedua ujungnya dengan jarak
masing-masing tali ris sekitar 1 m;

 Pengikatan tali ris pada tali utama disesuaikan sehingga jarak tanaman dari
permukaan air sekitar 30 sampai 50 cm;

 Setelah tali ris diikat semua maka ikatkan pelampung botol plastik bekas pada tali ris,
masing-masing ris sebanyak 10 buah dengan jarak sekitar 3 m;

3. Perawatan dan panen

Dalam usaha budidaya rumput laut, perawatan tanaman adalah sangat penting. Kegiatan
perawatan meliputi hal hal sebagai berikut:

 Membersihkan tanaman dari kotoran yang melekat, endapan atau tumbuhan lain yang
menempel;

 Mengganti tanaman yang rusak dengan tanaman yang baru atau tanaman yang
pertumbuhannya baik;

 Memperbaiki konstruksi yang rusak seperti jangkar tercabut, atau tali-tali lepas atau
putus;

 Tanaman sudah dapat dipanen dengan cara panen total (full harvest) setelah berumur
45-60 hari sejak ditanam. Panen dilakukan dengan cara mengangkat seluruh tanaman,
sedangkan pelepasan tanaman dari tali ris dilakukan di darat. Penanaman kembali
dilakukan dengan memilih bagian ujung tanaman yang masih muda dan bagian
pangkal tanaman yang merupakan bagian yang tua dikeringkan karena memiliki
kandungan karaginan yang tinggi (Kordi, 2011).
C. Nutrisi rumput laut

Rumput laut sangat kaya dengan mineral yang diperlukan oleh tubuh. Dalam setiap 100
gram rumput laut, terkandung 54,3% - 73,7% karbohidrat dan 0,3% - 5,9% protein. Di
samping itu, terkandung beberapa mineral sebagai berikut: calsium (Ca), natrium (Na),
larutan ester, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, serta iodium (Ariyadi,
2004).

Kandungan utama rumput laut segar adalah air yang mencapai 80-90 persen, sedangkan
kadar protein dan lemaknya sangat kecil. Meski kadar lemaknya rendah, susunan asam
lemaknya sangat penting bagi kesehatan. Lemak rumput laut kaya akan omega-3 dan omega-

6. Kedua asam lemak ini merupakan lemak yang penting bagi tubuh, terutama sebagai
pembentuk membran jaringan otak, saraf, retina mata, plasma darah, dan organ reproduksi.
Kandungan kalori dalam rumput laut sangat rendah. Dari total kandungan karbohidratnya,
kurang dari seperempatnya yang dapat diserap tubuh. Karena itu, baik rumput laut maupun
agar-agar sangat baik untuk mereka yang ingin mengurangi berat badan. Rumput laut juga
diketahui sangat kaya unsur yodium. Kandungan yodium rumput laut sekitar 2.400-155.000
kali lebih banyak dibanding kandungan yodium sayuran yang tumbuh di daratan.

Kekurangan yodium akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama


timbulnya gondok (pembesaran kelenjar tiroid). Kekurangan yodium selama kehamilan bisa
berakibat pada cacat janin, yaitu anak menjadi bisu dan tuli, otak kurang berkembang, kerdil,
pertumbuhan terhambat, dan keterbelakangan mental. Untuk mencegah masalah akibat
kekurangan yodium, konsumsi yodium yang dianjurkan adalah 150 mikrogram untuk orang
dewasa, 175 mikrogram untuk wanita hamil, dan 200 mikrogram untuk wanita menyusui.

D. Manfaat rumput laut

Menurut Ariyadi (2004), berdasarkan kandungan unsur gizi dan mineralnya, selain
dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam pembuatan pupuk organik serta bahan campuran
dalam pembuatan obat-obatan dan kosmetika, rumput laut juga dimanfaatkan sebagai bahan
baku dalam pembuatan berbagai macam makanan dengan prospek pasar yang cukup cerah.

Rumput laut merupakan bahan makanan berserat tinggi yang dapat mengikat asam
empedu sehingga mampu menurunkan kadar kolestrol dalam darah dengan cepat. Serat
rumput laut juga bisa diperlambat proses penyerapan gula dalam darah, yang berarti menekan
risiko terjadinya penyakit kencing manis (diabetes melitus). Di samping itu, serat rumput laut
juga dapat berfungsi untuk mencegah terjadinya benjolan-benjolan dan luka-luka pada usus
yang sering mengakibatkan susah buang air besar.

Rumput laut ini akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi setelah melewati beberapa
tahapan proses pengolahan. Dari proses pengolahan tersebut dapat diperoleh beberapa
macam produk, misalnya karagenan (carrageenan), agar-agar, algenat (algeenat), dodol, dan
sebaginya.

1. Karagenan

Karagenan merupakan salah satu jenis koloid dari rumput laut yang paling penting dalam
industri pangan. Karagenan banyak dimanfatkan sebagai bahan pengental dalam
pembuatan beberapa macam produk makanan, misalnya cokelat milk, ice cream, infat
formula, jelly, dan sebagainya.

2. Agar-agar

Agar-agar merupakan salah satu produk olahan rumput laut. Agar-agar menjadi penting
dalam dunia perdagangan karena kemampuannya membentuk gel dalam larutan air
dengan konsentrasi rendah. Agar-agar dalam bentuk kering telah mulai dikenal sejak
pertengahan abad XVI, yang diperoleh melalui pemurnian dengan menggunakan proses
pembekuan-pendinginan.

3. Algenat

Algenat mempunyai kedudukan penting dalam dunia indusri pangan karena fungsinya
sebagai bahan pengental dan bahan pembentuk suspensi, serta merupakan bahan yang
tidak beracun.

Industri pengolahan rumput laut, terutama agar-agar, telah lama dikembangkan di


negara kita, walaupun masih menggunakan teknologi yang sederhana. Namun, secara umum,
kualitas produk olahan rumput laut kita maih belum sebanding dengan produk luar negri
(impor). Rendahnya kualitas produk olahan rumput laut tersebut antara lain disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut.

1. Makin rendahnya teknologi pengolahan yang digunakan.

2. Masih rendahnya kontinuitas penyediaan bahan baku berkualitas.

E. Penggulaan

Gula sebagai bahan pengawet dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan


cara memengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan pangan. Larutan gula yang dipakai adalah
larutan gula pekat. Semakin pekat larutan gula yang digunakan maka akan menimbulkan efek
manis yang lebih tinggi. Selain itu, kepekatan larutan gula juga berpengaruh pada lamanya
proses pemasakan. Semakin pekat gula, maka semakin sedikit air (pelarut) sehingga proses
pemasakan yang notabene menguapkan air akan lebih cepat terjadi dan penyerapan gula oleh
bahan makanan pun akan terjadi semakin cepat dan banyak. Penyerapan gula oleh bahan
makanan terjadi secara difusi, dimana larutan gula yang hipertonis akan terserap oleh bahan
makanan sehingga keadaan larutan di dalam dan di luar bahan makanan mencapai
keseimbangan.

F. Dodol rumput laut

Dodol adalah makanan tradisional yang banyak ditemui di seluruh wilayah Indonesia.
Jajanan yang satu ini awalnya dibuat untuk tujuan hari raya tertentu. Dodol atau bahasa jawa
disebut jenang memang cara membuat jajanan yang paling unik. Membutuhkan waktu yang
lama dan perlu persiapan khusus. Dodol selalu dibuat untuk suguhan atau jamuan khusus.
Jadi pasar dodol sebenarnya sudah lama sekali dikenal di Indonesia. Dodol tradisional yang
pertama kali dikenal adalah dari bahan beras / ketan dengan tambahan santan dan gula
sebagai snak legit yang selalu ditunggu. Berlanjut dengan perkembangan dodol buah serta
akhir akhir ini adalah dodol rumput laut (Anwar, 2012).

Dodol rumput laut pernah dinobatkan sebagai juara I dalam Lomba Cipta Makanan
berbahan hasil pertanian yang diselenggarakan oleh Departemen Perindustrian. Bahkan, pada
tanggal 17 November 1997, produk dodol rumput laut ini ditetapkan sebagai produk inovatif
yang berhak mendapatkan penghargaan dari Badan Dunia WIPO (World Intellectual
Property Organization) Dalam kategori The Best in Environmental Technology, berupa
sertifikat dan medali emas (Ariyadi, 2004).

G. Mutu dodol rumput laut

Pengolahan rumput laut menjadi dodol merupakan cara sederhana untuk memberikan nilai
tambah bagi para petani/nelayan. Dodol rumput laut merupakan makanan yang relatif lebih
tahan lama dibandingkan dengan puding, cendol, dan manisan. Pengolahan dodol rumput laut
dapat diterapkan sebagai usaha rumah tangga atau industri rumah tangga karena cara
pengolahannya yang relatih mudah dan sederhana. Dodol rumput laut merupakan makanan
yang bergizi dan berserat cukup tinggi sehingga baik dikonsumsi untuk kesehatan tubuh
(Ariyadi, 2004).
BAB III
MATERI DAN METODE

A. Materi
Materi dalam pembuatan dodol rumput laut yaitu sebagai berikut :
1. Alat
Alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan dodol rumput laut adalah sebagai berikut:
a. Wajan besar.
b. Loyang cetak plastik/aluminium.
c. Loyang penjemuran atau tampah.
d. Kompor.
e. Pisau pemotong stainless steel (untuk memotong/mencincang rumput laut).
f. Pisau bergelombang stainless steel (untuk memotong dodol rumput laut).
g. Pisau pencongkel (untuk mengeluarkan dodol rumpt laut dari cetakan).
h. Pengaduk kayu.
i. Panci.
j. Ember plastik ukuran besar (untuk merendam rumput laut).
k. Ember plastik ukuran sedang (untuk mencuci dan mencincang rumput laut).
l. Ember plastik ukuran kecil.
m. Meja kayu (untuk menjemur dodol rumput laut).

2. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan dodol rumput laut adalah sebagai
berikut:
a. Rumput laut 2 kg.
b. Gula pasir 9 kg.
c. Santan dari 6 buah butir kelapa.
d. Jeruk nipis 10 buah (untuk menghilangkan bau anyir pada rumput laut).
e. Enses/pasta secukupnya.
f. Garam secukupnya.

B. Metode
Proses pembuatan dodol rumput laut pada dasarnya terdiri atas beberapa tahap kegiatan,
yaitu tahap persiapan bahan, pengolahan, dan finishing.
1. Tahap Persiapan Bahan Baku
Dalam tahap persiapan bahan baku dilakukan beberapa macam kegiatan sebagai berikut:
a. Rumput laut kering (jenis Eucheuma cottoni) dibersihkan dari kotoran-kotoran yang
masih melekat misal: karang, pasir, dan sebgainya. Selanjutnya, dicuci dengan air
bersih berulang kali hingga benar-benar bersih.
b. Setelah bersih, rumput laut tersebut direndan dalam air dengan menggunakan ember
besar. Untuk menghilangkan bau anyir ke dalam air perendam ditambahkand engan
jeruk nipis yang telah dipotong-potong kecil. Selanjutnya, untuk menjaga
kebersihannya, ember berisi rumput laut tersebut ditutup rapat. Perendaman
dilakukan selama dua hari dua malam. Setiap pagi dan sore, air perendaman diganti.
Dalam setiap kali penggantian air perendaman tersebut, dilakukan pencucian
berulang-ulang.
c. Setelah rumput laut lunak (mudah dipotong dengan kuku), dilakukan pencucian
terakhir, kemudian ditiriskan hingga benar-benar tidak ada lagi air yang menetes.
d. Rumput laut kemudian dicincang atau dipotong-potong kecil. Proses pemotongan ini
dapat dilakukan dengan menggunakan pisau stainless steel , talenan, dan baskom
sebagai wadahnya, ataupun dengan menggunakan mesin pemotongan/pencincang
rumput laut.
Catatan :
Proses pencincangan rumput laut dimaksudkan untuk mempermudah proses
perebusannya (lebih menghemat tempat dan lebih cepat lunak). Pencincangan tersebut
dapat pula dilakukan dengan menggunakan mesin blender, namun akan diperoleh bubur
rumput laut dengan kandungan air yang tinggi (umunya, proses pemblenderan dapat
dilakukan dengan baik dengan penambahan sedikit air) sehingga akan memperlambat
proses perebusan. Dengan demikian, rumput laut tersebut telah menajdi bahan yang siap
untuk diperoses lebih lanjut.

2. Tahap Pengolahan Bahan


Dalam tahap pengolahan ada beberapa macam kegiatan yang harus dilakukan yaitu
sebagai berikut :
a. Santan setengah kental dari enam butir kelapa direbus dalam wajan besar. Perebusan
dilakukan dengan menggunakan kompor agar diperoleh panas yang konstan/stabil.
b. Setelah santan mendidih, gula psair dimasukkan kedalamnya. Pengadukan terus
dilakukan hingga keseluruhan gula pasir terlarut sempurna. Sedikit garan ditambah
pula kedalanya.
c. Perebusan santan dan pengadukkan terus dilakukan hingga muncul gelembung-
gelembung kecil selama beberapa saat dan volume santan berkurang sebanyak ± 25
dari volume awal (volume tersisa ± 75 ). Dalam kondisi demikian, rumput laut
yang sudah dicincang segera dimasukkan ke dalamnya.
d. Pemasakan dan pengadukkan terus dilakukan sambil sesekali dilakukan
pelumatan/penghancuran rumput laut dengan menggunakan dua sendok kayu yang
cukup besar. Pelumatan terus dilakukan hinggar rumput laut dalam santan benar-
benar menajadi halus.
e. Selanjutnya, esens dan pewarna (sesuai selera) dimasukkan dan diaduk dapat
tercampur secara merata. Pengadukkan harus dilakukan hingga kedasar wajan agar
tidak hangus.
f. Apabila bubur rumput laut sudah mulai mengental (kadar air tersisa ± 50 ), api
kompor dikecilkan dan selanjutnya dapat segera dilakukan pencetakan.
g. Dengan menggunakan cangkir/gayung plastik, sedikit demi sedikit bubur rumput laut
tersebut dutuangkan ke dalam cetakan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Proses
penuangan ini hanya dilakukan secara hati-hati dan cepat, mengingat karakteristik
dari rumput laut yang akan cepat meleleh/hancur apabila terkena panas, namun akan
cepat membeku apabila terkena udara dingin.
h. Pencetakkan dilakukan selama minimal enam jam dan harus disimpan di tempat yang
aman (tidak terkena debu, bianatang pengotor/perusak, dan tidak mudah tergoyang)
3. Tahap Finishing
Dalam tahap finishing perlu dilakukan beberapa macam kegiatan, antara lain sebagai
berikut :
a. Setelah dicetak selama enam jam, dodol rumput laut dikeluarkan dari dalam cetakan
dengan cara dicongkel menggunakan pisau pencongkel, kemudian dilakukan dalam
posisi miring untuk meniriskan air dan minyak yang melekat.
b. Lempengan-lempengan dodol rumput laut kemudian dapat diiris dengan
menggunakan pisau bergelombang (agar penampilan lebih menarik).
c. Dodol rumput laut hasil pemotongan diatur di atas Loyang penjemuran atau tampah.
Penataan diusahakan agar tidak terlalu rapat, satu dengan yang lain diberi jarak antara
1 cm - 2 cm.
d. Selanjutnya, dodol rumput laut dalam tampah di jemur pada ketinggian 1 m – 2 m
dari permukaan tanah sehingga memperkecil terjadinya kontaminasi dari tanah.
Diusahakan gar disediakan tempat penjemuran khusus yang jauh dari segala macam
kontaminan (bahan penyebab kontaminasi). Selama penjemuran, dodol rumput laut
harus sering dibolak-balik sehingga pengeringan dapat terjadi secara merata.

Penjemuran dilakukan hinggan tingkat kekeringan tertentu (kadar air 12 - 16 .


Apabila kondisi memungkinkan dan dalam skala besar, proses penegringan dodol
rumput laut dapat dilakuakan dengan menggunakan mesin pengering.

4. Pengemasan
Setelah dijemur selama 2 – 3 hari (panas matahari standar), dodol rumput laut sudah siap
untuk dikonsumsi. Untuk menjaga agar dodol rumput laut lebih awet selama dalam
penyimpanan, maka setelah penjemuran diangin-anginkan terlebih dahulu beberapa saat
sehingga menjadi dingin, kemudian baru dikemas. Untuk menjaga kualitas produk dan
memberikan jaminan terhadap konsumen mengenai kualitas produk dalam proses
pengemasan sebaiknya diperhatikan beberapa hal sebgai berikut :
a. Pengemasan dilakukan apabila dodol telah dingin (suhu tinggi akibat penjemuran
sudah menurun sehingga sesuai dengan suhu kamar)
b. Kegiatan pengemasan dilakukan dalam ruangan yang bersih, demikian pula dengan
lingkungan sekitarnya.
c. Sebagai pengemasan dalam (pengemasam primer) digunakan plastik steril, sedangkan
pengemasan luar (pengemasan sekunder) digunakan kotak kertas kemasn khusus.
Kemasan yang bersih, cantik, rapid an menarik akan mampu
menimbulkan image positif terhadap kualitas produk yang dikemas di dalamnya.
d. Pada kotak kemasan luar harus dicantumkan nama produk, nama produsen, berat
produk, komposisi produk, massa kadaluwarsa produk, dan sebgainya. Sebaiknya,
dicantumkan pula nomor izin daro Departemen Kesehatan.
e. Penyimpanan setelah pengemasan harus dilakukan dalam ruangan yang sejuk (tidak
panas dan tidak lembab sehingga bebas dari jamur/cendawan), dengan sistem
sirkulasi udara yang lancer, bersih, dan bebas dari binatang-binatang pengganggu
(tikus, kecoa, dan sebagainya).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Analisis usaha perlu dibuat dalam suatu usaha bisnis, antara lain untuk mengetahui besarnya
modal yang harus dikeluarkan serta perkiraan keuntungan yang akan diperoleh. Namun,
perlu diketahui bahwa harga-harga yang tercantum dalam analisis usaha ini sewaktu-waktu
dapat berubah sesuai dengan kondisi pasar setempat. Adapun analisis usaha pembuatan dodol
rumput laut yang dilakukan oleh pencetus ide dodol rumput laut, Bapak Sugeng Ariyadi,
disajikan sebagai berikut.
1. Modal tetap
Modal tetap merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk pengadaan alat-alat yang
diperlukan dalam pembuatan dodol rumput laut.
No. Nama Alat Jumlah Harga Satuan Total Harga
(Rp --,00) (Rp --,00)
1 Wajan besar 2 75.000 150.000
2 Loyang cetak 4 70.000 280.000
3 Alat jemur 20 4.000 80.000
4 Kompor 2 125.000 250.000
5 Pisau potong 1 15.000 15.000
6 Pengaduk kayu 4 5.000 20.000
7 Panci 2 10.000 20.000
8 Ember besar 2 40.000 80.000
9 Ember sedang 2 15.000 30.000
10 Ember kecil 2 5.000 10.000
11 Meja kerja 1 25.000 25.000
12 Kursi plastik 2 35.000 70.000
13 Rak penyimpanan 1 50.000 50.000
14 Meja penjemuran 2 25.000 50.000
Jumlah 1.130.000

2. Modal tidak tetap


Modal tidak tetap adalah modal yang harus dikeluarkan untuk pembelian bahan baku dan
bahan penolong yang diperlukan dalam pembuatan dodol rumput laut selama sebulan (25
hari kerja).
No. Nama Bahan Jumlah Harga Satuan Total Harga

(Rp --,00) (Rp --,00)


1 Rumput laut 50 kg 10.000 500.000
2 Gula pasir 200 kg 3.200 640.000
3 Kelapa 200 butir 500 100.000
4 Esens/pasta 50 buah 1.500 75.000
5 Jeruk nipis 5 kg 1.000 5.000
6 Minyak tanah 100 liter 600 60.000
7 Plastik 10 kg 11.000 110.000
8 Isolasi 6 gulung 6.000 36.000
9 Isi steples 9 bks 1.000 9.000
10 Kotak kemas 1.200 buah 500 600.000
Jumlah 2.135.000
3. Biaya penyusutan
Umur teknis peralatan diperkirakan kurang lebih 3 tahun (36 bulan). Dengan demikian,
biaya penyusutan peralatan setiap bulan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.
1 / 36 x Rp 1.130.000,00 = Rp 31.388,88, dibulatkan menjadi Rp 32.000,00.

4. Biaya lain-lain
Biaya lain-lain terdiri atas biaya tenaga kerja dan biaya cadangan (tak terduga) yang
besarnya dapat diperhitungkan sebagai berikut.

a. Biaya tenaga kerja 2 orang @300.000,00 = Rp 600.000,00


b. Biaya cadangan/lain-lain = Rp 50.000,00 +
= Rp 650.000,00

5. Jumlah pengeluaran
Besarnya pengeluaran dihitung berdasarkan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
pengadaan bahan baku, penyusutan peralatan, tenaga kerja, dan lain-lain.
a. Pengadaan bahan baku = Rp 2.135.000,00
b. Penyusutan peralatan dalam sebulan = Rp 32.000,00
c. Tenaga kerja dan lain-lain = Rp 650.000,00 +
Rp 2.817.000,00

6. Hasil Produksi/Pemasukan
Hasil produksi selama sebulan dapat dihitung berdasarkan data sebagai berikut. Dalam
tiap bulan diperlukan 50 kg rumput laut. Dari tiap 1 kg rumput laut dapat dihasilkan 24
kotak dodol rumput laut dengan harga jual tiap kotak Rp4.000,00. Dengan demikian,
besarnya pemasukan setiap bulan dapat dihitung sebagai berikut.
50 x 24 x Rp4.000,00 = Rp4.800.000,00

7. Keuntungan
Dari semua data diatas, besarnya keuntungan yang dapat diperoleh setiap bulannya, dapat
dihitung sebagai berikut.
Keuntungan = Pemasukan – Pengeluaran
= Rp4.800.000,00 – Rp2.817.000,00
= Rp1.983.000,00

B. Pembahasan
1. Nutrisi dodol rumput laut
Seperti kandungan gizi rumput laut pada umumnya, produk dodol dari olahan rumput laut
juga memiliki kandungan karbohidrat, protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian
besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium. Selain itu juga mengandung
vitamin-vitamin seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, dan K, betakaroten, serta
mineral; seperti kalium, fosfor, natrium, zat besi, dan yodium. Beberapa jenis rumput laut
mengandung lebih banyak vitamin dan mineral penting, seperti kalium dan zat besi yang
bila dibandingkan dengan sayuran dan buah-buahan.

2. Harga jual
Harga jual dari dodol rumput laut bervariasi. Hal ini tergantung oleh harga rumput
laut kering itu sendiri. Harga di daerah penghasil dodol rumput laut yang satu berbeda
dengan harga di daerah lain. Tetapi pada umumnya masih dalam kisaran yang sama.
Untuk 1 kg rumput laut dapat dihasilkan 24 kotak dodol rumput laut dengan harga jual
tiap kotak Rp 4.000,00. Berarti setiap kotaknya memiliki berat bersih ± 40 gr.

Usaha dodol tak ada matinya, apalagi jika produk ini dikonsep sebagai oleh-oleh
khas daerah. Oleh oleh khas daerah lebih unik jika mengacu keunggulan daerah. Karena
menghasilkan banyak rumput laut, maka memilih variasi dodol dari rumput laut bisa
menjadi pilihan yang menarik. Rumput laut yang tasteless (netral) dengan tekstur yang
kenyal dan mudah digigit akan menghasilkan cita rasa dodol rumput laut yang lebih
variatif. Dodol rumput laut tak hanya rasa original rumput laut tapi juga bisa ditambahkan
coklat, buah, susu, cappuccino atau tambahan kacang kacangan sehingga tampil lebih
komplit.

3. Pemasaran
Menurut American Marketing Association, sebagaian besar produk dengan bahan-
bahan herbal dipasarkan dengan kebijakan green marketing (pemasaran hijau), yaitu
pemasaran produk yang diduga aman lingkungan. Dengan demikian pemasaran hijau
menggabungkan berbagai kegiatan, termasuk modifikasi produk, perubahan proses
produksi, perubahan kemasan, juga memodifikasi iklan. Mendefinisikan pemasaran hijau
bukanlah tugas yang sederhana di mana beberapa arti berpotongan dan bertentangan satu
sama lain. Peluang pemanfaatan rumput laut sebagai jajanan dodol sangatlah tepat untuk
dikembangkan menjadi produk agroindustri skala UKM. Agroindustri skala UKM
merupakan bentuk badan usaha berbasis masyarakat yang pada akhirnya dapat
meningkatkan produktivitas masyarakat, sehingga sangat cocok untuk sentra
produksi merchandize food.

Memilih segmen pasar yang jelas sangat penting. Memilih segmen pasar adalah
memilih pembeli yang akan berminat terhadap dodol yang akan dibuat. Misalnya
menentukan bahwa dodol yang dibuat untuk oleh-oleh khas maka olahan dodol harus
benar-benar menunjukkan khas daerah dan dikemas dengan ukuran yang cocok untuk
kemasan. Agar tampil unik dodol harus dikemas cantik dan menarik lengkap dengan
label dan merk yang tertera. Bentuknya harus unik. Sementara menetapkan keunggulan
adalah konsep membuat pembeli tidak lupa dan selalu ingat dengan jenis produk yang
dijual.

Dodol adalah salah satu jajanan khas Nusantara yang juga merupakan produk
industri skala rumahan dan industri, mempunyai potensi untuk dipasarkan secara luas di
mancanegara. Bukan hanya dari segi produksi, pemasaran dodol secara tidak langsung
memperkenalkan budaya dan “menjual” citra Indonesia di mata dunia. Pengolahan
rumput laut menjadi jajanan dodol merupakan salah satu alternatif yang berbeda dari
pengolahan rumput laut pada umumnya. Tujuan dari konsep dodol rumput laut dirancang
untuk mengoptimalkan pemanfaatan rumput laut sebagai salah satu bahan pangan bernilai
gizi tinggi sehingga dapat dijadikan alternatif jajanan yang menarik, sehat dan ekonomis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Potensi pengolahan rumput laut di Indonesia sangat besar. Indonesia dengan sebagian
besar wilayahnya berupa perairan sangat berpotensi untuk pengembangan budidaya dan
pengolahan. Rumput laut banyak mengandung zat-zat nutrisi penting yang diperlukan
bagi tubuh manusia, seperti Protein, Karbohidrat, Energi dan Serat Kasar. Kandungan
lemaknya yang rendah dan serat kasarnya yang cukup tinggi menyebabkan rumput laut
baik untuk dikonsumsi sehari-hari;
2. Langkah pembuatan dodol rumput laut terdiri atas persiapan bahan baku, pengolahan
bahan, finishing, dan pengemasan;
3. Usaha pembuatan dodol rumput laut cukup menjanjikan di Indonesia. Peluang
pemanfaatan rumput laut sebagai jajanan dodol sangatlah tepat untuk dikembangkan
menjadi produk agroindustri skala UKM. Agroindustri skala UKM merupakan bentuk
badan usaha berbasis masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas
masyarakat, sehingga sangat cocok untuk sentra produksi merchendize food.
B. Saran
Saran yang dapat diambil dari pembuatan makalh ini yaitu :
1. Sebaiknya pemerintah lebih menggalakkan usaha budidaya rumput laut, karena perairan
laut Indonesia sangat berpotensi untuk budidaya rumput laut;
2. Setelah dilakukan budidaya, hendaknya rumput laut diolah menjadi makanan yang siap
saji, bergizi, dan mempunyai mutu tinggi seperti dodol rumput laut ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyadi, Sugeng. 2004. Pembuatan Dodol Rumput Laut. Kanisius, Yogyakarta.

Indriani, H., dan E. Sumiarsih. 1994. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. PT
Penebar Swadaya. Jakarta.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2011. Warta Ekspor : Rumput Laut dan Produk
Turunannya. Jakarta.

Kordi, K. M. G. H. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta.
Jakarta.

Maftuhah dan Amanatuz Zuhriyah. Kajian Pemanfaatan Rumput Laut (Eucheuma Cottoni).

Anda mungkin juga menyukai