Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional
Jl. PH.H. Mustofa No.23, Neglasari, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat 40124
E-mail: nazhifarifdaa@gmail.com2
Abstrak
Jumlah minyak pelumas bekas yang dihasilkan kendaraan bermotor mengalami peningkatan setiap tahunnya,
sehingga diperlukan proses pengolahan minyak pelumas bekas menjadi sesuatu yang lebih bernilai ekonomis.
Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah mengolah minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar cair
melalui proses pirolisis dengan menggunakan katalis zeolit alam. Pada pirolisis terjadi pemecahan rantai karbon
panjang menjadi lebih pendek melalui proses pemanasan tanpa menggunakan oksigen. Pada penelitian ini,
dilakukan pemanasan minyak pelumas bekas hasil treatment pada modified fixed-bed reactor hingga tidak ada
tetesan distilat. Disamping itu dipelajari pengaruh temperatur operasi dan penambahan katalis terhadap perolehan
hasil pirolisis. Variasi temperatur operasi yang digunakan sebesar 410 oC, 450oC dan 490oC, sedangkan variasi
ukuran partikel katalis zeolit alam sebesar 70/120 mesh, 200/250 mesh dan >400 mesh. Produk pirolisis yang
diperoleh kemudian dianalisis. Analisis yang dilakukan meliputi analisis viskositas, massa jenis, nilai kalor dan
kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS). Hasil dari penelitian ini adalah bahan bakar cair hasil pirolisis
yang fraksionasi menjadi gasoline, kerosene dan solar. Variasi temperatur, penambahan katalis dan ukuran
katalis mempengaruhi hasil pirolisis. Produk cair hasil pirolisis terbaik dengan perolehan (%yield) 95%
diperoleh dari kondisi operasi 490oC dan ukuran katalis >400 mesh.
The Effect of Temperature and Size of the Catalyst on the Yield of Liquid Fuel from
Catalytic Pyrolysis from Used Lubricating Oil
Abstract
The use of lubricating oil in motorized vehicles has increased every year. In line with this, the amount of
lubricating oil waste has also increased so that the processing of used lubricating oil is needed to become
something more economically valuable. One method that can be done is to process used lubricating oil into
liquid fuel through the pyrolysis process using natural zeolite catalyst. In pyrolysis, the process of breaking long
carbon chains becomes shorter through heating without using oxygen. In this study, the waste oil will be heated
in a modified fixed-bed reactor until there were no drip distillates. Besides that, it will be studied the effect of
operating temperatur, addition and size of the catalyst on the yield of pyrolysis. Variations in operating
temperaturs used were 410oC, 450oC and 490oC, while variations in particle size of natural zeolite catalysts were
70/120 mesh, 200/250 mesh and >400 mesh. Pyrolysis products obtained are then analyzed. The analysis are
carried out included analysis of viscosity, density, calorific value and gas chromatography-mass spectrometry
(GC-MS). The results of this study are liquid fuels from pyrolysis which are fractionated into gasoline, kerosene
and diesel. Temperature variation, addition of catalyst and size of catalyst affect the results of pyrolysis. The
best pyrolysis liquid product with 95% yield was obtained from operating conditions 490 oC and catalyst size
>400 mesh.
1
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas
PENDAHULUAN
Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya akibat dari
peningkatan kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. Data Badan
Pusat Stastitik (BPS) tahun 2017 menunjukkan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia adalah
113.030.793 unit sepeda motor, 15.493.068 unit mobil penumpang. Peningkatan kebutuhan kendaraan
bermotor diikuti dengan peningkatan kebutuhan minyak pelumas sebagai bahan pelumas kendaraan.
Minyak pelumas hanya dapat digunakan pada periode waktu tertentu atau berdasarkan jarak tertentu,
sehingga harus dilakukan pergantian minyak pelumas baru. Jika periode pergantian minyak pelumas
diasumsikan 2 bulan sekali untuk sepeda motor dan 6 bulan sekali untuk mobil dengan pelumas yang
digunakan untuk sepeda motor 800 cc sedangkan untuk mobil 4 liter, maka perkiraan jumlah potensi
minyak pelumas bekas di Indonesia adalah 746,755 juta per tahun.
Berdasarkan kriteria limbah, minyak pelumas bekas termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun). Minyak pelumas bekas yang dihasilkan dari kendaraan bermotor biasanya dibuang begitu
saja atau tidak dikelola dengan baik, sedangkan di dalam minyak pelumas bekas terkandung sejumlah
sisa hasil pembakaran yang bersifat asam, korosif, dan logam berat yang bersifat karsinogenik yang
dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia seperti penyakit ginjal, kanker dan bagi
lingkungan seperti pencemaran air dan tanah. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mengurangi
limbah minyak pelumas menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti menjadi bahan bakar cair yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu cara yang digunakan untuk mengubah minyak pelumas
bekas menjadi bahan bakar cair yaitu dengan metode pirolisis.
TINJAUAN TEORITIS
Minyak pelumas bekas atau yang biasa disebut oli merupakan cairan kental yang berfungsi untuk
mengurangi dan mencegah keausan pada mesin-mesin. Minyak pelumas didapatkan dari proses
pengolah minyak bumi pada suhu 300oC-500oC. Sedangkan Minyak pelumas bekas merupakan
minyak pelumas yang telah digunakan dalam waktu yang lama sehingga tidak sesuai lagi dengan
fungsinya. Minyak pelumas bekas berada di antara C16 sampai ke C20 dan biasanya tersusun dari
campuran minyak pelumas dasar, bahan yang tak terurai dan bahan tambahan terdiri dari logam,
minyak pernis, getah karet dan komponen-komponen aspaltik konsentrasi tinggi yang berasal dari
lapisan di permukaan bantalan dan degradasi komponen pelumas baru.
2
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas
Pirolisis merupakan salah satu cara untuk mendaur ulang limbah minyak pelumas. Pirolisis adalah
proses dekomposisi kimiawi bahan organik (berbasis karbon) dengan menggunakan panas dalam
keadaan vakum. Produk pirolisis berupa senyawa-senyawa rantai pendek, senyawa-senyawa tersebut
dihasilkan dari proses pemecahan rantai panjang. Pada proses pirolisis minyak melalui proses
pemanasan tanpa adanya oksigen menyebabkan oli terpecah menjadi beberapa campuran gas, cairan,
dan meterial padat. Gas dan cairan dapat diubah menjadi bahan bakar. Proses ini menguapkan zat
yang memiliki titik didih lebih rendah. Uap tersebut bergerak menuju kondensor yaitu pendingin
sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair dan dapat dijadikan bahan bakar cair sebagai bahan
bakar alteratif pengganti bahan bakar fosil.
Dengan melakukan proses pirolisis, senyawa hidrokarbon rantai panjang hingga lebih dari 20 atom
karbon pada minyak pelumas tersebut dapat dikonversi menjadi senyawa hidrokarbon rantai pendek.
Proses pirolisis pada minyak pelumas bekas dapat dinyatakan dalam reaksi berikut ini
𝐻𝑒𝑎𝑡
CnHm (Waste Lubricating Oil) → ∑ 𝐿𝑖𝑞𝑢𝑖𝑑 CxHy + ∑ 𝐺𝑎𝑠CaHb + H2O + C (Char)
(Basu, 2010)
Proses pirolisis dibagi menjadi pirolisis termal, katalitik dan hydrocracking. Perbedaan tersebut
disajikan pada Tabel 1. Pada penelitian ini digunakan proses pirolisis katalitik. Pirolisis katalitik
merupakan proses pirolisis dengan menggunakan bantuan katalis. Penggunaan katalis dalam reaksi
dapat mempengaruhi kecepatan reaksi yang terjadi tanpa katalis tersebut ikut bereaksi dalam proses
sehingga tidak ada perubahan kimia yang terjadi. Dengan dilakukannya penambahan katalis, suhu
operasi yang digunakan pada saat proses dekomposisi berlangsung akan lebih rendah selain itu produk
yang dihasilkan berupa hidrokarbon yang mengandung fraksi bahan bakar bensin yang besar. Proses
catalytic cracking ini dilakukan dengan memanaskan bahan dan katalis dengan perbandingan berat
tertentu pada tekanan atmosfer.
3
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas
Pada pirolisis katalitik dibutuhkan suatu katalis yang sesuai. Menurut Gates.,1992 katalis merupakan
substansi yang meningkatkan tercapainya kesetimbangan suatu reaksi kimia tanpa ikut bereaksi.
Katalis dapat mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi dari reaksi tersebut. Katalis
yang banyak digunakan salah satunya katalis zeolit. Zeolit merupakan kristal yang tersusun dari
(SiO4 ) 4- dan (AlO4 )5- dan termasuk katalis yang baik karena memiliki pori dan luas permukaan besar.
Mengingat zeolit alam sangat melimpah dan murah, maka penggunaannya sebagai katalis dapat
menurunkan biaya produksi.
4
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas
METODE PENELITIAN
5
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas
HASIL PENELIITIAN
Hasil penelitian bahan bakar cair dari minyak pelumas bekas berupa perolehan (%yield) dapat dilihat
pada Tabel 2. Analisis kandungan minyak pelumas bekas dan bahan bakar cair hasil pirolisis dengan
menggunakan GC-MS dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini meninjau pengaruh temperatur pirolisis, penambahan katalis dan ukuran katalis
terhadap perolehan bahan bakar cair hasil pirolisis. Produk hasil pirolisis masih berupa campuran,
sehingga dilakukan distilasi fraksionasi untuk memisahkan bahan bakar cair menjadi gasoline,
kerosene, dan solar.
6
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas
Analisis GC-MS Pada Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisis Sebelum Distilasi
Pada penelitian ini dilakukan analisis GC-MS untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam oli
hasil treatment dan bahan bakar cair hasil pirolisis. Penentuan persen komposisi bensin, kerosin, dan
solar didasarkan pada 10 peak dengan nilai % area terbesar. Hasil yang diperoleh disajikan pada
Gambar 2.
7
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada oli bekas hasil treatment masih mengandung campuran rantai
hidrokarbon. Namun setelah dilakukan proses pirolisis hidrokarbon dengan rantai panjang sudah
sangat sedikit karena sudah terpecah menjadi hidrokarbon dengan rantai yang lebih pendek. Ditinjau
dari temperatur, semakin tinggi temperatur maka kandungan hidrokarbon rantai pendek (C5-C10)
mengalami peningkatan, sedangkan hidrokarbon dengan rantai (C11-C12) dan (C13-C18) mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan peningkatan temperatur mengakibatkan pemotongan atom C pada
bahan baku terjadi lebih banyak, sehingga persen komposisi yang memiliki atom C terpendek
jumlahnya meningkat dan persen komposisi atom C panjang mengalami penurunan.
Apabila ditinjau dari penambahan katalis, maka dengan penambahan katalis akan memperbesar nilai
persen komposisi dari hidrokarbon rantai pendek (C5-C10) dan persen komposisi dari hidrokarbon rantai
panjang (C11-C12) dan (C13-C18) mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan penambahan katalis dapat
membantu proses cracking atau pemecahan hidrokarbon rantai panjang menjadi hidrokarbon rantai
pendek. Selain itu, ukuran katalis pun mempengaruhi terhadap kandungan bahan bakar cair hasil
pirolisis, dimana semakin kecil ukuran katalis maka komposisi hidrokarbon rantai pendek semakin
meningkat, sedangkan pada hidrokarbon rentang (C11-C12) dan (C13- C18) semakin menurun. Hal ini
dikarenakan semakin kecil katalis maka luas permukaan katalis semakin besar sehingga proses
perpindahan massa dan pemecahan rantai hidrokarbon yang terjadi semakin baik dan menyebabkan
kualitas produk cair yang dihasilkan lebih baik.
Analisis GC-MS Pada Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisis Setelah Distilasi
Bahan bakar yang didapatkan akan dibagi menjadi 3 jenis yaitu gasoline, kerosene, dan solar.
8
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas
Gambar 3. Hasil Analisis GC-MS Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisiss Setelah Distilasi
Pada Gambar 3. dapat dilihat bahwa pada fraksi gasoline memiliki hidrokarbon sikloalkana terbesar
diikuti dengan alkana, aromatik dan juga alkena. Alkana dengan rantai bercabang/siklik/aromatik
lebih dipilih untuk komposisi penyusun bahan bakar bensin karena tidak mudah terbakar sehingga
lebih sedikit ketukan yang dihasilkan, memiliki nilai anti ketuk yang lebih tinggi dan kecenderungan
umtuk menyebabkan penyalaan tidak sempurna lebih kecil dibandingkan dengan alkana rantai lurus.
Kandungan sikloalkana semakin tinggi dan alkana semakin rendah seiring dengan kenaikan
temperatur distilasi, hal ini dikarenakan alkana dengan bentuk siklis lebih sulit menguap dengan alkana
rantai lurus. Kandungan alkena yang tinggi pada bahan bakar dapat menyebabkan bahan bakar mudah
teroksidasi, sehingga dapat menyebabkan hidrokarbon berwarna gelap dan akan memicu timbulnya
pengotor. Selain itu, kandungan alkena akan mempengaruhi densitas, dimana semakin tinggi
kandungan alkena maka densitas pun akan semakin besar. Apabila bahan bakar cair dibakar, maka
kandungan aromatiknya dapat digunakan sebagai indikator terbentuknya jelaga.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dengan metode pirolisis katalitik minyak pelumas bekas dapat disimpulkan
bahwa Pemanfaatan minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar cair dapat dilakukan dengan pre-
treatment minyak pelumas bekas dan aktivasi katalis zeolit alam terlebih dahulu, sehingga
memberikan pengaruh terhadap perolehan bahan bakar cair hasil pirolisis dengan konversi terbaik
95% pada kondisi operasi 490oC dan ukuran katalis >400 mesh. Produk cair hasil pirolisis yang telah
didistilasi memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis
bahan bakar cair yakni gasolin, kerosin dan solar.
9
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas
KEPUSTAKAAN
Askaditya, Gama. 2010. “Studi Eksperimental Pirolisis Minyak Pelumas Bekas Menggunakan Katalis
Zeolit”. Surakarta: Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret.
Basu, Prabir. 2010. Biomass Gasification and Pyrolisis Practical Design. Kidlington: Oxford, UK.
Biro Pusat Statistik. 2017. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis,1949-2016.
(https://www.bps.go.id/linkTableDina mis/view/id/1133) diakses pada tanggal 2 Juni 2019.
Faulina, Fanny dan Farhan Irham. 2019. Pengaruh Temperatur Dan Penambahan Katalis
Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair Pirolisis Katalitik. Bandung: Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Bandung.
Gates, BC, (1992), "Catalytic Chemistry", John Wiley and Sons Inc, Singapore, p. 259-276
Sumarni dan Purwanti. 2008. Kinetika Reaksi Thermal Cracking Plastik Low Density
Poliethylene (LDPE). Yogyakarta: Jurnal Teknologi Volume 1 Nomor 2 hal 135-140.
Sani. 2010. “Pengaruh Pelarut Phenol pada Reklamasi Minyak Pelumas Bekas”. Surabaya: Unesa
University Press.
Tahfifah, Amirut, Hilda Dwi Lestari dan Setiyo Gunawan. 2016. “Pra Desain Pabrik Lube Base Oil
dari Oli Bekas dengan Proses Ekstraksi Solvent”. Surabaya: Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Wilkinson, (1989) dan Sukarjo (1997). Kimia Anorganik Dasar, UI-Press, Jakarta.
Winanti dan Damas, 2011, Reaksi pirolisis. Dikutip dari http://digilib.its.ac.id/qsearch.php?txt
Key=reaksi%20pirolisis (diakses tanggal 25 April 2019).
Wiratmaja, I.Gede. 2010. Pengujian Karakteristik Fisika Biogasoline Sebagai Bahan Bakar
Alternatif Pengganti Bensin Murni. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Cakram Vol. 4 No. 2.
10