Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan

Bakar Cair Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas

Anissa Lucyana1, Nazhifa Rifda Annisaa2, Maya Ramadianti Musadi3

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional
Jl. PH.H. Mustofa No.23, Neglasari, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat 40124

E-mail: nazhifarifdaa@gmail.com2

Abstrak

Jumlah minyak pelumas bekas yang dihasilkan kendaraan bermotor mengalami peningkatan setiap tahunnya,
sehingga diperlukan proses pengolahan minyak pelumas bekas menjadi sesuatu yang lebih bernilai ekonomis.
Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah mengolah minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar cair
melalui proses pirolisis dengan menggunakan katalis zeolit alam. Pada pirolisis terjadi pemecahan rantai karbon
panjang menjadi lebih pendek melalui proses pemanasan tanpa menggunakan oksigen. Pada penelitian ini,
dilakukan pemanasan minyak pelumas bekas hasil treatment pada modified fixed-bed reactor hingga tidak ada
tetesan distilat. Disamping itu dipelajari pengaruh temperatur operasi dan penambahan katalis terhadap perolehan
hasil pirolisis. Variasi temperatur operasi yang digunakan sebesar 410 oC, 450oC dan 490oC, sedangkan variasi
ukuran partikel katalis zeolit alam sebesar 70/120 mesh, 200/250 mesh dan >400 mesh. Produk pirolisis yang
diperoleh kemudian dianalisis. Analisis yang dilakukan meliputi analisis viskositas, massa jenis, nilai kalor dan
kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS). Hasil dari penelitian ini adalah bahan bakar cair hasil pirolisis
yang fraksionasi menjadi gasoline, kerosene dan solar. Variasi temperatur, penambahan katalis dan ukuran
katalis mempengaruhi hasil pirolisis. Produk cair hasil pirolisis terbaik dengan perolehan (%yield) 95%
diperoleh dari kondisi operasi 490oC dan ukuran katalis >400 mesh.

Kata kunci: katalis; minyak pelumas bekas; pirolisis; zeolit alam

The Effect of Temperature and Size of the Catalyst on the Yield of Liquid Fuel from
Catalytic Pyrolysis from Used Lubricating Oil

Abstract

The use of lubricating oil in motorized vehicles has increased every year. In line with this, the amount of
lubricating oil waste has also increased so that the processing of used lubricating oil is needed to become
something more economically valuable. One method that can be done is to process used lubricating oil into
liquid fuel through the pyrolysis process using natural zeolite catalyst. In pyrolysis, the process of breaking long
carbon chains becomes shorter through heating without using oxygen. In this study, the waste oil will be heated
in a modified fixed-bed reactor until there were no drip distillates. Besides that, it will be studied the effect of
operating temperatur, addition and size of the catalyst on the yield of pyrolysis. Variations in operating
temperaturs used were 410oC, 450oC and 490oC, while variations in particle size of natural zeolite catalysts were
70/120 mesh, 200/250 mesh and >400 mesh. Pyrolysis products obtained are then analyzed. The analysis are
carried out included analysis of viscosity, density, calorific value and gas chromatography-mass spectrometry
(GC-MS). The results of this study are liquid fuels from pyrolysis which are fractionated into gasoline, kerosene
and diesel. Temperature variation, addition of catalyst and size of catalyst affect the results of pyrolysis. The
best pyrolysis liquid product with 95% yield was obtained from operating conditions 490 oC and catalyst size
>400 mesh.

Keywords: catalyst; waste lubricating oil; pyrolysis; natural zeolite

1
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas

PENDAHULUAN

Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya akibat dari
peningkatan kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. Data Badan
Pusat Stastitik (BPS) tahun 2017 menunjukkan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia adalah
113.030.793 unit sepeda motor, 15.493.068 unit mobil penumpang. Peningkatan kebutuhan kendaraan
bermotor diikuti dengan peningkatan kebutuhan minyak pelumas sebagai bahan pelumas kendaraan.
Minyak pelumas hanya dapat digunakan pada periode waktu tertentu atau berdasarkan jarak tertentu,
sehingga harus dilakukan pergantian minyak pelumas baru. Jika periode pergantian minyak pelumas
diasumsikan 2 bulan sekali untuk sepeda motor dan 6 bulan sekali untuk mobil dengan pelumas yang
digunakan untuk sepeda motor 800 cc sedangkan untuk mobil 4 liter, maka perkiraan jumlah potensi
minyak pelumas bekas di Indonesia adalah 746,755 juta per tahun.

Berdasarkan kriteria limbah, minyak pelumas bekas termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun). Minyak pelumas bekas yang dihasilkan dari kendaraan bermotor biasanya dibuang begitu
saja atau tidak dikelola dengan baik, sedangkan di dalam minyak pelumas bekas terkandung sejumlah
sisa hasil pembakaran yang bersifat asam, korosif, dan logam berat yang bersifat karsinogenik yang
dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia seperti penyakit ginjal, kanker dan bagi
lingkungan seperti pencemaran air dan tanah. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mengurangi
limbah minyak pelumas menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti menjadi bahan bakar cair yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu cara yang digunakan untuk mengubah minyak pelumas
bekas menjadi bahan bakar cair yaitu dengan metode pirolisis.

TINJAUAN TEORITIS

Minyak pelumas bekas atau yang biasa disebut oli merupakan cairan kental yang berfungsi untuk
mengurangi dan mencegah keausan pada mesin-mesin. Minyak pelumas didapatkan dari proses
pengolah minyak bumi pada suhu 300oC-500oC. Sedangkan Minyak pelumas bekas merupakan
minyak pelumas yang telah digunakan dalam waktu yang lama sehingga tidak sesuai lagi dengan
fungsinya. Minyak pelumas bekas berada di antara C16 sampai ke C20 dan biasanya tersusun dari
campuran minyak pelumas dasar, bahan yang tak terurai dan bahan tambahan terdiri dari logam,
minyak pernis, getah karet dan komponen-komponen aspaltik konsentrasi tinggi yang berasal dari
lapisan di permukaan bantalan dan degradasi komponen pelumas baru.

2
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas

Pirolisis merupakan salah satu cara untuk mendaur ulang limbah minyak pelumas. Pirolisis adalah
proses dekomposisi kimiawi bahan organik (berbasis karbon) dengan menggunakan panas dalam
keadaan vakum. Produk pirolisis berupa senyawa-senyawa rantai pendek, senyawa-senyawa tersebut
dihasilkan dari proses pemecahan rantai panjang. Pada proses pirolisis minyak melalui proses
pemanasan tanpa adanya oksigen menyebabkan oli terpecah menjadi beberapa campuran gas, cairan,
dan meterial padat. Gas dan cairan dapat diubah menjadi bahan bakar. Proses ini menguapkan zat
yang memiliki titik didih lebih rendah. Uap tersebut bergerak menuju kondensor yaitu pendingin
sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair dan dapat dijadikan bahan bakar cair sebagai bahan
bakar alteratif pengganti bahan bakar fosil.

Dengan melakukan proses pirolisis, senyawa hidrokarbon rantai panjang hingga lebih dari 20 atom
karbon pada minyak pelumas tersebut dapat dikonversi menjadi senyawa hidrokarbon rantai pendek.
Proses pirolisis pada minyak pelumas bekas dapat dinyatakan dalam reaksi berikut ini
𝐻𝑒𝑎𝑡
CnHm (Waste Lubricating Oil) → ∑ 𝐿𝑖𝑞𝑢𝑖𝑑 CxHy + ∑ 𝐺𝑎𝑠CaHb + H2O + C (Char)
(Basu, 2010)

Proses pirolisis dibagi menjadi pirolisis termal, katalitik dan hydrocracking. Perbedaan tersebut
disajikan pada Tabel 1. Pada penelitian ini digunakan proses pirolisis katalitik. Pirolisis katalitik
merupakan proses pirolisis dengan menggunakan bantuan katalis. Penggunaan katalis dalam reaksi
dapat mempengaruhi kecepatan reaksi yang terjadi tanpa katalis tersebut ikut bereaksi dalam proses
sehingga tidak ada perubahan kimia yang terjadi. Dengan dilakukannya penambahan katalis, suhu
operasi yang digunakan pada saat proses dekomposisi berlangsung akan lebih rendah selain itu produk
yang dihasilkan berupa hidrokarbon yang mengandung fraksi bahan bakar bensin yang besar. Proses
catalytic cracking ini dilakukan dengan memanaskan bahan dan katalis dengan perbandingan berat
tertentu pada tekanan atmosfer.

3
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas

Tabel 1. Perbandingan Metode Pirolisis

Parameter Pirolisis Thermal Pirolisis katalitik Hydrocracking


Tipe Proses Kontinyu Kontinyu Kontinyu
% Konversi (%) 13,93 53,27 30
Temperature (˚C ) 650 - 800 425 - 475 150 – 400
Tekanan (kPa) 100 - 500 < 101,325 3000 – 10000
Waktu Tinggal
(menit) 60 45 120
alumina,amorphous silica
Penggunaan Tidak Ada Zeolit alumina, zeolite dan
Katalis sulphate zirconia

Lebih banyak char,gas Char, gas tidak Coke, gas tidak


Produk Samping tidak terkondensasi terkondensasi terkondensasi
1. Energi yang 1. Memberikan konversi
digunakan lebih yang tinggi
kecil. 2. Yield ke arah middle
2. Temperatur pada distilat tinggi
Kelebihan saat operasi lebih
Biayanya lebih murah. rendah
3. Pengotor pada
produk cair lebih
rendah
1. Biaya Produksi yang 1. Energi yang besar.
besar. 2. Temperatur dan
2. Energi yang digunakan tekanan yang tinggi.
Kelemahan besar Penambahan katalis dapat 3. Membutuhkan
3. Temperatur operasi menurunkan nilai kalor peralatan khusus
tinggi akibat temperatur
4. Pengotor pada produk dan tekanan yang
cair lebih banyak tinggi.

Pada pirolisis katalitik dibutuhkan suatu katalis yang sesuai. Menurut Gates.,1992 katalis merupakan
substansi yang meningkatkan tercapainya kesetimbangan suatu reaksi kimia tanpa ikut bereaksi.
Katalis dapat mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi dari reaksi tersebut. Katalis
yang banyak digunakan salah satunya katalis zeolit. Zeolit merupakan kristal yang tersusun dari
(SiO4 ) 4- dan (AlO4 )5- dan termasuk katalis yang baik karena memiliki pori dan luas permukaan besar.

Mengingat zeolit alam sangat melimpah dan murah, maka penggunaannya sebagai katalis dapat
menurunkan biaya produksi.

4
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas

METODE PENELITIAN

Gambar 1. Skema Alat Pirolisis

Alat dan Bahan


Proses pirolisis oli bekas dilakukan dengan seperangkat alat pirolisis yang ditunjukkan pada Gambar
1 dan dilengkapi dengan alat distilasi. Bahan utama pada penelitian ini adalah minyak pelumas bekas
mesin bensin yang diperoleh dari bengkel motor di daerah Bandung. Bahan pendukung lainnya seperti
zeolit alam, aquadest dan NaOH diperoleh dari PT. Brataco Chemical Bandung.

Prosedur Persiapan Minyak Pelumas Bekas


Untuk pre-treatment minyak pelumas (oli) bekas , mula-mula menyaring oli bekas dengan penyaring
250 mesh. Lalu mempersiapkan larutan NaOH dengan konsentrasi 3% dengan cara mengencerkannya
dari konsentrasi 48% dengan menggunakan aquadest. Setelah itu mencampurkan oli bekas dengan
NaOH dengan perbandingan 1:3 kedalam corong pisah dan membiarkannya hingga terpisah
berdasarkan perbedaan massa jenis. Selanjutnya mencuci oli bekas tersebut menggunakan aquadest
dengan perbandingan 1:3. Proses pencucian dilakuakan dengan teknik bubble washing sampai pH oli
bekas tersebut netral (pH=7).

Prosedur Aktivasi Katalis


Dalam aktivasi katalis membuat larutan NaOH dengan konsentrasi 10% dengan cara
mengencerkannya deri konsentrasi 48% dengan menggunakan aquadest. Menghaluskan zeolit lalu
menyaringnya berdasarkan ukuran katalis yang divariasikan. Setelah itu merendam katalis dengan
aquadest selama 24 jam dan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan. Selanjutnya zeolit
dimasukkan kedalam larutan NaOH selama beberapa menit lalu disaring dan dikeringkan pada
temperature 120°C selama 3 jam. Setelah 3 jam zeolit siap digunakan.

5
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas

Proses Pirolisis Oli Bekas


Pada proses pirolisis oli bekas, hal yang dilakukan yaitu memasukkan oli bekas sebanyak 500 mL ke
dalam reaktor umpan lalu menambahkan katalis zeolit alam sebanyak 5% (w/w) dari massa minyak
pelumas bekas yang digunakan. Mengalirkan gas N2 selama 10 detik. Memanaskan reactor pirolisis
menggunakan elemen pemanas dan mengatur temperatur sesuai dengan variasi yang telah ditentukan.
Proses pirolisis dilakukan hingga tidak ada lagi kondensat yang menetes. Mengulang percobaan
berikut dengan memvariasikan temperatur (410oC, 450oC, dan 490oC) dan ukuran partikel zeolit
(70/120 mesh, 200/250 mesh dan >400 mesh). Produk cair hasil pirolisis yang diperoleh kemudian
didistilasi fraksionasi dan dianalisis. Analisis yang dilakukan meliputi analisis viskositas, massa jenis,
nilai kalor dan kromotografi gas-spektrometri massa (GC-MS).

HASIL PENELIITIAN

Hasil penelitian bahan bakar cair dari minyak pelumas bekas berupa perolehan (%yield) dapat dilihat
pada Tabel 2. Analisis kandungan minyak pelumas bekas dan bahan bakar cair hasil pirolisis dengan
menggunakan GC-MS dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini meninjau pengaruh temperatur pirolisis, penambahan katalis dan ukuran katalis
terhadap perolehan bahan bakar cair hasil pirolisis. Produk hasil pirolisis masih berupa campuran,
sehingga dilakukan distilasi fraksionasi untuk memisahkan bahan bakar cair menjadi gasoline,
kerosene, dan solar.

Tabel 2. %Yield Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisis

Ukuran Suhu Yield Yield Yield


Yield Hasil
Katalis Distilat1 Distilat2 Distilat3
Run
(Mesh) (oC) Pirolisis(%v/v)
(%v/v) (%v/v) (%v/v)
1 410 90,00 3,98 2,77 10,00
2 Tanpa 450 92,00 2,56 2,56 6,98
Katalis
3 490 93,00 3,10 2,53 5,06
4 410 91,00 3,57 5,71 9,29
5 450 92,00 3,29 2,35 5,65
70
6 490 93,60 2,82 2,12 5,88
7 410 91,60 4,00 3,29 11,53
8 450 93,00 3,91 2,30 5,29
200
9 490 94,60 2,95 3,18 4,77
10 410 92,00 6,98 5,58 8,60
11 450 94,00 3,90 2,93 7,07
400
12 490 95,00 3,15 3,82 4,94

6
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas

Pengaruh Temperatur Terhadap Perolehan (%Yield) Bahan Bakar Cair


Dapat dilihat dari Tabel 2. bahwa temperatur pirolisis berpengaruh terhadap %yield produk hasil
pirolisis. Semakin tinggi temperatur pirolisis maka %yield hasil pirolisis semakin besar pula, hal
ini dikarenakan pada temperatur tinggi, nilai konstanta dekomposisi termal akan naik, dimana oli
bekas yang memiliki rantai hidrokarbon panjang akan terpecah menjadi senyawa dengan rantai
hidrokarbon yang lebih kecil. Semakin tinggi temperatur akan memperbesar produk cair dan gas,
sedangkan char yang dihasilkan akan semakin sedikit. Untuk produk hasil distilasi, semakin tinggi suhu
pirolisis maka %yield distilat1, distilat2 dan distilat3 cenderung mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan semakin tinggi temperatur pirolisis maka semakin tinggi pula hasil produk gas non-
condensable dan akan menurunkan yield bahan bakar cair seperti diesel.

Pengaruh Penambahan Katalis dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan (%Yield)


Penambahan katalis dapat memperbesar %yield yang dihasilkan pada proses pirolisis dengan cara
membantu proses perengkahan (cracking) menjadi lebih baik. Ditinjau dari temperatur yang sama,
semakin kecil ukuran katalis maka %yield yang dihasilkan cenderung mengalami kenaikan. Hal ini
dikarenakan semakin kecil ukuran katalis maka semakin besar luas permukaan katalis tersebut dan
semakin besar pula luas perpindahan massa sehingga proses cracking menjadi lebih baik.

Pengaruh Proses Distilasi Terhadap Perolehan (%Yield)


Bahan bakar cair yang diperoleh setelah distilasi ini dapat digunakan untuk mengetahui banyaknya
produk cair hasil pirolisis yang dapat dipisahkan dengan proses distilasi fraksionasi. Pada Tabel 2
terdapat perbedaan yang signifikan pada perolehan (%yield) bahan bakar cair hasil pirolisis sebelum
dan sesudah proses distilasi fraksionasi. Hal ini disebabkan oleh produk hasil pirolisis masih berupa
campuran hidrokarbon rantai panjang dan pendek, sedangkan distilat hasil fraksionasi merupakan
produk yang murni dan memiliki spesifikasi bahan bakar tertentu.

Analisis GC-MS Pada Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisis Sebelum Distilasi
Pada penelitian ini dilakukan analisis GC-MS untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam oli
hasil treatment dan bahan bakar cair hasil pirolisis. Penentuan persen komposisi bensin, kerosin, dan
solar didasarkan pada 10 peak dengan nilai % area terbesar. Hasil yang diperoleh disajikan pada
Gambar 2.

7
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas

Gambar 2. Hasil Analisis GC-MS Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisis

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada oli bekas hasil treatment masih mengandung campuran rantai
hidrokarbon. Namun setelah dilakukan proses pirolisis hidrokarbon dengan rantai panjang sudah
sangat sedikit karena sudah terpecah menjadi hidrokarbon dengan rantai yang lebih pendek. Ditinjau
dari temperatur, semakin tinggi temperatur maka kandungan hidrokarbon rantai pendek (C5-C10)
mengalami peningkatan, sedangkan hidrokarbon dengan rantai (C11-C12) dan (C13-C18) mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan peningkatan temperatur mengakibatkan pemotongan atom C pada
bahan baku terjadi lebih banyak, sehingga persen komposisi yang memiliki atom C terpendek
jumlahnya meningkat dan persen komposisi atom C panjang mengalami penurunan.

Apabila ditinjau dari penambahan katalis, maka dengan penambahan katalis akan memperbesar nilai
persen komposisi dari hidrokarbon rantai pendek (C5-C10) dan persen komposisi dari hidrokarbon rantai
panjang (C11-C12) dan (C13-C18) mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan penambahan katalis dapat
membantu proses cracking atau pemecahan hidrokarbon rantai panjang menjadi hidrokarbon rantai
pendek. Selain itu, ukuran katalis pun mempengaruhi terhadap kandungan bahan bakar cair hasil
pirolisis, dimana semakin kecil ukuran katalis maka komposisi hidrokarbon rantai pendek semakin
meningkat, sedangkan pada hidrokarbon rentang (C11-C12) dan (C13- C18) semakin menurun. Hal ini
dikarenakan semakin kecil katalis maka luas permukaan katalis semakin besar sehingga proses
perpindahan massa dan pemecahan rantai hidrokarbon yang terjadi semakin baik dan menyebabkan
kualitas produk cair yang dihasilkan lebih baik.

Analisis GC-MS Pada Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisis Setelah Distilasi
Bahan bakar yang didapatkan akan dibagi menjadi 3 jenis yaitu gasoline, kerosene, dan solar.

8
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas

Gambar 3. Hasil Analisis GC-MS Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisiss Setelah Distilasi

Pada Gambar 3. dapat dilihat bahwa pada fraksi gasoline memiliki hidrokarbon sikloalkana terbesar
diikuti dengan alkana, aromatik dan juga alkena. Alkana dengan rantai bercabang/siklik/aromatik
lebih dipilih untuk komposisi penyusun bahan bakar bensin karena tidak mudah terbakar sehingga
lebih sedikit ketukan yang dihasilkan, memiliki nilai anti ketuk yang lebih tinggi dan kecenderungan
umtuk menyebabkan penyalaan tidak sempurna lebih kecil dibandingkan dengan alkana rantai lurus.
Kandungan sikloalkana semakin tinggi dan alkana semakin rendah seiring dengan kenaikan
temperatur distilasi, hal ini dikarenakan alkana dengan bentuk siklis lebih sulit menguap dengan alkana
rantai lurus. Kandungan alkena yang tinggi pada bahan bakar dapat menyebabkan bahan bakar mudah
teroksidasi, sehingga dapat menyebabkan hidrokarbon berwarna gelap dan akan memicu timbulnya
pengotor. Selain itu, kandungan alkena akan mempengaruhi densitas, dimana semakin tinggi
kandungan alkena maka densitas pun akan semakin besar. Apabila bahan bakar cair dibakar, maka
kandungan aromatiknya dapat digunakan sebagai indikator terbentuknya jelaga.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dengan metode pirolisis katalitik minyak pelumas bekas dapat disimpulkan
bahwa Pemanfaatan minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar cair dapat dilakukan dengan pre-
treatment minyak pelumas bekas dan aktivasi katalis zeolit alam terlebih dahulu, sehingga
memberikan pengaruh terhadap perolehan bahan bakar cair hasil pirolisis dengan konversi terbaik
95% pada kondisi operasi 490oC dan ukuran katalis >400 mesh. Produk cair hasil pirolisis yang telah
didistilasi memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis
bahan bakar cair yakni gasolin, kerosin dan solar.

9
Pengaruh Temperatur dan Ukuran Katalis Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair
Hasil Pirolisis Katalitik dari Minyak Pelumas Bekas

KEPUSTAKAAN

Askaditya, Gama. 2010. “Studi Eksperimental Pirolisis Minyak Pelumas Bekas Menggunakan Katalis
Zeolit”. Surakarta: Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret.
Basu, Prabir. 2010. Biomass Gasification and Pyrolisis Practical Design. Kidlington: Oxford, UK.
Biro Pusat Statistik. 2017. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis,1949-2016.
(https://www.bps.go.id/linkTableDina mis/view/id/1133) diakses pada tanggal 2 Juni 2019.

Faulina, Fanny dan Farhan Irham. 2019. Pengaruh Temperatur Dan Penambahan Katalis
Terhadap Perolehan Bahan Bakar Cair Pirolisis Katalitik. Bandung: Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Bandung.
Gates, BC, (1992), "Catalytic Chemistry", John Wiley and Sons Inc, Singapore, p. 259-276
Sumarni dan Purwanti. 2008. Kinetika Reaksi Thermal Cracking Plastik Low Density
Poliethylene (LDPE). Yogyakarta: Jurnal Teknologi Volume 1 Nomor 2 hal 135-140.
Sani. 2010. “Pengaruh Pelarut Phenol pada Reklamasi Minyak Pelumas Bekas”. Surabaya: Unesa
University Press.
Tahfifah, Amirut, Hilda Dwi Lestari dan Setiyo Gunawan. 2016. “Pra Desain Pabrik Lube Base Oil
dari Oli Bekas dengan Proses Ekstraksi Solvent”. Surabaya: Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Wilkinson, (1989) dan Sukarjo (1997). Kimia Anorganik Dasar, UI-Press, Jakarta.
Winanti dan Damas, 2011, Reaksi pirolisis. Dikutip dari http://digilib.its.ac.id/qsearch.php?txt
Key=reaksi%20pirolisis (diakses tanggal 25 April 2019).
Wiratmaja, I.Gede. 2010. Pengujian Karakteristik Fisika Biogasoline Sebagai Bahan Bakar
Alternatif Pengganti Bensin Murni. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Cakram Vol. 4 No. 2.

10

Anda mungkin juga menyukai