1. Di samping tidak mencemari udara, kadar abu harus rendah untuk mengurangi ongkos
modifikasi tungku pada pembuangan abu dasar (bottom ash).
2. Kandungan zat terbang >20 % untuk mempermudah penyalaan.
3. Didalam pembuatan CWF mempergunakan batubara halus (-75 mikron) maka diperlukan
penggilingan maka angka HGI harus tinggi untuk mengurangi ongkos giling.
4. Titik leleh abu harus tinggi untuk mengindarkan pengendapan abu yang mudah meleleh pada
bagian dalam tungku (boiler). Terjadinya fouling dan slagging dapat menghentikan operasi,
oleh sebab itu fouling dan slagging perlu dibersihkan untuk mengembalikan alih panas yang
tinggi. Indeks fouling dan slaging dipengaruhi oleh kandungan alkali dan belerang dalam abu.
5. kandungan belerang harus rendah untuk mencegah pencemaran lingkungan dan korosi bagian
dalam boiler.
ADITIF
Aditif adalah bahan yang ditambahkan kedalam campuran
CWF dan berfungsi untuk menambah kestabilannya, artinya
butiran batubaranya tidak mengendap dalam waktu yang
lama (2 bulan atau lebih).
Batubara dengan mutu tinggi, proses pembuatan CWF dapat lebih sederhana.
Setelah penggilingan dapat langsung dilakukan pengadukan dimana pada
tahap ini aditif ditambahkan. Pada batubara tingkatan rendah dengan
kandungan air bawaan tinggi perlu dilakukan pengeringan lebih dahulu
pada suhu tinggi. Pengadukan berlangsung hanya dalam waktu beberapa
menit dengan putaran tinggi (>6000) dan menghasilkan kestabilan yang
tinggi (> 2 bulan).
2. Coal-Oil Mixtures
(COM)
COM merupakan campuran antara
batubara halus dan minyak dengan
perbandingan tertentu. COM tidak
terlalu menimbulkan masalah
menyangkut keberhasilan dalam
pembakaran, dibandingkan CWM.
Proses ultrasonic
Proses ini dikembangkan oleh Coal liquid international of USA
dengan prinsip dasar sebagai berikut :
Batubara digerus dalam pulverizer sampai ukuran 200 mesh.
Dengan komposisi batubara gerus 50%, bunker C oil 40% dan air tawar 10%, dimasukan dalam
mixing tank dan diaduk. dipergunakan air karena air mempunyai kemampuan pembakaran
(combustion capability).
Adukan COM ini belum stabil, oleh sebab itu dialirkan melalui ultrasonic device yang
dikembangkan. Ultrasonic berfungsi untuk melepas molekul air dari batubara kemudian diselimuti
oleh bunker C oil.
Didalam alat ultrasonic, butiran-butiran sangat kecil, sehingga tidak terjadi agresi pada
butiran-butiran itu. Setelah melalui proses ultrasonic, COM yang dihasilkan menjadi stabil
dan dapat disimpan dalam tangki penyimpanan yang dilengkapi dengan pemanasan
automatis (automatic heating) dengan temperature T = 60C. Proses stabilisasi yang
dilakukan oleh alat ultrasonic ini biayanya sangat minimum, kurang dari satu sen dollar per
million BTU.
Stabilitas statis adalah kemampuan campuran itu (COM) untuk tetap homogen, baik ketika
ditransport ataupun ketika dalam penyimpanan sampai diperlukan. Stabilitas dinamis
adalah ketentuan retensi bahan bakar (COM) ketika mengalir melalui pipa pembakar.
Proses Umum
Batubara yang sudah digerus, Bunker C Oil, air dan
additive (zat penambah) diaduk secara mekanis
didalam tangki campur (mixing tank) dengan cara
agitasi. Adukan yang selesai dan sudah stabil
dialirkan ketangki penyimpan.
Boiler harus ditambah peralatan kantong filter untuk menampung abu yang
dihasilkan oleh batubara didalam COM. Pada percobaan dengan COM ini masih
didapatkan masalah-masalah antara lain :
*) Abu yang terbentuk hasil pembakaran COM
*) Nozzle burnernya cepat aus, lubangnya cepat besar
Diujung-ujung lubang selalu terdapat kerak yang berwarna hitam, juga didalam
pipa burner selalu mengendap zat yang berwarna putih, diduga SiO2, nozzle
burner ini ada tujuh dan harus dibersihkan setiap hari sekali.
a. Prinsip Kerja
Batubara + 40 gram, katalis + 0,40 gram (CoMo) ditambah 60 gram tar oil fraction,
dimasukkan kedalam autoclave. Gas hidrogen dialirkan kedalam autoclave dengan
tekanan 150 bar, kemudian dipanaskan sambil digoyang hingga dicapai suhu konstan
di mana tekanan gas akan turun. Gas yang dihasilkan dianalisis untuk menghitung
konversi batubara menjadi larutan diperhitungkan dari larutan yang dihasilkan.