Anda di halaman 1dari 26

KELOMPOK 6

1. BEKKA ALTA SHASKIA


2. M. HIFAL REYHAN
3. THALIA JUNICA AMANDA
Proses peningkatan kualitas batubara Indonesia pada dasarnya dapat dilakukan dengan
menghilangkan atau setidaknya mengurangi kandungan air pada batubara. Untuk itu, pada dasarnya,
diperlukan suatu proses pengeringan untuk mencapai pengurangan kandungan air tersebut.
Kandungan air dalam batubara itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu kandungan air permukaan
(surface moisture) dan kandungan air yang terikat pada partikel batubara (inherent moisture).
Surface moisture dapat dengan mudah dihilangkan dari batubara dengan proses pengeringan biasa,
sedangkan untuk menghilangkan inherent moisture diperlukan energi yang lebih besar terutama
untuk memecah molekul batubara yang berikatan dengan air.
COAL
UPGRADING
TECHNOLOGY
(CUT)

TEKNOLOGI
PENINGKATAN
KUALITAS
BATUBARA
UPGRADING COAL DRYING &
BROWN COAL BRIQUETTING
(UBC) (CDB)
COAL UPGRADING TECHNOLOGY (CUT)

Secara umum, CUT merupakan teknologi peningkatan kualitas batubara dengan


teknik unggun terfluidakan dengan menggunakan medium uap superpanas
(superheated steam fluidized bed drying).
Batubara mentah yang memiliki kandungan air yang masih tinggi dikeringkan dengan metode fluidisasi dengan
medium fluidisasi uap superpanas. Proses fluidisasi memungkinkan terjadinya perpindahan panas yang efektif
karena adanya proses konveksi antara partikel batubara dengan medium fluidisasi. Dengan menggunakan uap
superpanas sebagai medium fluidisasi, kualitas batubara akan meningkat seiring dengan berkurangnya moisture
content batubara. Selain itu, dengan menggunakan uap superpanas pula, proses pengeringan dapat
dilangsungkan pada temperatur yang cukup tinggi tanpa ada resiko terbakarnya sendiri batubara. Teknologi CUT
ini juga memungkinkan terjadinya pengurangan moisture equilibrium content batubara karena terjadi ekstraksi
tar pada saat proses pengeringan. Tar yang terekstrak ini kemudian akan melapisi partikel batubara sehingga air
tidak akan kembali ke batubara. Teknologi CUT ini dapat mengurangi kandungan air batubara hingga menjadi
5%.
UPGRADING BROWN COAL (UBC)

UBC adalah teknik memanaskan dan membuang air (dewatering) pada batubara di
dalam media minyak yang bahan utamanya adalah minyak ringan (light oil), dan
bersamaan dengan itu mengabsorpsikan minyak berat (heavy oil) seperti aspal secara
selektif ke dalam pori – pori batubara. Minyak berat tadi sebelumnya ditambahkan
dalam jumlah sedikit ke dalam media minyak, kurang lebih 0.5wt% (air dried base).
Melalui pemrosesan di dalam media minyak ini, tidak hanya kalorinya yang naik, tapi
muncul pula sifat anti air (water-repellent characteristic) dan penurunan
kecenderungan swabakar (lower spontaneous combustion propensity) pada produk
yang dihasilkannya.
Prinsip UBC
Tahapan proses UBC
Pembuatan slurry, yaitu dengan mencampur batubara yang telah digerus halus hingga menjadi serbuk
1 (fine coal) dengan minyak ringan (misalnya kerosin), serta ditambah sedikit minyak berat atau residu
(misalnya aspal).

Pengeringan (slurry dewatering), yaitu memanaskan slurry pada suhu 150 derajat Celcius pada
tekanan 350kPa, untuk menghilangkan air pada batubara dan selanjutnya mengabsorpsikan minyak
2 berat pada pori – pori batubara tersebut. Terdapat 3 tahapan pada proses ini, yaitu dewatering,
upgrading, dan stabilisasi.

Pemisahan batubara dan minyak (coal oil separation), yaitu memisahkan minyak ringan dari batubara
3 yang telah di-upgrade. Minyak ringan akan diresirkulasi, selanjutnya digunakan sebagai bahan
campuran pada pembuatan slurry yang merupakan proses awal.

Perlakuan produk. Bila akan dikirim ke tempat lain, maka produk yang berupa batubara serbuk itu
4 dapat dibentuk menjadi briket atau slurry (UBC-water mixture). Sedangkan bila akan digunakan di
lokasi, misalnya untuk pembangkit listrik, maka produk dapat digunakan langsung tanpa dibentuk lagi.
DIAGRAM ALIR PROSES UBC
Komponen peralatan proses UBC meliputi slurry making drum, evaporator, decanter dan steam
tube rotary dryer. Batubara ukuran halus, asphalt dan minyak tanah dicampur dalam slurry making
drum pada suhu 60 oC sampai 80oC. Rasio minyak tanah dengan batubara adalah antara 1,2 hingga
1,5. Lumpur (slurry) selanjutnya dimasukkan ke evaporator menggunakan pompa dan dipanaskan
sampai diatas titik didih air tetapi dibawah titik didih minyak tanah. Dari evaporator, slurry di pompa
ke flash drum untuk memisahkan fasa gas (uap air) dan Ffasa cair/padat yaitu minyak tanah dan
batubara. Kondisi operasi evaporator adalah sekitar 140oC dan 350 kPa. Uap dari flash drum ini
diberi tekanan menggunakan compressor dan di recycle sebagai energi pada evaporator. Recycle
uap dengan cara ini mirip dengan yang dilakukan oleh WTA technology di Jerman atau mirip temuan
Potter di Universitas Monash. Slurry selanjutnya menuju decanter untuk memisahkan minyak tanah
dari batubara dan asphalt. Asphalt tertinggal di batubara dan diharapkan menutup pori-pori
batubara. Produk UBCadalah berbentuk serbuk untuk memudahkan dalam transportasi maka
dilakukan pembriketan pada produk UBC.
KARAKTERISTIK KHUSUS UBC

Kondisi pengeringan yang moderat, yaitu temperatur 140~180 derajat Celsius dan tekanan 350kPa,
menyebabkan reaksi kimia tidak berlangsung sehingga memudahkan penanganan air limbah.

Konsumsi energi yang lebih sedikit karena memanfaatkan kalor laten uap air yang berasal dari batubara
untuk memanaskan slurry.

Absorpsi minyak berat ke dalam pori – pori batubara muda akan menstabilkan kondisi batubara itu, sehingga
kecenderungan swabakar dapat diturunkan.
PROGRAM UBC DI INDONESIA

Teknologi UBC di Indonesia dimulai dengan dibangunnya pilot plant di Palimanan, Cirebon yang telah mulai
beroperasi sejak tahun 2003 dengan kapasitas 5 ton/hari. Tahun 2006 akan dibangun pabrik UBC skala demo
dengan kapasitas 1.000 ton/hari yang akan mulai beroperasi tahun 2008. Skala komersial dengan kapasitas
5.000 ton/hari atau 1,7 juta ton/tahun diharapkan mulai dibangun pada tahun 2009 dan beroperasi pada
tahun 2010. Pada tahun 2025 diharapkan telah ada 14 pabrik UBC skala komersial dengan kapasitas masing-
masing 1,7 ton/hari sehingga pada tahun tersebut kurang lebih 24 juta ton/tahun batubara peringkat rendah
Indonesia telah dapat ditingkatkan kualitasnya dan dapat diekspor untuk menambah devisa negara.
PILOT PLANT UBC PALIMANAN

Pilot plant UBC terdiri atas


peralatan utama dan peralatan
pendukung. Peralatan utama
terbagi dalam lima seksi (section)
utama, yaitu seksi 100 (coal
preparation), seksi 200 (slurry
dewatering), seksi 300 (coal-oil
separation), seksi 400 (oil
recovery) dan seksi 500
(briqueting). Sedangkan
peralatan pendukung adalah
utility dan sistem kontrol.
PERALATAN UTAMA

Seksi 100; penyiapan batubara (coal preparation)


1 Seksi 100 mempunyai fungsi menggerus batubara ke dalam ukuran yang diinginkan,
penyimpanan batubara halus, dan penyediaan batubara halus untuk seksi 200.

Seksi 200; penghilangan air (slurry dewatering)


2 Seksi 200 mempunyai fungsi membuat slurry, penghilangan kandungan air dalam batubara,
dan penyediaan slurry batubara yang hilang sebagian airnya untuk seksi 300.

Seksi 300 mempunyai fungsi memisahkan minyak dari slurry batubara dengan menggunakan
3 alat screw decanter. Alat ini akan memproses minyak hasil pemisahan apabila diperlukan dan
penyediaan cake batubara untuk seksi 400.
Seksi 400 mempunyai fungsi mendapatkan batubara halus yang telah meningkat kualitasnya
melalui proses recovery minyak di dalam cake batubara yang disediakan dari seksi 300 dengan
menggunakan alat rotating steam tube dryer (D401).
4 Prinsip kerja alat rotating steam tube dryer adalah batubara yang lewat dipanaskan dengan
menggunakan steam yang dibantu dengan sirkulasi gas untuk membawa uap minyak yang
dihasilkan.

Seksi 500; pembuatan briket (briquetting)


5 Seksi 500 mempunyai fungsi membuat briket dengan menggunakan double roll briquetting
machine (Z501).
PERALATAN PENDUKUNG

Utility berfungsi untuk mendukung proes UBC, terdiri atas bioler (steam),
UTILITY nitrogen generator (N2), cooling water supply (CWS), instrument air (IA),
dan generator set.

Sistem kontrol mempunyai fungsi untuk mengontrol kegiatan pada pilot


SISTEM KONTROL PUSAT plant, baik dalam proses maupun utility. Sistem control ini mencakup
distribusi arus listrik, instrumentasi, dan sistem data.
COAL DRYING AND BRIQUETTING

Adapun peralatan yang digunakan, yaitu preparasi batubara, pengeringan batubara, dan
pembriketan. Batubara setelah dipreparasi, kemudian diumpankan ke dalam unit pengering dengan
beberapa kecepatan yang berbeda setelah batubara dikeringkan kemudian dibriket.
Batubara hasil proses CDB dikirim ke dalam hopper untuk dibriket melalui screw conveyor dan flight
conveyor. Tujuan pembriketan adalah mengubah produk menjadi bentuk yang kompak sehingga
akan memudahkan dalam proses transportasinya terutama untuk user yang jaraknya jauh dari CDB
plant. Akan tetapi, jika usernya dekat dengan CDB plant tidak perlu dibriket, sehingga akan
mengurangi ongkos produksi dari plant tersebut
DIAGRAM ALIR PROSES CDB
Pada proses CDB skala pilot, air yang terkandung di dalam
batubara berubah menjadi uap dan dibawa oleh recycle gas
nitrogen melalui bag filter sehingga partikel batubara halus yang
terikutkan akan terpisah, kemudian uap air akan dikondensasikan
sehingga berubah kembali menjadi fase cair. Adapun recycle gas
nitrogen dimaksudkan agar uap air yang terbentuk tidak
terkondensasi di dalam dryer.
GEO COAL TECHNOLOGY
persiapan batu bara run-of-mine (ROM), yaitu mengantarkan batu bara ROM ke pabrik Geo-Coal.

P proses penghancuran batu bara dalam berbagai ukuran. Biasanya 5-50 mm.

R
O proses pengeringan. Gas panas dari pembakaran gasifikasi memanaskan batubara dengan uap per
panas untuk mengeluarkan kelembaban.
S
E proses seting. Pada tahap ini, modifikasi temperatur gabungan dari hardgrove grindability index
S (HGI), konten materi yang mudah terbakar dan debu dari batubara.

proses pendinginan. Batubara yang sudah dinaikan kulaitasnya dilakukan pendingainan dan siap
untuk dikonsumsi dalam kalori yang lebih tinggi.
Yang membedakan Geo-Coal dengan teknologi lainnya
semisal Upgrading Brown Coal (UBC), adalah pada
prosesnya. Geo-coal, melalui proses yang lebih singkat
dan simple. Selain itu, pada proses lain, pada akhir,
batubara akan dipadatkan menjadi briket, tetapi Geo-
Coal, tidak.
Coldry Process

Pelepasan moisture/air dari batubara selain dengan cara pemanasan juga dapat dilakukan
dengan cara mengecilkan ukuran batubara sampai ukuran lebih kecil dari 10 mikro meter
sehingga pori-pori batubara terbuka dan air lepas ke atmosfir. Teknologi ini
dikembangkan oleh Environmental Clean Technologies Limited, Australia dan diberi nama
coldry process. Proses coldry dapat mengurangi kadar air batubara dari 60-70% menjadi
sekitar 10%. Gambar 2.15 menampilkan diagram alir proses coldry.
Proses coldry dapat dikelompokkan menjadi 5 tahap proses yaitu: tahap persiapan baku,
tahap penggerusan dan ekstrusi, tahap pengkondisian, dan tahap pengeringan.
Tahapan proses Col dry

1. Tahap persiapan bahan baku (Raw Feed Stock). Pada tahap ini batubara ukuran halus dengan kadar air antara 30-70%
dimasukkan ke dalam bak penampung (hopper) selanjutnya diayak (screened) dan dibersihkan dari benda-benda lainnya
sebelumdilakukan penambahan sedikit air (sampai 5% tergantung pada kadar air batubara).

2. Penggerusan dan ekstrusi (Attritioning & Extrusion). Campuran batubara dan air dimasukkan ke dalam sebuah
"Attritioner" yang didalamnya permukaan masing-masing partikel batubara saling bergesekan sehingga memicu reaksi alami
untuk mengeluarkan air dari batubara.

3. Pengkondisian (Conditioning Conveyor). Pada tahap ini udara hangat (suhu 35oC sampai dengan 40oC) memanaskan briket
dari extruder sehingga briket mengeras sehingga mampu untuk menahan beban pada proses pengeringan selanjutnya.
Proses pengerasan/penguatan ditandai oleh adanya permukaan yang kering, dan pengerutan
(shrinkage) briket.

4. Tahap pengeringan (Pack Bed Drying). Pengeringan briket dilanjutkan dalam Pack Bed Dryer pada suhu yang sama. Udara
hangat untuk proses pengeringan ini dapat memanfaatkan panas terbuang dari pembangkit listrikn atau industriy lainnya.
KESIMPULAN

Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang
mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh
maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh
derajat coalification (rank). Kualitas batubara ini diperlukan untuk
menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan. Untuk
itu,diperlukan proses peningkatan kualitas batubara agar pemanfaatannya
dapat lebih menguntungkan.
Proses peningkatan kualitas batubara Indonesia pada dasarnya dapat
dilakukan dengan menghilangkan atau setidaknya mengurangi kandungan
air pada batubara. proses peningkatan kualitas batubara sudah banyak
dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai