Anda di halaman 1dari 5

Nama : Destya Aris Y

NIM : 111711008
Kelas :3A Teknik Konversi Energi
Proses Pengolahan Batubara komersial
1. Indirect Liquefaction Process/ Indirect Coal Liquefaction (ICL)

Prinsipnya secara sederhana yaitu mengubah batubara ke dalam bentuk gas terlebih dahulu
untuk kemudian membentuk syngas (campuran gas CO

dan H
2
). Syngas kemudian
dikondensasikan oleh katalis (proses Fsicher-Tropsch) untuk menghasilkan produk ultra
bersih yang memiliki kualitas tinggi.
2. Direct Liquefaction Process/ Direct Coal Liquefaction (DCL)
Proses ini dilakukan dengan cara menghaluskan ukuran butir batuvara, kemudian
slurry dibuat dengan cara mencampur batubara dengan pelarut. Slurry dimasukkan ke
dalam reactor bertekanan tinggi bersama-sama dengan hydrogen dengan
menggunakan pompa. Slurry kemudian diberi tekanan 100-300 atm di dalam sebuah
reactor kemudian dipanaskan hingga suhu mencapai 400-480
o
C.
Secara kimiawi proses akan mengubah bentuk hidrokarbon batubara dari kompleks
menjadi rantai panjang seperti pada minyak. Batubara terkonversi menjadi liquid
melalui pemutusan ikatan C-C dan C-heteroatom secara termolitik atau hidrolitik
(thermolytic and hydrolytic cleavage), sehingga melepaskan molekul-molekul CO
2
,
H
2
S, NH
3
, dan H
2
O. Untuk itu rantai atau cincin aromatic hidrokarbonnya harus
dipotong dengan cara dekomposisi panas pada temperature tinggi (thermal
decomposition). Setelah dipotong, masing-masing potongan pada rantai hidrokarbon
tadi akan menjadi bebas dan sangat aktif (free-radical). Supaya radikal bebas itu tidak
bergabung dengan radikal bebas lainnya (terjadi reaksi repolimerisasi) membentuk
material dengan berat molekul tinggi dan insoluble, perlu adanya pengikat atau
stabilisator, biasanya berupa gas hydrogen. Hidrogen bisa didapat melalui tiga cara
yaitu: transfer hydrogen dari pelarut, reaksi dengan fresh hydrogen, rearrangement
terhadap hydrogen yang ada di dalam batubara, dan menggunakan katalis yang dapat
menjembatani reaksi antara gas hydrogen dan slurry (batubara dan pelarut).
Untuk Indonesia sendiri teknik konversi likuifaksi batubara secara langsung dinilai
lebih menguntungkan untuk saat ini. Selain prosesnya lebih sederhana, likuifaksi
relative lebih murah dan lebih bersih disbanding teknik gasifikasi. Teknik ini juga
cocok untuk batubara peringkat rendah (lignit), yang banyak terdapat di Indonesia.
Banyak Negara mengembangkan teknologi likuifaksi batubara. Di Amrika Serikat
berkembang berbagai proyek pengembangan likuifaksi batubara. Jepang sebagai salah
satu Negara pengembang teknologi likuifaksi batubara terkenal dengan salah satu
proyeknya yaitu NEDOL memiliki 2 metode likuifaksi batubara yaitu Bituminous
Coal Liquefaction dan Brown Coal Liquefaction

Proses Bituminous Coal Liquefaction


Dalam proses Bituminous Coal Liquefaction, proyek NEDOL berhasil
menggabungkan 3 proses, yaitu: Solvent Extraction Process, Direct Hydrogenation
Process, dan Solvolysis Process.
Spesifikasi proses NEDOL adalah sebagai berikut:
- Tidak memerlukan batubara dengan spesifikasi tertentu. Batubara yang digunakan
bisa dari low grade sub-bituminous sampai low grade bituminous.
- Yield Ratio bisa mencapai 54% berat, lebih besar dari medium atau light oil
- Temperature standar reaksi adalah 450
o
C dan tekanan standar 170 kg/cm
2
g
- Membutuhkan katalis yang sangat aktif namun tidak mahal
- Sebagai pemisah antara fasa cair-gas, digunakan sistem distilasi pengurang
tekanan.
- Digunakan pelarut terhidrogenasi yang dapat digunakan kembali untuk
mengawasi kualitas pelarut agar dapat meningkatkan Yield Ratio dari batubara
cair dan mencegah fenomena cooking pada tungku pemanas.
Proses NEDOL
- Slurry dibuat dnegan mencampurkan 1 bagian batubara dnegan 1,5 bagian pelarut,
lalu ditambahkan 3% katalis yang mengandung besi (ferrous catalyst)
- Slurry dipanaskan sampai suhunya mencapai 400
o
C dalam preheating furnace.
- Reaksi likuifaksi terjadi dalam kolom reactor berjenis suspension bed foaming
pada kondisi standar (temperature 450
o
C, tekanan 170 kg/cm
2
g)
- Batubara dikonversi menjadi bentuk cair oleh reaksi antara hydrogen dan pelarut.
- Setelah melewati pemisah fase gas-cair, kolom distilasi bertekanan normal, dan
kolom distilasi isap, batubara cair dipisahkan menjadi naphta, medium oil, heavy
oil, dan residu.
- Distilasi medium oil dan heavy oil dipindahkan ke kolom reaksi berjenis fixed bed
yang berisi katalis Ni-Mo. Pada kolom reaksi ini, distilat dikonversikan menjadi
distilat ringan pada temperatur 320
o
C dan tekanan 100 kg/cm
2
g, dan digunakan
kembali dalam reaksi sebagai pelarut (solvent)



Proses pada Brown Coal Liquefaction secara umum terdiri dari 3 proses, yaitu: Coal
Pretreatment Process, Slurry Preheating Process, Primary Hydrogenation Process dan
Secondary Hydrogenation Process.
Pretreatment Process merupakan proses peremukan raw brown coal, pengeringan, dan
pembuatan slurry. Slurry dibuat dengan mencampurkan 1 bagian batubara brown coal
dengan 2,5 bagian pelarut, lalu ditambahkan katalis yang mengandung besi (iron
catalyst). Lalu Slurry deproses ke preheating process.
Primary Hydrogenation Process dilakukan dengan mengalirkan gas hydrogen pada
temperature 430-450
o
C dan tekanan 150-200 kg/cm
2
g agar dapat terjadi proses
likuifaksi.
Produksi yang dihasilkan dikirim ke kolom distilasi dan didistilasi menjadi naphta,
ligh oil dan medium oil.
Kolom distilasi bawah yang mengandung padatan dialirkan menuju kolom pemisah
padatan-cairan pada proses pegeringan pelarut. Distilat cair kemudian dibawa ke
proses secondary hydrogenation dan padatan dibuang.
Reactor jenis fixed bed yang diisi katalis Ni-Mo agar proses hidrogenasi dapat terjadi
pada temperature 300-400
o
C dan tekanan 130-200
o
kg/cm
2
g.
Kemudian dilakukan distilasi kembali agar dapat dipisahkan menjadi nephta, light
distillate dan medium distillate
Setelah proses selesai dihasilkan 3 barrel batubara cair dari 1 ton batubara brown coal
kering


Likuifaksi batubara memiliki sejumlah manfaat:
1. Batubara terjangkau dan terseia di seluruh dunia, memungkinkan berbagai Negara
untuk mengakses cadangan batubara dalam negeri dan pasar internasional dan
mengurangi ketergantungan pada impor minyak, serta meningkatkan keamanan
energy.
2. Batubara cair dapat digunakan untuk transportasi, memasak, pembangkit listrik
stasioner, dan di industry kimia
3. Batubara yang diturunkan adalah bahan bakar bebas sulfur, rendah partikulat, dan
rendah oksida nitrogen.
4. Bahan bakar cair dari batubara merupakan bahan bakar olahan yang ultra-bersih,
dapat mengurangi risiko kesehatan dari polusi udara dalam ruangan.
Prospek Batu Bara Cair Dunia Di Masa Depan
Melihat kondisi kelangkaan energy minyak bumi dimasa depan China melakukan
inisiatif langkah-langkah konkrit melakukan penelitian dan pengembangan teknologi
pencairan batubara, sementara itu NEDO, sebagai bagian dari program kerjasama
Internasional telah melakukan instalasi peralatan pencairan batubara di China pada
1982 sebagai bagian dari uji coba pencairan batubara China, termasuk melakukan
eksplorasi katalis untuk proses pencairan batubara serta pengembangan kemampuan
sumberdaya manusia. Sejak tahun 18987, pemerintah China telah menawarkan
NEDO untuk melakukan uji kelayakan lokasi pabrik pencairan batubara di Provinsi
Heilongjiang dengan memanfaatkan batubara Yilan. Sebaliknya, dengan
mempertimbangkan sebagai Negara importer minyak bumi dimasa depan, pada tahun
1992 pemerintah Indonesia telah meminta bantuan kerjasama Internasional kepada
NEDO untuk melakukan penelitian dan pengembangan brown coal. Inisiatif terseebut
ditindaklanjuti tahun 1994 dengan menandatangani memorandum kerjasama antara
NEDO bersama dengan BPPT (Badan Pengkajian) untuk penelitian dan
pengembangan teknologi pencairan brown coal di Indonesia sebagai persiapan untuk
komersialisasi pabrik pencairan batubara cair.
Sisi lain batubara cair
Dalam penggunaannya, batubara cair sebagai bahan bakar alternative dinilai dapat:
1. Meningkatan dampak negative dari penambangan batubara
Penyebaran skala besar pabrik batubara cair dapat menyebabkan peningkatan
yang signifikan dari penambangan batubara. Penambangan batubara akan
memberikan dampak negative yang berbahaya. Penambangan ini dapat
menyebabkan limbah yang beracun dan bersifat asam serta akan mengkontaminasi
air tanah. Selain dapat meningkatkan efek berbahaya terhadap lingkungan,
peningkatan produksi batubara juga dapat menimbulkan dampak negative pada
orang-orang yang tinggal dan bekerja di sekitar dareah penambangan.
2. Menimbulkan efek global warming sebear hamper dua kali lipat per gallon bahan
bakar
Produksi batubara cair membutuhkan batubara dan energy dalam jumlah yang
besar. Proses ini juga dinilai tidak efisien. Faktanya, 1 ton batubara hanya dapat
dikonversi menjadi 2-3 barel bensin. Proses konversi yang tidak efisien, sifat
batubara yang kotor, dan kebutuhan energy dalam jumlah yang besar tersebut
menyebabkan batubara cair menghasilkan hamper dua kali lipat emisi penyebab
global warming dibandingkan dengan bensin biasa. Walupun karbon yang terlepas
selama produksi ditangkap dan disimpan, batubara cair teetap akan melepas 4
hingga 8 persen polusi global warming lebih banyak dibandingkan dengan bensin
biasa.

Anda mungkin juga menyukai