Bahrul Ilmi
03021181320046
M. Imam Pratama 03021181320014
Rendhie Suswanto 03021181320088
Riska Septiyani 03021181320044
Willy Amdana 03021381320072
A.
B.
C.
D.
Pada metode langsung batubara cair diproduksi dengan melarutkan dalam suatu
pelarut organik lalu dilanjutkan dengan proses hidrogenasi pada suhu dan tekanan tinggi
Pada proses tidak langsung batubara difragmentasi menjadi CO, CO2, H2, dan
CH4 yang kemudian direkombinasikan menghasilkan produk cair, prosesnya melalui gasifikasi dan kondensasi.
Proses liquifaksi batubara dijalankan pada suhu 315-470C, melalui dua cara
yaitu dengan menggunakan proses pelarutan (solvasi) dan tanpa menggunakan pelarut
Cara pertama batubara dilarutkan dalam pelarut tertentu yang mempunyai
sifat donor-H ataupun tidak, kemudian hidrogen bertekanan ~iinjeksikan kedalamnya. Pada cara kedua dilakukan hidrogenisasi secara langsung tanpa
menggunakan pelarut. Kedua proses dilakukan di dalam batch autoclaves.
Exxon Donor Solvent merupakan salah satu contoh Direct Coal Liquifaction
(Pencairan secara Langsung) metode ini didesign untuk mendapatkan produk
cair yang maksimum, proses ini tidak menggunakan katalis, dan pirolisis
dilakukan pada Temperatur 400 oF 800oF.
Ini akan menjadi jelas dari diskusi sebelumnya yang penemuan ini
memberikan suatu proses yang ditingkatkan untuk mengkonversi batubara
menjadi produk cair terhidrogenas
Tujuan dari EDS proyek pencairan batu bara adalah untuk mengembangkan
proses untuk keadaan kesiapan komersial. Ini berarti bahwa teknologi harus
tersedia pada akhir proyek untuk merancang dan membangun skala penuh,
merintis pabrik komersial dengan tingkat yang wajar dan risiko yang dapat
diterima
Ada beberapa cara untuk memperoleh sumber gas hirirogen pada proses liquifaksi batubara dengan cara pelarutan yaitu :
1. Hidrogen diperoleh dari hydrogenated solvent dengan menggunakan
katalisator yang dikenal dengan Pott-Broche Process. Proses ini telah
dikembangkan oleh US Departement Interior Technology untuk Consol
Synthethietic Fuel (CSF) Process.
2. Ekstraksi dengan H2 bertekanan tanpa external solvent rehydrogenenation.
Ini disebut Solvent Refined Coal (SRC) yang dikembangkan oleh US Energy Research and Development Administration (ERDA) dan Electric Power
Research Institute (EPR/).
3. Kombinasi kedua proses di atas yang dikembangkan oleh EXXON yaitu
Injeksi H2 bertekanan disertai dengan rehidrogenasi pelarut dengan
katalisator.
Pengembangan produksi bahan bakar sintetis berbasis batu bara pertama kali
dilakukan di Jerman tahun 1900-an dengan menggunakan proses sintesis Fischer-Tropsch yang dikembangkan Franz Fisher dan Hans Tropsch
Pada 1930, disamping menggunakan metode proses sintesis Fischer-Tropsch,
Mulai dikembangkan pula proses Bergius untuk memproduksi bahan bakar sin
tesis
Jepang juga melakukan inisiatif pengembangan teknologi pencairan batubara
melalui proyek Sunshine tahun 1974 sebagai pengembangan alternatif energi
pengganti minyak bumi.
Pada 1983, NEDO (the New Energy Development Organization) berhasil mengembangkan suatu teknologi pencairan batubara bituminous dengan menggunakan tiga proses, yaitu :
1. Solvolysis system
2. Solvent extraction system
3. Direct hydrogenation to liquefy bituminous coal
Pencairan batubara metode langsung atau dikenal dengan Direct Coal Liquefaction-DCL,dikembangkan cukup banyak oleh negara Jerman dalam menyediakan bahan bakar pesawat terbang
DCL adalah proses hydro-craacking dengan bantuan katalisator.
Prinsip dasar dari Bergeus Process adalah meng-introduksi-an gas hydrogen
kedalam struktur batubara agar rasio perbandingan antara C/H menjadi kecil
sehingga terbentuk senyawa-senyawa hidrokarbon rantai pendek berbentukcair
Proses ini telah mencapai rasio konversi 70% batubara (berat kering) menjadi
sintetik cair.
Setelah Perang Dunia II plant tersebut tidak beroperasi lagi karena tidak bisa berSaing dengan harga minyak bumi. Namun pada tahun 1970-an dan 1980- an penelitan-penelitian pencairan langsung mulai diaktifkan lagi. Beberapa teknologi pencairan langsung di antaranya adalah Solvent Refining Coal atau SRC (SRC-I danSRC II), H-Coal, Donor Solvent, Exxon Donor Solvent, dan Brown Coal Liquefaction (BCL).
Yang menjadikan proses DCL sangat bervariasi adalah beberapa faktor dibawah:
1. Pencapaian dari sebuah proses DCL sangat tergantung daripada jenis feedstock
/(spesifikasi batubara) yang dipergunakan
2. Jenis batubara tertentu mempunyai kecenderungan membentuk lelehan (caking
perform)
3. Batubara dengan kadar ash yang tinggi lebih cocok untuk proses gasifikasi terlebih dahulu
4. Termal frakmentasi merupakan phenomena yang terjadi dimana serpihan batuba
ra mengalami defrakmentasi ukuran hingga berubah menjadi partikel-partikel kecil yang menyumbat jalannya aliran gas
5. Spesifikasi batubara yang dipergunakan, sehingga tidak ada sebuah sistem yang
bisa optimal untuk digunakan bagi segala jenis batubara.
DAFTAR PUSTAKA
Masduki, Busron, dkk. 2011. Liquifaksi Batubara Sebagai Substitusi Minyak
Bumi. Prosiding. Yogyakarta: Puslitbang Teknologi Maju Batan, ISSN
0216-3128, (141-147).
Jauhary, Muhammad. 2007. Potensi Industri Pengolahan Batubara Cair. Jurnal
Economic Review No.208, 1-7. (Online) http://lib.ui.ac.id/fi le?file
=digital/20280028-S379-Sintesis%20fischer.pdf. Diakses 10 Maret 2016.
Pohny. 2013. Sistem Kendali Mesin Crusher pada Proses Pengolahan
Batubara. Tesis. Makassar: Universitas Hasanuddin. (Online)
http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/54/--pohny-2695-1-13
-pohny-6.pdf
. Diakses 11 Maret 2016.
W.R Epperly, dkk. -. Exxon Donor Solvent Coal Liquefaction Process. U.S.A :
Exxon Research and Engineering Company, (6-1 s.d 6-27).