Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Coal To Liquid Technology (CTL) merupakan salah satu bagian


dari Coal Conversion Technology (CCT) yang bertujuan untuk
memanfaatkan nilai guna batubara sebagai bahan bakar. Seperti yang sudah
diketahui bersama bahwa batubara merupakan sumber bahan bakar selain
minyak bumi dan gas alam yang tak dapat terbarukan (non renewable
resources). Namun, berbeda dengan minyak bumi dan gas alam, batubara
tersebar merata di seluruh dunia dalam cadangan yang cukup besar.
Sehingga batubara dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar fosil utama
oleh beberapa negara yang miskin sumber daya minyak/gas tetapi memiliki
cadangan batubara yang melimpah seperti China, Amerika Serikat, Jepang,
bahkan Afrika Selatan
Baru-baru ini hampir semua daerah di Indonesia mengalami krisis
kelangkaan minyak, Indonesia yang merupakan salah satu negara eksportir
minyak mentah justru mengalami krisis kelangkaan minyak di dalam
negerinya sendiri. Hal ini terjadi karena kilang minyak yang kita miliki
tidak mampu mengolah minyak mentah yang kita miliki (karena kondisi
kilang yang sudah tua), sehingga kita harus mengimpor minyak mentah
kualitas tinggi dari negara lain yang harganya melambung tinggi.
Sementara minyak mentah yang kita miliki harus diekspor untuk diolah
melalui kilang-kilang modern milik negara maju.
Saat ini, terutama di Indonesia, batubara dimanfaatkan sebagai
bahan bakar pengganti bahan bakar minyak bumi yang langkah dan krisis
itu di PLTU, industri semen, briket batubara, serta pembuatan kokas
metalurgi. Padahal, masih tersedia ruang pemanfaatan lain bagi batubara.
Salah satunya adalah batubara cair, dengan proses likuifaksi.
Likuifaksi Batubara adalah suatu teknologi proses yang mengubah
batubara dan menghasilkan bahan bakar cair sintetis. Batubara yang berupa

1
padatan diuah menjadi bentuk cair dengan cara mereaksikannya dengan
hidrogen pada temperatur dan tekanan tinggi.
Proses likuifaksi batubara secara umum diklasifikasikan menjadi
Indirect Liquefaction Process dan Direct Liquefaction Process.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini


adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penjelasan tentang pencairan batubara?


2. Bagaimana penjelasan tentang pencairan batubara secara langsung
(Direct Liquation Process)?
3. Bagaimana kelebihan pencairan batubara?
4. Bagaimana proses pencairan batubara dengan produk hidrogen coal?
Tujuan

Adapun tujuan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah


sebagai berikut :

1. Mampu menjelaskan mengenai pencairan batubara.


2. Mampu menjelaskan mengenai pencairan batubara secara langsung
(Direct Liquation Process).
3. Mampu menjelaskan mengenai proses pencairan batubara dengan
produk synthetic oil.
4. Mampu mengetahui kelebihan dari pencairan batubara.
Manfaat

Dalam pembuatan makalah Pencairan Batubara dengan Produk


Sintetik Oil ini, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca guna menambah pengetahuan dalam memenuhi bahan
pembelajaran semester 5 Jurusan Teknik Kimia khususnya pada mata kuliah
Pemanfaatan Batubara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Likuifaksi Batubara(Coal liquefaction)

Coal liquefaction adalah suatu teknologi proses yang mengubah


batubara menjadi bahan bakar cair sintetis. Batubara yang berupa padatan
diubah menjadi bentuk cair dengan cara mereaksikannya dengan hidrogen
pada temperatur dan tekanan tinggi.Cairan yang terbentuk tersebut
selanjutnya difraksionasi/ dikilang untuk menghasilkan berbagai macam
bahan bakar cair seperti bensin, solar, minyak tanah dan lain-lain. Teknologi
ini sudah lama di kuasai negara maju seperti Jerman, Inggris, Amerika
Serikat, Australia dan Jepang. Penguasaan negara Jerman yang baik
terhadap teknologi inilah yang merupakan salah satu faktor yang
mendukung kemenangan Jerman dalam Perang Dunia I.
Tujuan dari likuifaksi batubara adalah untuk mengkonversi atau
meng-upgrading batubara yang mempunyai nilai kalor yang rendah yang
tidak laku di pasaran menjadi salah satu bentuk bahan bakar atau energi
alternatif yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Perkembangan Singkat Teknologi Likuifaksi


Pengembangan produksi bahan bakar sintetis berbasis batu bara
pertama kali dilakukan di Jerman tahun 1900-an dengan menggunakan
proses sintesis Fischer-Tropsch yang dikembangkan Franz Fisher dan Hans
Tropsch. Pada 1930, disamping menggunakan metode proses sintesis
Fischer-Tropsch, mulai dikembangkan pula proses Bergius untuk
memproduksi bahan bakar sintesis. Sementara itu, Jepang juga melakukan
inisiatif pengembangan teknologi pencairan batubara melalui proyek
Sunshine tahun 1974 sebagai pengembangan alternatif energi pengganti
minyak bumi.

3
Pada 1983, NEDO (the New Energy Development Organization),
organisasi yang memfokuskan diri dalam pengembangan teknologi untuk
menghasilkan energi baru juga berhasil mengembangkan suatu teknologi
pencairan batubara bituminous dengan menggunakan tiga proses, yaitu
solvolysis system, solvent extraction system dan direct hydrogenation to
liquefy bituminous coal.
Cadangan batubara di dunia pada umumnya tidak berkualitas baik,
bahkan setengahnya merupakan batubara dengan kualitas rendah, seperti:
sub-bituminous coal dan brown coal. Kedua jenis batubara tersebut lebih
banyak didominasi oleh kandungan air. Peneliti Jepang kemudian mulai
mengembangkan teknologi untuk menjawab tantangan ini agar
kelangsungan energi di Jepang tetap terjamin, yaitu dengan mengubah
kualitas batubara yang rendah menjadi produk yang berguna secara
ekonomis dan dapat menghasilkan bahan bakar berkualitas serta ramah
lingkungan. Dikembangkanlah proses pencairan batubara dengan
namaBrown Coal Liquefaction Technology (BCL).

Proses Likuifaksi Batubara


Indirect Coal Liquefaction (ICL)
Prinsipnya secara sederhana yaitu mengubah batubara ke dalam
bentuk gas terlebih dahulu untuk kemudian membentuk syngas
(campuran gas CO dan H2). Syngas kemudian dikondensasikan oleh
katalis (proses Fischer-Tropsch) untuk menghasilkan produk ultra bersih
yang memiliki kualitas tinggi. Proses Fisher Tropsch adalah sintesis
CO/H2 menjadi produk hidrokarbon atau disebut synthetic oil. Synthetic
oil banyak digunakan sebagai bahan bakar mesin industri /transportasi
atau kebutuhan produk pelumas (lubricating oil).

4
Gambar 2.1 Dua Konfigurasi Proses Dasar untuk Produksi Bahan Bakar
Cair denganIndirect Liquefaction Process
Syngas Production Bagian ini terdiri dari coal handling, drying dan
grinding yang kemudian diikuti dengan gasifikasi. Unit pemisahan udara
menyediakan oksigen untuk gasifier. Syngas cleanup terdiri dari proses
hydrolysis, cooling, sour-water stripping, acid gas removal, dan sulfur
recovery. Gas dibersihkan dari komponen sulfur dan komponen lain yang
tidak diinginkan sampai pada level yang terendah untuk melindunginya
dari downstream catalysts. Panas yang dipindahkan pada gas-cooling
step direcover sebagai steam, dan digunakan secara internal untuk
mensuppli kebutuhan power plant. Proses sour-water stripping akan
menghilangkan ammonia yang dihasilkan dari nitrogen yang ada pada
batubara. Sulfur dalam batubara akan dikonversikan menjadi hydrogen
sulfide (H2S) dan carbonyl sulfide (COS). Proses hidrolisis digunakan
untuk mengkonversikan COS dalam syngas menjadi H2S, yang direcover
pada acid-gas removal step dan dikonversikan menjadi elemental sulfur
pada sebuah Claus sulfur plant. Sulfur yang diproduksi biasanya dijual
sebagai low-value byproduct.
Synthesis Gas Conversion Bagian ini terdiri dari water-gas
shift, a sulfur guard bed, synthesis-gas conversion reactors, CO2
removal, dehydration dan compression, hydrocarbon dan hydrogen

5
recovery, autothermal reforming, dan syngas recycle. A sulfur guard bed
dibutuhkan untuk melindungi katalis konversi gas sintesis yang dengan
mudah diracuni oleh trace sulfur pada cleaned syngas. Clean synthesis
gas dipindahkan untuk mendapatkan hydrogen/carbon monoxide ratio
yang diinginkan, dan kemudian secara katalitik dikonversikan menjadi
bahan bakar gas.
Dua cara utama melibatkan konversi ke hight-quality diesel dan
distillate menggunakan Fischer-Tropsch route, atau konversi ke high-
octane gasoline menggunakan proses metanol menjadi gasoline (MTG) .
Fischer-Trosch (F-T) syntesis menghasilkan spektrum dari hidrokarbon
paraffin yang ideal untuk diesel dan bahan bakar
Katalis yang digunakan dalam Fischer-Trops adalah besi atau
cobalt. Keuntungan katalist besi dengan cobalt berlebih untuk
mengkonversi coal-derived syngas yang mana besi memiliki kemampuan
mengaktivasi reaksi water-gas shift dan secara internal mengatur low
H2/CO ratio dari coal derived syngas yang diperlukan dalam reaksi
Fischer-Trops. Jenis reactor yang digunakan dalam reaksi F-T adalah
fixed-bed tubular reactor dan teknologi ini diaplikasikan di Shells
Malaysian GTL. Sasol juga mengkomersialisasikan teknologi CTL di
Afrika Selatan yang menggunakan Fixed bed reactor, circulating-
fluidized bed dan fixed-fluidized bed reactor. Syngas dan produk F-T
yang tidak terkonversi harus dipisahkan setelah langkah sintesis F-T.
CO2 dapat dipisahkan dengan menggunakan teknik absorbsi. CO2 dengan
kemurnian tinggi biasanya dibuang langsung ke udara bebas.
Proses pendinginan digunakan untuk memisahkan air dan
hidrokarbon ringan (terutama metana, etana, dan propane) dari produk
liquid hydrocarbon yang dihasilkan pada proses sintesis F-T. Gas
hidrokarbon ringan dan gas sintesis yang tidak terkonversi dikirim ke
proses hydrogen recovery.Purge dari fuel gas digunakan untuk menyuplai
bahan bakar pada proses CTL. Akhirnya sisa gas dialirkan ke

6
autothermal reforming plant untuk mengkonversi hidrokarbon ringan
menjadi syngas untuk direcycle ke reaktor F-T.
Product Upgrading - FT liquid dapat dimurnikan menjadi LPG,
gasoline, dan bahan bakar diesel. Pilihan lain adalah melalui partial
upgrading seperti yang ditunjukkan dari gambar 2.4 untuk menghasilkan
F-T syncrude. Kandungan wax yang tinggi di raw F-T liquid memerlukan
hidroprosessing untuk membuat syncrude yang dapat dialirkan melalui
pipa . Pilihan upgrading minimum termasuk hidrotreating dan
hidrocracking dari F-T wax. Produk yang dihasilkan adalah F-T LPG dan
F-T syncrude, yang dapat dikirim ke conventional petroleum refinery
untuk difraksinasi menghasilkan produk yang dapat diolah lebih lanjut.

Direct Coal Liquefaction (DCL)


DCL adalah proses hydro-cracking dengan bantuan katalisator.
Prinsip dasar dari DCL adalah mengintroduksikan gas hidrogen kedalam
struktur batubara agar rasio perbandingan antara C/H menjadi kecil
sehingga terbentuk senyawa-senyawa hidrokarbon rantai pendek
berbentuk cair. Proses ini telah mencapai rasio konversi 70% batubara
(berat kering) menjadi sintetik cair. DCL juga dikenal dengan sebutan
Bergius Proccess.
Proses ini dilakukan dengan cara menghaluskan ukuran butir
batubara, kemudian slurry dibuat dengan cara mencampur batubara ini
dengan pelarut. Slurry dimasukkan ke dalam reaktor bertekanan tinggi
bersama-sama dengan hidrogen dengan menggunakan pompa. Slurry
kemudian diberi tekanan 100-300 atm di dalam sebuah reaktor kemudian
dipanaskan hingga suhu mencapai 400-480 C.
Secara kimiawi, proses akan mengubah bentuk hidrokarbon
batubara dari kompleks menjadi rantai panjang seperti pada minyak.
Dengan kata lain, batubara terkonversi menjadi liquid melalui pemutusan
ikatan C-C dan C-heteroatom secara termolitik atau hidrolitik
(thermolytic and hydrolytic cleavage), sehingga melepaskan molekul-

7
molekul CO2, H2S, NH3, dan H2O. Untuk itu rantai atau cincin aromatik
hidrokarbonnya harus dipotong dengan cara dekomposisi panas pada
temperatur tinggi (thermal decomposition). Setelah dipotong, masing-
masing potongan pada rantai hidrokarbon tadi akan menjadi bebas dan
sangat aktif (free-radical). Supaya radikal bebas itu tidak bergabung
dengan radikal bebas lainnya (terjadi reaksi repolimerisasi) membentuk
material dengan berat molekul tinggi dan insoluble, perlu adanya
pengikat atau stabilisator, biasanya berupa gas hidrogen. Hidrogen bisa
didapat melalui tiga cara yaitu: transfer hidrogen dari pelarut, reaksi
dengan fresh hidrogen, rearrangement terhadap hidrogen yang ada di
dalam batubara, dan menggunakan katalis yang dapat menjembatani
reaksi antara gas hidrogen dan slurry (batubara dan pelarut).
Faktor yang menjadikan proses DCL sangat bervariasi :
Spesifikasi batubara yang dipergunakan, sehingga tidak ada sebuah
sistem yang bisa optimal untuk digunakan bagi segala jenis batubara.
Jenis batubara tertentu mempunyai kecenderungan membentuk lelehan
(caking perform), sehingga menjadi bongkahan besar yang dapat
membuat reaktor kehilangan tekanan dan gradient panas terlokalisasi
(hotspot). Hal ini biasanya diatasi dengan mencampur komposisi
batubara, sehingga pembentukan lelehan dapat dihindari.
Batubara dengan kadarash yang tinggi lebih cocok untuk proses
gasifikasi terlebih dahulu, sehingga tidak terlalu mempengaruhi
berjalannya proses.

Ini salah satu contoh yaitu negara jepang, sebagai salah satu negara
pengembang teknologi Likuifaksi Batubara terkenal dengan salah satu
proyeknya yaitu NEDOL memiliki 2 metode likuifaksi batubara yaitu
Bituminous Coal Liquefaction dan Brown Coal Liquefaction.
Bituminous Coal Liquefaction.
Dalam proses Bituminous Coal Liquefaction, Proyek
NEDOL berhasil menggabungkan 3 proses, yaitu: Solvent

8
Extraction Process, Direct Hydrogenation Process, dan Solvolysis
Process.
Spesifikasi proses NEDOL adalah sebagai berikut:
Tidak memerlukan batubara dengan spesifikasi tertentu.
Batubara yang digunakan bisa dari low grade sub-bituminous
sampai low grade bituminous.
Yield Ratio bisa mencapai 54% berat, lebih besar dari medium
atau light oil
Temperatur standar reaksi adalah 450C dan Tekanan standar
170 kg/cm2G
Membutuhkan katalis yang sangat aktif namun tidak mahal
Sebagai pemisah antara fasa cair-gas, digunakan sistem
distilasi pengurang tekanan.
Digunakan sebagai pelarut terhidrogenasi yang dapat
digunakan kembali untuk mengawasi kualitas pelarut agar
dapat meningkatkan Yield Ratio dari batubara cair dan
mencegah fenomena cooking pada tungku pemanas.

Proses NEDOL Slurry dibuat dengan mencampurkan 1


bagian batubara dengan 1.5 bagian pelarut,lalu ditambahkan 3%
katalis yang mengandung besi (ferrous catalyst) Slurry dipanaskan
sampai suhunya mencapai 400C dalam preheating furnace.Reaksi
likuifaksi terjadi dalam kolom reaktor berjenis suspension bed
foaming pada kondisi standar (Temperatur 450C, Tekanan 170
kg/cm2G). Batubara dikonversi menjadi bentuk cair oleh reaksi
antara hidrogen dan pelarut. Setelah melewati pemisah fase gas-
cair, kolom distilasi bertekanan normal, dan kolom distilasi isap,
batubara cair dipisahkan menjadi naphta, medium oil, heavy oil,
dan residu.Distilat medium oil dan heavy oil dipindahkan ke kolom
reaksi berjenis fixed bed yang berisi katalis Ni-Mo. Pada kolom
reaksi ini, distilat dikonversikan menjadi distilat ringan pada
Temperatur 320C dan Tekanan 100 kg/cm2G, dan digunakan
kembali dalam reaksi sebagai pelarut (solvent)

9
Gambar . Diagram alir proses Bituminous Coal Liquefaction

Brown Coal Liquefaction


Proses pada Brown Coal Liquefaction, secara umum terdiri
atas 3 proses, yaitu: Coal Pretreatment Process, Slurry Preheating
Process, Primary hydrogenation process dan Secondary
hydrogenation process.
Pretreatment Process merupakan proses peremukan raw
brown coal, pengeringan, dan pembuatan Slurry. Slurry dibuat
dengan mencampurkan 1 bagian batubara brown coal dengan 2.5
bagian pelarut, lalu ditambahkan katalis yang mengandung besi
(iron catalyst). Lalu Slurry diproses ke preheating process.
Primary hydrogenation process dilakukan dengan
mengalirkan gas hidrogen pada Temperatur 430-450C dan
tekanan 150-200 kg/cm2G agar dapat terjadi proses likuifaksi.
Produk yang dihasilkan dikirim ke kolom distilasi dan
didistilasi menjadi naphta, light oil dan medium oil. Kolom
distilasi bawah yang mengandung padatan dialirkan menuju kolom
pemisah padatan-cairan pada proses pengeringan pelarut. Distilat
cair kemudian dibawa ke proses Secondary hydrogenation dan
padatan dibuang.
Reaktor jenis fixed bed yang diisi katalis Ni-Mo agar
proses hidrogenasi dapat terjadi pada temperatur 300-400C dan
tekanan 150-200 kg/cm2G. Kemudian dilakukan distilasi kembali
agar dapat dipisahkan menjadi nephta, light distillate dan medium
distillate. Setelah proses selesai, dihasilkan 3 barrel batubara cair
dari 1 ton batubara brown coal kering

10
Gambar. Diagram alir proses Brown Coal Liquefaction

Kelebihan dan KekuranganBatubara Cair


Kelebihan Batubara Cair
Beberapa kelebihan batubara cair, yaitu :
Harga produksi lebih murah.
Jenis batu bara yang dapat dipergunakan adalah batu bara yang
berkalori rendah (low rank coal), yang selama ini kurang diminati
pasaran.
Dapat dipergunakan sebagai bahan pengganti bahan bakar
pesawat jet (jet fuel), mesin diesel (diesel fuel), serta gasoline dan
bahan bakar minyak biasa.
Teknologi pengolahannya lebih ramah lingkungan. Dari pasca
produksinya tidak ada proses pembakaran, dan tidak dihasilkan
gas CO2. Kalaupun menghasilkan limbah (debu dan unsur sisa
produksi lainnya), masih dapat dimanfaatkan untuk bahan baku

11
campuran pembuatan aspal. Bahkan sisa gas hidrogen masih laku
dijual untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar.

Kekurangan Batubara Cair


Beberapa kekurangan batubara cair, yaitu :
Keekonomian. Harga minyak bumi sangat fluktuatif, sehingga
seringkali investor ragu untuk membangun kilang pencairan
batubara. Batubara cair akan ekonomis jika harga minyak bumi di
atas US $35/bbl.
Investasi Awal Tinggi. Biaya investasi kilang pencairan batubara
komersial, cukup mahal .
Merupakan Investasi Jangka panjang. Break Even Point (BEP)
baru dicapai setelah 7 tahun beroperasi, sedangkan tahap
pembangunan memakan waktu 3 tahun.

Dampak Positif dan Negatif Batubara Cair


Dampak Positif Batubara Cair
Beberapa dampak positif batubara cair, yaitu :
Mengurangi ketergantungan pada impor minyak serta
meningkatkan keamanan energy.
Batubara cair dapat digunakan untuk transportasi, memasak,
pembangkit listrik stasioner, dan di industri kimia.
Batubara yang diturunkan adalah bahan bakar bebas sulfur,
rendah partikulat, dan rendah oksida nitrogen.
Bahan bakar cair dari batubara merupakan bahan bakar olahan
yang ultra bersih, dapat mengurangi risiko kesehatan dari polusi
udara dalam ruangan.

Dampak Negatif Batubara Cair


Beberapa dampak negative penggunaan batubara cair, yaitu :

12
Meningkatkan dampak negatif dari penambangan batubara.
Penyebaran skala besar pabrik batubara cair dapat menyebabkan
peningkatan yang signifikan dari penambangan batubara.
Penambangan batubara akan memberikan dampak negatif yang
berbahaya. Penambangan ini dapat menyebabkan limbah yang
beracun dan bersifat asam serta akan mengontaminasi air tanah.
Selain dapat meningkatkan efek berbahaya terhadap lingkungan,
peningkatan produksi batubara juga dapat menimbulkan dampak
negatif pada orang-orang yang tinggal dan bekerja di sekitar
daerah penambangan.
Menimbulkan efek global warming sebesar hampir dua kali lipat
per gallon bahan bakar.Produksi batubara cair membutuhkan
batubara dan energi dalam jumlah yang besar. Proses ini juga
dinilai tidak efisien. Faktanya, 1 ton batubara hanya dapat
dikonversi menjadi 2-3 barel bensin. Proses konversi yang tidak
efisien, sifat batubara yang kotor, dan kebutuhan energi dalam
jumlah yang besar tersebut menyebabkan batubara cair
menghasilkan hampir dua kali lipat emisi penyebab global
warmingdibandingkan dengan bensin biasa. Walaupun karbon
yang terlepas selama produksi ditangkap dan disimpan, batubara
cair akan tetap melepaskan 4 hingga 8 persen polusiglobal
warming lebih banyak dibandingkan dengan bensin biasa.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pencairan batubara (Coal Liquefaction) adalah proses mengubah wujud batubara
dari padat menjadi cair. Proses pencairan batubara dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu metode langsung (Direct Liquefaction Process) dan metode tidak
langsung (Indirect Liquefaction Process). Pada proses tidak langsung batubara
difragmentasi menjadi CO, CO2, H2, dan CH4 yang kemudian direkombinasikan
menghasilkan produk cair, prosesnya melalui gasifikasi dan kondensasi. Pada
proses langsung batubara cair diproduksi dengan melarutkan dalam suatu pelarut
organik lalu dilanjutkan dengan proses hidrogenasi pada suhu dan tekanan tinggi.
Proses pencairan batubara secara langsung dapat dilakukan melalui pirolisis,
ekstraksi pelarut dan hidrogenasi katalitik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rochman, Fatchur. 2013. Gasifikasi dan Likuifaksi Batubara. [Online]. Tersedia:


http://fatchur-newames.blogspot.com/2013/11/gasifikasi-dan-likuifaksi-
batubara.html. [28 Agustus 2013].
Ririn. 2013. Coal to Liquid. [Online]. Tersedia:
http://rinririns.blogspot.com/2013/02/coal-to-liquid.html. [28 Agustus
2013].
Gomes, Gary. 2012. Proses Liquifaction. [Online]. Tersedia:
http://silentdiamlovetekim.blogspot.com/. [28 Agustus 2013].
Letshare. 2010. Likuifikasi Batubara. [Online]. Tersedia:
http://letshare17.blogspot.com/2010/12/likuifikasi-batu-bara.html. [28
Agustus 2013].

http://bataviase.co.id

http://blogodril.blogspot.com/2010/03/batubara-yang-dicairkan-konversi-
energi.htm.

http://scientificindonesia.wordpress.com/proses-pengolahan-batubara/

15
16

Anda mungkin juga menyukai