NOx yang biasa disebut sebagai thermal NOx. Total emisis NOx di
dalam gas buang mencapai 80 hingga 90 persen. Salah satu upaya
untuk mengatasi NOx ini adalah dengan melakukan tindakan denitrasi
di boiler ketika proses pembakaran batubara sedang berlangsung
dengan cara memanfaatkan sifat reduksi NOx di dalam batubara.
Posted by Nunu Hamdani at 8:42 AM
http://jumro.blogspot.co.id/2013/03/pembakaran-batubara-serbukpada-pltu.html
Pulverizer
Pendahuluan
Slurry), COM (Coal Oil Mixture), dan CCS (Coal Cartridge System),
dan selanjutnya pemanfataan melalui proses konversi seperti
gasifikasi dan pencairan batubara
Pada pembakaran dengan stoker ini, abu hasil pembakaran berupa fly
ash jumlahnya sedikit, hanya sekitar 30% dari keseluruhan. Kemudian
dengan upaya seperti pembakaran NOx dua tingkat, kadar NOx dapat
diturunkan hingga sekitar 250 300 ppm. Sedangkan untuk
menurunkan SOx, masih diperlukan tambahan fasilitas berupa alat
desulfurisasi gas buang.
Bila suhu pembakaran pada PCC adalah sekitar 1400 1500, maka
pada FBC, suhu pembakaran berkisar antara 850 900 saja
sehingga kadar thermal NOx yang timbul dapat ditekan. Selain itu,
dengan mekanisme pembakaran 2 tingkat seperti pada PCC, kadar
NOx total dapat lebih dikurangi lagi.
boiler. Hal ini dilakukan dengan cara mencampur batu kapur (lime
stone, CaCO3) dan batubara kemudian secara bersamaan dimasukkan
ke boiler. SOx yang dihasilkan selama proses pembakaran, akan
bereaksi dengan kapur membentuk gipsum (kalsium sulfat). Selain
untuk proses desulfurisasi, batu kapur juga berfungsi sebagai media
untuk fluidized bed karena sifatnya yang lunak sehingga pipa
pemanas (heat exchanger tube) yang terpasang di dalam boiler tidak
mudah aus.
Pada CFBC, terdapat alat lain yang terpasang pada boiler yaitu
cyclone suhu tinggi. Partikel media fluidized bed yang belum bereaksi
dan batubara yang belum terbakar yang ikut terbang bersama aliran
gas buang akan dipisahkan di cyclone ini untuk kemudian dialirkan
Pada FBC, bila tekanan di dalam boiler sama dengan tekanan udara
luar, disebut dengan Atmospheric FBC (AFBC), sedangkan bila
tekanannya lebih tinggi dari pada tekanan udara luar, sekitar 1 MPa,
disebut dengan Pressurized FBC (PFBC).
PFBC
ICFBC
sebagai pengganti batu kapur untuk media FBC. Batu kapur masih
tetap digunakan sebagai bahan pereduksi SOx, hanya jumlahnya
ditekan sesuai dengan keperluan saja.
IGCC
Seperti terlihat pada gambar, pada sistem ini terdapat alat gasifikasi
(gasifier) yang digunakan untuk menghasilkan gas, umumnya bertipe
entrained flow. Yang tersedia di pasaran saat ini untuk tipe tersebut
misalnya Chevron Texaco (lisensinya sekarang dimiliki GE Energy),
E-Gas (lisensinya dulu dimiliki Dow, kemudian Destec, dan terakhir
Conoco Phillips ), dan Shell. Prinsip kerja ketiga alat tersebut adalah
sama, yaitu batubara dan oksigen berkadar tinggi dimasukkan
kedalamnya kemudian dilakukan reaksi berupa oksidasi sebagian
(partial oxidation) untuk menghasilkan gas sintetis (syngas), yang
85% lebih komposisinya terdiri dari H2 dan CO. Karena reaksi
berlangsung pada suhu tinggi, abu pada batubara akan melebur dan
membentuk slag dalam kondisi meleleh (glassy slag). Adapun panas
yang ditimbulkan oleh proses gasifikasi dapat digunakan untuk
menghasilkan uap bertekanan tinggi, yang selanjutnya dialirkan ke
turbin uap.
Pada gas sintetis, selain H2 dan CO juga dihasilkan unsur lain yang
tidak ramah lingkungan seperti HCN, H2S, NH3, COS, uap air raksa,
dan char. Oleh karena itu, gas harus diproses terlebih dulu untuk
menghilangkan bagian tersebut sebelum dikirim ke turbin gas. Gas
buang dari turbin gas kemudian mengalir ke Heat Recovery Steam
Generator (HRSG) yang berfungsi mengubah panas dari gas tersebut
menjadi uap air, yang selanjutnya dialirkan menuju turbin uap.
Dengan mekanisme seperti ini, efisiensi netto pembangkitan yang
dihasilkan juga jauh melebihi pembangkitan pada sistem biasa (PCC)
yang saat ini mendominasi. Selain efisiensi pembangkitan, kelebihan
lain IGCC adalah sangat rendahnya kadar emisi polutan yang
dihasilkan, fleksibilitas bahan bakar yang dapat digunakan,
penggunaan air yang 30-40% lebih rendah dibanding PLTU
konvensional (PCC), tingkat penangkapan CO2 yang signifikan, slag
yang dapat dimanfaatkan untuk material pekerjaan konstruksi, dan
lain lain.
Dengan kombinasi antara model dan banyaknya unit turbin gas yang
akan digunakan ini, selain akan membatasi kapasitas pembangkitan
pada IGCC, sebenarnya juga akan mempersempit rentang operasi.
Misalnya ketika akan menurunkan beban pada saat operasi puncak,
hal itu mesti dilakukan dengan menurunkan beban pada turbin gas.
Penurunan beban turbin gas ini otomatis akan menurunkan efisiensi
pembangkitan dan akibat yang kurang baik pada emisi polutan yang
dihasilkan. Kelemahan lain yang perlu dicermati dari sistem IGCC
saat ini adalah ongkos pembangkitan per kW dan operation &
maintenance (O & M) yang lebih mahal, serta availability factor (AF)
yang lebih rendah dibanding PCC.
Dari tabel di atas terlihat bahwa sel bahan bakar yang sesuai untuk
kombinasi pembangkitan dengan turbin gas adalah SOFC, karena
reaksinya menghasilkan suhu yang sangat tinggi.
Penutup
Referensi
10. Shigen Enerugi- Chou Shigen Nenryou Bu, Ko-ru No-to 2001
Nen Ban, Shigen Sangyou Shinbunsha, 2001.
Samarinda, 2006.
https://imambudiraharjo.wordpress.com/2009/03/06/teknologipembakaran-pada-pltu-batubara/
1. Pendahuluan
1), pada musim gugur 2007. (Catatan: operasi telah dimulai pada
September 2007).
Saat ini, di AS dan Eropa telah beroperasi 4 unit plant IGCC yang
menggunakan batubara, dengan masing masing output
pembangkitan sebesar kurang lebih 300MW.
itu, karena keempat unit IGCC itu juga didesain untuk mampu
mengakomodasi penggunaan gas alam, maka tingkat kehandalannya
untuk proses yang khusus menggunakan bahan bakar batubara
(syngas firing) juga kurang.
(4) Puertollano
3. Perkembangan di AS
Disamping itu, fabrikan turbin gas juga ikut terlibat dalam proyek
IGCC melalui penyediaan penggas dan turbin gas dalam satu paket,
setelah sebelumnya mereka mengakuisisi teknologi penggas. Pada
tahun 2004, GE mengakuisisi divisi teknologi penggas ChevronTexaco, sementara di tahun 2006, Siemens mengakuisisi teknologi
GSP (Gaskombinat Schwarze Pumpe) dari Sustec (Swiss).
4. Perkembangan di Asia
Pada tabel 3 ditampilkan proyek IGCC utama dan IGCC beremisi nol.
matang tentang keterbatasan suatu daerah untuk isolasi CO2. Hal ini
dikarenakan kapasitas isolasi CO2 sangat berlainan tergantung
daerahnya.
Gambar 5. Emisi
penyimpanannya
CO2
beberapa
negara
dan
kapasitas
6. Penutup
Batubara adalah sumber energi yang relatif murah dan tersebar luas di
dunia, serta diperkirakan akan terus digunakan sebagai salah satu
sumber energi utama.
1. Pendahuluan
2.
NH3 yang lebih mudah dibersihkan dari gas buang. Saat ini
pengembangan CCT juga diarahkan untuk mengurangi emisi CO2
dengan harapan pada masa mendatang, energi dari batubara yang
cadangannya sangat besar didunia dapat dimanfaatkan tanpa
menyebabkan terjadinya pemanasan global.
2000 telah terdapat 678 dengan kapasitas total lebih kurang 229 giga
watt (Mullan 2004). Lebih dari 90% SO2 dapat dihilangkan dengan
FGD.
SO2 adalah gas yang bersifat asam sehingga sorbent yang cocok
untuk menangkap SO2 adalah alkali, biasanya kapur atau natrium
hidroksida. Kapur biasanya digunakan untuk menangkap SO2 dari
PLTU yang berkapasitas besar karena lebih murah dibanding natrium
hidroksida. Hasil samping proses menggunakan kapur adalah gypsum
yang dapat dipakai sebagai bahan bangunan sedangkan penggunaan
natrium hidroksida menghasilkan Natrium sulfite/bisulfite yang dapat
digunakan di industri bubuk kertas.
Ada dua alat yang umum digunakan untuk menangkap partikel
halus (abu terbang/fly ash) dalam gas buang yaitu fabric filters dan
electrostatic precipitator (ESP). Fabric filter adalah saringan yang
terbuat dari kain berbentuk seperti karung. Gas buang yang
mengandung partikel halus dilewatkan melalui karung tersebut
menghasilkan gas yang bersih dan meninggalkan partikel dalam
karung. Efisiensi proses dengan fabric filter ini bisa mencapai 99%
tetapi kerugiannya adalah tingginya pressure drop pada filter yang
mengkonsumsi banyak energi.
Pemisahan dengan ESP dilakukan dengan memberi muatan
listrik pada partikel dalam gas buang. Partikel yang bermuatan listrik
tersebut selanjutnya ditangkap dengan cara melewatkannya pada
suatu permukaan (elektroda pengumpul) yang mempunyai muatan
berlawanan. Bagian penting dari ESP adalah alat penghasil voltase
tinggi yang biasa disebut transformer-rectifier (T-R) sets, elektroda
pemberi muatan dan elektroda pengumpul. T-R set meningkatkan
voltase listrik dari sekitar 400 volt menjadi sekitar 50.000 volt dan
merubah arus AC menjadi DC. Elektroda pemberi muatan terhubung
dengan T-R set menghasilkan medan listrik yang mengionisasi
(memberi muatan) gas buang. Elektroda ini biasanya berupa kawat
adalah tidak dapat menghasilkan gas buang murni CO2 yang siap
ditangkap dan disimpan.
2.3.3 Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC) dan Integrated
Gasification Fuel Cell (IGFC)
IGCC adalah sistem pembangkit listrik melalui proses gasifikasi
batubara. Sistem ini menggunakan oksigen atau uap air sebagai
pereaksi proses gasifikasi dengan tujuan menghasilkan gas buang
dengan konsentrasi CO2 yang hampir murni yang siap ditangkap dan
disimpan. Umumnya jenis proses gasifikasi yang dipakai dalam
system IGCC adalah jenis entrained bed dengan suhu gasifikasi diatas
suhu titik leleh abu batubara (>1300oC). Karena suhu gasifikasinya
yang tinggi, gas-gas hasil proses gasifikasi harus didinginkan dengan
alat tukar panas sebelum dilakukan proses penyaringan partikel.
Proses pendinginan tersebut menghasilkan uap air untuk
menggerakkan turbin uap sementara itu gas yang didinginkan setelah
melalui proses penyaringan, dibakar untuk menghasilkan gas panas
(>1300oC) untuk menggerakkan turbin gas. Karena suhu gasifikasi
proses IGCC sangat tinggi, hampir semua batubara dapat digasifikasi
sempurna dan dipakai untuk proses IGCC asal batubara tersebut bisa
dihaluskan dengan ukuran lebih kecil dari 200 mesh.
Pembangkit listrik berbahan bakar batubara sistem IGCC
menghasilkan tingkat emisi yang sangat rendah, efisiensi yang sangat
tinggi (gross thermal effeciency 48% dan net thermal effeciency 43%
atau lebih) dan konstruksinya dapat dilakukan secara bertahap. Tahap
awal adalah dibikin pembangkit listrik berbahan bakar gas alam,
selanjutnya bila dananya cukup dilakukan konstruksi reaktor
gasifikasi batubara untuk menggantikan gas alam. Walaupun
demikian proses ini membutuhkan investasi yang sangat tinggi.
IGFC merupakan integrasi gasifikasi batubara dengan fuel cell,
gas turbin dan steam turbin. Sistem ini memiliki efesiensi panas
tertinggi (gross thermal effeciency 59,6% dan net thermal effeciency
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Brockway D.J. and Simpson M., Potential Greenhouse Gas Emission
Reductions from Future Lignite-Fired Power Generation in Victoria
and South Australia ATSE Focus No 108, July/August 1999
Eden Napitupulu, Indonesia Operasikan PLTN Pada 2014, :Media
Indonesia, Rabu, 8 Februari 2006
Findsen, J., Result of APEC Study:Environmental Regulations to
promote clean coal in Developing APEC Economics, Proceeding
APEC Clean Fossil Energy Seminar, Xian, China, 2007
Huan Q., The development of Coal Fired Power Generation in
China Proceeding APEC Clean Fossil Energy Seminar, Xian, China,
2007
Makino, E., Daulay, B., Review on Coal Liquefaction, Mineral &
Energi, Vol.5 No.2, Juni, 2007
Mandal P.K., Efficiency Improvement in Pulverized Coal Based
Power Station Coal -Combustion & X-Ray Division, NTPC Limited,
Research & Development Centre, 8A, Sector-24, Noida, U.P., 201301
Mc. Mullan, J.,Fossil Fuel Power Generation State of the Art
PowerClean R, D&D Thematic Network, report, 2004
Rubiyanto I., Indonesian Coal Policy Prospect and Implementation
Proceeding APEC Clean Fossil Energy Technical and Policy Seminar
Cebu City, Philippines, 26-29 January 2005
Sembiring S.F., An Overview Of The New Proposed System Of
Mining Licences In Indonesia, Proceeding The Asia Miner Investing
in Mining Conference,Sydney, Australia, 2007
Suksumek S., Coal demand outlook in Thailand, Proceeding APEC
Clean Fossil Energy Seminar, Xian, China, 2007
Van Dyk, J.C., Keyser M.J., Coertzen, M., SASOLs Unique Position
in Syngas Production from South African Coal Sources Using
SASOL-Lurgi Fixed Bed Dry Bottom Gasifiers SASOL Technology
R & D Division, Syngas and Coal Technologies, 2004
Diposkan oleh Dr. Huda di 17.59
http://coalutilization.blogspot.co.id/2012/04/clean-coaltechnology.html
http://coalutilization.blogspot.co.id/2012/04/clean-coaltechnology.html