Anda di halaman 1dari 14

TEKNOLOGI

PEMANFAATAN BATUBARA
DI PABRIK SEMEN
Kelompok 2

Taufik Anbiya
Syaiful Bachri
Andre Siregar
Hans Patty
PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK INDUSTRI
SEMEN

• Pada tahun 1960-an, minyak akhirnya mengambil alih posisi batubara sebagai sumberenergi utama dengan
pertumbuhan yang pesat di sektor transportasi. Batu bara masih memainkan peran yang penting dalam
kombinasi energi utama dunia, dimana memberikan kontribusi sebesar 23.5% dari kebutuhan energi utama
dunia Dalam industry semen.
• energy panas merupakan kebutuhan yang paling utama, yaitu untuk operasi pembakaran dalam tanur putar.
Pemilhan batubara sangat penting untuk pemanfaatannya dalam industri semen karena kualitas batubara
(fisika-kimia) yang sangat bergantung pada sumber pemasok, akan mempengaruhi kualitas semen dan
operasi pabrik.Energy merupakan kebutuhan utama dalam industry. Dalam industry semen, energy panas
merupakan kebutuhan yang paling utama, yaitu untuk operasi pembakaran dalam tanur putar.
1. URAIAN TEKNIS TENTANG JENIS BAHAN BAKAR

• Operasi pembakaran pada tanur putar merupakan langkah yang paling kritis dalam setiap industry semen,
baik ditinjau secara teknis maupun secara ekonomis. Operasi pembakaran di tanur putar menentukan operasi
pada unit-unit yang lain, serta memerlukan pemakaian energy panas yang nilainya dapat mencapai 30% dari
biaya operasi keseluruhan.
• Aspek utama yang paling berpengaruh terhadap ketahanan lapisan batu tahan api dan efesiensi operasi
pembakaran dalam tanur putar, adalah dalam jenis bahan bakar yang dipakai. Untuk kedua tujuan tersebut
diperlukan operasi pembakaran yang dapat menghasilkan nyala yang stabil dan suhu yang setinggi
mungkin.

• Pemakaian bahan bakar dengan jenis batubara tertentu dalam operasi pembakaran dalam tanur putar dapat
menghasilkan produktifitas yang berbeda apabila dibandingkan dengan pemakaian bahan bakar jenis lain.
Misalnya operasi pembakaran dengan bahan bakar batubara akan memerlukan konsumsi panas persatuan
produk yang lebih besar, dibandingkan pemakaian bahan bakar minyak atau bahan bakar gas.
• Disamping itu, operasi pembakaran batubara juga akan menghasilkan suhu nyala yang lebih rendah serta
stabilitas yang kurang baik dibandingkan dengan minyak atau gas alam, kedua hal ini akan
memperpendek umur dari lapisan batu tahan api. Keadaan inilah yang menyebabkan operasi pembakaran
dengan memakai batubara akan kurang produktif dibandingkan dengan operasi pembakaran dengan
minyak atau gas alam. Tidak produktif dari segi teknis antara lain karena :

a. Konsumsi panas persatuan produk

b. Umur lapisan batu tahan api atau dengan kata lain produktifitas tanur putar yang berarti produktifitas
pabrik semen secara keseluruhan

Secara ekonomis dapat dinyatakan bahwa operasi dengan memakai batubara akan kurang ekonomis
dibandingkan dengan memakai minyak atau gas alam, antara lain :

• Naiknya biaya operasi pembakaran

• Naiknya biaya operasi batu tahan api

• Naiknya biaya produksi semen akibat penurunan produksi semen

• Mengingat jenis dan kualitas batubara di Indonesia sangat seragam, maka secara umum dapat dikatakan
bahwa produktifitas pemakaian batubara dalam operasi pembakaran pada tanur putar akan menurun
sebanyak 10-20% dibandingkan dengan pemakaian minyak atau gas alam.
2. BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR DALAM INDUSTRI
SEMEN
Sifat-Sifat Batubara

Seperti diketahui bahwa batubara merupakan suatu campuran padatan yang sangat heterogen dan terdapat dialam dengan
tingkat atau grade yang berbeda, mulai dari lignit, sub bitumine, bitumine sampai antrasit. Sebagai padatan, batubara terdiri
atas kumpulan maceral (vitrinite, eksinite dan enertinite) dan mineral (clay, kalsit dan lain-lain).

Sifat-sifat batubara dapat dilihat dengan analisa sebagai berikut :

a. Analisa Proksimat

- Lengas (moisture) yang berupa lengas bebas (free moisture), lengas bawaan (inherent moisture) dan lengas bawaan (total
moisture)

- Kadar abu (ash)

- Carbon (fixed carbon)

- Zat terbang (volatile matter)

b. Analisa Ultimat

Terdiri atas analisis unsure-unsur : C, H,O, N juga S dan phosphor serta Cl


c. Nilai Kalor

Terdapat dua macam nilai kalor, yaitu :

Nilai kalor net, yaitu nilai kalor pembakaran dihitung dalam keadaan semua air (H2O) berujud gas. Nilai kalor gross, yaitu nilai kalor pembakaran diukur
dalam keadaan semua air (H2O) berujud air.

d. Total Sulphur

Sulphur atau belerang dapat berbeda dalam batubara sebagai mineral pirite, markasite, Ca sulphat atau belerang organic yang pada pembakarannya akan
berubah menjadi SO2.

e. Analisa Abu

Abu yang terjadi dalam pembakaran batubara akan membentuk oksida-oksida sebagai berikut SiO2, Al2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2O, K2O. abu
inilah yang terutama akan secara padatan bercampur dengan klinker dan mempengaruhi kualitas semen. Namun demikian kadar abu batubara di
Indonesia biasanya hanya berkisar antara 5% sampai 20% saja.

f. Hardgrove Grindability Index

Merupakan suatu bilangan yang dapat menunjukan mudah sukarnya batubara digerus menjadi bahan bakar serbuk. Makin kecil bilangannya, makin keras
keadaan batubaranya.

Sesuai dengan sifatnya, batubara umumnya dibagi atas empat macam yaitu :

- Antrasit, mengandung sedikit volatile matter

- Bitumine, mengandung medium volatile matter

- Lignit, mengandung banyak volatile matter

-Peat
• Apabila kita membakar batubara dengan free grate, maka panjang nyala yang dihasilkan, tergantung besarnya kandungan
volatile matter nya. Batubara dengan kadar volatile matter yang tinggi, akan menghasilkan nyala yang panjang diatas
grate fire dan batubara dengan kadar volatile matter yang rendah, akan menghasilkan nyala yang pendek. Oleh karenanya
antrasit biasa disebut dengan short flaming coal dan bitumine sebagai long flaming coal.

• Akan tetapi batubara akan menghasilkan hasil yang berbeda bila dibakar dalam bentuk batubara halus didalam tanur
putar. Long flaming coal bila dibakar dalam tanur putar sebagai batubara halus akan terurai dengan segera dan volatile
matter yang menguap akan terbakar dengan cepat. Sedangkan partikel coke yang sudah tersegregasi akan mempunyai
luas permukaan yang sangat besar sehingga serbuk batubara dapat terbakar secara cepat. Hal ini yang menyebabkan long
flaming coal didalam tanur putar akan terbakar hanya dalam daerah yang pendek dari tanur atau dengan kata lain akan
menghasilkan nyala pendek.

• Short flaming coal mengandung sedikit volatile matter, bila dibakar dalam tanur putar sebagai batubara halus akan terurai
secara lambat, sehingga akan terbakar dalam jarak yang lebih panjang.

• Dengan demikian, batubara yang disebut short flaming coal bila dibakar sebagai batubara halus \didalam tanur putar,
akan menghasilkan nyala yang panjang. Operasi pembakaran dalam tanur putar membutuhkan pembakaran dengan suhu
nyala yang sangat tinggi, karena proses klinkerisasi memerlukan suhu material sekitar 1450 0C. disamping itu suhu nyala
yang lebih tinggi akan menghasilkan heat transfer yang lebih besar. Kedua hal ini sangat berpengaruh dalam hal
efektifitas dan efesiensi operasi pembakaran dalam tanur putar
3. PENYIAPAN BATUBARA DAN SISTEM
PENGUMPAN KEDALAM KILN
a. Penyimpanan (Stock Pilling)
Sesudah di bongkar di suatu pabrik, batubara disimpan di suatu gudang penyimpanan.
Perhatian utama yang harus diberikan pada tahap ini adalah mengurangi resiko self
ignition dan kehilangan (looses) material selama penyimpanan. Karena salah satu
karakter bahan bakar padat adalah tidak homogeny, maka sebelum digiling perlu
dilakukan pre-homogenization, yang antara lain dengan cara pengaturan tumpukan
dan penampian dari gudang penyimpanan. Aturan FIFO perlu dilaksanakan disini
untuk mencegah batubara yang berlebihan.
b. Primary Crushing
Primary crushing dapat dilakukan secara open circuit atau close circuit. Kehalusan
produk dari primary crushing ini tergantung kepada macam grinding mill yang
dipakai.
c. Grinding and Drying (Penggilingan dan Pengeringan)
Untuk batubara yang mempunyai kadar air di bawah 20%, pengeringannya dilakukan pada coal mill. Untuk
batubara yang kadar airnya lebih dari 20%, biasanya ada alat pengering tambahan sebelum coal mill. Coal mill
dibedakan dalam dua tipe, yaitu :

- Ball mill/Tube mill


- Vertical mill, yang dioperasikan secara open circuit dan close circuit
- Vertical mill, yang dioperasikan secara open circuit dan close circuit
Proses pengeringan di sini adalah mengeringkan raw coal maksimal sampai pada inherent moisturenya. Di
dalam pengoperasian system coal mill ini yang harus menjadi perhatian utama adalah mengurangi resiko
peledakan yang disebabkan :
- Umpan batubara yang tidak lancer
- Ketidaklancaran pengumpanan menyebabkan material kasar (kering) yang kembali dari separator, akan
langsung kontak dengan udara panas

- Perubahan kadar air batubara yang terlalu besar


- Kadar air produk terlalu rendah, jauh dibawah inherent moisturenya
3. PERSYARATAN MUTU BATUBARA DALAM INDUSTRI SEMEN
Pada dasarnya semua jenis batubara dapat dipakai sebagai bahan bakar dalam tanur putar. Dapat disimpulkan
bahwa persyaratan mutu batubara yang dibutuhkan oleh industry semen unit operasi dengan efektifitas yang cukup
tinggi yaitu :
a. Nilai bakar net cukup tinggi, yaitu > 6.000 cal/gr

• Volatile matter medium, maksimum 36-42%

• Total moisture, maksimum 12%

• Kadar abu maksimum 6%

• Kadar sulphur maksimum 0,8%

• Kadar alkali dalam abu, maksimum 2%

• Ukuran batubara (raw coal)

- Diatas saringan 100 mm = 0%

- 100 mm – 50 mm = 70%

- 50 – 25 mm = 25%

- 25 – 15 mm = 15%

- Lolos 15 mm = 0%
h. Variasi kualitas diatas tidak lebih dari 10%
Batubara dengan kualitas yang tidak memenuhi persyaratan diatas akan menghasilkan produktifitas yang lebih
rendah, persyaratan-persyaratan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Nilai bakar net minimal 6.000 cal/gr, Volatile matter medium, maksimum 36-42%, Kadar abu maksimum 8%,
dimaksudkan agar pemakaian batubara tersebut dalam tanur putar, dapat menghasilkan target-target yang diharapkan
pada operasi pembakaran.

- Total moisture maksimal 12% dan kadar abu maksimal 6% serta ukuran batubara sesuai ukuran, dimaksudkan agar
tidak menyulitkan pada operasi handling.

- Kadar sulphur maksimal 0,8% dan kadar alkali pada abu maksimal 2% dimaksudkan agar tidak terjadi gangguan
pada operasi tanur putar dan tidak terjadi penurunan kualitas semen.

- Ukuran batubara dan volatile matter juga dimaksudkan agar tidak terjadi kebakaran selama pengumpanan, makin
banyak mengandung butiran-butiran halus, maka tumpukan batubara akan mudah terbakar.

- Variasi kualitas 10% dari nilai-nilai yang dicantumkan dimaksudkan agar persyaratan untuk mencapai operasi
pembakaran yang stabil dapat terpenuhi.
4. PENCEMARAN LINGKUNGAN

• Untuk mencapai kesempurnaan pembakaran batubara, diperlukan excess air yang relative banyak,
sayangnya bahwa dengan excess air yang lebih tinggi mengakibatkan temperature di dalam kiln
akan lebih rendah. Oleh karena itu dalam kenyataan praktek sering ditemukan bahwa proses reaksi
pembakaran belum berlangsung sempurna, meskipun gas telah keluar dari suspension preheater.
Hal ini ditunjukan dengan adanya kandungan CO dari gas tersebut. Bahkan tidak terjadi, terutama
pada saat heating up, atau adanya fluktuasi umpan batubara yang cukup besar, gas keluar cerobong
pun masih berwarna hitam. Hal ini menunjukan bukan hanya CO saja yang terkandung dalam gas
tersebut, melainkan batubara yang belum terbakar.
• Apabila kandungan gas CO dari gas menuju electro precipator sebagai alat penangkap debu lebih
besar dari 0,6%, maka untuk menghindari peledakan, alat penangkap debu ini akan off sehingga
dengan demikian tidak ada penangkapan debu, yang berarti sekitar 7% dari umpan raw meal akan
terbang bersama-sama gas yang keluar cerobong, yang tentunya menimbulkan masalah-masalah
antara lain :
- Pencemaran udara, baik debu maupun gas CO
- Kerugian karena hilangnya material
• Proses reaksi pembakaran batubara ini akan berkelanjutan hingga diseluruh saluran gas panas,
mengakibatkan temperature gas tersebut bias sangat tinggi. Dalam kondisi seperti ini tidak jarang
mengakibatkan kerusakan impeller dari fan yang dilalui atau kerusakan expansion joint dari
ducting atau terhadap ducting itu sendiri.
• Resiko-resiko pencemaran lingkungan, kehilangan material dan kerusakan peralatan ini dapat
dikurangi atau dihindari antara lain dengan cara :
- Mengusahakan kesempurnaan pembakaran di burning zone dalam kiln dengan memahami
kinetika proses pembakaran
- Perencanaan system kiln dan injeksi batubara yang baik
Hal tersebut diatas akan merupakan sumber pencemaran lingkungan melalui gas buang, disamping
itu sumber pencemaran lain terjadi selama penyimpanan dan selama operasi eksploitasi dan
preparasi batubara, juga terjadi kebocoran-kebocoran yang menimbulkan pencemaran lingkungan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai