Anda di halaman 1dari 14

Keunggulan Menggunakan Briket Batu Bara

Apa keunggulan menggunakan briket batu bara?


* murah dan hemat (terjangkau untuk masyarakat daerah2 terpencil)
* pengganti BBM / kayu bakar / gas
* panas tinggi dan stabil, sehingga sangat baik untuk pembakaran yang lama
* tidak berbau dan berasap
* tidak beresiko meledak / kebakaran
* tidak mengeluarkan suara bising dan tidak berjelaga
* efisiensi pembakaran tinggi (45%)
* sumber daya alam yang melimpah (+/- 160 tahun)
* Dapat digunakan pada sembarang anglo, untuk menggantikan minyak tanah, kayu bakar dan
gas

Apa saja jenis2 briket batu bara?

1. BRIKET KARBONISASI (briket super)


Briket jenis ini dibuat melalui proses karbonisasi sebelum dicetak menjadi briket. Proses
karbonisasi tersebut untuk menurunkan zat - zat terbang (volatile matter) yang terkandung
dalam batu bara. Namun proses ini akan meningkatkan biaya produksi serta waktu produksi yg
diperlukan. Briket ini cocok untuk UKM, rumah tangga dan industri kecil.

2. BRIKET NON KARBONISASI (briket biasa)


Briket ini paling banyak digunakan, karena tidak melalui proses karbonisasi sehingga harganya
lebih murah. Penggunaan briket ini biasanya menggunakan tungku dan sewaktu
pembakarannya, volatile matter yg muncul akan terbakar habis dipermukaan tungku sehingga
tetap aman untuk digunakan. Briket ini paling banyak digunakan untuk industri peternakan
ayam (pemanas anak ayam)

3. BRIKET BIO BATUBARA


Briket jenis ini memiliki kualitas rendah, diproses manggunakan tambahan zat2 biomassa lain
untuk mengurangi emisi dan mempercepat pembakaran. Zat yang digunakan biasanya ampas
tebu, kelapa sawit, sekam padi, dan serbuk gergaji.

Bagaimana menggunakan briket batu bara?


Briket batu bara umumnya dipakai menggunakan tungku atau kompor briket.
Kompor / tungku dengan design khusus untuk mencapai efisiensi pembakaran yang tinggi, dan
untuk menekan emisi gas yg dihasilkan.
- Kompor Briket : umumnya berkapasitas 1 - 10 kg, biasa digunakan untuk rumah tangga,
rumah makan, catering, dll
- Tungku : kapasitas 5-12 kg, banyak digunakan untuk pemanas anak ayam.

Bagaimana dengan abu sisa pembakaran briket?


Pembakaran briket batu bara akan menyisakan abu. Abu tersebut dapat digunakan untuk
pembuatan genteng, batu bata, conblock, atau dijadikan pupuk tanaman.

Industri apa saja yang dapat menggunakan briket batu bara?


* Peternakan Ayam (70%)~> paling banyak digunakan
* Rumah Makan
* Pembakaran Batu Bata
* Pembakaran Genteng
* Pengeringan Jamur
* Industri kecil (catering, tahu, tempe, dan lain lain)
* Pengeringan Tembakau
* dan lain-lain

Mengapa menggunakan briket batu bara?


- Kenaikan harga bahan bakar minyak bumi ditambah persediaannya yg makin menipis,
diperlukan solusi energi alternatif yg murah dan mudah didapat.
- Dengan kenaikannya harga BBM, maka penggunaan briket untuk industri akan lebih hemat
dan menguntungkan.
- Briket juga sebagai pengganti kayu bakar sehingga dapat mengurangi penggundulan hutan
dan pempertahankan ekologi hutan.

Pemanfaatan Briket Batubara Untuk Pemanas Anak Ayam


Bagi para peternak ayam yang masih banyak menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar
untuk pemanas anak ayam yang usianya 0 – 21 hari. Seiring dengan naiknya harga minyak
tanah dan bahkan sulit didapatnya bahan bakar tersebut, maka sangat diharapkan adanya
bahan bakar alternatif yang murah dan mudah di dapat, agar peternakan mereka dapat
bertahan dan berkembang.

Keunggulan briket batubara dengan bahan bakar lain yaitu: briket batubara mempunyai panas
yang konstan sehingga panas yang dibutuhkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan

Dp PT Bara Anugrah Pratama


Briket Batubara
Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar. Terbentuk dari sisa tumbuhan
purba yang mengendap di dalam tanah selama jutaan tahun. Endapan tersebut
selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlansung selama
jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam katagori bahan bakar fosil.

Keunggulan Batubara

– Memiliki cadangan yang besar +/- 160 tahun

– Dapat diperoleh dari banyak sumber dengan harga stabil

– Harganya lebih murah dari minyak dan gas

– Aman untuk ditransportasikan dan disimpan


– Dapat ditumpuk di lokasi sementara

– Tidak banyak terpengaruh oleh cuaca dan hujan

– Dapat dikembangkan dengan teknologi batubara bersih

Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit
campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket batubara mampu menggantikan
sebagian dari kegunaan Minyak tanah sepeti untuk : Pengolahan makanan,
pengeringan, pembakaran dan pemanasan. Bahan baku utama Briket batubara adalah
batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk
selama lebih kurang 150 tahun.

Bahan Campuran dan Fungsi

A. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara.

Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi Semakin
tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena unsur zat yang mudah
terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan semakin sedikit Semakin banyak
komposisi batubaranya, pembakaran yang dihasilkan akan semakin panas dan
semakin lama. Semakin tinggi nilai kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar
volatile matternya akan semakin sedikit Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang
dihasilkan akan semakin berkurang dan lama pembakaran akan semakin cepat.
Batubara dengan nilai kalori rendah juga mengandung banyak air sehingga
menyulitkan dalam penyalaan, berasap dan panas yang berkurang. Solusinya dengan
cara pengeringan (mengurangi kadar air) dan dengan cara karbonisasi (menaikkan
kadar kalori batubara)

Tepung tapioka, sebagai bahan perekat utama


Pemilihan tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan daya rekat
yang kuat dan tidak mudah hancur. Pembuatan “adonan perekat” dari tepung tapioka
dengan air juga harus diperhatikan sehingga benar-benar matang dan kental. Setelah
adonan jadi sebaiknya didinginkan terlebih dahulu sehingga adonan tersebut benar-
benar kental dan rekat

Kelemahan Briket Batubara dan Solusinya

1. Sulit dalam penyalaan, solusinya :

– Bahan baku batubara dan tanah liat dalam keadaan kering (dijemur terlebih dahulu),
sehingga kadar airnya rendah.
– Bahan baku batubara dan tanah liat “di-crusher” dan “di-screen” terlebih dahulu
dengan menggunakan lubang saringan yang kecil dari 3 mm2

Memperbesar komposisi biomassa (serbuk kayu keras), karena biomassa dapat


membantu mempercepat proses penyalaan

Briket batubara yang sudah dicetak harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara
dijemur atau dipanaskan dengan “oven” sebelum dikemas dalam karung. Hal ini untuk
menghindari briket lembab saat digunakan nantinya

2. Berasap dan berbau, solusinya :

– Semua bahan diusahakan dalam keadaan kering, karena kelembaban dan kadar air
yang banyak menyebabkan asap yang banyak dan berbau

– Pemberian angin atau menggunakan cerobong pada saat penyalaan awal akan
membantu briket cepat menjadi bara sehingga asap dan bau yang dihasilkan dari
pembakaran briket tersebut juga akan berkurang

– Penambahan unsur kapur dalam komposisi briket. komposisi terbaik untuk kapur
1%. Hal ini juga akan mengurangi kadar asap dan bau

– Pemberian biomassa juga akan membantu mempercepat batubara menjadi bara


sehingga asap dan bau akan cepat berkurang

– Dengan cara batubara dikarbonisasi terlebih dahulu, karena dengan proses


karbonisasi, telah membuang sebagian zat terbang dan gas-gas sisa pembakaran

3. Panas dan lama pembakaran, solusinya :

– Pemilihan batubara dengan kalori tinggi atau dengan cara dikarbonisasi

– Dengan memperbesar komposisi batubara. Karena semakin banyak komposisi


batubaranya maka akan semakin lama dan semakin panas hasil pembakarannya

– Penentuan komposisi tanah liat dan jenis tanah liat juga berpengaruh terhadap lama
pembakaran. Pemilihan tanah liat yang baik akan membuat briket lebih rekat, padat
dan keras yang akhirnya juga memperlama proses pembakaran

– Pengeringan hasil briket. Karena briket yang lembab dan basah akan berpengaruh
besar terhadap panas yang dihasilkan

4. Kepadatan dan kekerasan, solusinya :


– Pemilihan tanah liat yang baik yang mengandung unsur kaulinik sehingga
mempunyai daya rekat dan kekerasan yang tinggi serta cepat kering

– Penghancuran (crusher) dan penyaringan (screen) bahan baku juga berpengaruh


terhadap kekerasan hasil cetak. Semakin kecil partikel bahan baku akan membuat
partikel tercampur (mixer) lebih merata dan padat serta tidak mudah hancur

– Pemilihan tepung tapioka dan pembuatan “adonan tapioka” yang baik sehingga
didapatkan campuran adonan tapioka yang kental dan mempunyai daya rekat yang
baik

– Penjemuran atau peng-oven-an hasil briket sampai benar-benar kering sebelum


dikemas dalam karung. Untuk mengurangi briket yang hancur dan mutu yang buruk
saat pengiriman dan pemakaian

Bahan Baku Briket Batu Bara .


1. Briket Batubara Tanpa Karbonisasi
Bahan baku utama briket batubara tanpa karbonisasi adalah batubara yang tidak
melalui proses karbonisasi. Komposisi campurannya adalah batubara 80% – 95%,
bahan pengikat 5% – 20%, bahan imbuh 0% -5 %.
2. Briket Batubara Terkarbonisasi
Bahan baku utama briket batubara terkarbonisasi adalah batubara dengan persentase
antara 80 – 90%, sisanya 5 – 15% merupakan bahan pengikat dan bahan imbuh.
Bahan imbuh yang biasa digunakan adalah kapur dengan kadar maksimum 5% yang
berfungsi sebagai adsorban untuk menangkap SO2.
3. Briket Bio-Batubara
Bahan baku briket bio-batubara terdiri dari : batubara, biomas, bahan pengikat dan
kapur. Komposisi campurannya adalah batubara 50% – 80%, biomas 10% – 40%,
bahan pengikat 5% – l0%, bahan imbuh (kapur) 0% – 5%.
4. Light Coal
Light coal tidak digolongkan pada jenis dan tipe briket batubara karena tidak melalui
proses pembriketan sehingga tidak punya komposisi campuran. Namun karena dalam
prosesnya melalui pemanasan, maka spesifikasinya disamakan dengan bahan baku
briket batubara terkarbonisasi

Prosedur Pembuatan Briket Batu Bara


1. Briket Batubara Tanpa Karbonisasi
Dalam proses pembuatan briket batubara tanpa karbonisasi, bahan baku utamanya
adalah batubara mentah (raw coal) dan menggunakan bahan pengikat organik atau
pengikat anorganik.
2. Briket Batubara Terkarbonisasi
Pada proses pembuatan briket batubara terkarbonisasi, bahan baku utarnanya adalah
batubara yang telah dikurangi kadar zat terbangnya menjadi maksimum 15%.

3. Briket Bio-Batubara
Mengingat biomas bersifat mudah meregang (plastisitas tinggi), maka pada proses
pembriketannya tidak eukup hanya dengan menambahkan bahan pengikat, namun
juga memerlukan tekanan yang tinggi, sekitar 2 ton/cm2. Pemakaian biomas bertujuan
selain untuk menurunkan temperatur penyalaan briket, juga untuk mempercepat
proses pembakaran yang sempurna dari briket sehingga dapat mengurangi emisi gas
buang.

4. Light Coal

Jenis bahan bakar ini merupakan produk terbaru bahan bakar padat berbasis batubara.
Proses pembuatannya melalui proses thermal upgrading pada suhu minimal 200′ C,
bahan bakar tersebut sudah dapat langsung digunakan. Namun, karena porositasnya
kecil, maka alat pembakarnya harus dilengkapi dengan blower.

Contoh Mesin Briket Batubara


Mesin briket batubara dengan konveyor

Keunggulan Briket Batubara


1. Lebih murah,
2. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yang lama,
3. Tidak beresiko meledak/terbakar,
4. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga,
5. Sumber Batubara berlimpah.

Tipe briket batubara dan bahan bakar padat berbasis batubara adalah:
1. Briket Batubara Tipe TelurIBantallKenari
2. Briket Batubara Tipe Sarang Tawon (Kubus dan Silinder)
3. Bahan Bakar Berbentuk Butiran
Jenis dan Ukuran Briket Batubara
1. Bentuk telur : sebesar telur ayam
2. Bentuk kubus : 12,5 x 12,5 x 5 cm
3. Bentuk selinder : 7 cm (tinggi) x 12 cm garis tengah
Adapun standar ukuran briket batubara tipe sarang tawon (Kubus dan Silinder)
NO BENTUK PENAMPANG TINGGI
1 kubus Lebar x panjang = 125 x 125 mm 75 – I00 mm
(3 – 4 inc.)
2 silinder Diameter = 125 mm 75 – I00 mm
(3 – 4 inc.)
Kandungan pada batubara

Heating Value (HV) (calorific value/Nilai kalori) : Banyaknya jumlah kalori yang
dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat dinyatakan dalam kkal/kg.

Moisture Content (kelembabpan) : Kelembabpan batubara ditentukan oleh jumlah


kandungan air yang terdapat dalam batubara. Kandungan air dalam batubara dapat
berbentuk air internal(air senyawa/unsur), yaitu air yang terikat secara kimiawi. Jenis
air ini sulit dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan cara memperkecil ukuran butir
batubara. Jenis air yang kedua adalah aireksternal, yaitu air yang menempel pada
permukaan butir batubara. Batubara mempunyai sifat hidrofobik yaitu ketika batubara
dikeringkan, maka batubara tersebut sulit menyerap air, sehingga tidak akan
menambah jumlah air internal.

Ash content (kandungan abu) : Komposisi batubara bersifat heterogen, terdiri dari
unsur organik dan senyawa anorgani, yang merupakan hasil rombakan batuan yang
ada di sekitarnya, bercampur selama proses transportasi, sedimentasi dan proses
pembatubaraan. Abu hasil dari pembakaran batubara ini, yang dikenal sebagai ash
content. Abu ini merupakan kumpulan dari bahan-bahan pembentuk batubara yang
tidak dapat terbaka atau yang dioksidasi oleh oksigen. Bahan sisa dalam bentuk
padatan ini antara lain senyawa SiO2, Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O,
Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur lain.

Sulfur Content (Kandungan Sulfur) : Belerang yang terdapat dalam batubara


dibedakan menjadi 2 yaitu dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Beleranga
dalam bentuk anorganik dapat dijumpai dalam bentuk pirit (FeS2), markasit (FeS2),
atau dalam bentuk sulfat. Mineral pirit dan makasit sangat umum terbentuk pada
kondisi sedimentasi rawa (reduktif). Belerang organik terbentuk selama terjadinya
proses coalification. Adanya kandungan sulfur, baik dalam bentuk organik maupun
anorganik di atmosfer dipicu oleh keberadaan air hujan, mengakibatkan terbentuk air
asam. Air asam ini dapat merusak bangunan, tumbuhan dan biota lainnya.

Hasil pembakaran batubara

Pembakaran batubara menghasilkan limbah yang lebih banyak dibandingkan bahan


bakar minyak dan gas. Limbah batubara dapat berupa limbah padat batubara (bottom
ash), abu terbang (fly ash) maupun lumpur flue gas desulfurization. Pembakaran
batubara akan menghasilkan abu, gas-gas oksida belerang (SOX), oksida nitrogen
(NOX), gas hidrokarbon, karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO 2).
Abu

Abu batubara adalah bagian dari sisa pembakaran batubara pada boiler berbentuk
partikel halus amorf dan bersifat Pozzolan, berarti abu tersebut dapat bereaksi dengan
kapur pada suhu kamar dengan media air membentuk senyawa yang bersifat
mengikat. Dengan adanya sifat pozzolan tersebut abu terbang mempunyai prospek
untuk digunakan berbagai keperluan bangunan.

Abu terbentuk dari perubahan bahan mineral (miniral matter) karena proses
pembakaran. Pada pembakaran batubara dalam pembangkit tenaga listrik terbentuk
dua jenis abu yakni abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Komposisi
antara abu terbang dan abu dasar tergantung sistem pembakarannya. Dalam
tungku pulverized coal sistem basah antara 45-55 %, dan tungkuunderfeed stoker 30-
80 % dari total abu batubara.

Oksida Belerang

Belerang terdapat pada batubara dengan kadar bervariasi, jauh di bawah 1% sampai
lebih dari 4%. Unsur ini terdapat dalam batubara dalam 3 bentuk yakni belerang
organik, pirit dan sulfat, belerang organik dan belerang pirit merupakan sumber utama
emisi oksida belerang. Dalam pembakaran batubara, semua belerang organik dan
sebagian belerang pirit menjadi SO2. Oksida belerang ini selanjutnya dapat teroksidasi
menjadi SO3. Sedangkan belerang sulfat disamping stabil dan sulit menjadi oksida
belerang, kadar relatifnya sangat rendah dibanding belerang bentuk lainnya.

Oksida-oksida belerang yang terbawa gas buang dapat bereaksi dengan lelehan abu
yang menempel dinding tungku maupun pipa boiler sehingga menyebabkan
korosi. Sebagian SO2 yang diemisikan ke udara dapat teroksidasi menjadi SO3 yang
apabila bereaksi dengan uap air menjadi kabut asam sehingga menimbulkan turunnya
hujan asam.

Oksida Nitrogen

Nitrogen umumnya terikat dengan material organik dalam batubara dan kadarnya
kurang dari 2%. Pada pembakaran, nitrogen akan dirubah menjadi oksida nitrogen dan
disebut NOx. Selain nitrogen dari batubara, NOx juga dapat terbentuk dari nitrogen
dalam udara pembakaran. Zat nitrogen oksida ini dapat menyebabkan kerusakan paru-
paru. Setelah bereaksi di atmosfer, zat ini membentuk partikel-partikel nitrat amat
halus yang menembus bagian terdalam paru-paru.

Karbon Monoksida
Gas karbon monoksida (CO) terbentuk pada pembakaran tidak sempurna. Gas
ini dihasilkan dari proses oksidasi bahan bakar yang tidak sempurna. Gas ini bersifat
tidak berwarna, tidak berbau, tidak menyebabkan iritasi. Reaksi yang tidak sempurna
antara karbon dan oksigen adalah sebagai berikut:

C + ½ O2 → CO

Selain menghasilkan energi lebih rendah, gas CO merupakan polutan yang dapat
mencemari lingkungan terutama untuk para pekerja di lingkungan tertutup. Untuk
pembakaran batubara dalam pembangkit listik yang modern, pembentukan CO
biasanya kecil sehingga tidak perlu dikhawatirkan karena jumlah oksigen (udara) yang
dipasok biasanya sudah dihitung dan dipasok berlebih.

Asap dan Gas Hidrokarbon

Asap dan gas hidrokarbon terbentuk pada pembakaran yang sangat tidak sempurna.
Asap terutama terdiri dari partikel-partikel karbon yang tidak terbakar. Sedangkan
gas-gas hidrokarbon adalah senyawa-senyawa karbon dan hidrogen hasil pemecahan
bahan organik batubara yang belum mengalami oksida oksigen lebih lanjut. Seperti
karbon monoksida, pembentukan asap dan gas-gas hidrokarbon menyebabkan
rendahnya efisiensi pembakaran bahkan jauh lebih rendah dari yang diakibatkan oleh
pembentukan karbon monoksida.

Karbon Dioksida

Dalam pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, tujuan utamanya adalah
semaksimal mungkin mengkonversikan unsur utama dalam batubara yakni C (karbon)
menjadi CO2 sehingga dihasilkan energi yang tinggi. Dikarenakan batubara
mengandung kadar karbon paling tinggi dibanding bahan bakar fosil lainnya seperti
minyak dan gas, maka pembakaran batubara dianggap merupakan sumber emisi
CO2 terbesar.

Teknologi penanganan abu

Sisa pembakaran batubara berupa abu, baik itu fly ash dan bottom ash harus dikelola
dengan baik agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Teknologi yang saat ini umum
digunakan untuk menggelola abu sisa pembakaran yaitu:

1. Mechanical collection

2. Sidestream Separator

3. Baghouse : udara yang mengandung abu dihisap kedalam tas-tas penyimpanan


(seperti prinsip kerja vacuum cleaner).
4. Wet Scrubber : alat ini menyebabkan abu terbang bercampur dengan air dengan
laju aliran yang tinggi, lalu air yang telah tercemar abu akan dilirkan menuju tempat
pembuangan dan pengolahan air.

5. Electrostatic Precipitator : metode untuk menangkap abu sebelum udara hasil


pembakaran batubara dibuang be cerobang asap. ESP terdiri dari electrode positif dan
negative untuk menangkap abu terbang.
Batubara.

B. Bahan Campuran dan Fungsi

1. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara.

 Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi
 Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena unsur zat yang mudah
terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan semakin sedikit
 Semakin banyak komposisi batubaranya, pembakaran yang dihasilkan akan semakin panas dan
semakin lama
 Semakin tinggi nilai kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar volatile matternya akan
semakin sedikit
 Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin berkurang dan lama
pembakaran akan semakin cepat. Batubara dengan nilai kalori rendah juga mengandung banyak air
sehingga menyulitkan dalam penyalaan, berasap dan panas yang berkurang. Solusinya dengan cara
pengeringan (mengurangi kadar air) dan dengan cara karbonisasi (menaikkan kadar kalori batubara)
2. Biomassa (serbuk kayu keras), sebagai bahan untuk mempercepat dan memudahkan proses
pembakaran

 Semakin banyak komposisi biomassa maka briket akan semakin mudah terbakar dan pencapaian
suhu maksimalnya akan semakin cepat
 Kelemahannya semakin banyak komposisi biomassanya, lama pembakaran menjadi semakin
berkurang
 Biomassa dapat diubah / diolah menjadi bio arang, yang merupakan bahan bakar dengan tingkat
nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari
 Semakin besar komposisi biomassa, maka kandungan emisi polutan CO dan polusi HC akan
semakin berkurang
3. Tanah liat, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat

 Jenis tanah liat yang dipilih, harus mengandung unsur Kaulinik yaitu unsur yang mempengaruhi
kerekatan, kekerasan dan kekeringan
 Semakin banyak komposisinya, briket yang dihasilkan akan semakin keras
 Semakin banyak komposisinya, gas CO yang dihasilkan akan semakin sedikit
 Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama pembakaran, komposisi yang terbaik untuk tanah
liat adalah 10%
4. Tepung tapioka, sebagai bahan perekat utama

 Pemilihan tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan daya rekat yang kuat dan
tidak mudah hancur
 Pembuatan “adonan perekat” dari tepung tapioka dengan air juga harus diperhatikan sehingga
benar-benar matang dan kental. Setelah adonan jadi sebaiknya didinginkan terlebih dahulu sehingga
adonan tersebut benar-benar kental dan rekat
5. Kapur (lime), sebagai bahan imbuhan yang digunakan untuk mengikat racun dan mengurangi bau
belerang

 Dari hasil uji coba, komposisi yang terbaik untuk kapur adalah 1%
 Komposisi kapur juga perlu diperhatikan, karena apabila terlalu banyak akan membuat panas
pembakaran briket menjadi berkurang.

PROSES PEMBUATAN BRIKET BATUBARA


Proses Pembuatan Briket Pada UPTD Pabrik Briket Batubara Takalar (SUL-SEL)

Batubara yang digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan briket pada pabrik
tersebut adalah batubara yang berasal dari mallawa. Pada umumnya alat-alat yang
digunakan pada pabrik tersebut adalah alat-alat yang masih sangat sederhana dan
sangat terbatas. Untuk memperoleh briket batubara yang berkualitas baik
seharusnya pada tahapan awal dilakukan proses untuk mengurangi kandungan air
dari batubara yang akan digunakan, namun pada pabrik tersebut belum dilakukan
karena keterbatasan alat yang digunakan.

Sebelum melalui proses, batubara dikumpul/ditampung pada Stockpile. Langkah


pertama dalam pembuatan briket adalah memasukkan batubara kedalam Crusher
melalui Beltconveyor, dimana crusher ini berfungsi untuk menghancurkan (crushing)
batubara yang berukuran besar menjadi ukuran-ukuran tertentu yang diinginkan.
Crusher yang digunakan tersebut dikendalikan/dikontrol dengan local control panel-
1. Setelah mendapatkan batubara yang berukuran kecil dari hasil crushing, batubara
tersebut dibawa ke Hammer mill melalui beltconveyor untuk selanjutnya
akan discreening (diayak) dengan tujuan untuk mendapatkan batubara yang
berukuran halus. Hammer mill tersebut dikendalikan/dikontrol dengan local control
panel-2. Proses selanjutnya yang akan dilakukan adalah blending/mixing
(pencampuran). Batubara yang sudah halus akan dibawa ke mixer melalui
beltconveyor. Mixer tersebut berfungsi untuk mencampur (mengaduk) batubara yang
sudah halus dengan bahan-bahan campuran lainnya seperti bahan perekat, soda api
dan air. mixer tersebut dikendalikan/dikontrol dengan local control panel-3. Adapun
bahan-bahan yang dicampurkan untuk setiap 4 karung batubara halus pada proses
mixing adalah 5 kg tepung tapioca, ½ kg soda api, serta 3 ember air (atau
dikondisikan). Fungsi dari tepung tapioca tersebut adalah sebagai bahan perekat,
soda api berfungsi untuk membantu proses pembakaran briket, sedangkan air
berfungsi untuk mengentalkan tepung tapioka agar lebih mudah merekatkan
batubara yang halus agar lebih mudah dibentuk.

Setelah batubara dan bahan-bahan yang lainnya sudah bercampur dengan baik, hasil
mixing tersebut akan ditranspor/diangkut ke Moulding Roll melalui beltconveyor
untuk dicetak sesuai dengan model tertentu (berdasarkan model cetakan pada
moulding roll) , dimana pada pabrik tersebut moulding roll yang digunakan
merupakan percetakan dengan type telur. Moulding roll itu sendiri
dikontrol/dikendalikan dengan local control panel-4.

(alur proses briket-KLIK UNTUK PERBESAR)

Briket yang telah dicetak tersebut belum bisa langsung digunakan karena masih
dalam keadaan basah akibat dari pencampuran dengan air pada proses mixing
sebelumnya, sehingga harus dikeringkan terlebih dahulu. Proses pengeringan briket
pada pabrik tersebut dilakukan dengan cara menjemur briket batubara yang sudah
dicetak. Namun, untuk menjaga kemungkinan terburuk ketika pada musim hujan
tidak ada sinar matahari yang cukup untuk mengeringkan briket-briket tersebut,
maka disiapkan sebuah oven berukuran besar yang bisa digunakan sebagai
pengganti sinar matahari untuk mengeringkan briket yang sudah dicetak. Setelah
dipastikan sudah kering maka briket-briket tersebut siap untuk dipasarkan.

Demikian proses singkat dari pembuatan briket di UPTD pabrik briket batubara Desa
Lengkese,Kecamatan Manggarabombang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Wahyudi Munim A. di 10/07/2011 11:08:00 PM

Dampak Lingkungan Pembakar Briket


Nilai strategis dan ekonomis pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar
seringterkendala oleh dampak lingkungan yang berasal dari emisi dan sisa
pembakaran,yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh kepada kesehatan
manusia.Selain itu, pembakaran batubara dengan jumlah yang sangat banyak akan

mempengaruhi kondisi lingkungan, antara lain berupa gas rumah kaca seperti CO2dan
lain-lain.

Secara umum polutan yang timbul akibat pembakaran batubara antara lain partikel
halus, belerang, NOx, dan trace element (seperti flourin, selenium, dan arsen) serta
bahan-bahan organik yang tidak terbakar secara sempurna. Unsur-unsur ini terbentuk
pada saat pembentukan sebagai proses alam. Dengan demikian sederhana untuk
mendapatkan kondisi pembakaran yang bersih, semua zat pengotor tersebut harus
ditiadakan paling tidak dicegah agar tidak merebak menjadi polutan yang teremisikan.

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lingkungan akibat dari pembakaran briket
batubara.

A. Jenis bahan baku (batubara)

Jenis bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan harus menggunakan bahan
yang bersih dari polutan. Semakin baik bahan yang digunakan, semakin sedikit emisi
yang ditimbulkan. Emisi berbahaya, seperti gas SOx dan NOx pada dasarnya
ditimbulkan dari batubara yang memiliki kadar pengotor yang tinggi.Bahan pengikat
yang berasal dari lempung yang tidak mengandung zat-zat yang berbahaya,

B. Tungku

Tungku yang digunakan hendaknya mampu memfasilitasi pembakaran yang


sempurna, artinya dapat menyeimbangkan aliran udara (oksigen) dengan baik.Tungku
dengan penutup pengurang emisi yang dikembangkan oleh tekMIRA

ternyata sangat membantu mengurangi emisi secara signifikan.

C. Ruangan (dapur) tempat memasak

Ruangan tempat memasak hendaknya memiliki ventilasi yang baik, artinya udara
segar dapat bersirkulasi dengan cepat. Kondisi ini akan sangat membantumenghindari
dampak langsung dari polusi kepada kesehatan pemasak.Dengan memperhatikan
ketiga faktor diatas, secara teoritis dapat dihindari berbagai dampak negatif atas
penggunaan briket batubara dari pengukuran emisi (SOx, NOx, dan CO) yang
dilakukan tekMIRA, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan briket batubara secara
umum masih aman dengan kadar emisi masih jauh dibawah ambang batas yang
diperkenankan oleh kementrian lingkungan hidup.
Pembakaran briket batubara pada menit pertama diawali pembakaran biasa yang
memiliki kadar CO yang mencapai 1000 ppm, SOx 250 ppm dan NOx mencapai 100
ppm. Selang 10 menit kemudian terutama jika pembakaran sempurna emisi ini boleh
dikatakan sudah tidak terdeteksi. Kondisi yang terbaik jika menggunakan tungku
dengan penutup pengurang emisi (PPE) dan dapur mempunyai ventilasi yang baik.

K.D Maison, 2006, “Briket Batubara Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah”,
Nn, 2005, “Iptek Indonesia Bidang Energi dan Sumber Daya Alam”, Jakarta,
Setiawan Bambang, 2005, “Kebijakan Umum Pemanfaatan Batubara dan

Rancangan Undang-Undang Mineral dan Batubara”, Jakarta,


Sipayung Maydin, 2005, “Industri Briket Batubara Nasional”, Bandung.

Sobroto, 2006, “Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batubara, Ampas

Tebu, dan Jerami”, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai