Keunggulan briket batubara dengan bahan bakar lain yaitu: briket batubara mempunyai panas
yang konstan sehingga panas yang dibutuhkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar. Terbentuk dari sisa tumbuhan
purba yang mengendap di dalam tanah selama jutaan tahun. Endapan tersebut
selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlansung selama
jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam katagori bahan bakar fosil.
Keunggulan Batubara
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit
campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket batubara mampu menggantikan
sebagian dari kegunaan Minyak tanah sepeti untuk : Pengolahan makanan,
pengeringan, pembakaran dan pemanasan. Bahan baku utama Briket batubara adalah
batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk
selama lebih kurang 150 tahun.
Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi Semakin
tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena unsur zat yang mudah
terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan semakin sedikit Semakin banyak
komposisi batubaranya, pembakaran yang dihasilkan akan semakin panas dan
semakin lama. Semakin tinggi nilai kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar
volatile matternya akan semakin sedikit Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang
dihasilkan akan semakin berkurang dan lama pembakaran akan semakin cepat.
Batubara dengan nilai kalori rendah juga mengandung banyak air sehingga
menyulitkan dalam penyalaan, berasap dan panas yang berkurang. Solusinya dengan
cara pengeringan (mengurangi kadar air) dan dengan cara karbonisasi (menaikkan
kadar kalori batubara)
– Bahan baku batubara dan tanah liat dalam keadaan kering (dijemur terlebih dahulu),
sehingga kadar airnya rendah.
– Bahan baku batubara dan tanah liat “di-crusher” dan “di-screen” terlebih dahulu
dengan menggunakan lubang saringan yang kecil dari 3 mm2
Briket batubara yang sudah dicetak harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara
dijemur atau dipanaskan dengan “oven” sebelum dikemas dalam karung. Hal ini untuk
menghindari briket lembab saat digunakan nantinya
– Semua bahan diusahakan dalam keadaan kering, karena kelembaban dan kadar air
yang banyak menyebabkan asap yang banyak dan berbau
– Pemberian angin atau menggunakan cerobong pada saat penyalaan awal akan
membantu briket cepat menjadi bara sehingga asap dan bau yang dihasilkan dari
pembakaran briket tersebut juga akan berkurang
– Penambahan unsur kapur dalam komposisi briket. komposisi terbaik untuk kapur
1%. Hal ini juga akan mengurangi kadar asap dan bau
– Penentuan komposisi tanah liat dan jenis tanah liat juga berpengaruh terhadap lama
pembakaran. Pemilihan tanah liat yang baik akan membuat briket lebih rekat, padat
dan keras yang akhirnya juga memperlama proses pembakaran
– Pengeringan hasil briket. Karena briket yang lembab dan basah akan berpengaruh
besar terhadap panas yang dihasilkan
– Pemilihan tepung tapioka dan pembuatan “adonan tapioka” yang baik sehingga
didapatkan campuran adonan tapioka yang kental dan mempunyai daya rekat yang
baik
3. Briket Bio-Batubara
Mengingat biomas bersifat mudah meregang (plastisitas tinggi), maka pada proses
pembriketannya tidak eukup hanya dengan menambahkan bahan pengikat, namun
juga memerlukan tekanan yang tinggi, sekitar 2 ton/cm2. Pemakaian biomas bertujuan
selain untuk menurunkan temperatur penyalaan briket, juga untuk mempercepat
proses pembakaran yang sempurna dari briket sehingga dapat mengurangi emisi gas
buang.
4. Light Coal
Jenis bahan bakar ini merupakan produk terbaru bahan bakar padat berbasis batubara.
Proses pembuatannya melalui proses thermal upgrading pada suhu minimal 200′ C,
bahan bakar tersebut sudah dapat langsung digunakan. Namun, karena porositasnya
kecil, maka alat pembakarnya harus dilengkapi dengan blower.
Tipe briket batubara dan bahan bakar padat berbasis batubara adalah:
1. Briket Batubara Tipe TelurIBantallKenari
2. Briket Batubara Tipe Sarang Tawon (Kubus dan Silinder)
3. Bahan Bakar Berbentuk Butiran
Jenis dan Ukuran Briket Batubara
1. Bentuk telur : sebesar telur ayam
2. Bentuk kubus : 12,5 x 12,5 x 5 cm
3. Bentuk selinder : 7 cm (tinggi) x 12 cm garis tengah
Adapun standar ukuran briket batubara tipe sarang tawon (Kubus dan Silinder)
NO BENTUK PENAMPANG TINGGI
1 kubus Lebar x panjang = 125 x 125 mm 75 – I00 mm
(3 – 4 inc.)
2 silinder Diameter = 125 mm 75 – I00 mm
(3 – 4 inc.)
Kandungan pada batubara
Heating Value (HV) (calorific value/Nilai kalori) : Banyaknya jumlah kalori yang
dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat dinyatakan dalam kkal/kg.
Ash content (kandungan abu) : Komposisi batubara bersifat heterogen, terdiri dari
unsur organik dan senyawa anorgani, yang merupakan hasil rombakan batuan yang
ada di sekitarnya, bercampur selama proses transportasi, sedimentasi dan proses
pembatubaraan. Abu hasil dari pembakaran batubara ini, yang dikenal sebagai ash
content. Abu ini merupakan kumpulan dari bahan-bahan pembentuk batubara yang
tidak dapat terbaka atau yang dioksidasi oleh oksigen. Bahan sisa dalam bentuk
padatan ini antara lain senyawa SiO2, Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O,
Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur lain.
Abu batubara adalah bagian dari sisa pembakaran batubara pada boiler berbentuk
partikel halus amorf dan bersifat Pozzolan, berarti abu tersebut dapat bereaksi dengan
kapur pada suhu kamar dengan media air membentuk senyawa yang bersifat
mengikat. Dengan adanya sifat pozzolan tersebut abu terbang mempunyai prospek
untuk digunakan berbagai keperluan bangunan.
Abu terbentuk dari perubahan bahan mineral (miniral matter) karena proses
pembakaran. Pada pembakaran batubara dalam pembangkit tenaga listrik terbentuk
dua jenis abu yakni abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Komposisi
antara abu terbang dan abu dasar tergantung sistem pembakarannya. Dalam
tungku pulverized coal sistem basah antara 45-55 %, dan tungkuunderfeed stoker 30-
80 % dari total abu batubara.
Oksida Belerang
Belerang terdapat pada batubara dengan kadar bervariasi, jauh di bawah 1% sampai
lebih dari 4%. Unsur ini terdapat dalam batubara dalam 3 bentuk yakni belerang
organik, pirit dan sulfat, belerang organik dan belerang pirit merupakan sumber utama
emisi oksida belerang. Dalam pembakaran batubara, semua belerang organik dan
sebagian belerang pirit menjadi SO2. Oksida belerang ini selanjutnya dapat teroksidasi
menjadi SO3. Sedangkan belerang sulfat disamping stabil dan sulit menjadi oksida
belerang, kadar relatifnya sangat rendah dibanding belerang bentuk lainnya.
Oksida-oksida belerang yang terbawa gas buang dapat bereaksi dengan lelehan abu
yang menempel dinding tungku maupun pipa boiler sehingga menyebabkan
korosi. Sebagian SO2 yang diemisikan ke udara dapat teroksidasi menjadi SO3 yang
apabila bereaksi dengan uap air menjadi kabut asam sehingga menimbulkan turunnya
hujan asam.
Oksida Nitrogen
Nitrogen umumnya terikat dengan material organik dalam batubara dan kadarnya
kurang dari 2%. Pada pembakaran, nitrogen akan dirubah menjadi oksida nitrogen dan
disebut NOx. Selain nitrogen dari batubara, NOx juga dapat terbentuk dari nitrogen
dalam udara pembakaran. Zat nitrogen oksida ini dapat menyebabkan kerusakan paru-
paru. Setelah bereaksi di atmosfer, zat ini membentuk partikel-partikel nitrat amat
halus yang menembus bagian terdalam paru-paru.
Karbon Monoksida
Gas karbon monoksida (CO) terbentuk pada pembakaran tidak sempurna. Gas
ini dihasilkan dari proses oksidasi bahan bakar yang tidak sempurna. Gas ini bersifat
tidak berwarna, tidak berbau, tidak menyebabkan iritasi. Reaksi yang tidak sempurna
antara karbon dan oksigen adalah sebagai berikut:
C + ½ O2 → CO
Selain menghasilkan energi lebih rendah, gas CO merupakan polutan yang dapat
mencemari lingkungan terutama untuk para pekerja di lingkungan tertutup. Untuk
pembakaran batubara dalam pembangkit listik yang modern, pembentukan CO
biasanya kecil sehingga tidak perlu dikhawatirkan karena jumlah oksigen (udara) yang
dipasok biasanya sudah dihitung dan dipasok berlebih.
Asap dan gas hidrokarbon terbentuk pada pembakaran yang sangat tidak sempurna.
Asap terutama terdiri dari partikel-partikel karbon yang tidak terbakar. Sedangkan
gas-gas hidrokarbon adalah senyawa-senyawa karbon dan hidrogen hasil pemecahan
bahan organik batubara yang belum mengalami oksida oksigen lebih lanjut. Seperti
karbon monoksida, pembentukan asap dan gas-gas hidrokarbon menyebabkan
rendahnya efisiensi pembakaran bahkan jauh lebih rendah dari yang diakibatkan oleh
pembentukan karbon monoksida.
Karbon Dioksida
Dalam pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, tujuan utamanya adalah
semaksimal mungkin mengkonversikan unsur utama dalam batubara yakni C (karbon)
menjadi CO2 sehingga dihasilkan energi yang tinggi. Dikarenakan batubara
mengandung kadar karbon paling tinggi dibanding bahan bakar fosil lainnya seperti
minyak dan gas, maka pembakaran batubara dianggap merupakan sumber emisi
CO2 terbesar.
Sisa pembakaran batubara berupa abu, baik itu fly ash dan bottom ash harus dikelola
dengan baik agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Teknologi yang saat ini umum
digunakan untuk menggelola abu sisa pembakaran yaitu:
1. Mechanical collection
2. Sidestream Separator
Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi
Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena unsur zat yang mudah
terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan semakin sedikit
Semakin banyak komposisi batubaranya, pembakaran yang dihasilkan akan semakin panas dan
semakin lama
Semakin tinggi nilai kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar volatile matternya akan
semakin sedikit
Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin berkurang dan lama
pembakaran akan semakin cepat. Batubara dengan nilai kalori rendah juga mengandung banyak air
sehingga menyulitkan dalam penyalaan, berasap dan panas yang berkurang. Solusinya dengan cara
pengeringan (mengurangi kadar air) dan dengan cara karbonisasi (menaikkan kadar kalori batubara)
2. Biomassa (serbuk kayu keras), sebagai bahan untuk mempercepat dan memudahkan proses
pembakaran
Semakin banyak komposisi biomassa maka briket akan semakin mudah terbakar dan pencapaian
suhu maksimalnya akan semakin cepat
Kelemahannya semakin banyak komposisi biomassanya, lama pembakaran menjadi semakin
berkurang
Biomassa dapat diubah / diolah menjadi bio arang, yang merupakan bahan bakar dengan tingkat
nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Semakin besar komposisi biomassa, maka kandungan emisi polutan CO dan polusi HC akan
semakin berkurang
3. Tanah liat, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat
Jenis tanah liat yang dipilih, harus mengandung unsur Kaulinik yaitu unsur yang mempengaruhi
kerekatan, kekerasan dan kekeringan
Semakin banyak komposisinya, briket yang dihasilkan akan semakin keras
Semakin banyak komposisinya, gas CO yang dihasilkan akan semakin sedikit
Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama pembakaran, komposisi yang terbaik untuk tanah
liat adalah 10%
4. Tepung tapioka, sebagai bahan perekat utama
Pemilihan tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan daya rekat yang kuat dan
tidak mudah hancur
Pembuatan “adonan perekat” dari tepung tapioka dengan air juga harus diperhatikan sehingga
benar-benar matang dan kental. Setelah adonan jadi sebaiknya didinginkan terlebih dahulu sehingga
adonan tersebut benar-benar kental dan rekat
5. Kapur (lime), sebagai bahan imbuhan yang digunakan untuk mengikat racun dan mengurangi bau
belerang
Dari hasil uji coba, komposisi yang terbaik untuk kapur adalah 1%
Komposisi kapur juga perlu diperhatikan, karena apabila terlalu banyak akan membuat panas
pembakaran briket menjadi berkurang.
Batubara yang digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan briket pada pabrik
tersebut adalah batubara yang berasal dari mallawa. Pada umumnya alat-alat yang
digunakan pada pabrik tersebut adalah alat-alat yang masih sangat sederhana dan
sangat terbatas. Untuk memperoleh briket batubara yang berkualitas baik
seharusnya pada tahapan awal dilakukan proses untuk mengurangi kandungan air
dari batubara yang akan digunakan, namun pada pabrik tersebut belum dilakukan
karena keterbatasan alat yang digunakan.
Setelah batubara dan bahan-bahan yang lainnya sudah bercampur dengan baik, hasil
mixing tersebut akan ditranspor/diangkut ke Moulding Roll melalui beltconveyor
untuk dicetak sesuai dengan model tertentu (berdasarkan model cetakan pada
moulding roll) , dimana pada pabrik tersebut moulding roll yang digunakan
merupakan percetakan dengan type telur. Moulding roll itu sendiri
dikontrol/dikendalikan dengan local control panel-4.
Briket yang telah dicetak tersebut belum bisa langsung digunakan karena masih
dalam keadaan basah akibat dari pencampuran dengan air pada proses mixing
sebelumnya, sehingga harus dikeringkan terlebih dahulu. Proses pengeringan briket
pada pabrik tersebut dilakukan dengan cara menjemur briket batubara yang sudah
dicetak. Namun, untuk menjaga kemungkinan terburuk ketika pada musim hujan
tidak ada sinar matahari yang cukup untuk mengeringkan briket-briket tersebut,
maka disiapkan sebuah oven berukuran besar yang bisa digunakan sebagai
pengganti sinar matahari untuk mengeringkan briket yang sudah dicetak. Setelah
dipastikan sudah kering maka briket-briket tersebut siap untuk dipasarkan.
Demikian proses singkat dari pembuatan briket di UPTD pabrik briket batubara Desa
Lengkese,Kecamatan Manggarabombang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
mempengaruhi kondisi lingkungan, antara lain berupa gas rumah kaca seperti CO2dan
lain-lain.
Secara umum polutan yang timbul akibat pembakaran batubara antara lain partikel
halus, belerang, NOx, dan trace element (seperti flourin, selenium, dan arsen) serta
bahan-bahan organik yang tidak terbakar secara sempurna. Unsur-unsur ini terbentuk
pada saat pembentukan sebagai proses alam. Dengan demikian sederhana untuk
mendapatkan kondisi pembakaran yang bersih, semua zat pengotor tersebut harus
ditiadakan paling tidak dicegah agar tidak merebak menjadi polutan yang teremisikan.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lingkungan akibat dari pembakaran briket
batubara.
Jenis bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan harus menggunakan bahan
yang bersih dari polutan. Semakin baik bahan yang digunakan, semakin sedikit emisi
yang ditimbulkan. Emisi berbahaya, seperti gas SOx dan NOx pada dasarnya
ditimbulkan dari batubara yang memiliki kadar pengotor yang tinggi.Bahan pengikat
yang berasal dari lempung yang tidak mengandung zat-zat yang berbahaya,
B. Tungku
Ruangan tempat memasak hendaknya memiliki ventilasi yang baik, artinya udara
segar dapat bersirkulasi dengan cepat. Kondisi ini akan sangat membantumenghindari
dampak langsung dari polusi kepada kesehatan pemasak.Dengan memperhatikan
ketiga faktor diatas, secara teoritis dapat dihindari berbagai dampak negatif atas
penggunaan briket batubara dari pengukuran emisi (SOx, NOx, dan CO) yang
dilakukan tekMIRA, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan briket batubara secara
umum masih aman dengan kadar emisi masih jauh dibawah ambang batas yang
diperkenankan oleh kementrian lingkungan hidup.
Pembakaran briket batubara pada menit pertama diawali pembakaran biasa yang
memiliki kadar CO yang mencapai 1000 ppm, SOx 250 ppm dan NOx mencapai 100
ppm. Selang 10 menit kemudian terutama jika pembakaran sempurna emisi ini boleh
dikatakan sudah tidak terdeteksi. Kondisi yang terbaik jika menggunakan tungku
dengan penutup pengurang emisi (PPE) dan dapur mempunyai ventilasi yang baik.
K.D Maison, 2006, “Briket Batubara Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah”,
Nn, 2005, “Iptek Indonesia Bidang Energi dan Sumber Daya Alam”, Jakarta,
Setiawan Bambang, 2005, “Kebijakan Umum Pemanfaatan Batubara dan