Anda di halaman 1dari 24

KONVERSI ENERGI BIOMASSA

BIOBRIKET
Pirolisa
• Penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada
suhu lebih dari 150 oC
• Beberapa tingkatan proses pirolisa adalah:

Pirolisa primer
• Pirolisa primer adalah prirolisa yang terjadi pada bahan
baku (umpan) pada suhu kurang dari 600 oC.
• Hasil penguraian yang utama adalah karbon (arang).
• Berdasarkan tingkat kecepatan reaksi pada saat proses
berlangsung, pirolisa primer dibedakan atas pirolisa
primer lambat dan pirolisa primer cepat.
Pirolisa primer lambat
• Pirolisa primer lambat terjadi pada proses
pembuatan arang dan merupakan teknologi yang
telah dipraktekkan manusia sejak 10.000 tahun
yang lalu.
• Pada laju pemanasan lambat pada suhu 150-300
o
C, reaksi utama yang terjadi adalah dehidrasi
(kehilangan kandungan air).
• Hasil reaksi keseluruhan adalah karbon padatan
(C = arang), air (H2O), karbon monoksida (CO) dan
karbon dioksida (CO2).
• Semakin lambat proses, umumnya menghasilkan
mutu arang semakin baik.
Pirolisa primer cepat
• Pirolisa primer cepat terjadi pada suhu lebih dari
300 oC.
• Reaksi penguraian pada pirolisa primer cepat
penting diperhatikan.
• Pada suhu sekitar 450 oC reaksi berjalan sangat
cepat dan merupakan batas selang temperatur
pada permukaan antara biomassa dan arang
dimana masih terjadi pendinginan oleh uap hasil
pirolisa.
• Permukaan arang pada sisi luar akan mempunyai
temperatur lebih tinggi, tergantung pada kondisi
eksternal proses tersebut.
Pirolisa sekunder
• Pirolisa sekunder atau disebut juga pirolisa
sekunder cepat adalah: pirolisa yang terjadi atas
partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer, terjadi
pada suhu di atas 600 oC.
• Hasil proses adalah karbon monoksida (CO),
hidrogen (H2) dan hidrokarbon.
• Merupakan “cracking” sekunder untuk
menghasilkan gas dengan energi tinggi pada
proses gasifikasi, dimana dihasilkan gas dengan
energi medium. Pada pirolisa cepat ini dihasilkan
tar (secondary pyrolysis tar = SPT) sekitar 1%-6%.
Karbonisasi
• Suatu proses untuk mengkonversi bahan orgranik
menjadi arang.
• Pada proses karbonisasi akan dilepaskan zat yang
mudah terbakar seperti CO, H2, formaldehid,
methana, formik dan acetil acid serta zat yang
tidak terbakar seperti CO2, H2O dan tar cair.
• Gas-gas yang dilepaskan pada proses ini
mempunyai nilai kalor yang tinggi dan dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor
pada proses karbonisasi.
• Proses karbonisasi yang dilakukan pada
pembuatan arang, diinginkan hanya menyisakan
fixed carbon (kadar karbon) saja di dalam arang,
• sehingga suplai udara yang diperlukan dibuat
minimum agar fixed carbon tidak terbakar habis
karena bereaksi dengan oksigen,
• tetapi bila suplai udara dikurangi maka proses
pembakaran akan sulit terjadi karena temperatur
karbonisasi tidak tercapai dan karbonisasi akan
berlangsung dalam waktu yang lebih lama.
Peralatan pembuatan arang
• Drum kiln: drum dari logam yang tahan panas,
biasanya menggunakan drum oli untuk
mengkarbonisasi arang. Metode inilah yang banyak
digunakan saat ini untuk proses karbonisasi, karena
biayanya yang relatif murah dan tidak terikat dengan
lokasi (dapat dipindah-pindahkan).
• Drum Kiln dengan reverse draught: silinder dari logam
tahan panas hanya saja terdapat cerobong yang
letaknya pada bagian bawah tabung, dengan maksud
untuk mengurangi besarnya draft yang diakibatkan
oleh aliran udara dan gas sisa pembakaran. Metode
karbonisasi ini biasa digunakan untuk skala besar.
Drum Kiln dan Arang Tempurung Kelapa
(Trisasiwi et al., 2011)
• Earth pit kiln: bahan baku arang (kayu atau tempurung
kelapa) diletakkan dalam tanah yang terlebih dahulu
telah digali sampai ketinggian rata dengan tanah
kemudian diatasnya diberi daun-daun kering sebagai
pemicu nyala api. Setelah api menyala hingga bagian
paling bawah, pada bagian atas kemudian ditutup
dengan tanah hingga semua bagian kayu tertutup. Hal
ini untuk mengurangi suplai oksigen yang masuk ke
dalam ruang karbonisasi.

• Brick Kiln: ruang pembakaran yang terbuat dari tanah


liat atau batu bata yang dibuat sedemikian rupa
membentuk ruang pembakaran kemudian bahan baku
arang dimasukkan ke dalamnya dan dibakar. Metode ini
memiliki keuntungan panas pembakaran yang tinggi.
Quality standard for activated charcoal
Determined by:
the Department of Industry, Indonesia with SII 0258-79

Item Quality requirement

Loss matter during burning at 950 oC max 15%

Water max 10%

Ash max 2.5%

Absorbability on Iod solution min 20%

Bagian yg tdk mengarang Tidak nyata


Densifikasi (Pengempaan)
• Salah satu cara untuk memperbaii sifat fisik suatu bahan agar mudah
dalam penanganan dan penggunaannya
• Bahan baku: biomassa atau limbah biomassa, umumnya yang ukuran
partikelnya kecil, berbentuk serbuk atau lainnya, sehingga penanganan
dan penggunaannya kurang disukai, misalnya sekam, serbuk gergaji,
rumput, daun-daunan, bagasse dan lain-lain
• Proses: bahan baku dikempa dengan tekanan tertentu shg diperoleh
bentuk dengan kepadatan yang dikehendaki, umumnya bahan baku
dicampur dengan bahan perekat terlebih dahuu sebelum dikempa. Proses
pengempaan kadang juga dibarengi dengan pemanasan seperti pada
extruder pd pengolahan pangan. Setelah pengempaan dilakukan
pengeringan untuk menurukan kadr air briket.
• Hasil: berupa briket atu pellet
• Densifikasi juga dapat dilakukan terhadap bahan baku arang, hasilnya
disebut briket arang
Beberapa Cara Pembuatan Briket Arang

• Densifikasi (pengempaan) bahan menjadi briket,


disusul dengan karbonisasi pada tekanan sedang
• Pengempaan bahan dan karbonisasi secara serentak
• Pengempaan campuran bahan dan perekat menjadi
briket, disusul dengan karbonisasi
• Pengempaan campuran arang dan bahan perekat
menjadi briket, disusul pengeringan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan

• Kondisi bahan: perlakuan sortasi, penggilingan, pengeringan


• Perekat: (1) perekat yang berasap: tar, pitch, molase; (2) perekat yang
kurang/tidak berasap: pati, dekstrin, tepung beras. Kadar perekat tidak
boleh terlalu tinggi (tidak lebih dari 5%) krn akan menurunkan mutu dan
meningkatkan asap
• Tekanan pengempaan: berpengaruh terhadap densitas dan porositas
• Alat/mesin pengempa
• Karbonisasi: untuk mengurangi asap pembakaran dan mempermudah
penyimpanan, penanganan, dan pemanfaatan
• Mutu briket yang dihasilkan
Cara pembuatan bio-briket

pengeringan
Persiapan bahan baku sortasi
pengecilan ukuran
pengayakan

Bahan baku

pirolisis
(arang)
Densifikasi
(pengempaan) Bahan perekat

Bio-briket
alat pembuatan
briket sederhana
Alat Pencetak Briket Semi Mekanis
(Trisasiwi et al., 2012)
Alat hasil karya
mahasiswa
Alat pembuat briket semi mekanis

Briket dari
arang
sekam
Mesin pembuat briket,
Dikembangkan oleh AIT
Nilai kalor bio-briket bermacam limbah biomassa
(yang diarangkan/karbonisasi dan tidak diarangkan)
No Jenis bio-briket Nilai kalor
(KJ/kg)
1 Briket limbah tebu (ampas) 17638
2 Briket arang sekam 13290

3 Briket Limbah CPO (sludge/mud) 10896


4 Saw dust briquette 18709
5 Briket rumput 16247
6 Arang tempurung kelapa 18428
7 Batang jagung 15455
8 Briket arang batang jagung 20174
9 Kayu (acasia) 17270
10 bambu 17503
Peran bio-briket sebagai Pengganti minyak
tanah dan untuk substitusi LPG
Disadvantages (Kelemahan/kerugian):
1. change stove (harus mengganti kompor)
2. adaptation (tidak mudah beradaptasi/diterima)
3. inconvenience (tidak praktis)

Advantages (keuntungan):
1. cheaper or free (murah atau gratis)
2. Stove can be use with many kinds of bio-briquette (tungku
bisa digunakan utk bermacam bio-briket)
3. Green energy (energi hijau)
4. Renewable energy (termasuk energi terbarukan)
5. Reducing environmental problem causing by unhandled
wastes (membantu mengatasi masalah lingkungan dengan
penanganan sampah).
Bahan Baku Arang
Limbah Pertanian
 Tempurung kelapa
 Sekam padi
 Serbuk gergaji
 Ampas biji jarak pagar
 Ampas biji nyamplung
 Cangkang kakao
 Limbah kayu
 Sampah organik
 dll
LIMBAH BIOMASSA YG POTENSIAL UTK BIO-BRIKET
No Products or Type of biomass waste Potency
commodities
1 Paddy (padi) Straw (jerami) 5000 ton/ton paddy
2 Rice (gabah) Rice husk (sekam) 280 kg/ton paddy
3 Cassava (singkong) Stalks 800 kg/ton cassava
4 Corn (jagung) Corn cobs (tongkol) NA
5 coconut Fiber/husk (sabut) 280 kg/ton coconut
6 Coconut (kelapa) Coconut shell (tempurung) 150 kg/ton coconut

7 Rubber (karet) Wood (kayu) 1500 m3/Ha replant


8 Cacao (coklat) Cacao shells (cangkang) NA
9 Palm oil (palma) Wood (kayu) 74.5 ton/Ha replant
10 Palm oil Fronds 24.84 ton/Ha
11 Palm oil FEB 200 kg/ton FFB
12 Palm oil Fiber and shell 420 kg/ton CPO
13 Processed wood Saw dust (serbuk gergaji) 203 041.6 m3/year
14 Processed wood Other wood wastes 1 827 373.7 m3/year
15 Sugar cane Bagasse (ampas tebu) 280 kg/ton sugar

Anda mungkin juga menyukai