Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sampah sudah menjadi hal yang paling meresahkan bagi masyarakat


Indonesia. Sampah adalah satuan yang sudah tidak mempunyai nilai guna lagi.
Sampah dapat dibedakan atas 2 yaitu sampah organik dan sampah anorganik,
sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang sulit terurai.
Di Indonesia, pemanfaatan sampah menjadi hal yang lazim dilakukan oleh
masyarakat, seperti sampah anorganik yang didaur ulang menjadi barang-barang
kerajinan. Sedangkan dari segi secara organic, sampah yang bias dijadikan sebagai
bahan bakar pengganti minyak, salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah
pembuatan briket arang dari sampah organik.
Pembuatan briket relatif lebih bersih karena tidak berasap dan beresidu. Selain
itu, tidak ada bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan briket sampah. Prinsip
kerja briket sampah sama dengan pemanfaatan bahan bakar alternatif.
Bahan bakar briket pertama kali dikembangkan oleh kelompok aktivis
lingkungan hidup Nepal (FOST), organisasi ini melirik potensi yang terkandung
dalam sampah yang menumpuk dan mengotori jalan, sungai dan kota-kota di Nepal.

Briket arang merupakan bahan bakar padat yang mengandung karbon,


mempunyai nilai kalori yang tinggi, dan dapat menyala dalam waktu yang lama.
Bioarang adalah arang yang diperoleh dengan membakar biomassa kering tanpa udara
(pirolisis). Sedangkan biomassa adalah bahan organik yang berasal dari jasad hidup.
Biomassa sebenarnya dapat digunakan secara langsung sebagai sumber energi panas
untuk bahan bakar, tetapi kurang efisien. Nilai bakar biomassa hanya sekitar 3000 kal,
sedangkan bioarang mampu menghasilkan 5000 kal.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami dapat merumuskan beberapa


masalah sebagai berikut :
1. Apakah sampah organik dapat dimanfaatkan menjadi briket arang ?
2. Bagaimana cara kerja pembuatan briket arang dari sampah organik ?

1
3. Apakah briket arang dari sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
alternatif ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pemanfaatan sampah organik menjadi briket arang.


2. Untuk mengetahui cara kerja pembuatan briket arang dari sampah organik.
3. Untuk mengetahui pemanfaatan briket arang sebagai bahan bakar alternatif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Briket

Briket adalah suatu padatan yang berpori yang mengandung 85-95% karbon
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu
tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara
di dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut
hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi (sembiring dan sinaga 2003).
Konversi kayu menjadi barang merupakan salah satu proses yang paling tua
yang dilakukan oleh umat manusia. Saat ini teknologi memproduksi arang adalah
penting dalam negara-negara industri dan Negara-negara berkembang. Rendemen
praktis rata-rata produksi arang secara industri sekitar 35%. Produk yang diperoleh
juga tergantung pada kayu, dan tergantng pada faktor-faktor seperti spesies kayu dan
ukuran kayu, system karbonisasi, waktu pemrosesan dan suhu akhir (Anonim, 1995).
Arang lebih baik dibandingkan dengan kayu bakar sebab nilai bakar arang
serta densitas arang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kayu bakar. Arang dapat
disimpan lama, ringkas, dan ringan. Di Indonesia, sampai kini arang masih banyak
digunakan terutama untuk memasak (Anonim, 1998).
Jenis arang kayu yang lazim adalah :
a. Briket arang, yaitu arang yang mempunyai bentuk tertentu yang kerapatannya
tinggi. Jenis ini diperoleh dengan cara pengempaan (pemampatan ) arang halus yang
dicampur dengan bahan perekat. Nilai kalor briket arang ialah 6000-7000 kalori
pergram.
b. Arang aktif, yaitu arang yang mempunyai daya serap tinggi terhadap cairan atau
gas. Arang aktif dibuat dengan cara menglirkan uap panas melalui serbuk atau butiran
arang pada suhu 900 C. Disamping itu dapat pula dbuat dari serbuk kayu yang
dicampur dengan bahan kimia melalui proses pengarangan dan aktivasi secara
bersama pada suhu sekitar 600 C (Anonim 1998)
Karbon yang merupakan kandungan utama dari arang mempunyai sifat fisika
dan kimia tertentu. Sifat fisika dan kimia dari karbon tergantung pada struktur Kristal
karbon tersebut. Densitasnya bervariasi dari 2,25 g/cm3 untuk grafit dan 3,51g/cm3
untuk intan. Untuk grafit, titik leleh adalah 3500 C samapai dengan 4830 C. unsur

3
karbon merupakan bahan yang sulit bereaksi. Karbon tidak dapat larut dalam air,
asam-basa encer dan pelarut organik. (Anonim 1983)

Tabel 1.1 Sifat fisika dan kimia Arang

Kerapatan 0.45 g/cm3


Kerapatan Total 1.38 1.46 g/cm
Porositas 70 %
Permukaan dalam 50 m
Kekuatan penampatan 26 N/mm2
Berat bagian terbesar 80 220 kg/m2
Kandungan air 58%
Kandungan karbon 80 90 %
Kandungan Abu 12%
Nilai Kalori 29 33 MJ/kg
Zat-zat mudah menguap 10 18 %
(Anonim, 1995)
2.2. Macam macam Briket
Briket sebenarnya dapat dibuat dari beberapa bahan baku yang diusahan dapat menunjang fungsi briket,
artinya briket dapat dibuat dari bahan apa saja, namun hingga saat ini briket yang pernah ditemui di tengah
mayarakat dan sudah di manfaatka oleh masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Briket Batu Bara

Briket ini sering ditemui di lingkungan masyarakat pada umumnya karena briket ini
merupakan briket yang pertama digunakan sebelum ditemukannya briket dari bahan
baku lainnya.

b. Briket Arang

Briket ini dibuat dari bahan baku kayu, terkadang masyarakat menggunakannya
dalam bentuk arang hasil pembakaran kayu tanpa diproses menjadi briket.

c. Briket Kotoran Sapi

4
Briket ini didapat dengan melakukan pembakaran pada kotoran sapi, sebenarnya
dapat diganti dengan kotoran yang lainnya, misalnya kotoran kambing.

d. Briket Serbuk Gergaji

Selama ini serbuk gergaji hasil proses pemotongan kayu tidak dimanfaatkan dan
hanya dibuang atau dibakar begitu saja. Padahal serbuk gergaji ini masih mengikat
energi, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif dengan
pembuatan briket arang.

e. Briket Kulit Kacang

Kulit kacang dapat juga digunakan sebagai briket, sebab tekstur dari kulit kacang
yang menyerupai tekstur kayu ataupun tekstur tempurung kelapa, hal ini yang
menyebabkan kemampuan kulit kacang dalam menimbulkan energi panas dapat
dijadikan sebagai bahan baku briket.

f. Briket Sampah

Sampah organik dapat digunakan sebagai briket, seperti dedaunan, dan ranting.

g. Briket Jerami

Jerami yang dapat dijadikan briket adalah jerami yang berasal dari sisa panen yang
telah kering. Karena jerami merupakan materi yang dapat terbakar dengan mudah dan
ketika ia hangus ia langsung dapat hancur. Oleh sebab itu sangat bagus dijadikan
briket dan dapat mengurangi limbah pertanian yang pengelolaannya akan
menghasilkan briket yang dapat bernilai ekonomi.

h. Briket Tebu

Briket ini merupakan salah satu sumber energi alternatif dengan memanfaatkan
limbah pertanian. Manfaat yang bisa diperoleh dari penggunaan briket sampah ini
diantaranya:

1. mengurangi tumpukan panenan tebu;

2. mengurangi pembakaran sampah tebu yg tidak terkendali yang mengakibatkan


kerusakan ekosistem biotik lahan tebu;

5
3. menyediakan bahan baku untuk keperluan energi rumah tangga atau petani;

4. membantu persiapan pemanfaatan lahan dan penanaman berikutnya.

i. Briket Eceng Gondok

Kelompok usaha briket bio power di Cihampelas, Bandung telah mengusahakan


pemanfaatan tanaman eceng gondok menjadi bahan bakar alternatif. Selain ramah
lingkungan, briket dari eceng gondok lebih harum dan sedikit asapnya.

j. Briket Tempurung Kelapa

Untuk pengelolaan limbah tempurung kelapa yang susah hancur ketika ia masih utuh,
perlu dijadikan barang yang sangat bermanfaat. Selain dapat dijadikan kerajinan
tangan, tempurung kelapa dapat dijadikan bahan baku briket, bahkan seisi tempurung
tersebut keseluruhannya dapat dijadikan briket baik tempurungnya yang keras,
maupun sabut kelapa, ataupun cangkok luar kelapa tersebut. Bahkan nyala api yang
dihasilkannya pun juga sangat bagus untuk memasak.

2.3. Cara Membuat Briket


a. Langkah-langkah pembuatan bioarang tempurung kelapa adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan tempurung kelapa

Tempurung kelapa diperoleh dari wilayah sekitar yang sudah tidak dimanfaatkan.

2. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan penjemuran tempurung kelapa di bawah sinar matahari.

3. Pemanasan tempurung kelapa

Tempurung kelapa yang sudah dikeringkan dipanaskan di atas kompor dengan

menggunakan wajan sambil diaduk-aduk agar panasnya merata dan cepat menjadi arang.

4. Pendinginan bara tempurung kelapa

Bara tempurung kelapa didinginkan selama kurang lebih 4 jam sampai menjadi arang

(proses ini dapat dilakukan dengan menyiram bara menggunakan air, tetapi dikhawatirkan
6
pada saat arang ditumbuk, hasilnya menjadi kurang halus jadi lebih bagus di diamkan

sampai bara dingin dengan sendirinya).

2.3.2. Pembuatan Briket

Dalam membuat briket bioarang diperlukan tahap dan proses sebagai berikut :

a. Pembuatan briket bioarang

Proses pembuatan bioarang dilakukan dengan proses yang cukup sederhana dan tidak
terlalu sulit untuk dipraktekan. Proses pembuatannya dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikkut:

1. Penghalusan bioarang

Siapkan penumbuk, misalnya lesung, alu ataupun alat penggiling manual, kemudian
bioarang yang tersedia ditumbuk/ di giling halus hingga menjadi tepung arang.
Selanjutnya, kumpulkan tepung arang yang terbentuk pada tempat khusus misalnya
ember.

2. Pengenceran Kanji

Masukanlah kanji ke dalam panci lalu encerkan dengan air panas hingga terbentuk
adonan kanji.

3. Pencampuran
7
Campurkan adonan kanji dengan tepung arang ke dalam baskom yang berisi adonan
kanji sehingga menjadi adonan yang lengket, kemudian adoanan diaduk-aduk dengan
menggunakan tongkat kayu atau pengaduk. Agar pemakaian bioarang lebih hemat
adonan dapat diambah dengan serbuk gergaji, ampas kelapa, kertas/Koran bekas.
Pemakaian tepung kanji yang terlalu banyak dapat menyebabkan pembakaran tidak
sempurna dan menimbulkan asap yang lebih banyak.

4. Pencetakan

Cetak adonan dengan bentuk sesuai dengan cetakan sederhana.

5. Pengeringan

Pada langkah pengeringan ini, hasil cetakan dikeringkan selama 2-3 hari.

6. Briket sudah bisa digunakan.

8
2.4. Kelebihan dan Kekurangan pemanfaatan pembuatan Briket

2.4.1. Kelebihan
1. hemat biaya karena bahannya mudah dan murah di dapat.
2. Mengurangi pencemaran dan tumpukan sampah dilingkungan
3. Dari segi daya panas lebih tahan lama daripada bahan bakar yang lain, misalnya
kayu bakar.
4. Tidak mengandung polutan berbahaya seperti karbo (C), dan gas metana (CH4).

2.4.2. Kelemahan

1. Tidak efisien waktu karena proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup
lama.

2. Pada awal dinyalakan daya panas api sedikit lambat dibandingkan bahan bakar lain.

3. Pemakaiannya hanya sekali saja sampai habis karena panas api dalam briket belum
akan hilang sampai briket menjadi bara.

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Tempurung kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan briket
bioarang.
2. Briket bioarang dari tempurung kelapa dapat dikembangkan sebagai bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan.
3. Prospek briket bioarang dari tempurung kelapa ini cukup menjanjikan untuk
dimanfaatkan di masa mendatang sebagai pengganti bahan bakar yang lambat laun
semakin menipis persediaannya.

3.2. Saran
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut agar manfaat briket bioarang dari tempurung
kelapa tersebut dapat dimanfaatkan secara lebih maksimal.
2. Perlunya penerapan penggunaan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan sejak
sekarang sebagai langkah untuk mencegah kerusakan lingkungan.
4. Pemerintah dan dinas terkait diharap dapat mengembangkannya secara lebih maksimal
mengingat potensinya yang cukup menjanjikan.

10

Anda mungkin juga menyukai