Anda di halaman 1dari 10

SINTEK JURNAL: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

ISSN: 2088-9038, e-ISSN: 2549-9645


Homepage: http://jurnal.umj.ac.id/index.pHP/sintek

ANALISIS BRIKET FIBER MESOCARP KELAPA SAWIT METODE


KARBONISASI DENGAN PEREKAT TEPUNG TAPIOKA

Istianto Budhi Rahardja1,*, Cenda E Hasibuan1, Yudi Dermawan1


1
Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi,
Jln. Gapura No.8, Rawa Banteng, Cibuntu, Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, 17520

*E-mail: istianto.rahardja@gmail.com

Diterima: 26-03-2021 Direvisi: 18-09-2022 Disetujui: 01-12-2022

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membedayakan limbah (waste) padat hasil produksi pengolahan hasil perkebunan
kelapa sawit yang berupa fiber mesocarp kelapa sawit. Pemanfaatan yang biasanya hanya sebagai bahan bakar
boiler di Pabrik Minyak Kelapa Sawit. Pemanfaatan limbah fiber mesocarp ini untuk mengurangi limbah, memiliki
nilai kalor yang besar, serta mempunyai nilai jual. Dalam proses pembuatan briket fiber mesocarp dilakukan
penyediaan bahan baku, pengeringan, pengarangan (karbonisasi), penyaringan, pembentukan arang 100 gr dengan
pelarut air sebanyak 150 ml, 200 ml, 300 ml dengan bahan perekat tepung tapioka (50 gr), dan pengeringan. Hasil
penelitian briket dengan pelarut 150 ml dengan kadar air 7,6 %, kadar abu 22,52%, waktu bakar 143 menit, laju
bakar 0,21 %. Adapun pelarut 200 ml yaitu: kadar air 5,7%, kadar abu 11,28 %, waktu bakar 77 menit, laju bakar
0,38 %. Dan pada pelarut 300 ml yaitu: kadar air 5,2%, kadar abu 16,84%, waktu bakar 67 menit, laju bakar 0,36%.

Kata Kunci: Briket; Perekat; Fiber; Karbonisasi.

ABSTRACT

This research aims to develop solid waste produced by oil palm plantation processing in the form of palm oil
mesocarp fiber. Utilization which is usually only as boiler fuel in a Palm Oil Mill. Utilization of mesocarp fiber
waste is to reduce waste, has a large heating value, and has a selling value. In the process of making mesocarp
fiber briquettes, raw materials are provided, drying, charcoal (carbonization), filtering, forming 100 gr of
charcoal with 150 ml, 200 ml, 300 ml of water solvent with tapioca starch adhesive (50 gr), and drying. The results
of this research were briquettes with 150 ml solvent with a water content of 7.6%, an ash content of 22.52%, a
burning time of 143 minutes, a burn rate of 0.21 %. The 200 ml solvent, namely: water content of 5.7%, ash content
of 11.28%, burning time of 77 minutes, burning rate of 0.38 %. And in the 300 ml solvent, namely: water content
of 5.2%, ash content of 16.84%, burning time of 67 minutes, burning rate of 0.36 %.

Keywords: Briquettes; Adhesives; Fiber; Carbonization.

SINTEK JURNAL, Vol. 16 No. 2, Desember 2022


DOI: 10.24853/sintek.16.2.82-91 82
1. PENDAHULUAN dapat digunakan untuk keperluan energi
alternatif dalam kehidupan sehari-hari sebagai
Keterbatasan dalam memperoleh suatu pengganti penggunaan minyak bumi (minyak
energi merupakan salah satu permasalah yang tanah) dan gas elpiji yang berlebihan [8].
terjadi di negara indonesia. Seiring dengan
bertambahnya populasi penduduk di bumi Pada penelitian ini pembuatan briket
setiap tahunya, hal ini mempengaruhi tingkat menggunakan satu perekat yaitu tepung tapioka,
konsumsi energi yang berlebihan dari biasanya dan menggunakan pelarut air pada perekat yaitu
terutama pada konsumsi energi rumah tangga. 200 ml dan 300 ml. Sesauai dengan rumusan
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sumber masalah yang di angkat untuk mengetahui
energi tersebut membutuhkan waktu cukup pengaruh dari perekat yang digunakan dan
lama, sementara kebutuhan masyarakat akan banyaknya pelarut yang digunakan pada perekat
enegi tidak bisa ditunda dalam jangka panjang. briket fiber kelapa sawit yang mempengaruhi
Maka dari itu tidak jarang kita temukan standar dari kualitas briket yang akan di
beberapa masalah lingkungan akibat hasilkan yang meliputi nilai kalor, kadar air,
masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan kadar abu, dan waktu bakar dan laju bakar.
energi tersebut. Oleh karena itu diperlukan
sebuah alternatif untuk dapat mengatasi 1.2 Fiber Kelapa Sawit
pemakaian bahan bakar tersebut. Salah satu
alternatif yang dapat di gunakan adalah dengan Serat merupakan limbah sisa perasan buah
menggunakan energi dari biomassa [1]. Di sawit berupa serabut Bahan ini mengandung
masyarakat umum biomassa lebih dikenal protein kasar sekitar 4% dan serat kasar 36%
dengan bahan kering dari material organik atau lignin 26% [9]. Serat yang disebut juga sabut
bahan yang tersisa dari suatu tanaman yang atau serabut (fibre), berasal dari mesocarp buah
tidak mengandung kadar air. Biomassa sendiri sawit yang telah mengalami pengempaan di
sangat mudah ditemukan dalam kehidupan dalam screw press (alat pengempa).
sehari-hari baik dalam bidang pertanian, Pengempaan (proses pemerasan) merupakan
peternakan, perkebunan, dan dari limbah- salah satu proses pengolahan kelapa sawit di
limbah lainya yang bersifat organik [2]. Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Serabut sawit
Biomassa mudah ditemukan dalam kehidupan ukurannya relatif pendek, sesuai dengan ukuran
sehari-hari baik dalam bidang pertanian, mesocarp buah sawit. Serabut adalah bahan
peternakan, perkebunan, dan dari limbah- bakar padat yang bebentuk seperti rambut,
limbah lainya yang bersifat organik [3]. apabila telah mengalami proses pengolahan
Biomassa adalah istilah yang digunakan untuk berwarna coklat muda, serabut ini terdapat
menggambarkan semua bahan organik yang ada dibagian kedua dari buah kelapa sawit setelah
dipermukaan bumi seperti halya kayu rumput kulit buah kelapa sawit. didalam serabut dan
laut, limbah dari kotoran hewan dan lain-lain, daging buah sawit Crude Palm Oil (CPO)
biomassa bersifat ramah lingkungan, bersih, terkandung [10].
murah dan berguna sebagai bahan bakar [4].
Salah satu pemanfaatan biomassa yang 1.3 Briket
sederhana adalah pembuatan briket. Briket
dapat dihasilkan dari berbagai limbah padat Briket adalah produk hasil proses pemadatan
salah satunya fiber kelapa sawit [5]. Briket residu biomassa yang digunakan sebagai bahan
dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga bakar dan dicetak dengan menggunakan
maupun dalam bentuk-bentuk energi alternatif perekat. Briket dari biomassa memiliki nilai
lainya, dan energi alternatif yang dihasilkan kalor yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi
tersebut diharapkan memiliki kualitas dan kualitas briket adalah komposisi bahan baku dan
terbuat dari bahan baku terbaharukan dan waktu karbonisasi [11]. Briket merupakan
memiliki nilai ekonomis yang murah [6]. Briket bahan bakar padat yang terbuat dari limbah
merupakan bahan bakar yang berwujud padat organik limbah pabrik maupun dari limbah
dan berasal dari sisa-sisa bahan organik atau perkotaan. Bahan bakar padat ini merupakan
limbah organik [7]. Limbah organik tersebut bahan bakar alternatif atau merupakan
yang diolah menjadi briket arang di bentuk dan pengganti bahan bakar minyak yang paling
dikemas dalam kemasan yang menarik yang murah dan sangat memungkinkan untuk

SINTEK JURNAL, Vol. 16 No. 2, Desember 2022


DOI: 10.24853/sintek.16.2.82-91 83
dikembangkan secara massal dalam waktu yang pembuatan briket adalah bahan yang
relatif singkat mengingat teknologi dan mengandung selulosa.
peralatan yang digunakan relatif sederhana b. Semakin tinggi kandungan selulosa pada
[6][12]. Limbah biomassa yang semakin bahan pembuatan briket tersebut maka akan
meningkat dan sangat mudah ditemukan. Hal ini semakin baik kualitas briket yang akan
menjadi salah satu alternatif untuk di jadikan dihasilkan, briket yang mengandung zat
sumber energi briket. Syarat briket yang baik
terbuang terlalu tinggi cenderung
adalah briket yang memiliki permukaan yang
mengeluarkan asap dan bau tidak sedap.
halus dan tidak meninggalkan noda hitam atau
bekas pada saat bersentuhan dengan benda lain. c. Memerlukan bahan perekat yang digunakan
Selain itu kriteria briket antara lain sebagai untuk merekatkan partikel-partikel zat pada
berikut [13]: proses pembuatan briket maka diperlukan
zat perekat sehingga dihasilkan briket yang
a. Muda menyala Tidak mengeluarkan asap. kompak.
b. Emisi gas hasil dari pembakaran tidak
mengandung racun 1.4 Karbonisasi (Proses Pengarangan)
c. Briket jika disimpan dalam jangka waktu
lama tidak berjamur Pembakaran adalah suatu reaksi atau
d. Menunjukkan upaya laju pembakaran yang perubahan kimia apabila bahan mudah terbakar
baik (waktu, laju pembakaran, dan suhu (combustile material) bereaksi dengan oksigen
pembakaran) atau bahan pengoksida lain secara eksotermik.
Masalah yang berhubungan dengan
Tabel 1. Kualitas Briket Sesuai Standar Nasional pembakaran adalah kadar air, berat jenis (bulk
Indonesia (SNI 01-6235-2000) density), kadar abu dan kadar volatile matter.
No Parameter Kadar Kadar air yang tinggi dapat menyulitkan
1. Kadar air Maksimal 8% penyalaan dan mengurangi temperatur
2. Kadar abu Maksimal 8% pembakaran. Kadar volatile matter yang tinggi
3. Kadar volatile meter Maksimal 15%
pada limbah pertanian mengindikasikan bahwa
4. Nilai kalori Minimal 5000 kal/g limbah pertanian mudah menyala dan terbakar,
walaupun pembakaran lebih cepat dan sulit
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat dikontrol [5]. Karbonisasi adalah proses
briket arang adalah berat jenis bahan bakar atau pemecahan / penguraian selulosa menjadi
berat jenis serbuk arang yang digunakan, karbon pada suhu berkisar 275 ͦ C [15]. Dengan
kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, dan proses karbonisasi nilai kalor yang sihasilkan
tekanan pada saat dilakukanya pencetakan pada dapat mencapai 25-30 MJ/kg, sedangkan proses
briket arang tersebut. Mutu pada briket juga non karbonisasi hanya menghasikan nilai kalor
dipengaruhi oleh jenis bahan perekat dan sekitar 15 MJ/kg [14] [16].
banyaknya campuran perekat yang digunakan.
Semakin tinggi komposisi perekat yang 1.5 Perekat (Tapioka)
digunakan maka nilai kalor yang dihasilkan
akan semkain rendah dan kadar air yang Dengan pemakaian bahan perekat maka
dihasilkan juga akan semakin rendah pula, tekanan akan jauh lebih kecil bila dibandingkan
tetapi berat jenis dan kepadatan energi yang dengan briket tanpa memakai perekat.Dengan
dihasilkan dari briket tersebut akan semakin adanya penggunaan bahan perekat maka ikatan
rendah[14] Adapun faktor faktor yang harus antar partikel semakin kuat, butiran- butiran
diperhatikan dalam proses pembuatan briket arang akan saling mengikat yang menyebabkan
adalah: air terikat pada pori- pori arang. Penggunaan
bahan perekat dimaksudkan untuk menahan air
a. Bahan baku briket dapat dibuat dari dan membentuk tekstur yang padat atau
bermacam-macam bahan baku oraganik dan mengikat dua substrat yang direkatkan. Dengan
dapat diperbaharui seperti ampas tebu, adanya bahan perekat maka susunan partikel
sekam padi, serbuk gergaji, dan limbah makin baik, teratur dan lebih padat sehingga
pertanian dan perkebunan. Bahan utama dalam proses pengempaan keteguhan tekanan
arang briket akan semakin baik [17].

SINTEK JURNAL, Vol. 16 No. 2, Desember 2022


DOI: 10.24853/sintek.16.2.82-91 84
tetapi berat jenis dan kepadatan energi yang
Perekat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu dihasilkan dari briket tersebut akan semakin
[18]: rendah [14].
Karakteristik pembakaran pada briket adalah:
a. Perekat organik, merupakan perekat yang a. Laju pembakaran briket semakin tinggi
efektif, tidak terlalu mahal dan dengan semakin tingginya kandungan
menghasilkan abu yang relatif sedikit. senyawa yang mudah menguap (volatile
Contoh perekat organik adalah rice waste matter).
(limbah nasi), kanji, dan tar. b. Biobriket dengan nilai kalor yang tinggi
b. Perekat anorganik, merupakan perekat yang dapat mencapai suhu pembakaran yang
tinggi dan pencapaian suhu optimumnya
dapat menjaga ketahanan briket dalam
cukup lama.
proses pembakaran, sehingga briket menjadi
c. Semakin besar kerapatan (density) biobriket
tahan lama. Selain itu perekat ini juga maka semakin lambat laju pembakaran yang
memiliki daya lekat yang kuat dibandingkan terjadi. Namun, semakin besar kerapatan
perekat organik, akan tetapi biaya yang biobriket menyebabkan semakin tinggi pula
dikeluarkan lebih tinggi dan menghasilkan nilai kalornya.
abu yang lebih banyak dibandingkan perekat
organik. Perekat pabrik seperti lem Biobriket dengan nilai kalor tinggi dapat
merupakan salah satu perekat anorganik. mencapai suhu pembakaran yang tinggi dan
pencapaian suhu optimumnya cukup lama.
Pada proses pembuatan briket umumnya Semakin besar kerapatan (density) biobriket
memerlukan perekat dan memiliki peran yang maka semakin lambat laju pembakaran yang
cukup besar. Berdasarkan penelitian. terjadi, namun semakin besar kerapatan
menunjukkan semakin besar persentasi bahan biobriket akan menyebabkan semakin tinggi
perekat, maka semakin tinggi pula kadar air dan pula nilai kalornya [20].
kadar abunya, sehingga nilai kalornya menurun.
Pada penelitian ini menggunakan perekat 1.7 Kadar Air
organik yaitu tapioca / tepung kanji selain
karena mudah di peroleh juga mudah dalam Kadar air sangat menentukan kualitas dari
proses pembuatanya [18]. Penggunaan bahan arang yang dihasilkan. Arang dengan kadar air
perekat dimaksud untuk menahan air dan yang rendah akan memilki nilai kalor yang
membentuk struktur yang padat atau mengikat tinggi. Semakin tinggi kadar air maka semakin
dua substrat yang direkatkan. Dengan adanya banyak kalor yang dibutuhkan untuk
bahan perekat maka susunan partikel semakin mengeluarkan air agar menjadi uap sehingga
baik, teratur dan lebih padat, sehingga dalam energi yang tersisa dalam arang akan semakin
proses pengempaan keteguhan tekanan arang lebih kecil [21]. Kandungan air yang tinggi akan
briket akan semakin baik [19]. menyulitkan penyalaan dan mengurangi
temperatur pembakaran. Moisture dalam bahan
1.6 Nilai Kalor bakar padat terdapat dalam dua bentuk yaitu,
sebagai air bebas (free water) yang mengisi
Kalor adalah energi yang dipindahkan rongga pori-pori didalam bahan bakar dan
melintasi batas suatu sistem yang disebabkan sebagai air terikat (bound water) yang terserap
oleh perbedaan temperatur antara suatu sistem di permukaan ruang dalam struktur bahan bakar
dan lingkunganya. Nilai kalor pada bahan bakar [5]. Kadar air briket pada masing-masing
adalah jumlah panas yang dihasilkan atau perlakukan mengalami penurunan seiring
ditimbulkan oleh suatu gram bahan bakar dengan penambahan waktu karbonisasi. Hal ini
tersebut dengan meningkatkan temperature 1 gr dikarenakan pada proses karbonisasi yang
air dari 3,5 - 4,5 ͦ C dengan satuan kalori [20]. semakin lama terjadi proses penguapan air adan
Semakin tinggi komposisi perekat yang penguraian dari komponen yang terdapat di
digunakan maka nilai kalor yang dihasilkan dalam fiber kelapa sawit yaitu selulosa, dan
akan semkain rendah dan kadar air yang lignin. Selain itu arang hasil dari proses
dihasilkan juga akan semakin rendah pula, karbonisasi mempunyai kemampuan menyerap
air menyerap air yang besar dari udara

SINTEK JURNAL, Vol. 16 No. 2, Desember 2022


DOI: 10.24853/sintek.16.2.82-91 85
disekelilingnya yang dipengaruhi oleh luas Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
permukan dan pori-pori pada arang dari briket pembakaran pada briket adalah karbon terikat
tersebut [23]. yang terkandung didalam briket tersebut,
dimana semakin tinggi kadar karbon yang
1.8 Kadar Abu terikat maka pembakaran briket akan semakin
baik. Hal ini disebabkan semakin banyaknya
Abu merupakan bagian yang tersisa dari unsur karbon dalam suatu bahan briket maka
proses pembakaran yang sudah memiliki unsur akan semakin banyak pula karbon yang akan
nilai karbon dan nilai kalor. Unsur-unsur yang bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan
terkandung dalam abu hasil pembakaran briket pembakaran yang semakin baik. Faktor-faktor
diantaranya adalah, zat mineral, kalsium yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar
kalium, magnesium, dan silika. Kadar abu yang padat, antara lain [26]:
semakin tinggi akan menyebabkan kualitas
briket yang semakin rendah karena kadar abu a. Ukuran partikel Partikel yang lebih kecil
yang terlalu tinggi dapat menurunkan nilai kalor ukuranya akan cepat terbakar.
akibat silika yang terkandung di dalam abu b. Kecepatan aliran udara Laju pembakaran
[6][23]. Penetapan kadar abu dilakukan untuk briket akan naik dengan adanya kenaikan
mengetahui kandungan oksida logam dalam kecepatan aliran udara dan kenaikan
arang aktif. Abu yang terkandung dalam bahan temperatur.
bakar padat adalah mineral yang tidak dapat
c. Jenis bahan bakar Jenis bahan bakar akan
terbakar dan tertinggal setelah proses
menentukan karakteristik bahan bakar.
pembakaran atau reaksi-reaksi yang
menyertainya selesai. Abu berperan Karakteristik tersebut antara lain kandungan
menurunkan mutu bahan bakar karena dapat volatile matter dan kandungan moisture.
menurunkan nilai kalor pada briket tersebut d. Temperatur udara pembakaran Kenaikan
[24]. temperatur pambakaran menyebabkan
semakin pendeknya waktu pembakaran.
1.9 Waktu Bakar Seingga menyebabkan laju pembakaran
meningkat.
Kadar air sangat menentukan kualitas dari
arang yang dihasilkan. Arang dengan kadar air Pengujian laju pembakaran adala proses
yang rendah akan memilki nilai kalor yang pengujian dengan cara membakar briket untuk
tinggi. Semakin tinggi kadar air maka semakin mengetahui lama nyala suatu bahan bakar,
banyak kalor yang dibutuhkan untuk kemudian menimbang massa briket yang
mengeluarkan air agar menjadi uap sehingga terbakar. Lamanya waktu penyalaan dihitung
energi yang tersisa dalam arang akan semakin menggunakan stopwatch dan massa briket
lebih kecil. Kandungan air yang tinggi akan ditimbang dengan timbangan digital.
menyulitkan penyalaan dan mengurangi
temperatur pembakaran.Hal ini akan 2. METODOLOGI
mempengaruhi pada waktu bakar pada briket
yang dihasilkan [6]. Metode Penelitian yang dilakukan oleh
penulis dimulai dengan mempersiapkan alat dan
1.10 Laju Pembakaran bahan baku untuk pembuatan briket dari fiber
mesocarp kelapa sawit. Adapaun gambar skema
Laju pembakaran briket menggambarkan proses dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
berkurangnya bobot briket permenit selama
proses pembakaran berlangsung. Pengurangan
bobot briket yang semakin cepat menyebabkan
laju pembakaran yang semakin besar sehingga
waktu menyala briket akan semakin singkat
[5][25].

SINTEK JURNAL, Vol. 16 No. 2, Desember 2022


DOI: 10.24853/sintek.16.2.82-91 86
arang dengan mempergunakan ukuran 60 mesh.
Arang fiber mesocarp kelapa sawit , kemudian
Mulai
dicampurkan dengan bahan perekat
mempergunakan tepung tapiokoa sebanyak 100
gr , dengan memberikan beberapa variabel yang
berbeda dari bahan pengencernya. Bahan
Pembersihan dan pengeringan (oven 12 pengencernya adalah air. Setelah arang fiber
jam suhu 105°C mesocarp dan bahan perekat dicampurkan
secara merata, kemudian dilakukan proses
pencetakan dengan ukuran berdiameter 6,5 cm
dan tinggi 2,5 cm. Setelah dicetak, kemudian
Karbonisasi selama ± 1,5 jam dilakukan pengeringan menggunakan panas
sinar matahari selama 24 jam. Proses
selanjutnya adalah mengukur beberapa variabel
dari arang briket fiber mesocarp dan melakukan
analisa hasil penelitian.
Penyaringan hasil arang ( 60 mesh)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam proses pembuatan briket dari fiber


mesocarp kelapa sawit, penulis
Pengadonan 100 gr dengan 150 ml 200 ml mempergunakan bahan baku mesocarp kelapa
& 300 ml pelarut sawit dengan berat 100 gr dan bahan perekat
tepung tapioka seberat 50 gr. Tepung tapioka
yang akan dilakukan sebagai bahan perekat
dicampurkan air dengan beberapa variabel 150
ml, 200 ml, dan 300 ml. Adapun hasil
Pencetakan (D: 6,5 cm t: 2,5 cm) pembuatan briket fiber mesovcarp kelapa sawit
dapat dilihat pada gambar 2.

Pengujian kadar air, kadar abu, waktu


bakar, laju bakar

selesai

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Pada proses ini peneliti melakukan


mempersiapkan bahan baku fiber mesocarp Gambar 2. Briket Fiber Mesocarp Kelapa Sawit
kelapa sawit yang kemudian dilakukan
pembersihan dari kotoran, bagian lain yang 3.1 Kadar Air
terikut (batang, pelepah, batu, kotoran) dan
proses pengeringan mempergunakan oven Peneliti melakukan penguji kadar air untuk
selama 12 jam pada temperatur 105ᵒC. mengetahui berapa banyak kandungan air yang
selanjutnya dilakukan pembakaran fiber berada di dalam briket. Semakin banyak
mesocarp kelapa sawit sehingga menjadi arang kandungan air, akan meberikan nilai kalor yang
dengan waktu pembakaran sekitar ± 1,5 jam. tidak baik. Adapun hasil pengujian kadar air
Setelah fiber mesocarp menjadi arang secara dapat dilihat pada gambar 3.
merata, maka dilakukan penyaringan hasil

SINTEK JURNAL, Vol. 16 No. 2, Desember 2022


DOI: 10.24853/sintek.16.2.82-91 87
Pengujian Kadar Ait Briket Fiber Pengujian Kadar Abu Briket
Mesocarp Mesocarp
Kadar Air (%) Kadar Abu (%)
Perekat (gr)
Perekat (gr)
Arang (gr)
Arang (gr) Pelarut (ml)
Pelarut (ml)
0 50 100 150 200 250 300 350
0 100 200 300 400 Pelarut (ml) Arang (gr) Perekat (gr) Kadar Abu (%)
Series3 300 100 50 16.84
Pelarut (ml) Arang (gr) Perekat (gr) Kadar Air (%)
Series3 300 100 50 5.2 Series2 200 100 50 11.28
Series2 200 100 50 5.6 Series1 150 100 50 22.52
Series1 150 100 50 7.6
Series3 Series2 Series1
Series3 Series2 Series1

Gambar 3. Pengujian Kadar Air Briket Fiber Gambar 4. Hasil Pengujian Kadar Abu Briket
Mesocarp Mesocarp

Gambar di atas adalah hasil penelitian Dari hasil penelitian yang ditunjukkan pada
dari briket yang telah dibuat. Gambar tersebut grafik di atas, menunjukkan bahwa pada pelarut
menunjukkan bahwa penggunaan pelarut yang 150 ml menghasilkan kadar abu yang lebih
semakin banyak pada perekat briket akan tinggi dari pada pada pelarut 200 ml dan 300 ml,
mempengaruhi persen (%) kadar air pada briket dan dari pengujian di atas menunjukkan bahwa
yang dihasilkan. Pada grafik di atas semakin rendah pelarut yang digunakan maka
menunjukkan bahwa kadar air pada pelarut 300 semakin tinggi kadar abu yang di hasilkan. Hal
ml lebih kecil dari pada kadar air pada pelarut ini juga di pengaruhi oleh kerapatan pada briket.
200 dan 150 ml. Kadar air pada briket kerapatan briket dipengaruhi oleh banyaknya
meningkat jika dibandingkan dengan bahan jumlah pelarut pada perekat briket. Tingginya
baku sebelum proses pembuatan briket, hal kadar abu juga dipengaruhi oleh proses
tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari karbonisasi yang belum optimal. Kadar abu
tepung tapioka yang digunakan sebagai perekat. yang semakin tinggi akan menyebabkan
Tapioka memiliki sifat higroskopis terhadap air kualitas briket yang semakin rendah karena
di udara sehingga briket yang dihasilkan mampu kadar abu yang terlalu tinggi dapat menurunkan
menyerap molekul air dengan baik. Briket yang nilai kalor akibat silika yang terkandung di
memiliki kadar air yang tinggi akan mudah dalam abu. Semakin tinggi kadar abu yang
hancur, sukar untuk menyala, dan akan mudah terdapat pada briket akan mempengaruhi pada
ditumbuhi jamur. Pada saat penambahan laju pembakaran yang disebabkan mudahnya
perekat pada briket arang yang semakin tinggi transfer panas kebagian dalam briket dan difusi
akan menyebabkan briket memiliki nilai oksigen pada permukaan briket arang selama
kerapatan yang semakin tinggi sehingga pori- proses pembakaran serta tingginya kadar abu
pori briket akan semakin kecil dan pada saat dapat menghasilkan emisi debu yang akan
briket dikeringkan air yang tertangkap di pori- menyebabkan polusi udara dan akan
pori briket akan sukar menguap. mempengaruhi volume pembakaran pada briket
tersebut.
3.2 Kadar Abu
3.3 Waktu Bakar
Peneliti melakukan proses pengujian kadar
abu dari briket fiber mesocarp kelapa sawit. Pengujian yang dilakukan oleh peneliti yaitu
Hasil pengujian kadar abu dari briket kelapa waktu bakar briket fiber mesocarp kelapa sawit.
sawit dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini. Adapun hasil pengujian ini dapat diperlihatkan
pada gambar 5.

SINTEK JURNAL, Vol. 16 No. 2, Desember 2022


DOI: 10.24853/sintek.16.2.82-91 88
Pengujian Waktu Bakar Briket Pengujian Laju Bakar Briket
Mesocarp Mesocarp
Waktu Bakar (menit) Laju Bakar (%)
Perekat (gr) Perekat (gr)
Arang (gr)
Arang (gr)
Pelarut (ml)
Pelarut (ml)
0 100 200 300 400
0 100 200 300 400
Waktu Bakar
Pelarut (ml) Arang (gr) Perekat (gr)
(menit) Pelarut (ml) Arang (gr) Perekat (gr) Laju Bakar (%)
Series3 300 100 50 64 Series3 300 100 50 0.36
Series2 200 100 50 77 Series2 200 100 50 0.38
Series1 150 100 50 143 Series1 150 100 50 0.21

Series3 Series2 Series1 Series3 Series2 Series1

Gambar 5. Pengujian Briket Waktu Bakar Gambar 6. Pengujian Laju Bakar

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan Dari hasil penelitian dalam gambar grafik 6
dapat ditunjukkan pada gambar grafik 5 di atas. diatas menyatakan bahwa pada pelarut 200 ml
Gambar 5 menunjukkan bahwa berat sampel lebih cepat proses laju pembakaranya dari pada
yang di uji mempengaruhi waktu bakar pada sampel 150 ml dan 300 ml, pada sampel yang
briket yang dihasilkan. Pada sampel pelarut 150 lebih rendah pelarutnya lebih lama proses laju
ml menghasilkan waktu bakar lebih lama bakarnya. hal ini di pengaruhi oleh beberapa
dengan dibandingkan dengan pelarut 200 ml faktor yaitu kadar air, karbon, nilai kalor, dan
dan 300 ml . Hal ini juga di pengaruhi oleh juga kerapatan pada briket yang dibakar. Hal ini
kerapatan pada briket yang disebabkan oleh disebabkan oleh kerapatan briket tersebut.
banyaknya pelarut dan perekat yang digunakan
pada saat proses pembuatan briket tersebut. Laju pembakaran briket menggambarkan
Sehingga akan mempengaruhi pada waktu berkurangnya bobot briket permenit selama
bakar briket. proses pembakaran berlangsung. Pengurangan
bobot briket yang semakin cepat menyebabkan
Kadar air dalam briket sangat mempengaruhi laju pembakaran yang semakin besar sehingga
kualitas dari briket yang dihasilkan. Semakin waktu menyala briket akan semakin singkat.
rendah kadar air yang terdapat pada briket maka
nilai kalor dan daya pembakaran pada briket 4. KESIMPULAN
akan semakin tinggi dan juga sebaliknya
semakin tingggi kadar air yang terdapat pada Hasil penelitian pembuatan briket
briket maka nilai kalor dan daya pembakaran menggunakan fiber mesocarp kelapa sawit
pada briket tersebut akan semakin rendah dan dengan perekat tapioka yang menggunakan
proses pembakaran akan semakin sulit.semakin metode perbandingan pelarut pada perekatnya
rendah pelarut yang digunakan maka semakin yaitu150 ml, 200 ml dan 300 ml yang telah
tinggi kerapatan pada briket yang dihasilkan. dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa : pembuatan arang briket fiber mesocarp
3.4 Laju Bakar kelapa sawit dengan arang 100 gr dan perekat
50 gr memberikan parameter pengujian Kadar
Peneliti melakukan proses pengujian Laju Air, Kadar Abu, serta Waktu Bakar yang tinggi
Bakar pada briket fiber mesocarp kelapa sawit pada pelarut 150 ml (7,6% ; 22,52% ; dan 143
dan hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada menit). Pengujian laju bakar pada pelarut 150
gambar 6 di bawah ini. ml adalah paling rendah dibandingkan dengan
pelarut 200 ml dan 300 ml.

SINTEK JURNAL, Vol. 16 No. 2, Desember 2022


DOI: 10.24853/sintek.16.2.82-91 89
Sengon," TEKNIK, Vol. 38, No. 2, Pp. 76-80,
DAFTAR PUSTAKA Dec. 2017.
[12] Suhartoyo, Sriyanto Sriyanto, Effektifitas
[1] Istianto Budhi Rahardja, Wibowo Paryatmo, Briket Biomassa, Prosiding Snatif, 2017.
(2017). Analisa Dan Optimasi Sistem Pltgu [13] Standar Nasional Indonesia , (2000). Kualitas
Biomassa Gas Metan Dengan Daya 20 MW, Briket, SNI 01-6235-2000.
Jurnal Teknologi, Universitas Muhammadiyah [14] Maliadin Lafose, (2019) Pengaruh Komposisi
Jakarta, Vo.9, No.2, 2017,P. 65-76. Perekat Terhadap Karakteristik Termal Briket
[2] Mochammad Sahri, Fachrudin, Sabar Arang Kulit Biji Buah Jarak. Thesis,
Setiawidayat, (2019) Rancang Bangun Universitas Halu Oleo.
Purwarupa Pembangkit Listrik Tenaga [15] Fajriatun Hasanah, (2020). Pembuatan Dan
Biomassa, Proton, Vol. 11 No. 2 , 2019/Hal. 78- Karakterisasi Briket Campuran Kulit Durian
84 (Durio Zibethinus Murr) Dan Tempurung
[3] Cangara, M. Khairul Omaryadi (2020) Rancang Keluwak (Pangium Edule) Sebagai Bahan
Bangun Kompor Biomassa Portabel Penghasil Bakar Alternatif, Unesa Journal Of Chemistry,
Energi Listrik Berbasis Thermoelectric Vol.9 No.2 (2020), P. 128-136.
Generator. Skripsi-S1 Thesis, Universitas [16] Syafii, Andi Muhammad, (2020). Produksi
Hasanuddin. Silika Xerogel Berbahan Baku Limbah Jerami
[4] Resti Ayu Widyarini, (2018). Analisis Sifat- Padi Berbantukan Metode Pirolisis Dan
Sifat Penyalaan Dan Pembakaran Briket Metode Ekstraksi Sol-Gel, Disertasi Dan
Campuran Biomassa Sekam Padi Dan Bonggol Thesis, Universitas Pertamina.
Jagung, Skripsi, Universitas Padjajaran [17] Budhi Indrawijaya, (2020). Pembuatan Briket
Bandung. Dari Kulit Buah Mahoni Dengan Variasi Jenis
[5] M Rifqi Aziz, Ahdiat Leksi Siregar, Azhar Dan Konsentrasi Perekat, Jurnal Ilmiah Teknik
Basyir Rantawi, Istianto Budhi Rahardja, Kimia, Vol. 4 NO 2 (2020), P. 68-74.
(2019). Pengaruh Jenis Perekat Pada Briket [18] Ricky Herjunata, Shafira Ratna Noviandini, Siti
Cangkang Kelapa Sawit Terhadap Waktu Diyar Kholisoh, (2020). Pengaruh Variasi
Bakar, Prosiding Semnastek 2019, Universitas Perekat Pada Briket Berbahan Limbah
Muhammadiyah Jakarta. P. 1-9. Tempurung Kelapa, Seminar Nasional Teknik
[6] Renny Eka Putri, Andasuryani Andasuryani, Kimia Kejuangan. J11, 2020.
(2017). Studi Mutu Briket Arang Dengan [19] Guna Bangun Persada *A, Putty Yunesti,
Bahan Baku Limbah Biomassa, Jurnal (2020). Pengaruh Temperatur, Komposisi
Teknologi Andalas, Vol. 21. No 2, (2017), P. Bahan Cangkang Inti Kelapa Sawit Dan
143-151. Konsentrasi Perekat Pada Karakteristik
[7] Izzati, Kharisma, M. Mujiburohman, Briket Komersial Dari Tempurung Kelapa
Kusmiyati, And , Eni Sawit, PERSADA Et Al., Journal Of Science
Budiyati (2018) Pemanfaatan Limbah Padat And Applicative Technology Vol. 4 (2), 2020,
Industri Serbuk Gergaji Kayu Menjadi Briket Pp. 126-132
Sebagai Salah Satu Energi Alternatif. Skripsi [20] Hendri Nurdin, Hasanudin, Darmawi, (2018).
Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Karakteristik Nilai Kalor Briket Tebu Tibarau
[8] Fardhan Arkan, (2017). Pemanfaatan Sebagai Bahan Bakar Alternatif, INVOTEK:
Tempurung Kelapa Untuk Pembuatan Briket Jurnal Inovasi Vokasional Dan Teknologi, ,
Arang Sebagai Potensi Energi Baru Pengganti Vol.18, No.1 (2018), P.19-24.
Bahan Bakar Gas Di Desa Zed Kabupaten [21] Yayah Yuliah, Sri Suryaningsih, Khoirima Ulfi,
Bangka, Jurnal Pengabdian Kepada (2017). Penentuan Kadar Air Hilang Dan
Masyarakat, Universitas Bangka Belitung, Vol Volatile Matter Pada Bio-Briket Dari
4, No.2 (2017), P. 1-9. Campuran Arang Sekam Padi Dan Batok
[9] Arif Dedi Kurniawan, (2020). Pemanfaatan Kelapa, Jurnal Ilmu Dan Inovasi Fisika, Vol. 1,
Limbah Serat (Fiber) Buah Kelapa Sawit Dan No 1 (2017), P. 51-57.
Plastik Daur Ulang (Polypropylene) Sebagai [22] Siregar, Ade Erlinda, (2019). Proses Pembuatan
Material Komposit Papan Partikel (Particle Briket Bioarang Dari Pelepah Kelapa Sawit
Board), Vol.3, No.2 (2020) Dengan Variasi Waktu Karbonisasi Dan Rasio
[10] Adi Ruswanto, (2019). Mengenal Teknologi Perekat Sebagai Energi Baru Terbarukan,
Pengolahan Tandan Buah Sawit (TBS) Menjadi Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Minyak Kelapa Sawit, Instiper Yogyakarta. Utara.
[11] Didi Dwi Anggoro, Muhammad Hanif Dzikri [23] Ninis Hadi Haryanti, Rijali Noor, Dwi Aprilia,
Wibawa, And Moch. Zaenal Fathoni,(2017). (2018). Karakterisasi Dan Uji Emisi Briket
"Pembuatan Briket Arang Dari Campuran Campuran Cangkang Biji Karet Dan Abu Dasar
Tempurung Kelapa Dan Serbuk Gergaji Kayu

SINTEK JURNAL, Vol. 16 No. 2, Desember 2022


DOI: 10.24853/sintek.16.2.82-91 90
Batubara, Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan
[24] wan Hastiawan, (2018). Pembuatan Briket Dari
Limbah Bambu Dengan Memakai Adhesive
Pet Plastik Di Desa Cilayung, Jatinangor,
Jurnal Aplikasi Iptek Untuk Masyarakat,
Univesitas Padjajaran, Vol 7, No.3(2018), P.
154-156.
[25] Azhar Basyir Rantawi, (2019). Mengetahui
Kualitas Briket Cangkang Kelapa Sawit
Menggunakan Perekat Arpus Sebagai Energi
Alternatif, Jurnal Citra Widya Edukasi, Vol 11,
No 3 (2019), P. 217-222.
[26] Sri Suryaningsih, Otong Nurhilal, Komala
Affiyanti Affandi, (2018). Pengaruh Ukuran
Butir Briket Campuran Sekam Padi Dengan
Serbuk Kayu Jati Terhadap Emisi Karbon
Monoksida (CO) Dan Laju Pembakaran, Jurnal
Ilmu Dan Inovasi Fisika, Vol. 8. No 1, (2018),
P. 15-21.

SINTEK JURNAL, Vol. 16 No. 2, Desember 2022


DOI: 10.24853/sintek.16.2.82-91 91

Anda mungkin juga menyukai