Anda di halaman 1dari 8

Vol.2 No.

12 Mei 2022 3913


……………………………………………………………………………………………………...
PENAMBAHAN SERBUK AMPAS KOPI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN NILAI
KALOR BRIKET LIMBAH KERTAS

Oleh
Dianta Mustofa Kamal
Master's Program in Applied Manufacturing Technology, State Polytechnic of Jakarta,
Jl. Prof. Dr. G. A. Siwabessy, Kampus UI Depok 16425, Indonesia
E-mail: dianta@pnj.ac.id

Abstrak
Briket yang dihasilkan dari kertas bekas dikenal karena nilai kalorinya yang rendah. Nilai kalor
briket dari kertas bekas berada pada urutan keempat setelah limbah kayu, arang dan serbuk gergaji.
Oleh karena itu, diperlukan perbandingan komposisi campuran yang tepat untuk menghasilkan
nilai kalor yang lebih tinggi. Serbuk Ampas Kopi (SAK) dipilih sebagai bahan tambahan dalam
komposisi campuran biomassa karena SAK memiliki nilai kalor yang tinggi dan mudah
ditemukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan rasio yang tepat yang dapat
meningkatkan nilai kalor briket yang terbuat dari kertas bekas, berdasarkan pengujian dan analisis
proksimat. Ada empat komposisi sampel campuran yang digunakan dalam penelitian ini.
Komposisi campuran pertama adalah 90% kertas bekas dan 10% perekat; yang kedua adalah 70%
kertas bekas, 20% SAK dan 10% perekat; komposisi campuran ketiga adalah 50% kertas bekas,
40% SAK, 10% perekat; dan komposisi campuran keempat meliputi 30% kertas bekas, 60% SAK
dan 10% perekat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar rasio SAK yang digunakan
dalam komposisi akan menghasilkan nilai kalor yang lebih tinggi hanya saja briket semakin rapuh.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa briket mencapai performa terbaiknya pada komposisi
campuran 40% SAK. Pada rasio yang diusulkan, briket tidak rapuh, dan menghasilkan nilai kalori
5,366 kkal/kg; 6,58% kadar air; 5,37% kadar abu; 28,28% dari bahan yang mudah menguap; dan
8,91% dari indeks pecah. Oleh karena itu, komposisi yang dipelajari dapat dipertimbangkan untuk
menghasilkan briket biomassa yang paling efisien yang terbuat dari kertas bekas.
Kata Kunci: Biobriket, Nilai Kalor, Ampas Kopi

PENDAHULUAN Salah satu cara untuk mengurangi


Kebutuhan energi dari sektor industri, ketergantungan penggunaan bahan bakar fosil
transportasi, dan komersial terus meningkat dan mengatasi krisis lingkungan yaitu dengan
tiap tahunnya seiring dengan bertambahnya mengimbangi persediaan energi alternatif yaitu
jumlah penduduk dan pertumbuhan di bidang biomassa. Biomassa merupakan energi
ekonomi. Eksploitasi bahan bakar fosil secara terbarukan yang bersumber dari bahan limbah
besar-besaran terjadi akibat dari organik hasil penguraian daun, ranting, kotoran
ketergantungan masyarakat terhadap hewan, limbah kehutanan, dan limbah pertanian
penggunaan bahan bakar tersebut yang [2]. Pemanfaatan biomassa sebagai energi
berdampak kepada semakin rusaknya kondisi alternatif dapat dilakukan dengan berbagai
bumi. Selain itu, meningkatnya penggunaan proses, salah satunya dengan konversi
bahan bakar fosil akan menyebabkan termokimiawi. Konversi energi biomassa
berkurangnya cadangan minyak bumi yang secara termokimiawi akan menghasilkan panas
akan membuat harga bahan bakar menjadi naik dan listrik dengan menggunakan bahan bakar
di kemudian hari [1]. padat, cair, dan gas [3].

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3914 Vol.2 No.12 Mei 2022
………………………………………………………………………………………………………
Kertas merupakan salah satu limbah cukup banyak ditemui dan dapat menimbulkan
yang sering ditemui di lingkungan karena bau yang tidak sedap apabila tidak diperlakukan
penggunaannya yang masih cukup banyak dengan benar. Penambahan serbuk ampas kopi
dipakai pada institusi pemerintah maupun ke dalam campuran briket kertas guna
korporasi contohnya dalam pengarsipan meningkatkan nilai kalor briket karena
dokumen. Pada tahun 2019, jumlah konsumsi kandungan kalor kulit kopi dan serbuk ampas
kertas di Indonesia mencapai 13,6 juta ton. Dari kopi memiliki nilai yang cukup tinggi yaitu
data komposisi sampah yang tercatat di sebesar 6.983 kcal/kg [7].
Indonesia berdasarkan jenisnya pada jenjang
waktu 2019 dan 2020, kertas merupakan salah LANDASAN TEORI
satu yang menyumbang produksi sampah. Biomassa atau dikenal sebagai
Selain itu, dalam rentang waktu satu tahun bioresource merupakan semua bahan organik
konsumsi kertas meningkat sebesari 0,57% dari yang berasal dari tanaman hijau yang
11,4% di tahun 2020 [4]. Menurut Suwardi molekulnya sudah rusak setelah mengalami
(2021) “Pengolahan limbah masih proses pencernaan, pembakaran, atau
menggunakan metode landfill konvensional, dekomposi. Energi kimia dari biomassa akan
yaitu sampah-sampah tersebut hanya tersimpan di bahan organik tersebut yang
ditampung sementara dan kemudian akan kemudian dapat dimanfaatkan menjadi sumber
diangkut dan dikumpulkan ke TPA setempat”. energi alternatif. Salah satu sumber energi yang
Limbah kertas tersebut masih dapat utama bagi umat manusia adalah biomassa
ditingkatkan nilai gunanya dengan cara dengan perkiraaan untuk berkontribusi
pengolahan yang baik, seperti dijadikan briket. terhadap keberlangsungan hidup sebesar 10-
Briket merupakan sumber energi 14% dari pasokan energi dunia [8]. Satu faktor
terbarukan dengan bahan padat yang berasal penting yang menjadi pertimbangan
dari hasil konversi energi biomassa untuk penggunaan energi biomassa yaitu untuk
mempertahankan nyala api. Briket yang membantu mengurangi penggunaan bahan
diproduksi dari bahan-bahan biomassa disebut bakar fosil yang mana merupakan salah satu
dengan biobriket [5]. Biobriket yang dipakai penyumbang terbesar terjadinya pemanasan
sebagai bahan bakar alternatif akan memiliki global. Secara spesifik, bahan organik yang
karakteristik yang berbeda-beda tergantung termasuk biomassa yaitu kayu, serbuk gergaji,
bahan utama pembuatan, ukuran partikel, eceng gondok, batok kelapa, serabut kelapa,
campuran yang dipakai dan juga persentase sekam padi, sampah dapur, kotoran hewan,
jumlah perekatnya. Kualitas dari biobriket kayu putih, kelapa sawit, tebu, kopi, dan kakao
dapat dapat dinilai baik sesuai dengan standar [9].
mutu briket SNI yaitu briket dengan nilai kalor Salah satu sumber pemasok energi
dan lama pembakaran yang tinggi serta kadar biomassa adalah sampah. Menurut
air yang rendah. Kementerian Lingkungan Hidup dan
Pembuatan biobriket akan melalui Kehutanan, pada tahun 2020 total produksi
beberapa tahapan yaitu pencacahan menjadi sampah nasional mencapai 67,8 juta ton.
partikel yang lebih kecil, pengarangan, Menurut Suwardi (2021), pengelolaan limbah
penyaringan dengan ukuran 60 mesh, masih belum dilakukan secara maksimal,
pencampuran dengan perekat, pencetakan, dan “Pengolahan limbah masih menggunakan
pengeringan [6]. Komposisi yang dipakai untuk metode landfill konvensional, yaitu sampah-
pembuatan biobriket ini menggunakan serbuk sampah tersebut hanya ditampung sementara
ampas kopi dan perekat berupa tepung tapioka. dan kemudian akan diangkut dan dikumpulkan
Serbuk ampas kopi merupakan limbah yang ke TPU setempat”. Dengan mengolah sampah
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.12 Mei 2022 3915
……………………………………………………………………………………………………...
berdasarkan sifatnya, pemanfaatan sampah
terhadap produksi biomassa akan semakin
maksimal.
Pirolosis merupakan proses konversi
energi biomassa bahan padat tanpa
menggunakan oksigen dengan tujuan
menghilangkan kandungan zat terbang karbon.
Produk yang dihasilkan dari teknologi konversi Gambar 1. Sampel yang akan diuji
pirolisis dapat berbentuk padatan, cair, dan gas. Kemudian semua sampel tersebut diuji
Bahan bakar padat yang dihasilkan dari proses besarnya nilai kalor, kadar air (moisture
pirolisis berupa arang (char) yang disebut content), kadar abu (ash content), kadar zat
dengan karbonisasi. Karbonisasi akan menguap (volatile matter), dan keteguhan fisik
melepaskan zat yang mudah terbakar seperti. (dengan metode shatter index briket) kemudian
Karbonisasi dilakukan untuk meningkatkan membandingkan hasil pengujian dengan
nilai kalor biomassa yang dapat digunakan standar SNI briket No. 01-6235-2000.
untuk pembakaran dengan hasil yang bersih dan
sedikit kandungan asap. Proses pirolisis HASIL DAN PEMBAHASAN
biomassa menghasilkan nilai kalor dan efisiensi Nilai Kalor
yang lebih tinggi dibandingkan pembakaran Nilai kalor atau heating value suatu bahan
secara langsung [10]. bakar merupakan jumlah panas yang diperoleh
Dalam metode konversi biomassa atau dihasilkan dengan menggunakan
pirolisis, salah satu bahan bakar yang dapat pembakaran yang sempurna. Untuk
dihasilkan adalah biobriket. Penelitian menghitung nilai kalor dari suatu bahan bakar
biomassa menggunakan jerami padi dan digunakan alat yang bernama bom kalorimeter.
tongkol jagung dengan menggunakan proses Penggunaan bom kalorimeter untuk pengujian
pirolisis pada temperatur 250 – 450 °C nilai kalor dilakukan dengan membakar sedikit
menghasilkan bioarang dengan kadar karbon sampel bahan bakar dengan temperatur udara
dan nilai kalor yang meningkat [11]. Jumlah normal dan volume yang tetap.
arang yang dihasilkan untuk dibuat menjadi Nilai Kalor
biobriket bergantung pada komposisi awal 5,219 5,366 5,605
6,000
bahan organik yang dipakai. Arang yang sedikit
3,483
dihasilkan karena kandungan zat volatile matter 4,000
yang semakin banyak.
2,000

METODE PENELITIAN 0
Metode penelitian yang dilakukan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4
adalah dengan menguji empat buah sampel Nilai Kalor (kkal/kg) Standar SNI (kkal/kg)

dengan komposisi limbah kertas dan ampak Gambar 2. Nilai Kalor Briket (ASTM D5865-
kopi yang berbeda-beda, yaitu: 13)
• Sampel 1 = 90% kertas : 10% perekat Pada Gambar 2 nampak hasil pengujian nilai
• Sampel 2 = 70% kertas : 20% ampas kalor terhadap empat sampel variasi komposisi
kopi : 10% perekat briket mengalami kenaikan. Nilai kalor
• Sampel 3 = 50% kertas : 40% ampas tertinggi terdapat pada variasi sampel 4
kopi : 10% perekat komposisi 30% kertas, 60% ampas kopi, dan
• Sampel 4 = 30% kertas : 60% ampas 10% perekat yaitu dengan nilai sebesar 5.605
kopi : 10% perekat kal/kg. Sedangkan nilai kalor terendah terdapat
……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3916 Vol.2 No.12 Mei 2022
………………………………………………………………………………………………………
pada sampel 1 komposisi 90% kertas dan 10% Sampel 1 memiliki nilai kadar air yang tinggi
perekat dengan nilai sebesar 3.483 kal/kg. Dari karena komposisi campuran briket yang
keempat sampel dengan variasi komposisi digunakan adalah 90% kertas dan 10% perekat.
berbeda yang diuji, nilai kalor yang memenuhi Kertas yang dipakai sebagai campuran diolah
standar SNI 01-6235-2000 briket dengan besar terlebih dahulu menjadi bubur kertas untuk
nilai kalor minimal lebih dari 5.000 kkal/kg mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil.
yaitu sampel 2, sampel 3, dan sampel 4. Sampel Kadar Abu (Ash Content)
1 belum memenuhi standar SNI karena nilai Setelah menguji kandungan kadar air yang
kalor yang dihasilkan masih dibawah 5.000 terdapat pada biobriket, selanjutnya dilakukan
kkal/kg. pengujian kadar abu. Kadar abu juga
Kadar Air (Moisture Content) berpengaruh terhadap nilai kalor suatu bahan
Kadar air akan berhubungan dengan tinggi bakar, dimana semakin banyak kadar abu yang
atau rendahnya nilai kalor yang dihasilkan. terkandung dalam bahan bakar akan
Besarnya kadar air dalam bahan bakar mengurangi nilai kalor. Proses pengabuan yang
menyebabkan kalor yang dihasilkan dan daya digunakan yaitu menggunakan metode
pembakaran yang rendah. Metode pengeringan pengabuan langsung memakai temperatur
yang dilakukan untuk mengetahui besarnya pembakaran 600℃ dengan durasi selama 6 jam.
kadar air dalam penelitian ini memakai standar Kadar Abu
ASTM E871-82 yang akan berjalan selama 24
15
jam dengan temperatur 105℃. 11.77

8 8 8 8.65
8
10
5.37
Kadar Air 3.79
5
20 11.78
8 8.63
8 8
6.58 8
10 5.68 0
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4
0
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Kadar Abu (%) Standar SNI (%)

Kadar Air (%) Gambar 4. Kadar Abu (ASTM D1102-84)


Standar SNI (%)
Pada Gambar 4, terdapat dua sampel dengan
Gambar 3. Kadar Air Briket (ASTM E871-82)
nilai kadar air yang tidak sesuai standar SNI.
Pada Gambar 3 terlihat grafik
Pada sampel 1 memiliki nilai kadar abu
perbandingan hasil pengujian kadar air empat
tertinggi sebesar 11,77%. Kemudian pada
buah sampel briket dengan variasi komposisi
sampel 2 nilai kadar abu mengalami penurunan
yang berbeda. Berdasarkan hasil pengujian,
menjadi 3,79%, pada sampel 3 kadar abu
nilai kadar air tertinggi terdapat pada sampel 1
mengalami kenaikan menjadi 5,37, dan pada
sebesar 11,78%. Kemudian kadar air briket
sampel 4 kadar abu mengalami kenaikan serta
mengalami penurunan pada sampel 2, sampel 3,
melewati standar SNI dengan nilai 8,65%.
dan sampel 4 memiliki kadar air paling rendah
Selain kadar air, kadar abu juga menjadi salah
yaitu sebesar 5,68%. Besar kadar air yang
satu parameter yang penting karena tidak dapat
terkandung pada briket sesuai standar SNI 01-
terbakar dengan baik. Kadar abu yang tinggi
6235-2000 yaitu < 8%. Sampel 1 dan sampel 2
mempengaruhi besar nilai kalor yang
mencatat masing-masing memiliki kadar air
dihasilkan, pada sampel 1, kadar abu tercatat
sebesar 11,78 dan 8,63% yang mana masih
memiliki nilai yang paling tinggi.
diatas 8%. Bahan yang digunakan pada
Kadar Zat Menguap (Volatile Matter)
campuran komposisi briket juga mempengaruhi
Kadar zat menguap atau volatile matter
tinggi-rendahnya kadar air yang terkandung.
merupakan kandungan dari bahan organik yang
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.12 Mei 2022 3917
……………………………………………………………………………………………………...
dapat menguap dan dapat berpengaruh terhadap
kesempurnaan pembakaran biobriket. Untuk
menilai kandungan volatile matter dilakukan
dengan cara membandingkan kandungan
karbon dengan zat terbang dan disebut dengan
rasio bahan bakar atau fuel ratio. Dengan
dihasilkannya fuel ratio yang tinggi maka dapat
dipastikan jumlah karbon yang tidak terbakar
akan semakin banyak (Balraj, et.al., 2008).
Kadar Volatile Matter
36.74
40
30.06 28.28 27.13
30

20 15 15 15 15

10

0
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4

Kadar Volatile Matter (%) Standar SNI

Gambar 5. Volatile Matter (ASTM E872-72)


Hasil pengujian kadar zat menguap (volatile Gambar 6. Tampak Visual Biobriket Sebelum
matter) yang dapat dilihat pada Gambar 5 dan Sesudah diuji Shatter Index
tercatat keempat sampel tidak ada yang Shatter Index (%)
memenuhi standar SNI. Sampel 1 dengan 20 17.11
komposisi 90% kertas dan 10% perekat 15
memiliki kadar zat menguap paling banyak, hal 9.07 8.91
10 6.34
itu dipengaruhi oleh adanya kandungan air dari
5
kertas yang dibuat dengan bubur kertas pada
0
penelitian ini. Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4
Keteguhan Tekan (Shatter Index)
Shatter Index (%)
Pengujian keteguhan tekan briket dilakukan
untuk menentukan kekuatan suatu briket. Gambar 7. Massa Briket yang Menghilang
Briket dengan mutu yang baik memiliki sifat Metode Shatter Index (ASTM D440-86 R02)
fisik yang keras dan kuat. Pengujian ini Pada Gambar 7, massa briket sampel 1
dilakukan dengan menjatuhkan dan dengan variasi campuran 90% kertas dan 10%
membenturkan briket dari ketinggian 1,8 meter perekat yang hilang setelah dilakukan
kemudian ditimbang dengan timbangan digital pengujian shatter index yaitu sebesar 6,34%.
yang memiliki ketelitian 0,01 gram. Massa Angka tersebut mengalami kenaikan pada
briket dihitung sebelum dilakukan uji drop test sampel 2 menjadi 9.07%. Massa yang hilang
kemudian ditimbang ulang untuk mendapatkan pada sampel ketiga mengalami penurunan
berapa massa atau partikel yang hilang akibat sedikit dengan nilai 8,91% lalu terjadi kenaikan
pengujian. Gambar 6 memperlihatkan bentuk dengan nilai hampir dua kali lipat pada sampel
sebelum dan sesudah pengujian keteguhan 4 yaitu sebesar 17,11%. Dari hasil pengujian
tekan. tersebut, sampel 4 dengan komposisi 30%
kertas, 60% ampas kopi, dan 10% perekat
merupakan sampel briket yang paling rapuh,
……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3918 Vol.2 No.12 Mei 2022
………………………………………………………………………………………………………
sehingga sampel 4 merupakan sampel yang abu 5,37%, kadar volatile matter 28,28%,
sangat tidak layak sebagai briket. Hal tersebut dan hasil shatter index 8,91%.
terjadi karena ampas kopi memiliki partikel Saran
yang lebih kecil dibanding kertas. Serbuk ampas kopi yang digunakan jangan
Tabel 1 menunjukkan standar SNI melebihi 50% dari komposisi campuran briket
untuk nilai kalor, kadar air, kadar abu, dan karena partikel ampas kopi yang lebih kecil
shatter index yang dibandingkan dengan semua dibandingkan dengan kertas membuat briket
sampel. Hasil tersebut menunjukkan bahwa menjadi rapuh dan mudah hancur. Meskipun
sampel 3 dengan komposisi 40% ampas kopi dengan menambahkan serbuk ampas kopi dapat
memliki nilai yang memenuhi standar SNI. meningkatkan nilai kalor, kualitas fisik
Tabel 1. Perbandingan Hasil Pengujian daripada briket tersebut juga perlu diperhatikan
Karakteristik Briket agar nilai jual briket tidak berkurang.
Nilai Kad Kad Shatt
Nama
N Kalor ar ar er DAFTAR PUSTAKA
Samp
o Kcal/ Air Abu Index [1] I. . S. dan I. M. Suartika, “Konversi
el
kg (%) (%) (%) Energi Biomassa Kotoran Sapi Melalui
1 Samp 3.483 11,78 11,77 6,34 Rancangan Biodigester Untuk Rumah
el 1 Tangga,” J. Log., vol. 17, no. 3, pp. 164–
2 Samp 5.219 8,63 3,79 9,07 166, 2017.
el 2 [2] Y. Pan, R. A. Birdsey, O. L. Phillips, and
3 Samp 5.366 6,58 5,37 8,91 R. B. Jackson, “The Structure,
el 3 Distribution, and Biomass of the
4 Samp 5.605 5,68 8,65 17,11 World’s Forests,” Annu. Rev. Ecol. Evol.
el 4 Syst., vol. 44, pp. 593–622, 2013, doi:
5 Stand >5.00 <8 <8 - 10.1146/annurev-ecolsys-110512-
ar 0 135914.
SNI [3] I. Heriansyah, “Potensi Pengembangan
01- Energi dari Biomassa Hutan di
6235- Indonesia,” Inovasi, vol. 5/XVII, pp. 34–
2000 38, 2005.
[4] Kementerian Perindustrian Republik
PENUTUP Indonesia, “Pasar Kertas Domestik
Kesimpulan Terbuka,” Nov. 11, 2020.
a. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa [5] V. V. Sakhare and R. V. Ralegaonkar,
semakin banyak komposisi kopi yang “Use of Bio-briquette Ash for the
dipakai untuk membuat briket, maka Development of Bricks,” J. Clean.
semakin tinggi nilai kalor yang didapat Prod., vol. 112, pp. 684–689, 2016, doi:
hanya saja briket akan semakin rapuh. 10.1016/j.jclepro.2015.07.088.
Sebaliknya, semakin tinggi kadar air yang [6] A. Balraj, J. Krishnan, K. Selvarajan, and
terkandung pada briket maka semakin K. Sukumar, “Potential Use of Biomass
rendah nilai kalornya. and Coal-fine Waste for Making
b. Biobriket paling terbaik dan memenuhi Briquette for Sustainable Energy and
standar mutu SNI adalah biobriket dengan Environment,” Environ. Sci. Pollut.
komposisi 40 % ampas kopi dengan nilai Res., no. 2008, 2020, doi:
kalor 5,366 kcal/kg, kadar air 6,58%, kadar 10.1007/s11356-020-10312-2.
[7] Y. H. Lucky Budiawan, Bambang
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.12 Mei 2022 3919
……………………………………………………………………………………………………...
Susilo, “Pembuatan Dan Karakterisasi Pembuatan Biobriket dari Campuran
Briket Bioarang Dengan Variasi Kulit Kacang dan Serbuk Gergaji
Komposisi Kulit Kopi,” J. Bioproses Terhadap Nilai Pembakaran,” J. Tek.
Komod. Trop., vol. 2, no. 2, pp. 152–160, Kim., vol. 18, no. 2, pp. 9–16, 2012.
2014. [17] I. T. Sulistiana, “Uji Kalor Bakar Bahan
[8] P. McKendry, “Energy Production from Bakar Campuran Bioetanol Dan Minyak
Biomass (part 1): Overview of Goreng Bekas,” J. Neutrino, vol. 3, no.
Biomass,” Bioresour. Technol., vol. 83, 2, pp. 163–174, 2012, doi:
no. 1, pp. 37–46, 2002, doi: 10.18860/neu.v0i0.1653.
10.1016/S0960-8524(01)00118-3. [18] M. E. Satmoko, D. D. Saputro, and A.
[9] M. Nawawi, “Pengaruh Suhu dan Lama Budiyono, “Karateristik Briket dari
Pengeringan Terhadap Karakteristik Limbah Pengolahan Kayu Sengon
Briket Arang Tempurung Kelapa,” 2017. dengan Metode Cetak Panas,” J. Mech.
[10] X. Hu and M. Gholizadeh, “Biomass Eng. Learn., vol. 2, no. 1, pp. 1408–
Pyrolysis: A Review of the Process 1412, 2013.
Development and Challenges from [19] N. V. Avelar, A. A. P. Rezende, A. de C.
Initial Researches up to the O. Carneiro, and C. M. Silva,
Commercialisation Stage,” J. Energy “Evaluation of Briquettes Made from
Chem., vol. 39, no. x, pp. 109–143, 2019, Textile Industry Solid Waste,” Renew.
doi: 10.1016/j.jechem.2019.01.024. Energy, vol. 91, pp. 417–424, 2016, doi:
[11] H. Hindarso and A. L. Maukar, “Proses 10.1016/j.renene.2016.01.075.
Konversi Biomassa menjadi Bioarang [20] D. Sumangat and W. Broto, “Kajian
sebagai Bahan Bakar Alternatif,” 2000. Teknis dan Ekonomis Pengolahan Briket
[12] Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Bungkil Biji Jarak Pagar Sebagai Bahan
Nasional, “Komposisi Sampah Nasional Bakar Tungku,” Bul. Teknol. Pasca
Berdasarkan Jenisnya,” 2020. Panen, vol. 5, no. 1, pp. 18–26, 2016.
[13] D. M. Novita and E. Damanhuri, [21] A. R. I. Kesuma, “Pemanfaatan Kertas
“Perhitungan Nilai Kalor Berdasarkan Bekas dan Serbuk Kayu Menjadi
Komposisi dan Karakteristik Sampah Biobriket sebagai Energi Alternatif
Perkotaan di Indonesia dalam Konsep Ramah Lingkungan,” 2017.
Waste To Energy,” J. Tek. Lingkung., [22] T. D. A. Putri, A. Setyaningrum, and P.
vol. 16, no. 2, pp. 103–114, 2009. Yuwono, “‘Pengaruh Jenis Dan Level
[14] A. Brunerová et al., “Valorization of Bahan Perekat Terhadap Laju
Bio-briquette Fuel by Using Spent Pembakaran Dan Drop Test Briket
Coffee Ground as an External Additive,” Bioarang Berbahan Feses Sapi Potong,’”
Energies, vol. 13, no. 1, pp. 1–15, 2019, J. Anim. Sci. Technol., vol. 1, no. 3, pp.
doi: 10.3390/en13010054. 274–280, 2019.
[15] Triono, “Karakteristik Briket Arang dari [23] A. Saleh, L. Novianty, S. Murni, and A.
Campuran Serbuk Gergajian Kayu Nurrahma, “Analisis Kualitas Briket
Afrika (Maesopsis enrinnii) dan Sengon Serbuk Gergaji Kayu Dengan
(Paraserianthes falcutaria L. Nielsen) Penambahan Tempurung Kelapa
dengan Penambahan Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Bakar Alternatif,” Al-
(Cocos nucifera L.),” in Skripsi : Kimia, vol. 5, no. 1, pp. 21–30, 2017,
Fakultas Kehutanan IPB, 2006. doi: 10.24252/al-kimia.v5i1.2845.
[16] A. Setiawan, O. Andrio, and P. [24] N. Binti Mohd Rani and P. Darul
Coniwanti, “Pengaruh Komposisi Ridzuan, “The Production of Briquette

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3920 Vol.2 No.12 Mei 2022
………………………………………………………………………………………………………
From Coffee Waste,” 2014.
[25] Syahrum and Salim, Metodologi
Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Citapustaka Media, 2012.
[26] F. T. Bonner, “Measurement and
Management of Tree Seed Moisture,”
Dep. Agric. For. Serv. Res., pp. 50–177,
1995.
[27] R. Sunartaty and R. Yulia, “Pembuatan
Abu Dan Karakteristik Kadar Air Dan
Kadar Abu Dari Abu Pelepah Kelapa,”
Eksplor. Kekayaan Marit. Aceh di Era
Glob. dalam Mewujudkan Indones.
sebagai Poros Marit. Dunia, vol. 1, pp.
560–562, 2017.
[28] A. Gandhi B, “Pengaruh Varian Jumlah
Campuran Perekat Terhadap
Karakteristik Briket Arang Tongkol
Jagung,” J. Ilm. Pop. dan Teknol. Terap.,
vol. 8, no. 1, pp. 1–12, 2010.

………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai