Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi merupakan permasalahan utama dunia saat ini. Tiap tahunnya
kebutuhan akan energi semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya
aktivitas manusia yang menggunakan bahan bakar terutama bahan bakar minyak yang
diperoleh dari fosil tumbuhan maupun hewan. Menipisnya cadangan bahan bakar fosil
akan berdampak pada perekonomian. Bahan bakar fosil sudah menjadi bahan bakar
yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dewasa ini, sedangkan para
penggunanya terkadang tidak memikirkan bahwa sumber energi tersebut tidak dapat
diperbaharui .

Menurut Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM, Prof. Dr. Jumina, cadangan
minyak bumi di Indonesia yang berjumlah 9 miliar barel akan habis dalam 23 tahun ke
depan jika tidak ditemukan sumur-sumur minyak baru. Indonesia harus mulai
mendorong efisiensi energi di segala bidang. Hal ini mendorong pemerintah untuk
mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 5 Tahun 2006 Tanggal 25 Januari
tentang Kebijakan Energi Nasional dan Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 Tahun 2006
tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BNN) sebagai bahan bakar
lain. Dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional,
Pemerintah telah menetapkan sebaran energi nasional tahun 2025 dengan peran
minyak bumi sebagai energi akan dikurangi dari 52 % saat ini hingga kurang dari 20 %
pada tahun 2025.

Menipisnya sumber bahan bakar fosil perlu diantisipasi dengan mencari


sumber energi alternatif. Sumber energi alternatif yang banyak dikembangkan dan
diteliti saat ini adalah bahan bakar biomassa limbah pertanian . Data Indonesia Energi
Outlook, biomassa memiliki cadangan sebesar 434. 000 GW atau setara 225 juta
barrel minyak bumi. Potensi biomassa ini sangat besar apabila dijadikan sumber
energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak, khususnya untuk kebutuhan

1
energi rumah tangga mensubstitusi penggunaan minyak tanah yang telah dikurangi
subsidinya oleh pemerintah .
Biomassa yang berasal dari limbah hasil pertanian dan kehutanan merupakan
bahan yang tidak berguna, tetapi dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi bahan
bakar alternatif, yaitu dengan mengubahnya menjadi bioarang yang memiliki nilai
kalor lebih tinggi daripada biomassa melalui proses pirolisis . Dalam rangka
pemanfaatannya sebagai bahan bakar maka limbah tersebut dapat diolah menjadi
bahan bakar padat dalam bentuk briket. Masing-masing bahan memiliki sifat tertentu
untuk dimanfaatkan sebagai briket namun yang paling penting adalah bahan tersebut
harus memiliki sifat termal yang tinggi .

Limbah biomassa yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tongkol


jagung, alasan pemilihan tongkol jagung sebagai bahan utama dikarenakan jumlahnya
yang sangat melimpah dan belum optimal dalam pemanfaatannya. Menurut
Meryandini, komposisi serat tongkol jagung adalah 23,74% lignin, 65,96% selulosa,
dan 10,28% hemiselulosa. Pembuatan briket biomassa umumnya memerlukan
penambahan bahan perekat untuk meningkatkan sifat fisik dari briket. Adanya
penambahan kadar perekat yang sesuai pada pembuatan briket akan meningkatkan
nilai kalor briket tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari, Aripin,
Yanti, Zainudin, Sukmawati dan Marliani , menunjukkan bahwa bahan perekat
memberikan pengaruh terhadap kualitas briket arang tongkol jagung, pada
penelitiannya diperoleh hasil bahwa briket arang tongkol jagung dengan perekat kanji
10% mempunyai kadar air dan kadar abu terendah serta nilai kalor tertinggi, yaitu
5484,54 kkal/ kg, dibandingkan dengan perekat sagu. Pada penelitian ini jenis perekat
yang digunakan adalah tepung tapioka dan tepung terigu. Perekat tapioka umum
digunakan sebagai bahan perekat pada briket arang karena banyak terdapat di pasaran
dan harganya relatif murah. Perekat ini dalam penggunaannya menimbulkan asap
yang relatif sedikit dibandingkan bahan lainnya.

Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Patabang dengan variasi
perekat 7%, 10% dan 15%, menunjukkan bahwa persentase perekat memberikan
pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, kadar karbon terikat serta
nilai kalor dari briket arang. Pengaruh persentase perekat juga ditunjukkan pada hasil
penelitian yang dilakukan oleh Putra, Mokodompit serta Kuntari , dengan variasi
2
perekat 30%, 35%, 40% dan 45%. Pada penelitian ini dilakukan variasi persentase
perekat 5%, 10% dan 15% dari berat total bahan baku. Pelarut yang digunakan adalah
air.
Briket dihasilkan dari proses pirolisis, yaitu suatu proses thermal dengan
kondisi sedikit atau tanpa adanya oksigen. Untuk memenuhi standar kualitas, briket
yang dihasilkan tetap harus dibandingkan dengan SNI 01-6235-2000, dimana
kualitasnya dilihat dari beberapa parameter sebagai berikut :
1. Kadar air maksimal 8 %
2. Bahan yang hilang pada pemanasan 950ºC maksimal 15 %
3. Kadar abu maksimal 8%
4. Kalori (berat kering) minimal 5000 cal/g

Teknologi di dalam proses pembuatan briket arang bisa dilakukan dengan cara
sederhana dan menggunakan mesin. Proses pembuatan sederhana, murah dan efisien hingga
menghasilkan briket arang yang terbaik sesuai dengan standar sangat diperlukan karena dapat
memberikan keuntungan bagi pihak yang membutuhkan. Pada penelitian ini dibuat produk
briket yang berasal dari limbah pertanian yaitu tongkol jagung yang bertujuan untuk
memanfaatkan limbah dan mengurangi limbah yang pada lingkungan. Selain juga dapat
menghasilkan sumber energi alternatif yang sesuai dengan Standart Nasional Indonesia
(SNI). Hipotesis dari penelitian ini adalah bahan bakar alternatif briket arang dapat dibuat
dari limbah organik biomassa, dengan jenis perekat dan persentase perekat yang tepat akan
menghasilkan briket arang dengan kualitas yang lebih baik serta variasi jenis perekat dan
persentase perekat akan menghasilkan briket yang memiliki karakteristik yang berbeda,
meliputi kadar air, kadar zat menguap, kadar abu, kadar karbon terikat serta nilai kalornya

1.2 Teori
1.2.1 Tongkol Jagung

Tongkol jagung adalah bagian dalam organ betina tempat bulir duduk
menempel. Istilah ini juga dipakai untuk menyebut seluruh bagian jagung betina
(buah jagung). Tongkol terbungkus oleh kelobot (kulit buah jagung). Secara
morfologi , tongkol jagung adalah tangkai utama malai yang termodifikasi, Malai
organ jantan pada jagung dapat memunculkan bulir pada kondisi tertentu. Tongkol
jagung muda, disebut juga babycorn, dapat dimakan dan dijadikan sayuran. Tongkol
3
yang tua ringan namun kuat, dan menjadi sumber furfural sejenis monosakarida
dengan lima atom karbon. Tongkol jagung tersusun atas senyawa kompleks lignin,
hemiselulose dan selulose. Masing-masing merupakan senyawa - senyawa yang
potensial dapat dikonversi menjadi senyawa lain secara biologi (Suprapto dan Rasyid,
2002).
Penggunaan tongkol jagung untuk keperluan bahan bakar sekitar 90%
sedangkan limbah batang dan daun sekitar 30% dari potensi yang ada. Tongkol
jagung memiliki kandungan karbon yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
untuk mengeringkan 6 ton jagung dari kadar air 32.5% sampai 13.7% bb selama 7 jam
diperlukan sekitar 30 kg tongkol jagung kering per jam (Alkuino,2000).

1.2.2 Arang

Arang adalah suatu bahan padat berpori yang dihasilkan melalui proses
pirolisis dari bahan-bahan yang mengandung karbon (Kinoshita, 2001 dalam
Lempang, 2009)

1.2.3 Briket
` Briket merupakan bahan bakar padat yangterbuat dari limbah organik, limbah pabrik
maupun dari limbah perkotaan. Bahan bakar padatini merupakan bahan bakar alternatif
atau merupakan pengganti bahan bakar minyak yang  paling murah dan dimungkinkan
untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat
teknologidan peralatan yang digunakan relatif sederhana (Widarti, Ir.Suwono, &
Ridho Hantoro, 2010).

4
BAB II
METODOLOGI

2.1 Peralatan
 Tungku pengarangan
 Alat Cetak
 Alat penggiling
 Ayakan
2.2 Bahan
 Tongkol jagung 250 kg
 Tepung tapioka 10 kg
 air
2.3 Cara Kerja
 Tongkol jagung yang sudah bersih dan kering di masukan ke tungku pengarangan
 Arang hasil pembakaran (karbonasi) di giling sampai halus
hasil gilingan tersebut di ayak
 Hasil ayakan kemudian di campur dengan air dan tepung tapioka
 Setelah di campur kemudian di cetak dengan alat cetakan
 Setelah di cetak kemudian di keringkan dengan bantuan sinar matahari
 Setelah kering briket sudah siap di kemas dan di pasarkan

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perhitungan Ekonomi


3.1.1 Biaya Operasional

Tabel 1.1 Biaya Modal


No Jenis Satuan Jumlah Harga Jumlah total
1. Tungku Buah 1 Rp. 60.000 Rp. 60.000
pengarangan
2. Alat Cetak buah 1 paket Rp. 200.000 Rp 200.000
3. Alat penggiling buah 1 Rp.2.000.000 Rp.2.000.000
4. ayakan buah 1 Rp. 50.000 Rp. 50.000
Total Biaya Rp.2.310.000

Tabel 1.2. Biaya pengeluaran per bulan ( 26 Hari )

No Jenis Satuan Jumlah Harga Jumlah total


1 Tongkol jagung kg 250 Rp.2.000 Rp. 13.000.000
2 Tepung tapioka kg 10 Rp. 5.000 Rp.1.300.000
3. Biaya tenaga kerja orang 3 Rp.300.000 Rp. 900.000
4. Biaya Perawatan buah 4 Rp. 250.000 Rp. 1.000.000
alat
5 Biaya air liter 1 Rp. 7.000 Rp. 182.000
Total biaya pengeluaran Rp.16.382.000

3.1.2 Biaya Penjualan

Tabel 1.3 . Omset Perbulan (26 hari)


No Jenis Satuan Jumlah Harga Nilai Jumlah total

6
kemasa satuan Satuan
n
1 Briket Kemasan 1 kg 20 20 Rp 10.000 Rp 5.200.000
2 Briket Kemasan 3 kg 10 30 Rp 28.000 Rp 7.280.000
3 Briket Kemasan 5 kg 10 50 Rp 45.000 Rp 11.700.000
Total pendapatan Rp 24.180.000
NB : penjualan briket arang tempurung kelapa per bulan 100 kg

3.1.3 Perhitungan Biaya ekonomi

Biaya Penjualan = Rp. 24.180.000

Biaya Operasional = Rp. 16.382.000

Keuantungan yang diperoleh = Rp. 7.798.000

BAB IV

KESIMPULAN

Dengan adanya briket kita dapat mengolah  bahan- bahan yang sudah tidak terpakai
lagi menjadi barang yang lebih multifungsi dan  Proses pembriketan adalah proses

7
pengolahan yang mengalami perlakuan  pencampuran bahan baku, pencetakan dan
pengeringan pada, sehingga diperoleh briket yang mempunyai bentuk, ukuran fisik, dan sifat
kimia tertentu prinsipnya untuk membuat briket ini digunakan proses yang meliputi :
pengarangan,pengilingan,pengayakan,pencampuran,pencetakan,dan pengeringan

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Alkuino E.L. 2000. Gasifying farm wastes as source of cheap heat for drying paddy and
corns. International Rich Research Organization, Philipines

8
Enik Sri Widarti, Ir. Sarwono, Mm, Ridho Hantoro, St,Mt. “Studi Eksperimental
Karakteristik Briket Organik Dengan Bahan Baku Dari Pplh Seloliman”. Jurusan Teknik
Fisika FTI ITS Surabaya. Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya 60111. 2010.

Lempang, M. 2009. Sifat - sifat arang aktif tempurung kemiri dan aplikasinya sebagai
komponen mediatumbuh pada tanaman melina (Gmelina arborea Roxb.) [Tesis] Bogor:
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Suprapto, H.S. dan Rasyid, M.S. (2002). Bertanam Jagung.Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai