Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum Dosen Pembimbing

Teknologi Tepat Guna Dra. Zultiniar, M.Si

PEMBUATAN BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA

Kelompok : II (Dua)
Nama : Rita P. Mendrova (1107035609)
Ryan Tito (1107021186)
Yakub J. Silaen (1107036648)

LABORATORIUM DASAR-DASAR PROSES KIMIA


PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2013
Abstrak

Briket tempurung kelapa adalah bahan bakar alternatif yang terbuat dari
bahan baku tempurung kelapa yang sudah diolah menjadi briket yang dicetak
dengan bentuk dan ukuran sesuai keinginan. Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui prinsip pembuatan briket dari tempurung kelapa dan dapat membuat
briket dari tempurung kelapa. Pembuatan briket arang dari tempurung kelapa
dilakukan dengan pengkarbonasian bahan baku menjadi arang, kemudian
digerus, dicampur perekat kanji, dicetak dan selanjutnya dikeringkan serta
dilakukan pengujian karakteristik briket yang didapat berupa kadar air, kadar
abu dan laju pembakaran briket. Kadar air briket hasil percobaan didapat
sebesar 1,32%, kadar abu briket yang didapat sebesar 31,8% dan laju
pembakaran briket yang didapat sebesar 0,0095 gram/detik.
Kata kunci : Briket; korbonasi; kadar air; kadar abu; laju pembakaran briket.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan pembuatan briket dari tempurung kelapa yaitu antara
lain :
1. Mampu mempraktikan pembuatan briket sebagai bahan bakar alternatif
pengganti minyak menggunakan tempurung
2. Mengetahui prinsip pembuatan briket tempurung kelapa
3. Membuat briket tempurung kelapa

1.2 Dasar Teori


Kebutuhan energi dalam berbagai sektor di Indonesia mengalami
peningkatan seiring dengan laju pertumbuhan populasi dan ekonomi nasional.
Pemenuhan kebutuhan energi tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber
energi seperti bahan bakar minyak, matahari, biomassa, angin, air, dan lain-lain.
Selama ini sumber energi yang digunakan di Indonesia masih banyak
menggunakan sumber energi yang tidak terbarukan, seperti bahan bakar minyak.
Hal ini dapat memicu tingginya subsidi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah
apabila harga minyak dunia mengalami lonjakan harga seperti pada saat ini yang
hampir mencapai 100 US$/barrel.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
adalah pemanfaatan sumber-sumber energy alternatif, terutama sumber-sumber
energi terbarukan. Pengalihan sumber energi yang berasal dari bahan bakar
minyak ke sumber energi terbarukan diharapkan dapat mengurangi tingkat
ketergantungan kepada minyak bumi, apalagi mengingat potensinya yang cukup
melimpah di Indonesia. Pada blue print pengelolaan energi nasional 2005-2025,
kebijakan energi Indonesia memiliki sasaran antara lain pada tahun 2025 akan
tercapai penurunan peranan minyak bumi menjadi 26.2%, gas bumi meningkat
menjadi 30.6%, batubara meningkat menjadi 32.7% (termasuk briket batubara),
panas bumi meningkat menjadi 3.8%, dan energi terbarukan meningkat menjadi
15% (Agustina, 2006)

Salah satu sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan adalah


biomassa. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintesis, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain
adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian dan limbah hutan,
tinja, dan kotoran ternak (Abdullah, et al.1998). Menurut Abdullah, et al. (1998),
selain digunakan untuk tujuan primer (serat, bahan pangan, pakan ternak,
minyak/lemak, bahan bangunan dan sebagainya), biomassa juga digunakan
sebagai sumber energi (bahan bakar). Umumnya yang digunakan sebagai bahan
bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah
setelah diambil produk primernya. Biomassa terutama dalam bentuk kayu bakar
dan limbah pertanian merupakan sumber energi yang tertua. Di Indonesia,
biomassa merupakan sumber daya alam yang sangat penting dengan berbagai
produk primer sebagai serat, kayu, minyak, bahan pangan, dan lain-lain yang
selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik juga diekspor dan menjadi
andalan penghasil devisa negara.

Biomassa sebenarnya dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai sumber


energi panas, karena biomassa memiliki kasar energi yang dihasilkan dalam
proses fotosintesa saat tumbuhan masih hidup. Proses fotosintesa terjadi absorbs
energi matahari, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan struktur molekul
dalam subtansi tumbuhan.

Penggunaan biomassa secara langsung sebagai sumber energi panas untuk


memasak, kurang efisien karena nilai yang dihasilkan hanya sebesar 3000 kkal/kg.
sedangkan briket mampu menghasilkan energi sebesar 5000 kkal/kg. Keadaan
tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar dengan briket mampu
meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Oleh karena itu biomassa perlu diubah
menjadi energi kimia. Briket memiliki nilai kalori lebih tinggi serta ramah
lingkungan (bebas polusi) bila digunakan. Ditinjau dari segi polusi udara, briket
relatif lebih aman bila dibandingkan dengan bahan bakar batu bara maupun
minyak tanah, yang menghasilkan CO2 pada proses pembakarannya. Jumlah CO2
yang berlebihan diudara akan mencemari udara.

1.2.1 Tempurung Kelapa


Pohon kelapa atau sering disebut pohon nyiur biasanya tumbuh pada daerah
atau kawasan tepi pantai. Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung,
kulit daging (testa), daging buah, air kelapa dan lembaga. Buah kelapa yang sudah
tua memiliki bobot sabut (35%), tempurung (12%), endosperm (28%) dan air
(25%). Tempurung kelapa adalah salah satu bahan karbon aktif yang kualitasnya
cukup baik dijadikan arang aktif. Bentuk, ukuran dan kualitas tempurung kelapa
merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan arang aktif. Kualitas
tempurung kelapa dan proses pembakaran sangat menentukan rendemen karbon
aktif yang dihasilkan.

Tempurung kelapa merupakan salah satu bagian dari produk pertanian yang
memiliki nilai ekonomis tinggi yang dapat dijadikan sebagai basis usaha.
Pemanfaatan tempurung kelapa secara garis besar dapat dikategorikan
berdasarkan kandungan zat dan sifat kimianya, kandungan energinya, dan sifat-
sifat fisiknya. Tempurung kelapa memiliki kadar air mencapai 8% jika dihitung
berdasarkan berat kering atau setara dengan 12% berat per butir kelapa. Untuk
memaksimalkan nilai ekonomi-nya, maka pengolahan tempurung kelapa ini harus
didasarkan pada proses pengolahan yang memaksimalkan sifat-sifatnya yang
khas. Produk-produk hasil olahan tempurung kelapa ini adalah Bio-oil, liquid
smoke (asap cair), karbon aktif, tepung tempurung, dan kerajinan tangan.

1.2.1.1 Karakteristik Tempurung Kelapa

Secara fisologis, bagian tempurung merupakan bagian yang paling keras


dibandingkan dengan bagian kelapa lainnya. Struktur yang keras disebabkan oleh
silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung kelapa tersebut. Berat
dan tebal tempurung kelapa sangat ditentukan oleh jenis tanaman kelapa. Berat
tempurung kelapa ini sekitar (15 – 19)% dari berat keseluruhan buah kelapa,
sedangkan tebalnya sekitar (3 – 5) mm.

Dari segi kualitas, tempurung kelapa yang memenuhi syarat untuk dijadikan
bahan arang aktif adalah kelapa yang benar-benar tua, keras, masih utuh dan
dalam keadaan kering. Untuk membuat arang aktif yang benar-benar berkualitas,
tempurung kelapa harus bersih dan terpisah dari sabutnya. Sedangkan untuk
mengetahui kualitas yang baik dari arang tempurung kelapa, pembakarannya
menghasilkan arang yang tampak hitam, mengkilap, utuh, keras dan mudah
dipatahkan.

1.2.1.2 Komposisi Tempurung Kelapa

Komposisi atau kandungan zat yang terdapat dalam tempurung kelapa dapat
dilihat pada Tabel 1.1. Tempurung kelapa memiliki kadar air mencapai ± 8, jika
dihitung berdasarkan berat kering atau setara dengan 12% dari berat kelapa.
Sedangkan abu merupakan komposisi terendah yang terdapat pada tempurung
kelapa.

Tabel 1.1 Komposisi Tempurung Kelapa


Persentase
No. Komposisi
(%)

1. Lignin 29,40

2. Pentosan 27,70

3. Selulosa 26,60

4. Air 8,00

5. Solvent Ekstraktif 4,20

6. Uronat Anhidrat 3,50


7. Abu 0,60

8. Nitrogen 0,10

1.2.2 Briket

Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan
sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang
paling umum digunakan adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut, dan
briket biomassa. Briket dapat dibuat dengan 2 cara, yaitu : bahan organik
diarangkan terlebih dahulu kemudian dicetak atau dengan mencetak biomassa
kemudian diarangkan.

Briket batok kelapa adalah bahan bakar alternatif terbuat dari bahan baku
tempurung/batok kelapa yang sudah diolah menjadi briket yang dicetak dengan
bentuk dan ukuran sesuai keinginan. Briket ini diharapkan menjadi bahan bakar
pengganti sebagai pilihan yang dibutuhkan masyarakat.

Briket merupakan salah satu solusi altenatif yang cukup efektif dan efisien
dalam menghadapi krisis sumber energi atas energi fosil untuk bahan bakar seperti
yang telah diperkirakan oleh para ahli dan ilmuan. Briket bioarang adalah
gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan arang yang terbuat dari bioarang
kualitas dari bioarang ini tidak kalah dengan batubara atau bahan bakar jenis
arang lainnya.

Bioarang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari
aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan,
rumput, jerami, kertas maupun limbah pertanian lainnya yang dapat dikarbonisasi.
Bioarang ini dapat digunakan melalui proses pengolahan salah satunya adalah
menjadi briket bioarang.
Pembuatan briket arang dari limbah dapat dilakukan dengan menambah
bahan perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian
ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun dengan
manual dan selanjutnya dikeringkan.
Briket bioarang yang didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud
padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan tertentu. Briket bioarang dapat menggantikan
penggunaan kayu bakar yang mulai meningkat konsumsinya. Selain itu harga
briket bioarang relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat.

1.2.2.1 Keunggulan dan Kelemahan Briket Bioarang


Adapun keunggulan dari briket bioarang antara lain:
1. Lebih murah dan ekonomis
2. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran
yang lama
3. Tidak beresiko meledak/terbakar seperti kompor minyak tanah atau kompor
elpiji
4. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga sehingga tidak
membuat alat-alat memasak menjadi rusak
5. Sumber briket batok kelapa melimpah
6. Ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan

Sumber bahan baku yang melimpah di Indonesia menjadikannya sebagai


sumber daya energi yang paling menjanjikan. Namun selain sumber daya yang
melimpah dan keamanan yang lebih terjamin, biomassa juga memiliki celah-celah
keterbatasan yang perlu dipertimbangkan sebelum benar-benar menjadikannya
sebagai primadona energi alternatif di Indonesia.

1.2.2.2 Proses Pembuatan Briket dari Tempurung Kelapa


Proses pembuatan briket arang disajikan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Diagram alir pembuatan briket

Proses pertama adalah proses membuat arang. Bahan baku yang berupa
batok kelapa dibuat arang dengan cara dibakar dalam tabung tertutup. Jika dibakar
didalam ruang atau tabung terbuka maka sampah yang dibakar akan menjadi abu.
Pembakaran dapat dilakukan dengan menggunakan drum atau bak didalam tanah.
Drum untuk pengkarbonan disajikan pada Gambar 1.2. Setelah menjadi arang,
smpah bakar kemudian digiling atau ditumbuk sehingga berbentuk bubuk arang.
Gambar 1.2 Drum untuk proses pengkarbonan

Selanjutnya, bubuk arang tersebut dicampur dengan adonan perekat yang


terbuat dari kanji. Setelah itu barulah dilakukan pencetakan dan pengepresan.
Pengepresan merupakan bagian sangat penting karena menyangkut kualitas
kepadatan briket. Semakin padat briket, maka semakin tinggi daya nyala apinya.
Proses pencetakan briket menentukan briket yang akan dibuat. Cetakan briket pun
beragam, ada yang kotak dan ada juga yang bulat. Setelah proses pencetakan
selesai, briket yang masih basah itu kemudian dikeringkan dengan cara dijemur
selama kurang lebih 2 hari. Setelah kering, briket pun siap digunakan. Adapun
mutu briket berdasarkan SNI disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Mutu Briket Berdasarkan SNI

Standar Mutu Briket Arang Kayu (SNI


Parameter
No. 1/6235/2000)
Kadar Air (%) ≤8
Kadar Abu (%) ≤8
Kadar Karbon (%) ≥ 77
Nilai Kalor (kal/g) ≥ 5000
BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat yang digunakan

Peralatan-peralatan yang digunakan pada percobaan pembuatan briket dari


tempurung kelapa antara lain :

1. Drum
2. Lumpang
3. Oven
4. Furnace
5. Cawan porselen
6. Kompor
7. Panci
8. Timbangan analitik
9. Pengaduk
10. Saringan mesh
11. Beaker glass 1000 ml
12. Cetakan bambu
13. Tongkat kayu

2.2 Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan pembuatan briket dari


tempurung kelapa antara lain :

1. Tempurung kelapa
2. Kanji
3. Air
4. Minyak tanah
2.3 Prosedur percobaan

2.3.1 Pembuatan Arang Tempurung Kelapa

Pembuatan arang tempurung kelapa secara sederhana dilakukan dengan cara


sebagai berikut :

1. Menyiapkan drum. Drum yang digunakan memiliki tinggi ±1 meter lengkap


dengan penutupnya.
2. Tempurung kelapa kering dimasukkan kedalam drum dan dilakukan proses
pengkarbonan (dibakar). Penyalaan awal dapat dilakukan dengan
menggunakan minyak. Setelah terbakar, drum ditutup dengan menggunakan
penutupnya.
3. Selama proses pengkarbonan harus dijaga agar tidak ada udara yang keluar
masuk drum secara leluasa. Jika udara dapat keluar masuk drum maka
pengkarbonan tidak akan menghasilkan arang melainkan abu. Dalam proses
pengkarbonan ini, asap yang timbul akibat pengkarbonan didalam drum
menghalangi udara yang akan masuk melalui sela-sela tutup. Agar
pengkarbonan merata sebaiknya digunakan kayu untuk mengorek
tempurung kelapa yang dibakar didalam drum. Pengisian dihentikan ketika
isi drum telah mencapai setengah tinggi drum
4. Jika asap yang keluar dari sela-sela penutup berkurang, kemungkinan yang
terjadi, yaitu pengkarbonan sudah selesai. Praktikan tidak boleh dekat-dekat
dengan drum, karena saat udara masuk asap tebal akan keluar dari mulut
drum. Bila pengkarbonan sudah selesai, pada saat inilah kita harus
menyiram bara arang didalam drum dengan air.

2.3.2 Pembuatan Briket Tempurung Kelapa

Proses pembuatan briket tempurung kelapa secara sederhana dapat


dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menyiapkan lumpang, kemudian arang yang tersedia ditumbuk halus


hingga menjadi bubuk arang. Selanjutnya bubuk arang tersebut
dikumpulkan pada suatu tempat misalnya ember dan diayak guna
mendapatkan bubuk arang sebanyak 1.500 gram
2. Menyiapkan kanji, memanaskan air sebanyak 720 ml hingga mendidih
kemudian melarutkan kanji yaitu 12% dari berat bubuk arang (180 gram).
Perbandingan volume air dengan kanji yaitu 1 : 4.
3. Mencampurkan lem tersebut dengan bubuk arang sehingga menjadi
adonan yang lengket. Selanjutnya, adonan diaduk-aduk agar semua bahan
tercampur rata dan cukup lengket
4. Bambu digunakan sebagai cetakan dengan ukuran diameter 4 cm dan
tinggi 4 cm.
5. Setelah cetakan siap, adonan yang telah disiapkan dimasukkan
kedalamnya dengan cara dipadatkan, lalu setelah padat dan berbentuk,
dikeluarkan dari cetakan
6. Briket tempurung kelapa dijemur diudara luar selama 2 hari kemudian
dioven selama 5 jam untuk menghilangkan air yang terdapat dalam briket

2.3.3 Pengujian Pada Briket

1. Uji Kadar Air

Penetapan kadar air merupakan suatu cara untuk mengukur banyaknya air
yang terdapat didalam suatu bahan. Kadar air ditentukan dengan metode oven.
Caranya adalah bahan ditimbang dengan timbangan analisis dengan berat bahan
dalam cawan porselen yang telah diukur bobot keringnya secara teliti, kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 105˚C sampai beratnya konstan. Bahan
didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali. Kadar air bahan dapat
dihitung sebagai berikut :

𝑏−𝑐
% Kadar Air = 𝑥 100% …………………………………………………….(1)
𝑏

Dengan :

b = berat cawan + sampel sebelum dioven (gram)


a = berat cawan + sampel sesudah dioven (gram)

2. Kadar Abu dan Kadar Karbon

Pengukuran kadar abu merupakan residu organik yang terdapat dalam


bahan. Abu dalam bahan ditetapkan dengan menimbang sisa mineral sebagai hasil
pembakaran (abu sisa pembakaran) bahan organik pada suhu 550˚C. Prinsip kerja
metode ini dengan cara sebagai berikut :

1. Sampel ditimbang dan dimasukkan dalam cawan porselen


2. Sampel dipanaskan sampai menjadi arang dan tidak mengeluarkan
asap
3. Kemudian diabukan didalam furnce pada suhu 600˚C
4. Sampel didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang
setelah mencapai suhu ruang

(berat abu+berat cawan)−(berat cawan)


% Kadar Abu = 𝑥 100% ………......(2)
berat sampel

3. Laju Pembakaran Briket

Laju pembakaran briket adalah kecepatan briket habis sampai menjadi abu
dengan berat tertentu. Laju pembakaran dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :

(berat briket (gram)


Laju pembakaran briket (gr/detik) = waktu sampai briket habis (detik) …..………(3)
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan


Hasil percobaan pembuatan briket dari tempurung kelapa disajikan pada
Tabel 3.1, sedangkan briket hasil percobaan disajikan pada Gambar 3.1.

Tabel 3.1 Data hasil percobaan pembuatan briket dari tempurung kelapa.
Pengujian Hasil Percobaan
Kadar Air 1,32%
Kadar Abu 31,8 %
Laju Pembakaran 0,0095 gr/det.

Gambar 3.1 Briket hasil percobaan


(Sumber: Arsip pribadi)

3.2 Pembahasan
Proses pembuatan briket dari tempurung kelapa dimulai dengan melakukan
proses karbonisasi tempurung kelapa. Tempurung kelapa yang digunakan harus
dalam kondisi kering (kadar air rendah) serta bebas dari pengotor-pengotor lain
seperti serabut tempurung. Jika terdapat serabut, maka proses karbonisasi
(pembakaran) menyebabkan serabut tempurung berubah menjadi abu (kondisi ini
tidak diinginkan). Proses pembakaran sempurna tidak diinginkan dalam
pengkarbonan ini. Oleh karena itu, proses karbonisasi dilakukan dengan
menggunakan oksigen dalam jumlah terbatas, yaitu dengan membakar tempurung
di dalam drum yang ditutup rapat.
Proses selanjutnya yaitu penggerusan arang. Arang tempurung digerus
dengan menggunakan lumpang, kemudian disaring (diayak) dengan menggunakan
penyaring/ayakan. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan arang tempurung
yang lebih halus dan berukuran seragam, sehingga mempermudah proses
selanjutnya. Serbuk arang tempurung kelapa yang digunakan yaitu sebanyak
1.500 gram. Setelah didapat serbuk arang tempurung kelapa, kemudian dilakukan
proses perekatan dengan menggunakan kanji. Berat kanji yang digunakan yaitu
sebanyak 180 gram atau 12% dari berat serbuk arang tempurung kelapa. Kanji
dicampurkan dengan air sebanyak 720 ml (perbandingan air dengan kanji yaitu
sebesar 1 : 4) yang telah didihkan terlebih dahulu. Kanji kemudian dicampurkan
dengan serbuk arang tempurung kelapa sehingga didapat adonan briket yang siap
untuk dicetak. Setelah proses pencetakan, briket di jemur di udara luar selama dua
hari untuk kemudian dilakukan pengujian lainnya, meliputi kadar air briket, kadar
abu briket serta laju pembakaran briket yang dihasilkan.

3.2.1 Pengujian Kadar Air Briket

Uji kadar air briket dilakukan dengan menggunakan sampel briket seberat
61,02 gram, kemudian di oven pada suhu 105˚C dan didinginkan dalam desikator
sampai didapat berat konstan. Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa kadar air
briket hasil percobaan didapat sebesar 1,32%. Kadar air yang didapat memenuhi
kriteria mutu briket yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI),
yaitu ≤ 8%. Kandungan air yang tinggi didalam briket menyulitkan penyalaan
sehingga briket sulit terbakar. Sebaliknya semakin sedikit kadar air yang ada
dalam briket maka kualitas pembakaran briket tersebut semakin bagus.
3.2.2 Pengujian Kadar Abu Briket

Uji kadar abu briket dilakukan dengan menggunakan sampel briket seberat
25,32 gram, kemudian dimasukkan ke dalam cawan dan difurnace hingga suhu
600oC (suhu dinaikkan secara bertahap). Setelah mencapai suhu yang diinginkan,
pemanasan pada alat furnace dihentikan dan dibiarkan hingga suhu furnace turun
mencapai suhu ruang. Sampel abu briket kemudian ditimbang untuk mengetahui
beratnya.

Berdasarkan Tabel 3.1 didapat kadar abu briket hasil percobaan sebesar
31,8%. Kadar abu yang didapat sangat tinggi, melebihi batas kadar abu briket
yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia, yaitu ≤ 8%. Ini bisa jadi
karena proses pengkarbonan dan proses pemanasan pada furnace tidak dilakukan
dengan sempurna. Semakin tinggi kadar abu yang didapat secara umum akan
mempengaruhi tingkat pengotoran, keausan, dan korosi peralatan yang dilalui.
Briket dengan kandungan abu yang tinggi sangat tidak menguntungkan karena
akan membentuk kerak. Semakin banyak kadar abu yang dihasilkan maka
semakin buruk kualitas briket.

3.2.3 Pengujian Laju Pembakaran Briket

Uji laju pembakaran briket dilakukan dengan menggunakan sampel briket


seberat 68,25 gram. Pengujian dilakukan dengan cara membakar briket
menggunakan sedikit minyak tanah dan dinyalakan dengan korek api.
Penghitungan waktu mulai dilakukan pada saat bara api mulai muncul. Waktu
yang dibutuhkan oleh briket untuk habis terbakar menjadi abu didapat selama 120
menit dengan laju pembakaran sebesar 0,0095 gram/detik. Laju pembakaran
briket menjadi abu ini sangat rendah, sehingga penggunaan briket cukup efisien.
Semakin rendah laju pembakaran briket, maka semakin lama waktu yang
dibutuhkan briket untuk menjadi abu, sehingga kualitas dan efisiensinya semakin
bagus pula.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
1. Kadar air briket hasil percobaan didapat sebesar 1,32%. Kadar air yang
didapat memenuhi kriteria mutu briket yang telah ditetapkan oleh Standar
Nasional Indonesia (SNI), yaitu ≤ 8%.
2. Kadar abu briket hasil percobaan yang didapat sebesar 31,8%. Kadar abu
yang didapat sangat tinggi, melebihi batas kadar abu briket yang telah
ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia, yaitu ≤ 8%. Ini bisa jadi karena
proses pengkarbonan dan proses pemanasan pada furnace tidak dilakukan
dengan sempurna.
3. Waktu yang dibutuhkan oleh briket untuk habis terbakar menjadi abu
didapat selama 120 menit dengan laju pembakaran sebesar 0,0095
gram/detik. Laju pembakaran briket menjadi abu ini sangat rendah, sehingga
penggunaan briket cukup efisien.

4.2. Saran
Pada percobaan ini, praktikan harus teliti menjaga proses karbonisasi
tempurung kelapa. Proses karbonisasi hanya menghasilkan arang, bukan abu.
Kesalahan dalam perlakuan ini akan berpengaruh pada karakteristik briket yang
didapat, terutama pada kadar abu briket.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S.Endah. 2006. Peran Sektor Pertanian dalam Program“Energy


Security” di Indonesia. Jakarta

Harahap, Albarra. 2013. Tempurung Kelapa. [online] Tersedia:


http://www.sharemyeyes.com [Diakses pada 18 Desember 2012]

Kurniawan, O., dan Marsono (2008). Superkarbon; Bahan Bakar Alternatif


Pengganti Minyak Tanah dan Gas. Penebar Swadaya.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 047 Tahun 2006.
Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan Briket Batubara dan Bahan Bakar
Padat Berbasis Batubara.
Tim Penyusun. 2013. Penuntun Praktikum Teknologi Tepat Guna. Laboratorium
Dasar Proses dan Operasi Pabrik Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Riau. Pekanbaru
LAMPIRAN A

PERHITUNGAN

A.1 Variabel Percobaan

 Berat serbuk arang tempurung kelapa = 1.500 gram


 Berat kanji = 180 gram
 Rasio air dengan kanji =1:4
 Volume air = 720 ml

A.2 Pengujian Kadar Air Briket

 Berat sampel = 61,02 gram


 Berat cawan = 82,30 gram
 Berat cawan + sampel sebelum dioven = 143,32 gram (b)
 Berat cawan + sampel sesudah dioven = 141,43 gram (c)

b−c
Maka % Kadar Air = x 100
b

143,32 gram – 141,43 gram


= x 100
143,32 gram

1,89 gram
= x 100
143,32 gram

= 1,32

A.3 Pengujian Kadar Abu Briket


 Berat cawan + sampel sebelum difurnace = 75,61 gram
 Berat cawan + sampel sesudah difurnace = 58,34 gram
 Berat cawan = 50,29 gram
 Berat sampel = 25,32 gram

(berat abu+berat cawan)− (berat cawan)


Maka % Kadar Abu = x 100
berat sampel

58,34 gram −50,29 gram


= x 100
25,32 gram

8,05 gram
= x 100
25,32 gram

= 31,8

A.4 Laju Pembakaran Briket


 Berat briket = 68,25 gram
 Waktu sampai briket habis menjadi abu = 120 menit
= 7200 detik

berat briket
Maka Laju pembakaran briket =
waktu sampai briket habis terbakar

68,25 gram
=
7200 detik

= 0,0095 gram/detik.
LAMPIRAN B

DOKUMENTASI

Gambar B.1 Drum pembakaran tempurung kelapa

Gambar B.2 Lumpang untuk menggerus arang

Gambar B.3 Cetakan briket


LAMPIRAN C

LAPORAN SEMENTARA

Judul Praktikum : Pembuatan Briket dari Tempurung Kelapa


Hari/Tanggal Praktikum : Rabu/4 Desember 2013
Pembimbing : Dra. Zultiniar, M.Si
Asisten Laboratorium : Raja Heru N.A.I
Nama Kelompok III : Rita Puriani Mendrova (1107035609)
Ryan Tito (1107021186)
Yakub Jeffery Silaen (1107036648)
Hasil Percobaan :
 Berat serbuk arang tempurung kelapa = 1.500 gram
 Berat kanji = 180 gram
 Rasio air dengan kanji =1:4
 Volume air = 720 ml

C.1 Pengujian Kadar Air Briket

 Berat sampel = 61,02 gram


 Berat cawan = 82,30 gram
 Berat cawan + sampel sebelum dioven = 143,32 gram (b)
 Berat cawan + sampel sesudah dioven = 141,43 gram (c)

b−c
% Kadar Air = x 100
b

143,32 gram – 141,43 gram


= x 100
143,32 gram

1,89 gram
= x 100
143,32 gram

= 1,32
C.2 Pengujian Kadar Abu Briket
 Berat cawan + sampel sebelum difurnace = 75,61 gram
 Berat cawan + sampel sesudah difurnace = 58,34 gram
 Berat cawan = 50,29 gram
 Berat sampel = 25,32 gram

(berat abu+berat cawan)− (berat cawan)


% Kadar Abu = x 100
berat sampel

58,34 gram −50,29 gram


= x 100
25,32 gram

8,05 gram
= x 100
25,32 gram

= 31,8

C.3 Laju Pembakaran Briket


 Berat briket = 68,25 gram
 Waktu sampai briket habis menjadi abu = 120 menit
= 7200 detik

berat briket
Laju pembakaran briket =
waktu sampai briket habis terbakar

68,25 gram
=
7200 detik

= 0,0095 gram/detik.

Pekanbaru, 20 Desember 2013


Asisten Laboratorium,

Raja Heru N.A.I

Anda mungkin juga menyukai