Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH BIOENERGI

PEMANFAATAN

DISUSUN OLEH :

DEDEK KARLINA (061740411496)

KELAS :

5 EGA

DOSEN PENGAMPU :

ENDANG SUPRAPTIAH, S.T.,M.T

JURUSAN TEKNIK KIMIA PRODI DIV TEKNIK ENERGI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
AADAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………….....………………..………...………….i
DAFTAR ISI………………………...…………………….……...………………ii

KATA PENGANTAR……………….…………………………..……...……….iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………….…………………..……4
B. Rumusan Masalah………………………………….…………….……6
C. Manfaat Penelitian................…………………..……………......…......6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Briket.......................................................................................7
B. Keunggulan Briket Bioarang.................................................................8.
C. Kelemahan Briket Bioarang..................................................................8.

BAB III. METODOLOGI PENE

A. Bahan dan Alat……….........……………………….....…...................14


B. Prosedur Penelitian…......................................................................…15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nilai Kalor...........................................................................................18

B. Kadar Air..............................................................................................19.

C. Densitas.................................................................................................21

D. Kadar Abu..............................................................................................23

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan…………......….......……………………………………25

DAFTAR PUSTAKA……………...………………….…………………..…….26

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bu Endang Supraptiah,


S.T.,M.T, dosen pengampu mata kuliah “Bioenergi”, yang telah membantu
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas ujian tengah semester dengan
judul “Pemanfaatan LImbah Ikan Patin sebagai Biodisesel.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palembang, 2019

Penulis

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Energi biomassa menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar


fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat
dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui, relatif tidak
mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara juga dapat
meningkatkan efesiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian. Situasi
energi di Indonesia tidak lepas dari situasi energi dunia. Konsumsi energi dunia
hanya makin meningkat membuka kesempatan bagi Indonesia untuk mencari
sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Seperti diketahui Indonesia sangat berkepentingan untuk menggantikan
sumber daya energi minyak dengan sumber daya energi lainnya, karena minyak
merupakan sumber daya energi yang menghasilkan devisa selain gas alam oleh
karena itu, sektor sektor perekonomian yang memanfaatkan minyak sedapat
mungkin menggantikannya dengan sumber daya lain seperti gas alam, batubara,
panas bumi, tenaga air dan biomassa yang tersedia dalam jumlah besar.
Mengurangi penggunaan minyak bumi yang berlebihan maka perlu
dikembangkan suatu energi alternatif yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti
minyak bumi. Bentuk alternatif ini ada berbagai macam antara lain gasohol bahan
bahan organik, biobriket yang bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan
bentuk bentuk energi alternatif yang lain, energi alternatif yang dihasilkan
diharapkan memiliki kualitas dan terbuat dari bahan baku yang diperbaharui dan
murah ( Arganda, 2007).
Limbah cangkang kelapa sawit selama ini hanya dimanfaatkan untuk
pengerasan jalan tanah. Padahal, bila dilakukan pengolahan, limbah ini dapat
dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak untuk
memasak. Limbah sawit berupa cangkang sawit banyak ditemukan di Pabrik
Kelapa Sawit (PKS). Limbah ini dibiarkan berserakan merusak lingkungan.
Berawal dari permasalahan itulah, inisiatif untuk membuat briket dari cangkang

4
sawit dimulai. Caranya pertama yang dilakukan adalah mengkarbonisasi cangkang
kelapa sawit, kemudian penumbukan cangkang kelapa sawit sehingga menjadi
bentuk kecil atau halus dan tahap selanjutnya adalah pengayakan dan tahap
terakhirnya adalah pencetakan dengan penambahan lem dari tepung kanji dan
kemudian dikeringkan.
Briket cangkang kelapa sawit ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan arang konvensional. Terutama pada bentuk ukurannya seragam karena
dicetak khusus dan besar kecilnya sesuai kehendak. Selanjutnya, briket ini
mempunyai panas pembakaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan arang
biasa. Apinya juga sama seperti kompor gas berwarna biru. Cangkang sawit baik
digunakan sebagai bahan bakar atau arang karena termasuk bahan
berlignoselulosa, berkadar karbon tinggi. Kemudian, mempunyai berat jenis yang
lebih tinggi daripada kayu yang mencapai 1,4 g/ml.  Karakteristik ini
memungkinkan bahan tersebut baik untuk dijadikan arang yang mempunyai
energi panas tinggi sebesar 20.093 kJ/Kg.
Cangkang kelapa sawit mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, namun jika
diabaikan dan dibiarkan berserakan akan membuat lingkungan menjadi rusak. Jika
dibakar didalam incinerator akan menyebabkan pencemaran udara. Cangkang
kelapa sawit ini adalah bagian terkeras pada kelapa sawit. Cangkang sawit
memiliki banyak kegunaan serta manfaat bagi industri, usaha dan rumah tangga.
Beberapa diantaranya adalah produk bernilai ekonomis tinggi, yaitu karbon aktif,
asap cair, fenol, briket arang. Briket cangkang sawit sangat berfungsi sebagai
bahan bakar hemat energi memasak bagi ibu rumah tangga. Keunggulan kompor
arang briket cangkang sawit, apinya berwarna biru dan tidak mengeluarkan asap
serta ramah lingkungan

5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Briket ?
2. Bagaimana karakterisasi cangkang sawit sehingga dapat dimanfaatkan
menjadi Biobriket ?
3. Bagaimana metodologi pembuatan biobriket dari cangkang sawit?
4. Bagaimana hasil biobriket dari penelitian yang telah dilakukan terhadap
standar SNI biobriket?

C. MANFAAT PENELITIAN
1. Mengetahui pengertian dari biobriket.
2. Mengetahui dan paham mengenai karakteristik dari cangkang sawit
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai biobriket.
3. Mengetahui metodologi pembuatan biobriket berbahan baku cangkang
sawit.
4. Mengetahui perbandingan antara hasil bioenergi cangkang sawit
terhadap standar SNI biobriket.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Briket
Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan
sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang
paling umum digunakan adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut, dan
briket biomassa. Briket dapat dibuat dengan 2 cara, yaitu bahan organik
diarangkan terlebih dahulu kemudian dicetak atau dengan mencetak biomassa
kemudian diarangkan.
Bioarang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari
aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan,
rumput, jerami, kertas maupun limbah pertanian lainnya yang dapat dikarbonisasi.
Bioarang ini dapat digunakan melalui proses pengolahan salah satunya adalah
menjadi briket bioarang.
Pembuatan briket arang dari limbah dapat dilakukan dengan menambah
bahan perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian
ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun dengan
manual dan selanjutnya dikeringkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hartoyo (1983) menyimpulkan bahwa briket arang yang dihasilkan setaraf dengan
arang buatan Inggris dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang karena
menghasilkan kadar abu dan zat yang menguap rendah serta tinggi kadar karbon
terikat dan nilai kalor.
Briket bioarang yang didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud
padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan tertentu. Briket bioarang dapat menggantikan
penggunaan kayu bakar yang mulai meningkat konsumsinya. Selain itu harga
briket bioarang relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat. Briket bioarang
memiliki keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut.

7
B. Keunggulan Briket Bioarang
a. Lebih murah dan ekonomis
b. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran
yang lama
c. Tidak beresiko meledak/terbakar seperti kompor minyak tanah atau kompor
elpiji
d. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga sehingga tidak
membuat alat-alat memasak menjadi rusak
e. Sumber briket batok kelapa melimpah
f. Ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan

C. Kelemahan Briket Bioarang


Sumber bahan baku yang melimpah di Indonesia menjadikannya sebagai
sumber daya energi yang paling menjanjikan. Namun selain sumber daya yang
melimpah dan keamanan yang lebih terjamin, biomassa juga memiliki celah-celah
keterbatasan yang perlu dipertimbangkan sebelum benar-benar menjadikannya
sebagai primadona energi alternatif di Indonesia.

Tabel Mutu Briket Berdasarkan SNI


Standar Mutu Briket Arang Kayu (SNI) No.
Parameter
1/6235/2000)
Kadar Air (%) ≤8
Kadar Abu (%) ≤8
Kadar Karbon (%) ≥ 77
Nilai Kalor (kal/g) ≥ 5000
(Sumber : Widowati, 2003)

1.1 Bentuk dan Jenis Briket


Terdapat berbagai bentuk tergantung dari mesin cetak atau alat cetak.
Bentuk-bentuknya antara lain yaitu silindrik (berbentuk silinder), kubus, balok,
dll. secara garis besar, jenis briket tergolong ke dalam dua kelompok besar yaitu
briket batu bara dan briket biomasa.Berdasarkan bahan bakunya, briket biomasa
terbagi lagi ke dalam beberapa jenis, yaitu briket tempurung kelapa, briket

8
cangkang sawit, briket serbuk kayu/gergaji, briket ranting dan daun kering
(Kurniawan, 2008).

1.2 Perekat
Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan
bahan perekat atau lem, butiran-butiran arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai
dengan kebutuhan. Namun permasalahannya terletak pada jenis bahan perekat
yang akan dipilih. Penetuan jenis bahan perekat yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap kualitas briket ketika dinyalakan secara seksama karena
setiap bahan perekat memiliki daya lekat yang berbeda-beda karakteristiknya
(Kurniawan, Odan Marsono, 2008).
Perekat yang digunakan dalam praktikum ini adalah perekat aci, yaitu
tepung tapioca dan tepung kanji. Perekat aci terbuat dari tepung tapioca/ kanji
yang mudah dibeli dari toko makanan dan di pasar. Biasanya dipakai untuk
membuat pengental makanan. Warnanya bening, kental, dan bersifat agak lengket
bila dipanaskan. Tepung ini dibuat dari sari pati ketela pohon (Singkong).
Singkong setelah dikuliti dan dibersihkan, diparut dan diambil ekstraknya (Sari
patinya). Sari pati ini kemudian di endapkan dan disaring hingga membentuk
butiran-butiran tepung. Perekat ini biasa digunakan untuk mengelem prangko dan
kertas.

Cara membuatnya sangat mudah yaitu cukup mencampurkan tepung


tapioca/kanji dengan air, lalu dididihkan diatas kompor. Selama pemanasan
tepung diaduk terus menerus agar tidak menggumpal. Warna tepung yang semula
putih akan berubah menjadi transparan setelah beberapa menit dipanaskan dan
terasa lengket di tangan. Saat digunakan, perbandingan antara lem yang sudah
jadi dengan bubuk arang harus tepat supaya briket yang dicetak hasilnya baik.
Lem yang terlalu pekat akan memperlambat proses pencetakan. Hal ini
disebabkan tingkat kekerasan maupun ketahanan briket terhadap benturan
menjadi berkurang dan mudah retak (Chandra, 2007).

Tabel 1.2 Komposisi Tepung Tapioka/Kanji per 100 gr.


Komposisi Jumlah

9
Kalori (kkal) 358
Karbohidrat (%) 88,69
Kadar air (%) 15
Lemak (g) 0,02
Protein (g) 0,19
Kalsium (mg/100 g) 20
Fosfor (mg) 7
Besi (mg) 1,58
Magnesium (mg) 1
Kalium (mg) 11
Natrium (mg) 1
Seng (mg) 0,12
Tembaga (mg) 0,02
Mangan (mg) 0,11
Selenium (mg) 0,8
Asam folat 4
Sumber: (Chandra, 2007).

1.3 Bahan Penyala


Briket sebaiknya dilapisi dengan bahan penyala sebelum digunakan.
Pelapisan bahan penyala merupakan tahap akhir proses produksi briket dengan
tujuan utama memudahkan penyalaan briket yang sudah dikeringkan. Selain itu,
penampilan briket menjadi menarik, lebih halus, lebih kuat, dan bebas dari jamur.
Ada beberapa jenis penyala yang bisa dipakai untuk pelapisan briket, mulai dari
golongan minyak nabati sampai golongan alkohol, yang seharusnya mudah dibeli
di pasar bebas (Dainur,1995).

Tabel 1.3. Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Masing-Masing Bahan Penyala

Bahan penyala Sifat Umum Keterangan


- Mudah mencair jika dipanaskan
- Cairan berwarna bening Dalam suhu kamar
Wax - Mudah menyala berwujud padat
- Golongan minyak
- Anti air
Getah pinus - Lengket ditangan Disadap dari pohon
- Warna putih pinus
- Aroma khas

10
- Mudah nyala
- Asap hitam
- Mudah menguap - Hasil pengolahan
- Mudah menyala tetes tebu
Spritus - Warna api biru - Pada
- Asap tidak terlihat - suhu kamar
- Golongan alkhohol berbentuk cair
- Cairan kental - Dalam suhu kamar
- Mudah nyala berbentuk cair
Oli bekas
- Golongan minyak - Cairan oli sukar
- Anti air membeku
- Mudah nyala jika dididihkan - Dari pohon kelapa
- Golongan minyak sawit
Minyak sawit
- Anti air - Dalam suhu kamar
- Asap warna putih berbentuk cair
- Mudah menyala bila dibakar
- Ada fraksi mudah dan fraksi
Minyak jarak kental Berasal dari buah jarak
- Anti air
- Membeku jika cuaca dingin
- Mudah terbakar
Berasal dari minyak
Minyak tanah - Tidak dapat larut dalam air
bumi
- Aroma khas
Sumber: (Kurniawan, 2008)

1.4 Karbonisasi
Proses karbonisasi merupakan salah satu tahap yang penting dalam
pembuatan briket arang. Pada umumnya proses ini dilakukan pada temperatur
500-800 0C, kandungan zat yang mudah menguap akan hilang sehingga akan
terbentuk struktur pori awal. Proses karbonisasi merupakan suatu proses
pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan organik dengan jumlah oksigen
yang sangat terbatas, yang menghasilkan arang serta menyebabkan penguraian
senyawa organik yang menyusun struktur bahan membentuk uap air, methanol,

11
uap-uap asam asetat dan hidrokarbon. Karbonisasi merupakan suatu proses untuk
mengkonversi bahan organik menjadi arang (Hasani, 1996)
Pada proses karbonisasi akan melepaskan zat yang mudah terbakar seperti
CO, CH4 dan H2 yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada
proses karbonisasi. Proses karbonisasi dapat dibagi menjadi empat tahap sebagai
berikut :
1. Penguapan air kemudian penguraian selulosa menjadi distilat yang sebagian
besar mengandung asam-asam dan methanol
2. Penguraian sellulosa secara intensif hingga menghasilkan gas serta sedikit
air
3. Penguraian senyawa lignin menghasilkan lebih banyak tar yang akan
bertambah jumlahnya pada waktu yang lama dan suhu tinggi
4. Pembentukan gas hidrogen merupakan proses pemurnian arang yang
terbentuk.

1.5 Briket Cangkang Sawit


Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak
kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak.
Tempurung kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif
dapat dibuat dengan melalui proses karbonisasi pada suhu 550oC selama kurang
lebih tiga jam. Karakteristik arang aktif yang dihasilkan melalui proses tersebut
memenuhi SII, kecuali kadar abu. Tingkat keaktifan arang cukup tinggi. Hal ini
terlihat dari daya serap iodnya sebesar 28,9% (Andriati, 2003)
Cangkang sawit merupakan limbah pabrik yang memiliki nilai ekonomis
tinggi yang dapat dijadikan sebagai basis usaha. Briket merupakan salah satu
solusi altenatif yang cukup efektif dan efisien dalam menghadapi krisis sumber
energi atas energi fosil untuk bahan bakar seperti yang telah diperkirakan oleh
para ahli dan ilmuan. Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-
batangan arang yang terbuat dari bioarang kualitas dari bioarang ini tidak kalah
dengan batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya.

12
Briket cangkang sawit adalah bahan bakar alternatif terbuat dari bahan baku
cangkang sawit yang sudah diolah menjadi briket yang dicetak dengan bentuk dan
ukuran sesuai keinginan. Briket ini diharapkan menjadi bahan bakar pengganti
sebagai pilihan yang dibutuhkan masyarakat.

BAB III
METODOLOGI
A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkang kelapa sawit,
sludge limbah kelapa sawit, tepung kanji, air sebagai campuran bahan pereka.Alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tungku pengarangan yang digunakan

13
sebagai tempat pengarangan cangkang kelapa sawit, sekop kecil yang digunakan
untuk memasukkan cangkang kelapa sawit kedalam tungku pengarangan,
lumpang dan alu yang digunakan sebagai alat menumbuk bioarang, ember dan
baskom yang digunakan sebagai tempat pengadukan adonan bioarang, gelas ukur
yang digunakan untuk mengukur banyaknya air yang dibutuhkan untuk membuat
larutan kanji, kayu pengaduk yang digunakan sebagai alat untuk adonan bioarang
agar campuran merata, timbangan yang digunakan sebagai alat untuk mengukur
berat bioarang yang akan dicetak, cetakan briket yang digunakan sebagai tempat
untuk mencetak sampel briket, oven yang digunakan sebagai alat untuk
mengeringkan bioarang yang telah dicetak, bom calorimeter yang digunakan
sebagai alat untuk mengukur nilai kalori dari briket yang dihasilkan, shave
seckher yang digunakan untuk mengayak biorang yang telah ditumbuk.

Tabel 1. Perlakuan komposisi antara cangkang kelapa sawit dan


sludge limbah kelap sawit

Komposisi Komposisi
Cangkang Sludge
Perlakuan
Sawit (%) Limbah
Sawit (%)
P1 100 0
P2 50 50
P3 40 60
P4 30 70
P5 20 80
P6 0 100

B. Prosedur Penelitian

14
1. 1.Cangkang kelapa sawit dansludgelimbah kelapa sawit dibersihkan dari
kotoran yang terikut, kemudian dilakukan pengeringan dibawah sinar
matahari.
2. Bahan cangkang kelapa sawit dimasukkan dalam tungku pengarangan lalu
bahan di sulut dengan api, sesudah menjadi arang bahan dikeluarkan dari
tungku pengarangan.
3. Bioarang hasil pengarangan ditumbuk hingga menjadi tepung arang dan
sludgelimbah kelapa sawit dikering udarakan sehingga benar benar kering.
4. Cangkang kelapa sawit yang ditumbuk tersebut kemudian diayak untuk
mendapatkan ukuran material yang seragam dalam penelitian ini, untuk
ukuran material cangkang kelapa sawit adalah 20 mesh.
5. Sludge limbah kelapa sawit yang padat dihaluskan kembali.
6. Kemudian disiapkan campuran perekat (kanji) yang di larutkan dalam air
dengan perbandingan 1: 10, kemudian dipanaskan.
7. Adonan tepung kanji yang telah jadi perekat, kemudian dicampurkan
dengan tepung dari hasil pengayakan sehingga menjadi adonan yang
lengket, selanjutnya adonan diaduk agar semua bahan tercampur merata
8. Hasil adonan tepung kanji di timbang 20 % setiap perlakuan.
9. Hasil adonan briket dimasukkan ke cetakan briket tipe press
10. Kemudian briket dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan pengeringan
dengan oven pada suhu 600OC selama lebih berkurang 24 jam, briket yang
dihasilkan diuji parameternya yaitukualitas nilai kalor, kadar air, densitas
dan kadar abu.
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

15
pembersi
han
Pepembakaran
Bioarang Ditumbuk dan
sludge dikeringkan
Pengayakan 20 mesh
Sludge dihaluskan
Bahan kembali
pereka Pencampuran
t
Pencetakan
Pengeringan dengan
oven 60⁰ C 24 jam
Briket

BAB IV
PEMBAHASAN

16
Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa komposisi bahan
pembuat briket arang dari cangkang kelapa sawit dan sludge limbah kelapa
sawitberpengaruh terhadap jumlah nilai kalor, kadar air, kerapatan, dan kadar abu.
Hasil pengujian yang diperoleh tercantum pada Tabel 2.

Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa nilai kalor yang tertinggi diperoleh dari
perlakuan P1 sebesar 5506,38 kal/g sedangkan nilai kalor yang terendah diperoleh
dari perlakuan P6 410,04 sebesar kal/g. Kadar air yang tertinggi diperoleh dari
perlakuan P6 17,06 % sedangkan kadar air yang terendah diperoleh dari
perlakuan P4 sebesar 3, 26 %. Densitas (kerapatan partikel) yang tertinggi

diperoleh dari perlakuan P2 sebesar 0,93 g/cm3 sedangkan densitas terendah

diperoleh dari perlakuan P5 sebesar 0,69 g/cm3. Kadar abu yang tertinggi
diperoleh dari perlakuanP6 sebesar 38,64 % sedangkan kadar abu terendah
diperoleh dari perlakuan P1 sebesar 7,86 %.

Tabel 2. Hasil penelitian pemanfaatan cangkang kelapa sawit dan


sludge limbah kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan biobriket arang.

Perla Nilai Kalor Kadar Densit Kadar


kuan Air as Abu
(kal/g) (%) ( g/ (%)

cm3 )
P1 5506,38 4,13 0,75 7,86
P2 4862, 02 5,46 0,93 14,47
P3 3514,71 7,06 0,86 19,83
P4 4627,70 3,26 0,81 12,38
P5 3573,29 10,73 0,69 25,89
P6 410,04 17,06 0,72 38,64

A. Nilai kalor

Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa persentase perlakuan bahan
pengikat memberi pengaruh sangat nyata terhadap nilai kalor. Hasil pengujian
LSR (Least Significant Range) menunjukkan pengaruh persentase perbedaan

17
komposisi bahan bakar terhadap nilai kalor untuk setiap perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji LSR persentase komposisi bahan briket terhadap


nilai kalor (kal/g)

Jarak LSR Notasi


P 0,05 0,01 Perl Rataan 0,05 0,0
aku 1
an
- P6 410,52104 a A
2 172,7994 242,2894 P3 3514,71 b B
3 180,8757 252,6091 P5 3573,29 b B
4 185,7552 259,2272 P4 4627,70 c C
5 189,0081 263,8823 P2 4862,02 d C
6 191,2516 267,3596 P1 5506,38 e D
huruf yang Keterangan : Notasi berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa pada perlakuan P1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan P2 dan perlakuan P2berbeda sangatnyata dengan perlakuan P4
dan perlakuan P4 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P5 dan perlakuan P5
berbeda tidak nyata dengannyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada
taraf 1 % perlakuan P3 dan perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan
P6yang diamati pada taraf 5 %. Hubungan komposisi bahan terhadap nilai kalor
dapat dilihat pada Gambar 1. .

18
Gambar 1. Gafik antara komposisi bahan pembuat briket bioarang terhadap
nilai kalor

Perbedaan jumlah nilai kalor pada masing masing perlakuan disebabkan


oleh perbedaan akumulasi jumlah nilai kalor yang terkandung pada setiap briket
yang dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusun briket bioarang tersebut. Pada
perlakuan (100/0) dengan kompisi bahan pembuat briket yaitu 100 % cangkang
kelapa sawit dan 0 % sludge limbah kelapa sawit memiliki nilai kalor tertinggi
5506,38 kal/g sedangkan pada perlakuan (0/100) dengan komposisi bahan
pembuat briket yaitu 100 %.

E. Kadar air

Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perbedaan komposisi bahan
bakar memberi pengaruh sangat nyata terhadap kadar air. Melihat perbedaan
pengaruh lama sludge limbah kelapa sawit memiliki nilai kalor yang terendah
yaitu 410,04 kal/g. Hal ini sesuai dengan literatur Hartoyo (1983) yang
menyatakan bahwa kualitas nilai kalor briket yang dihasilkan dipengaruhi oleh
nilai kalor atau energi yang dimiliki oleh bahan penyusunnya. pengeringan
terhadap kadar air, maka dilakukan uji beda rataan dengan uji LSR (Least
Significant Range), dari uji LSR diperoleh hasil seperti yang tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil uji LSR pengujian persentase komposisi bahan pembuat briket
terhadap kadar air ( % )

Jarak LSR Notasi


P 0,05 0,01 Perla Rataan 0,0 0,0
kuan 5 1
P4 3,26 A A
2 0,470631 0,659891 P1 4,13 B B
3 0,492627 0,687997 P2 5,46 C C
4 0,505916 0,706022 P3 7,06 D D
5 0,514776 0,718701 P6 10,73 E E
6 0,520886 0,728171 P5 17,06 F F
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat sangat nyata pada taraf 1 %

19
Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa perlakuan P4 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan P1 dan perlakuan P1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan
P2 dan perlakuan P2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3 dan perlakuan
P3. berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P6 dan perlakuan P6 berbeda sangat
nyata terhadap perlakuan P5 yang diamataipadataraf 5 %. Hubungan komposisi
bahan pembuat briket terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar 2

Dari Gambar 2. juga dapat dilihat bahwa nilai kadar air tertinggi terdapat
pada perlakuan (20/80) yaitu 17,06 % dengan komposisi cangkang kelapa sawit
20 % dan sludge limbah kelapa sawit 80 % sedangkan nilai kadar air terendah
pada perlakuan (30/70) yaitu 3,26 % dengan komposisi arang cangkang kelapa
sawit 70 % dan sludge limbah kelapa sawit 30 %. Perbedaan komposisi ini
menghasilkan luas permukaan briket yang berbeda sehingga memberi pengaruh
dalam penyerapan kadar air pada briket yang dibuat. Kadar air yang tinggi akan
menyebabkan menurunnya nilai kalori dan efesiensi pembakaran.

F. Densitas

Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perbedaan komposisi bahan
bakar memberi pengaruh sangat nyata terhadap densitas. Hasil pengujian LSR
(Least Significant Range) menunjukkan pengaruh perbedaan komposisi bahan
terhadap densitas untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji LSR perbedan persentase komposisi bahan pembuat

briket terhadap densitas ( g/cm3 )

20
Jarak LSR Notasi
P 0,05 0,01 Perlak Rata 0, 0,01
uan an 05
P5 0,69 a A
2 0,048985 0,068 P6 0,72 a A
684
3 0,051274 0,071 P1 0,75 b AB
609
4 0,052657 0,073 P4 0,81 c BC
485
5 0,05358 0,074 P3 0,86 c CD
805
6 0,054216 0,075 P2 0,93 d D
79
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata
terhadap pada taraf 1 %

Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa perlakuan P5 berbeda tidak nyata dengan
perlakuan P6 dan perlakuan P6 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P1 dan
perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4 dan perlakuan P4
berbeda tidak nyata dengan perlakuan P3 danperlakuan P3 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan P2 yang diamatipadataraf 5 %. Hubungan komposisi bahan
pembuat briket terhadap densitas dapat dilihat pada Gambar 3.

21
Penambahan arang cangkang kelapa sawit dapat meningkatkan densitas
(kerapatan briket) arang. Hal ini terjadi karena berat jenis cangkang kelapa sawit
lebih tinggi dari pada sludge limbah kelapa sawit sehingga berat briket per
centimeter kubiknya meningkat dengan meningkatnya arang cangkang kelapa
sawit. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Sudrajat (1984) dalam
Setyawan (2006) menyatakan bahwa kayu yang berkerapatan tinggi akan
menghasilkan briket dengan berkerapatan lebih tinggi, sedangkan kayu yang
berkerapatan rendah akan menghasilkan briket dengan kerapatan yang rendah.

22
G. Kadar Abu

Hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi bahan pembuat
briket memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar abu yang
dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR (Least Significant Range) yang
menunjukkan pengaruh setiap perlakuan komposisi terhadap nilai kadar abu yang
dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 6. Dari Tabel 6. dapat diketahui bahwa
perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4 dan perlakuan P4
berbeda sangat nyata dengan perlakuan P2 dan perlakuan P2 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan P3 dan perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P5
dan perlakuan P5 berbeda sangat nayata dengan perlakuan P6 yang diamati pada
taraf 5 %. Hubungan komposisi bahan pembuat briket terhadap kadar abu dapat
dilihat pada Gambar 4.

Tabel 6. Hasil uji LSR persentase komposisi bahan pembuat briket terhadap nilai
kadar abu %

Jarak LSR Notasi


0,05 0,01 Perlaku Rataan 0,05 0,01
an
P1 7,86 a A
2 1,938459 2,717994 P4 12,38 b B
3 2,029058 2,833761 P2 14,47 c C
4 2,083796 2,908002 P3 19,83 d D
5 2,120287 2,960223 P5 25,89 e E
6 2,145454 2,999231 P6 38,64 f F
Keterangan Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata
pada taraf 1 %

23
Dari Gambar 4. dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi memberikan
pengaruh terhadap kadar abu yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada
perlakuan (100/0) dengan komposisi bahan pembuat briket yaitu 100 % arang
cangkang kelapa sawit dan 0 % sludge limbah kelapa sawit yang memiliki nilai
kadar abu terendah yaitu 7,86 % sedangkan nilai kadar abu tertinggi adalah pada
perlakuan (0/100) dengan komposisi bahan arang cangkang kelapa sawit 0 % dan
sludge limbah kelapa sawit 100 % sebesar 38,64 %. Hal ini membuktikan bahwa
kadar abu semangkin rendah jika jumlah komposisi arang cangkang kelapa sawit
pada setiap perlakuan semangkin sedikit begitu sebaliknya jika jumlah komposisi
bahan sludge limbah kelapa sawit pada setiap perlakuan lebih banyak maka nilai
kadar abu yang didapatkan semangkin tinggi. Menurut Hendra dan Winarni
(2003) dalam Hendra (2007) bahwa faktor jenis bahan baku sangat berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya kadar abu briket arang yang dihasilkan. Hal ini
dikarena bahan baku yang digunakan memeliki komposisi kimia dan jumlah
mineral yang berbeda beda sehingga mengakibatkan kadar abu yang dihasilkan
berbeda pula.

24
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perbedaan komposisi bahan pembuat briket bioarang memberi pengaruh


sangat nyata terhadap nilai kalor, kadar air, densitas ( kerapatan partikel )
dan kadar abu.
2. Nilai kalor Rata - rata yang diperoleh yaitu 3714,16 kal /g.
3. Nilai kadar air Rata - rata yang diperoleh yaitu 7,95 %.
4. Nilai densitas Rata - rata yang diperoleh yaitu 0,79 (g/ cm3).
5. Nilai kadar abu Rata - rata yang diperoleh yaitu 19,84 ( % ).
6. Penambahan arang cangkang kelapa sawit mampu meningkatkan kualitas
nilai kalor, kadar air,densitas dan kadar abu.

25
DAFTAR PUSTAKA

Hartoyo, 1983. Pembuatan Arang dari Briket Arang Secara Sederhana dari
Serbuk Gergaji dan Limbah Industry Perkayuan. Bogor, Puslitbang dan
Pengembangan Hasil Hutan.

Hendra, D dan Winarni, I., 2003. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang Campuran
Limbah Kayu Gergajian dan Sebetan Kayu. Jurnal penelitian Hasil Hutan.

Loebis, B., dan Tobing, P.L., 1989. Potensi Pemanfaatan Limbah Kelapa
Sawit. Buletin Perkebunan. 20; 49 – 56.

Reksohadiprojo, 1998. Ekonomi Energi. Edisi Pertama. UGM-Press,


Yogyakarta.

Sudradjat, R., dan Soleh S,. 1994. Petunjuk Teknis Pembuatan Arang Aktif.
Pusat Litbang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor

Widardo dan Suryanta, 1995. Membuat Bioarang dari Kotoran Lembu.


Kansius, Bogor.
Arumsari, Ajeng, Desain Analiss Pemaparan Daur Hidup (life Cycle
Assessment) Bioetanol dari TKKS, Puslit Kimia-LIPI Tangerang.

Andayani, Rina, Pembuatan Bioetanol dari TKKS melalui proses Fungal


Treatment oleh Aspergillusniger dan permentasi oleh Zymomunas
Mobilis, Lab. Pengolahan Limbah Industri, ITS Surabaya.

Irham, Journal, Kajian Teknis dan Keekonomian Pembangkit Tenaga


Biomassa Sawit, Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai