PEMANFAATAN
DISUSUN OLEH :
KELAS :
5 EGA
DOSEN PENGAMPU :
1
AADAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………….....………………..………...………….i
DAFTAR ISI………………………...…………………….……...………………ii
KATA PENGANTAR……………….…………………………..……...……….iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………….…………………..……4
B. Rumusan Masalah………………………………….…………….……6
C. Manfaat Penelitian................…………………..……………......…......6
A. Definisi Briket.......................................................................................7
B. Keunggulan Briket Bioarang.................................................................8.
C. Kelemahan Briket Bioarang..................................................................8.
A. Nilai Kalor...........................................................................................18
B. Kadar Air..............................................................................................19.
C. Densitas.................................................................................................21
D. Kadar Abu..............................................................................................23
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan…………......….......……………………………………25
DAFTAR PUSTAKA……………...………………….…………………..…….26
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Palembang, 2019
Penulis
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
sawit dimulai. Caranya pertama yang dilakukan adalah mengkarbonisasi cangkang
kelapa sawit, kemudian penumbukan cangkang kelapa sawit sehingga menjadi
bentuk kecil atau halus dan tahap selanjutnya adalah pengayakan dan tahap
terakhirnya adalah pencetakan dengan penambahan lem dari tepung kanji dan
kemudian dikeringkan.
Briket cangkang kelapa sawit ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan arang konvensional. Terutama pada bentuk ukurannya seragam karena
dicetak khusus dan besar kecilnya sesuai kehendak. Selanjutnya, briket ini
mempunyai panas pembakaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan arang
biasa. Apinya juga sama seperti kompor gas berwarna biru. Cangkang sawit baik
digunakan sebagai bahan bakar atau arang karena termasuk bahan
berlignoselulosa, berkadar karbon tinggi. Kemudian, mempunyai berat jenis yang
lebih tinggi daripada kayu yang mencapai 1,4 g/ml. Karakteristik ini
memungkinkan bahan tersebut baik untuk dijadikan arang yang mempunyai
energi panas tinggi sebesar 20.093 kJ/Kg.
Cangkang kelapa sawit mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, namun jika
diabaikan dan dibiarkan berserakan akan membuat lingkungan menjadi rusak. Jika
dibakar didalam incinerator akan menyebabkan pencemaran udara. Cangkang
kelapa sawit ini adalah bagian terkeras pada kelapa sawit. Cangkang sawit
memiliki banyak kegunaan serta manfaat bagi industri, usaha dan rumah tangga.
Beberapa diantaranya adalah produk bernilai ekonomis tinggi, yaitu karbon aktif,
asap cair, fenol, briket arang. Briket cangkang sawit sangat berfungsi sebagai
bahan bakar hemat energi memasak bagi ibu rumah tangga. Keunggulan kompor
arang briket cangkang sawit, apinya berwarna biru dan tidak mengeluarkan asap
serta ramah lingkungan
5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Briket ?
2. Bagaimana karakterisasi cangkang sawit sehingga dapat dimanfaatkan
menjadi Biobriket ?
3. Bagaimana metodologi pembuatan biobriket dari cangkang sawit?
4. Bagaimana hasil biobriket dari penelitian yang telah dilakukan terhadap
standar SNI biobriket?
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Mengetahui pengertian dari biobriket.
2. Mengetahui dan paham mengenai karakteristik dari cangkang sawit
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai biobriket.
3. Mengetahui metodologi pembuatan biobriket berbahan baku cangkang
sawit.
4. Mengetahui perbandingan antara hasil bioenergi cangkang sawit
terhadap standar SNI biobriket.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Briket
Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan
sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang
paling umum digunakan adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut, dan
briket biomassa. Briket dapat dibuat dengan 2 cara, yaitu bahan organik
diarangkan terlebih dahulu kemudian dicetak atau dengan mencetak biomassa
kemudian diarangkan.
Bioarang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari
aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan,
rumput, jerami, kertas maupun limbah pertanian lainnya yang dapat dikarbonisasi.
Bioarang ini dapat digunakan melalui proses pengolahan salah satunya adalah
menjadi briket bioarang.
Pembuatan briket arang dari limbah dapat dilakukan dengan menambah
bahan perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian
ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun dengan
manual dan selanjutnya dikeringkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hartoyo (1983) menyimpulkan bahwa briket arang yang dihasilkan setaraf dengan
arang buatan Inggris dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang karena
menghasilkan kadar abu dan zat yang menguap rendah serta tinggi kadar karbon
terikat dan nilai kalor.
Briket bioarang yang didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud
padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan tertentu. Briket bioarang dapat menggantikan
penggunaan kayu bakar yang mulai meningkat konsumsinya. Selain itu harga
briket bioarang relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat. Briket bioarang
memiliki keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut.
7
B. Keunggulan Briket Bioarang
a. Lebih murah dan ekonomis
b. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran
yang lama
c. Tidak beresiko meledak/terbakar seperti kompor minyak tanah atau kompor
elpiji
d. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga sehingga tidak
membuat alat-alat memasak menjadi rusak
e. Sumber briket batok kelapa melimpah
f. Ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan
8
cangkang sawit, briket serbuk kayu/gergaji, briket ranting dan daun kering
(Kurniawan, 2008).
1.2 Perekat
Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan
bahan perekat atau lem, butiran-butiran arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai
dengan kebutuhan. Namun permasalahannya terletak pada jenis bahan perekat
yang akan dipilih. Penetuan jenis bahan perekat yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap kualitas briket ketika dinyalakan secara seksama karena
setiap bahan perekat memiliki daya lekat yang berbeda-beda karakteristiknya
(Kurniawan, Odan Marsono, 2008).
Perekat yang digunakan dalam praktikum ini adalah perekat aci, yaitu
tepung tapioca dan tepung kanji. Perekat aci terbuat dari tepung tapioca/ kanji
yang mudah dibeli dari toko makanan dan di pasar. Biasanya dipakai untuk
membuat pengental makanan. Warnanya bening, kental, dan bersifat agak lengket
bila dipanaskan. Tepung ini dibuat dari sari pati ketela pohon (Singkong).
Singkong setelah dikuliti dan dibersihkan, diparut dan diambil ekstraknya (Sari
patinya). Sari pati ini kemudian di endapkan dan disaring hingga membentuk
butiran-butiran tepung. Perekat ini biasa digunakan untuk mengelem prangko dan
kertas.
9
Kalori (kkal) 358
Karbohidrat (%) 88,69
Kadar air (%) 15
Lemak (g) 0,02
Protein (g) 0,19
Kalsium (mg/100 g) 20
Fosfor (mg) 7
Besi (mg) 1,58
Magnesium (mg) 1
Kalium (mg) 11
Natrium (mg) 1
Seng (mg) 0,12
Tembaga (mg) 0,02
Mangan (mg) 0,11
Selenium (mg) 0,8
Asam folat 4
Sumber: (Chandra, 2007).
10
- Mudah nyala
- Asap hitam
- Mudah menguap - Hasil pengolahan
- Mudah menyala tetes tebu
Spritus - Warna api biru - Pada
- Asap tidak terlihat - suhu kamar
- Golongan alkhohol berbentuk cair
- Cairan kental - Dalam suhu kamar
- Mudah nyala berbentuk cair
Oli bekas
- Golongan minyak - Cairan oli sukar
- Anti air membeku
- Mudah nyala jika dididihkan - Dari pohon kelapa
- Golongan minyak sawit
Minyak sawit
- Anti air - Dalam suhu kamar
- Asap warna putih berbentuk cair
- Mudah menyala bila dibakar
- Ada fraksi mudah dan fraksi
Minyak jarak kental Berasal dari buah jarak
- Anti air
- Membeku jika cuaca dingin
- Mudah terbakar
Berasal dari minyak
Minyak tanah - Tidak dapat larut dalam air
bumi
- Aroma khas
Sumber: (Kurniawan, 2008)
1.4 Karbonisasi
Proses karbonisasi merupakan salah satu tahap yang penting dalam
pembuatan briket arang. Pada umumnya proses ini dilakukan pada temperatur
500-800 0C, kandungan zat yang mudah menguap akan hilang sehingga akan
terbentuk struktur pori awal. Proses karbonisasi merupakan suatu proses
pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan organik dengan jumlah oksigen
yang sangat terbatas, yang menghasilkan arang serta menyebabkan penguraian
senyawa organik yang menyusun struktur bahan membentuk uap air, methanol,
11
uap-uap asam asetat dan hidrokarbon. Karbonisasi merupakan suatu proses untuk
mengkonversi bahan organik menjadi arang (Hasani, 1996)
Pada proses karbonisasi akan melepaskan zat yang mudah terbakar seperti
CO, CH4 dan H2 yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada
proses karbonisasi. Proses karbonisasi dapat dibagi menjadi empat tahap sebagai
berikut :
1. Penguapan air kemudian penguraian selulosa menjadi distilat yang sebagian
besar mengandung asam-asam dan methanol
2. Penguraian sellulosa secara intensif hingga menghasilkan gas serta sedikit
air
3. Penguraian senyawa lignin menghasilkan lebih banyak tar yang akan
bertambah jumlahnya pada waktu yang lama dan suhu tinggi
4. Pembentukan gas hidrogen merupakan proses pemurnian arang yang
terbentuk.
12
Briket cangkang sawit adalah bahan bakar alternatif terbuat dari bahan baku
cangkang sawit yang sudah diolah menjadi briket yang dicetak dengan bentuk dan
ukuran sesuai keinginan. Briket ini diharapkan menjadi bahan bakar pengganti
sebagai pilihan yang dibutuhkan masyarakat.
BAB III
METODOLOGI
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkang kelapa sawit,
sludge limbah kelapa sawit, tepung kanji, air sebagai campuran bahan pereka.Alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tungku pengarangan yang digunakan
13
sebagai tempat pengarangan cangkang kelapa sawit, sekop kecil yang digunakan
untuk memasukkan cangkang kelapa sawit kedalam tungku pengarangan,
lumpang dan alu yang digunakan sebagai alat menumbuk bioarang, ember dan
baskom yang digunakan sebagai tempat pengadukan adonan bioarang, gelas ukur
yang digunakan untuk mengukur banyaknya air yang dibutuhkan untuk membuat
larutan kanji, kayu pengaduk yang digunakan sebagai alat untuk adonan bioarang
agar campuran merata, timbangan yang digunakan sebagai alat untuk mengukur
berat bioarang yang akan dicetak, cetakan briket yang digunakan sebagai tempat
untuk mencetak sampel briket, oven yang digunakan sebagai alat untuk
mengeringkan bioarang yang telah dicetak, bom calorimeter yang digunakan
sebagai alat untuk mengukur nilai kalori dari briket yang dihasilkan, shave
seckher yang digunakan untuk mengayak biorang yang telah ditumbuk.
Komposisi Komposisi
Cangkang Sludge
Perlakuan
Sawit (%) Limbah
Sawit (%)
P1 100 0
P2 50 50
P3 40 60
P4 30 70
P5 20 80
P6 0 100
B. Prosedur Penelitian
14
1. 1.Cangkang kelapa sawit dansludgelimbah kelapa sawit dibersihkan dari
kotoran yang terikut, kemudian dilakukan pengeringan dibawah sinar
matahari.
2. Bahan cangkang kelapa sawit dimasukkan dalam tungku pengarangan lalu
bahan di sulut dengan api, sesudah menjadi arang bahan dikeluarkan dari
tungku pengarangan.
3. Bioarang hasil pengarangan ditumbuk hingga menjadi tepung arang dan
sludgelimbah kelapa sawit dikering udarakan sehingga benar benar kering.
4. Cangkang kelapa sawit yang ditumbuk tersebut kemudian diayak untuk
mendapatkan ukuran material yang seragam dalam penelitian ini, untuk
ukuran material cangkang kelapa sawit adalah 20 mesh.
5. Sludge limbah kelapa sawit yang padat dihaluskan kembali.
6. Kemudian disiapkan campuran perekat (kanji) yang di larutkan dalam air
dengan perbandingan 1: 10, kemudian dipanaskan.
7. Adonan tepung kanji yang telah jadi perekat, kemudian dicampurkan
dengan tepung dari hasil pengayakan sehingga menjadi adonan yang
lengket, selanjutnya adonan diaduk agar semua bahan tercampur merata
8. Hasil adonan tepung kanji di timbang 20 % setiap perlakuan.
9. Hasil adonan briket dimasukkan ke cetakan briket tipe press
10. Kemudian briket dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan pengeringan
dengan oven pada suhu 600OC selama lebih berkurang 24 jam, briket yang
dihasilkan diuji parameternya yaitukualitas nilai kalor, kadar air, densitas
dan kadar abu.
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian
15
pembersi
han
Pepembakaran
Bioarang Ditumbuk dan
sludge dikeringkan
Pengayakan 20 mesh
Sludge dihaluskan
Bahan kembali
pereka Pencampuran
t
Pencetakan
Pengeringan dengan
oven 60⁰ C 24 jam
Briket
BAB IV
PEMBAHASAN
16
Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa komposisi bahan
pembuat briket arang dari cangkang kelapa sawit dan sludge limbah kelapa
sawitberpengaruh terhadap jumlah nilai kalor, kadar air, kerapatan, dan kadar abu.
Hasil pengujian yang diperoleh tercantum pada Tabel 2.
Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa nilai kalor yang tertinggi diperoleh dari
perlakuan P1 sebesar 5506,38 kal/g sedangkan nilai kalor yang terendah diperoleh
dari perlakuan P6 410,04 sebesar kal/g. Kadar air yang tertinggi diperoleh dari
perlakuan P6 17,06 % sedangkan kadar air yang terendah diperoleh dari
perlakuan P4 sebesar 3, 26 %. Densitas (kerapatan partikel) yang tertinggi
diperoleh dari perlakuan P5 sebesar 0,69 g/cm3. Kadar abu yang tertinggi
diperoleh dari perlakuanP6 sebesar 38,64 % sedangkan kadar abu terendah
diperoleh dari perlakuan P1 sebesar 7,86 %.
cm3 )
P1 5506,38 4,13 0,75 7,86
P2 4862, 02 5,46 0,93 14,47
P3 3514,71 7,06 0,86 19,83
P4 4627,70 3,26 0,81 12,38
P5 3573,29 10,73 0,69 25,89
P6 410,04 17,06 0,72 38,64
A. Nilai kalor
Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa persentase perlakuan bahan
pengikat memberi pengaruh sangat nyata terhadap nilai kalor. Hasil pengujian
LSR (Least Significant Range) menunjukkan pengaruh persentase perbedaan
17
komposisi bahan bakar terhadap nilai kalor untuk setiap perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 3.
Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa pada perlakuan P1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan P2 dan perlakuan P2berbeda sangatnyata dengan perlakuan P4
dan perlakuan P4 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P5 dan perlakuan P5
berbeda tidak nyata dengannyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada
taraf 1 % perlakuan P3 dan perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan
P6yang diamati pada taraf 5 %. Hubungan komposisi bahan terhadap nilai kalor
dapat dilihat pada Gambar 1. .
18
Gambar 1. Gafik antara komposisi bahan pembuat briket bioarang terhadap
nilai kalor
E. Kadar air
Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perbedaan komposisi bahan
bakar memberi pengaruh sangat nyata terhadap kadar air. Melihat perbedaan
pengaruh lama sludge limbah kelapa sawit memiliki nilai kalor yang terendah
yaitu 410,04 kal/g. Hal ini sesuai dengan literatur Hartoyo (1983) yang
menyatakan bahwa kualitas nilai kalor briket yang dihasilkan dipengaruhi oleh
nilai kalor atau energi yang dimiliki oleh bahan penyusunnya. pengeringan
terhadap kadar air, maka dilakukan uji beda rataan dengan uji LSR (Least
Significant Range), dari uji LSR diperoleh hasil seperti yang tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil uji LSR pengujian persentase komposisi bahan pembuat briket
terhadap kadar air ( % )
19
Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa perlakuan P4 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan P1 dan perlakuan P1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan
P2 dan perlakuan P2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3 dan perlakuan
P3. berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P6 dan perlakuan P6 berbeda sangat
nyata terhadap perlakuan P5 yang diamataipadataraf 5 %. Hubungan komposisi
bahan pembuat briket terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar 2
Dari Gambar 2. juga dapat dilihat bahwa nilai kadar air tertinggi terdapat
pada perlakuan (20/80) yaitu 17,06 % dengan komposisi cangkang kelapa sawit
20 % dan sludge limbah kelapa sawit 80 % sedangkan nilai kadar air terendah
pada perlakuan (30/70) yaitu 3,26 % dengan komposisi arang cangkang kelapa
sawit 70 % dan sludge limbah kelapa sawit 30 %. Perbedaan komposisi ini
menghasilkan luas permukaan briket yang berbeda sehingga memberi pengaruh
dalam penyerapan kadar air pada briket yang dibuat. Kadar air yang tinggi akan
menyebabkan menurunnya nilai kalori dan efesiensi pembakaran.
F. Densitas
Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perbedaan komposisi bahan
bakar memberi pengaruh sangat nyata terhadap densitas. Hasil pengujian LSR
(Least Significant Range) menunjukkan pengaruh perbedaan komposisi bahan
terhadap densitas untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.
20
Jarak LSR Notasi
P 0,05 0,01 Perlak Rata 0, 0,01
uan an 05
P5 0,69 a A
2 0,048985 0,068 P6 0,72 a A
684
3 0,051274 0,071 P1 0,75 b AB
609
4 0,052657 0,073 P4 0,81 c BC
485
5 0,05358 0,074 P3 0,86 c CD
805
6 0,054216 0,075 P2 0,93 d D
79
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata
terhadap pada taraf 1 %
Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa perlakuan P5 berbeda tidak nyata dengan
perlakuan P6 dan perlakuan P6 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P1 dan
perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4 dan perlakuan P4
berbeda tidak nyata dengan perlakuan P3 danperlakuan P3 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan P2 yang diamatipadataraf 5 %. Hubungan komposisi bahan
pembuat briket terhadap densitas dapat dilihat pada Gambar 3.
21
Penambahan arang cangkang kelapa sawit dapat meningkatkan densitas
(kerapatan briket) arang. Hal ini terjadi karena berat jenis cangkang kelapa sawit
lebih tinggi dari pada sludge limbah kelapa sawit sehingga berat briket per
centimeter kubiknya meningkat dengan meningkatnya arang cangkang kelapa
sawit. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Sudrajat (1984) dalam
Setyawan (2006) menyatakan bahwa kayu yang berkerapatan tinggi akan
menghasilkan briket dengan berkerapatan lebih tinggi, sedangkan kayu yang
berkerapatan rendah akan menghasilkan briket dengan kerapatan yang rendah.
22
G. Kadar Abu
Hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi bahan pembuat
briket memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar abu yang
dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR (Least Significant Range) yang
menunjukkan pengaruh setiap perlakuan komposisi terhadap nilai kadar abu yang
dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 6. Dari Tabel 6. dapat diketahui bahwa
perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4 dan perlakuan P4
berbeda sangat nyata dengan perlakuan P2 dan perlakuan P2 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan P3 dan perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P5
dan perlakuan P5 berbeda sangat nayata dengan perlakuan P6 yang diamati pada
taraf 5 %. Hubungan komposisi bahan pembuat briket terhadap kadar abu dapat
dilihat pada Gambar 4.
Tabel 6. Hasil uji LSR persentase komposisi bahan pembuat briket terhadap nilai
kadar abu %
23
Dari Gambar 4. dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi memberikan
pengaruh terhadap kadar abu yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada
perlakuan (100/0) dengan komposisi bahan pembuat briket yaitu 100 % arang
cangkang kelapa sawit dan 0 % sludge limbah kelapa sawit yang memiliki nilai
kadar abu terendah yaitu 7,86 % sedangkan nilai kadar abu tertinggi adalah pada
perlakuan (0/100) dengan komposisi bahan arang cangkang kelapa sawit 0 % dan
sludge limbah kelapa sawit 100 % sebesar 38,64 %. Hal ini membuktikan bahwa
kadar abu semangkin rendah jika jumlah komposisi arang cangkang kelapa sawit
pada setiap perlakuan semangkin sedikit begitu sebaliknya jika jumlah komposisi
bahan sludge limbah kelapa sawit pada setiap perlakuan lebih banyak maka nilai
kadar abu yang didapatkan semangkin tinggi. Menurut Hendra dan Winarni
(2003) dalam Hendra (2007) bahwa faktor jenis bahan baku sangat berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya kadar abu briket arang yang dihasilkan. Hal ini
dikarena bahan baku yang digunakan memeliki komposisi kimia dan jumlah
mineral yang berbeda beda sehingga mengakibatkan kadar abu yang dihasilkan
berbeda pula.
24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
Hartoyo, 1983. Pembuatan Arang dari Briket Arang Secara Sederhana dari
Serbuk Gergaji dan Limbah Industry Perkayuan. Bogor, Puslitbang dan
Pengembangan Hasil Hutan.
Hendra, D dan Winarni, I., 2003. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang Campuran
Limbah Kayu Gergajian dan Sebetan Kayu. Jurnal penelitian Hasil Hutan.
Loebis, B., dan Tobing, P.L., 1989. Potensi Pemanfaatan Limbah Kelapa
Sawit. Buletin Perkebunan. 20; 49 – 56.
Sudradjat, R., dan Soleh S,. 1994. Petunjuk Teknis Pembuatan Arang Aktif.
Pusat Litbang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor
26