KELOMPOK 2:
GURU PEMBIMBING:
KEMENTERIAN AGAMA
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA LUBUKLINGGAU
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 (MODEL) LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
HALAMAN PENGESAHAN
KELOMPOK 2
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah yang berjudul “Pembuatan
Biobriket Berbahan Dasar Limbah Cangkang Kelapa Sawit sebagai Sumber Energi
Alternatif” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya.
Karya tulis ilmiah yang penulis buat untuk melengkapi tugas akhir semester
Madrasah ini dapat diselesaikan dengan baik karena atas dukungan dan partisipasi
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Saipul, S.Pd.I.,M.M. selaku kepala madrasah di MAN 1 (Model)
Lubuklinggau.
2. Ibu Riska Ahsanunnisa, M.Pd. sebagai guru pembimbing yang telah
membimbing penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.
3. Orang tua yang telah memberikan doa dan supportnya kepada penulis.
4. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu yang telah
mendukung dan berpartisipasi dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapa
tmemberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Lubuklinggau,
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesipulan......................................................................................11
iv
5.2 Saran.............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................12
LAMPIRAN...................................................................................................13
v
BAB I
PENDAHULUAN
vi
selulosa (26,7%), hemiselulosa( 12,61%) dan lignin (42,96%). Komposisi tersebut
merupakan factor utama bahwa cangkang kelapa sawit dapat dijadikan bahan dasar
pembuatan briket.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat tema ini kedalam
karya ilmiah yang berjudul “Pembuatan Biobriket Berbahan Dasar Limbah Cangkang
Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi Alternatif”.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui proses pemanfaatan limbah biomassa dari cangkang kelapa sawit
menjadi biobriket
2. Mengetahui performansi briket yang dihasilkan dengan menghitung lama
waktu penyalaan dan laju pembakaran.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Mampu menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung mengenai
cara pemanfaatan limbah cangkang kelapa sawit sebagai sumber energi
Alternatif.
2. Bagi Peserta didik
a. Dapat menambah wawasan khasanah keilmuan dalam menerapkan
metode ilmiah dan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
vii
b. Memahami kaidah penulisan karya tulis ilmiah yang baik dan benar
c. Mendapatkan pengalaman secara langsung terkait pembelajaran yang aktif
dengan metode eksperimen dalam pengelolahan limbah cangkang kelapa
sawit sebagai sumber energi alternatif.
3. Bagi Guru
Mampu menambah wawasan dan juga kontribusi pemikiran mengenai metode
untuk menumbuhkan keahlian sains dengan pemanfaatan limbah cangkang
kelapa sawit sebagai sumber energi alternatif.
4. Bagi Sekolah
a. Sebagaia lternatif pengembangan dalam memajukan keilmuan peserta
didik kedepannya.
b. Sebagai salah satu media pembelajaran dalam menumbuh kembangkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik.
5. Bagi Masyarakat
a. Dapat mengedukasi mengenai alternative pengolahan limbah cangkang
kelapa sawit sebagai sumber energi alternatif.
b. Mengurangi polusi sampah dengan cara didaurulang menjadi produk
berdaya guna yang ergonomis.
viii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ix
2.2 Kandungan Cangkang Kelapa Sawit
Unsur yang menjadi kandungan khas cangkang Sawit ialah akan dipaparkan
sebagai berikut:
A. Kadar Air
Dengan mengandung kadar air yang lembab (moisture in Analysis) sebesar 8-
11% (Air Dried Basis) setidaknya menjadikan cangkang Sawit sangat cocok
untuk dijadikanbahanbakar. Sebab, pada dasarnya semakin berkurangnya
intensitas kadar air dalam suatu bahan, maka menjadikannya mudah untuk
terbakar. Selain itu, kondisi kadar air ini pula turut menentukan kualitas bahan
(daya tahan dan kekuatan).
B. Kadar Abu
Memiliki ashcontent (kadar abu) yang rendah, yakni kurang lebih sekitar 2-
3% menjadikan cangkang sawit sangat cocok untuk menggantikan batu bara.
Dengan menggunakan cangkang Sawit sebagai bahan bakar arang, setidaknya
sangat membantu dalam melakukan pelestarian sumber daya alam yang
terbatas. Selain itu, dengan menggunakan cangkang kelapa Sawit ini lebih
memberdayakan stok sumber daya yang mudah diperbaharui.
C. Karbon Aktif
Selain itu, cangkang kelapa Sawit juga mengandung kadar Karbon Aktif
murni (fixed carbon) kurang lebih sebanyak 20-22%. Secara mendasar,
Karbon Aktif yang bersumber dari limbah produksi varietas cangkang kelapa
Sawit ini dapat dimanfaatkan untuk penyerapan CO2 dan untuk pemurnian
biogas. Biogas adalah gas alami yang dihasilkan dari pemecahan bahan
organik oleh bakteri anaerob dan digunakan dalam produksi energi. Biogas
berbeda dengan gas alam karena biogas merupakan sumber energi terbaru
yang diproduksi secara biologis melalui pencernaan anaerobik
x
2.3Taksonomi Cangkang Kelapa Sawit
Divisi :Embryophyta Siphonagama
Kelas :Angiospermae
Ordo :Monokotyledonae
Famili :Arecaceae (dahuludisebut Palmae)
Subfamili: Cocoidae
Genus :Elaeis
Spesies :Elaeisguineensis Jacq
xi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Alat
3.3. ProsedurKerja
1) Limbah cangkang buah sawit dibakar di dalam drum hingga terjadi
pembakaran tidak sempurna dan terbentuk arang.
2) Arang hasil pembakaran selanjutnya dihancurkan atau digiling hingga benar-
benar halus.
3) Persiapan perekat: tepung tapioca dicairkan dengan air secukupnya,
kemudian dipanaskan hingga berbentuk lem.
4) Campurkan arang yang telah halus dengan perekat, lalu aduk hingga rata.
5) Cetak adonan menjadi bentuk tabung dengan ukuran 1/2
6) Keringkan dengan bantuan sinar matahari selama 2-3 hari.
7) Lakukan pengamatan terhadap uji nyala api (performansi briket) dengan 2
aspek yaitu waktu penyalaan (menit) dan laju pembakaran.
xii
3.4 Analisis Data
Persamaan yang digunakan untuk mengetahui laju pembakaran adalah:
m
Lajupembakaran =
t
Keterangan :
m = massa briket terbakar (massa briket awal – massa briket sisa) (gram)
t =waktu pembakaran (menit)
xiii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
m
Lajupembakaran =
t
= tidak terdapat hasil perhitungannya
4.2 Pembahasan
Biobriket yang dihasilkan mendapatkan nilai laju pembakaran yang
tidak terhingga atau tidak terdefinisi karena percobaan gagal. Penggunaan tepung
tapioca dengan penambahan air hangat berfungsi sebagai perekat arang yang
dijadikan adonan sehingga mempermudah adonan untuk menjadi kalis sehingga
mudah dibentuk, serta untuk memperbesar volatile yang dihasilkan selama
pembuatan arang. Persentase dari tepung tapioka dan air jangan terlalu banyak
agar adonan tidak encer. Menurut Rismayani dan Sjaifudin (2011) bahwa,
penambahan perekat yang semakin tinggi menyebabkan air yang terkandung
dalam perekat akan masuk dan terikat dalam pori arang, selain itu penambahan
perekat yang semakin tinggi akan menyebabkan briket mempunyai kerapatan
xiv
yang semakin tinggi pula sehingga pori-pori briket semakin kecil dan pada saat
dikeringkan air yang terperangkap didalam pori-pori briket susah menguap.
(Gambar 1) (Gambar 2)
Berdasarkan hasil yang didapatkan, (Gambar 1) percobaan pembuatan
biobriket dengan bahan dasar cangkang sawit ternyata gagal, percobaan
pembakaran menggunakan api arang cangkang sawit tidak terbakar walaupun
sudah dipancing dengan bahan lain yang mudah terbakar seperti plastik dan
kardus.
Menurut Nuwa dan Prihanika (2018) pemanfaatan tepung tapioka sebagai
bahan perekat memiliki daya rekat yang tinggi dibandingkan dengan tepung-
tepung jenis lain. Menurut Muzi dan Mulasari, (2014) kualitas briket dipengaruhi
oleh jenis perekat yang digunakan karena perekat mempengaruhi panas yang
dihasilkan selama pembakaran. perekat memiliki sifat yang tidak mudah terbakar
dan dapat menyerap air, oleh karena itu banyaknya perekat yang digunakan dapat
berdampak pada kualitas briket yang dihasilkan, semakin tinggi kadar perekat
maka semakin rendah nilai kalor briket. (Gambar 2) Hal ini diperkirakan karena
komposisi dari tepung tapioca terlalu banyak., sehingga arang cangkang sawit
susah untuk dibakar. Menurut Anggoro, dkk., (2017) penggunaan perekat briket
harus tepat agar didapatkan briket yang berkualitas. Menurut Surdirman, dkk
(2021) jumlah serbuk arang terhadap tepung tapioka yang digunakan memiliki
perbandingan 5:1. Hal ini dilakukan agar jumlah serbuk arang sebagai bahan
pembakaran lebih dominan sehingga menunjang proses pembakaran. Selain itu
xv
pengeringan dibawah sinar matahari dirasa kurang lama hanya berkisar 1 hari
saja, sehingga tekstur dari arang tersebut yaitu kering diluar tetapi didalam masih
basah sehingga arang tidak terbakar. Menurut Fatimah dkk (2022), briket dengan
kualitas yang baik di antaranya memiliki tekstur yang halus, tidak mudah pecah,
keras, dan tidak basah Hal ini juga selaras dengan hasil yang dilakukan oleh
Jamilatun (2012), dimana briket dengan kualitas yang baik memiliki tekstur halus,
tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan lingkungan, dan memiliki sifat
penyalaan yang baik, mudah menyala, waktu nyala cukup lama, asap sedikit,
cepat hilang dan nilai kalor cepat tinggi. Lama tidaknya menyala memengaruhi
kualitas dan efisiensi pembakaran, semakin lama menyala dengan nyala api
konstan maka kualitas semakin baik.
xvi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan tersebut, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Cangkang kelapa sawit memiliki karakteristik yang baik untuk dijadikan
bahan utama pembuatan biobriket karena memiliki kandungan selulosa,
hemiselulosa serta lignin.
2. Laju pembakaran yang dihasilka ntidak terdefinisi karena biobriket tidak
menyala, hal ini penuli perkirakan Karena komposisi bahan perekat tidak
sesuai sehingga menyebabkan biobriket tidak dapat menyala.
5.2 Saran
Berikut ini adalah beberapa saran yang penulis berikan untuk arah
perkembangan selanjutnya.
1. Bagi para pembaca laporan ini, diharapkan setelah membaca tidak
mengulangi kesalahan seperti yang dilakukan oleh penulis.
2. Bagi para peneliti selanjutnya, disarankan untuk jumlah serbuk arang
terhadap tepung tapioka (perekat) yang digunakan memiliki perbandingan
5:1, sehingga pori-pori briket besar dan pada saat dikeringkan air yang
terperangkap didalam pori-pori briket mudah untuk menguap.
xvii
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, D.D., Hanif, M.D.W., dan Fathoni, M.Z. (2017). Pembuatan Briket Arang
Dari Campuran Tempurung Kelapa Dan Serbuk Gergaji Kayu
Sengon. Teknik. 38(2):76-80
Kalsum Ummi. (2016). Pembuatan Briket Arang Dari Campuran Limbah. Distilasi,
Vol. 1 No. 1, September 2016, 1, 42-50.
Muzi Ilham, dkk. (2014). Perbedaan Konsentrasi Perekat Antara Briket Bioarang
Tandan Kosong Sawit Dengan Briket Bioarang Tempurung Kelapa
Terhadap Waktu Didih Air. KESMAS, Vol. 8, No. 1, Maret 2014, 1-10.
Nuwa, dkk. (2018). Pembuatan Briket Arang Dari Campuran Tempurung Kelapa
Dan Serbuk Gergaji Kayu Sengon. PengabdianMu, Volume 3, No 1,
Maret 2018, 34-38
Permana Edwin, dkk. Analisis Mutu Karbon Aktif Dari Cangkang Kelapa Sawit
Menggunakan Larutan Aktifator ZnCl2. Jurnal Teknologi, Volume 12
xviii
Nomor 2 , 170-175.
Qistina Idzni, dkk. (2016). Kajian Kualitas Briket Biomassa Dari Sekam Padi Dan
Tempurung Kelapa. Jurnal Kimia VALENSI, Vol 2, No. 2, November
2016 , 136-142.
Sudirman, dkk. (2021). Pengujian Kuat Tekanan Briket Biomassa Berbahan Dasar
Arang Dari Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Bakar Alternatif.
Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, Volume 2, No. 2, November 2021,
103.
LAMPIRAN
xix
xx