Anda di halaman 1dari 20

PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN BATOK KELAPA

MENJADI ARANG BRIKET SEBAGAI ALTERNATIF


PENINGKATAN LITERASI SAINS

“Peran Pendidikan dalam Inovasi yang Berkelanjutan”

Disusun oleh:
1. Yulian Oliver Putri Adeptus
2. Euphrasia Christiani Mandora
3. Anastasius Bambang Adi Putra Parera

SMA NEGERI 1 TALIBURA


MAUMERE – SIKKA
2022

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun karya
tulis ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Karya tulis imliah ini
membahas mengenai “Pemanfaatan limbah pertanian batok kelapa menjadi arang
briket sebagai alternative peningkatan literasi sains”. Karya tulis ilmiah ini dibuat
berdasarkan hasil penelitian dan berbagai studi literatur serta bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada karya tulis
ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini selanjutnya. Akhir kata
semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita .

Nangahale, 22 April 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ i


Halaman Pengesahan ..................................................................................... ii
Surat Pernyataan Keaslian Naskah Karya Tulis ............................................. iii
Kata Pengantar ................................................................................................ iv
Daftar Isi .......................................................................................................... v
Daftar Tabel dan Gambar ................................................................................ vi
Intisari ............................................................................................................. 7
BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 8
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 8
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 9
1.3 Tujuan …………..................................................................................... 9
1.4 Manfaat………….................................................................................... 9
BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................................ 10
BAB III Metode Penelitian ............................................................................. 11
BAB IV Hasil dan Pembahasan ...................................................................... 14
BAB V Simpulan dan Saran ........................................................................... 17
Daftar Pustaka ................................................................................................. 18
Lampiran 1 (Gambar atau tabel) ..................................................................... 19
Lampiran (Biodata anggota peneliti) ............................................................. 20

v
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1 ........................................................................................................ 19
Gambar 2 ......................................................................................................... 19

vi
Intisari

Hasil PISA tahun 2018 menunjukkan bahwa literasi sains Indonesia masih rendah yaitu dari 78
negara Indonesia pada tingkat 70 dengan skor 396 dari skor tertiggi 489 negara OECD.
Penulisan ini bertujuan memberikan informasi tentang salah satu alternatif dalam meningkatkan
literasi sains yang bertujuan memecahkan masalah lingkungan yang akibat aktivitas manusia
yakni dengan pengolahan limbah pertanian batok kelapa menjadi arang briket. Penelitian ini
merupakan penelitian Research and Development (R&D) yakni menghasilkan produk tertentu
dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah arang
briket. Desain yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model ADDIE yang
terdiri dari lima tahap pengembangan yaitu, Analysis, Design, Development,
Implementation, and Evaluation. Metode analisis data dalam penulisan ini menggunakan
analisis deskriptif kualitatif. Tahapan pengolahan batok kelapa menjadi arang briket adalah
pengumpulan bahan, pirolisis, penumpukan dan pengayakan, pencampuran dengan perekat kanji,
pencetakan, pengeringan, dan produk arang briket. Dalam meningkatkan literasi sains, tiga aspek
dicapai yaitu konten, konteks, dan proses sains. Kesimpulannya adalah pemanfaatan limbah
pertanian batok kelapa menjadi arang briket dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan literasi
sains.

Kata Kunci : literasi, sains, limbah, arang, briket

7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era revolusi industri 4.0 atau pendidikan abad 21 ini ditandai dengan pesatnya
perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang sangat pesat di
bidang pendidikan memotivasi peserta didik agar memiliki keterampilan sesuai dengan tuntutan
zaman. Keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik pada abad ini adalah keterampilan
literasi. Secara harfiah, Literasi berarti “melek”, sedangkan Sains berarti pengetahuan alam.
PISA mendefenisikan Literasi Sains sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
Sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan mengambil kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam
rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahannya akibat
aktivitas manusia (OECD, 2019). Literasi Sains adalah sebuah proses pemahaman illmu sains
dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari terutama pemecahan masalah-masalah
lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Dalam hal ini, setiap individu harus dapat
mengimbangi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tuntutan
zaman, sehingga dapat menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupannya. Namun pada
kenyataannya, kemampuan literasi sains siswa di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini
dibuktikan dengan hasil PISA tahun 2018, Indonesia berada pada peringkat 70 dari 78 negara
dengan skor 396 dimana jauh dibawah skor rata-rata literasi sains 489 negara OECD sehingga
menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki literasi sains yang sangat rendah (OECD, 2019)
Kemampuan literasi sains yang sangat rendah ini juga ditandai dengan ketidakpedulian
terhadap permasalahan lingkungan sekitar. Salah satu masalah lingkungan akibat kegiatan
manusia khususnya di daerah perdesaan adalah pertanian. Pertanian merupakan salah satu
aktivitas manusia yang tidak lepas dari sains. Pertanian dapat menguntungkan manusia, namun di
satu sisi akan menghasilkan limbah pertanian. Pada dasarnya, limbah merupakan sumber daya
alam yang dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan limbah di samping mempunyai nilai ekonomi, juga
mempunyai arti penting bagi lingkungan. Limbah pertanian merupakan sisa dari hasil setelah
panen atau diambil hasil utamanya yang merupakan bagian tanaman pertanin diatas tanah atau
bagian pucuk. Dengan demikian, limbah pertanian dapat diartikan sebagai bahan buangan dari
proses perlakuan atau pengolahan dalam memperoleh hasil utama dan hasil sampingan dari suatu
tanaman pertanian (Roberto, 2019).
Tanaman pertanian yang paling produktif di sekitar SMAN 1 Talibura adalah kelapa.
Selama ini, masyarakat hanya memanfaatkan buah kelapa untuk kopra, bahan tambahan
makanan, dan minyak kelapa murni. Sedangkan batok kelapa dimanfaatkan secara langsung
untuk pembakaran kopra dan pemanggangan ikan yang tentunya akan menyebakan polusi udara.
Oleh karena itu, mengingat banyaknya batok kelapa yang terbuang-buang di lingkungan sekitar
maka diperlukan pengolahan yang tepat. Batok kelapa tersebut dapat diproses menjadi sesuatu
yang lebih bermanfaat untuk manusia dan lingkungan. Batok kelapa dapat diolah menjadi arang
briket yang ramah lingkungan, tahan lama, dan penggunaannya lebih praktis serta dapat
dipasarkan. Arang briket adalah bahan bakar tanpa asap yang merupakan suatu jenis bahan bakar
padat yang kandungan zat terbangnya dibuat cukup rendah sehingga asap yang ditimbulkan pada

8
pemanfaatannya tidak akan mengganggu kesehatan dari pemakai briket itu sendiri. Arang briket
merupakan bahan bakar alternatif atau pengganti minyak tanah yang paling murah dan
dimungkinkan untuk dikembangkan secara massal (Suryani, 2012). Dengan demikian, salah satu
alternatif dalam meningkatkan literasi sains yang bertujuan memecahkan masalah-masalah
lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, maka perlu dilakukan pengolahan limbah
pertanian batok kelapa menjadi arang briket.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, yang menjadi pokok masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan literasi sains dengan pengolahan dan pemanfaatan batok kelapa?
2. Bagaimanakah pengolahan limbah pertanian batok kelapa menjadi arang briket?
3. Apakah manfaat pengolahan arang briket dalam kegiatan literasi sains?
4. Apakah kegunaan produk arang briket bagi konsumen?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan literasi sains dengan pengolahan dan pemanfaatan batok kelapa.
2. Mengetahui pengolahan limbah pertanian batok kelapa menjadi arang briket.
3. Mengetahui manfaat pengolahan arang briket dalam kegiatan literasi sains.
4. Mengetahui kegunaan produk arang briket bagi konsumen.

1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi peserta didik
Memiliki pengetahuan, keterampilan atau kecakapan dan kemampuan berliterasi sains
serta sebagai rujukan pada penelitian selanjutnya.
2. Bagi guru
Sebagai sumber atau bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran di kelas khususnya pada
mata pelajaran Sains (Biologi, Fisika, dan Kimia) dan Prakarya dan Kewirauhaan.
3. Sekolah
Sebagai referensi gerakan literasi sekolah (GLS) dalam kegiatan pembelajaran khususnya
pada pembelajaran biologi dan prakarya.
4. Bagi masyarakat
Dijadikan sumber pengetahuan dalam pengolahan limbah pertanian batok kelapa menjadi
sesuatu bernilai ekonomi tinggi dan menjadi energi yang berkelanjutan.

9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Literasi sains adalah pemahaman atas sains dan prosesnya, serta aplikasinya bagi
kebutuhan masyarakat. Literasi sains sangat penting untuk memecahkan berbagai persoalan
terkait etika, moral dan isu-isu global akibat perubahan yang pesat dalam bidang sains dan
teknologi (Anjarsari, 2014). Sedangkan menurut Yuliati (2017) literasi sains merupakan
kemampuan untuk memahami, mengkomunikasikan, serta menerapkan kemampuan sains untuk
dapat memecahkan masalah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa literasi sains adalah pengetahuan
yang sangat penting untuk menghadapi berbagai masalah di era global dalam segala bidang
kehidupan serta dapat membantu memenuhi kebutuhan hidup dalam berbagai situasi. Masalah
yang sering dijumpai dalam lingkungan sekitar daerah perdesaan adalah limbah pertanian.
Limbah pertanian diartikan sebagai bagian tanaman pertanian di atas tanah atau bagian
pucuk, batang yang tersisa setelah dipanen atau diambil hasil utamanya (Sitorus, 2002).
Sedangkan menurut Irianto (2015), limbah pertanian merupakan sisa-sisa bahan pertanian yang
dibuang, misalnya dedak padi, kotoran ternak, jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung,
jerami padi, sabut, batok kelapa, dan sejenisnya. Limbah pertanian dapat berbentuk bahan
buangan tidak terpakai dan bahan sisa dari hasil pengolahan. Berdasarkan teori tersebut
disimpulkan bahwa limbah pertanian merupakan bahan buangan di sektor pertanian yang dapat
dimanfaatkan kembali menjadi suatu produk yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan.
Salah satu produk yang dihasilkan dari olahan limbah pertanian batok kelapa (tempurung kelapa)
yaitu arang briket.
Arang briket adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan arang yang terbuat dari
bahan lunak (Muhammad, 2013). Sedangkan menurut Machmud (2011), arang briket merupakan
bahan baku untuk industri arang aktif. Dengan demikian, arang briket merupakan sebuah produk
dari olahan batok kelapa (tempurung kelapa) menjadi bahan bakar alternatif yang dapat membara
dan menyala dalam waktu yang cukup lama. Arang briket dari batok kelapa ini dapat digunakan
untuk keperluan memasak terutama memanggang bahan makanan.

10
BAB III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D) modifikasi


dari Sugiyono (2017). Metode R&D digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah
berupa arang briket. Desain yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model
ADDIE yang terdiri dari lima tahap pengembangan yaitu, Analysis, Design,
Development, Implementation, and Evaluation. Berikut langkah-langkah penelitian
dengan menggunakan model ADDIE: (1) Menganalisis masalah yang dihadapi oleh
siswa dalam dunia pendidikan yakni rendahnya literasi sains yang ditandai dengan
ketidakpedulian terhadap permasalahan lingkungan. Selain itu permasalahan lingkungan
yang ada di lingkungan sekitar wilayah sekolah adalah limbah pertanian batok kelapa yang
tidak dimanfaatkan.; (2) merancang tujuan kegiatan yang akan digunakan sebagai
acuan untuk merancang konsep produk yang akan dikembangkan; (3) mengumpulkan
materi serta membuat produk yang sesuai dengan desain yang telah dibuat dan membuat
instrumen penilaian serta divalidasikan sesuai dengan standar kelayakan produk yang
dihasilkan; (4) mengimplementasikan produk sesuai dengan kondisi lapangan.
Tempat penelitian yaitu SMAN 1 Talibura, Desa Nangahale, Kecamatan Talibura,
Kabupaten Sikka NTT, Seluruh pihak yang ikut serta dalam proses penelitian ini
didefinisikan sebagai subyek penelitian. Langkah-langkah pembuatan Arang Briket
menurut Indah Setyowati et al (2017) terdiri dari Potensi produk bidang konversi energi di
daerah ; keberagaman potensi energi yang tersedia dapat dikonversikan menjadi bentuk
energi lain yang bermanfaat bagi kehidupan. Produksi rekayasa konversi energi
disesuaikan dengan potensi sumber daya yang ada di daerah masing-masing yang dapat
meningkatkan kebermanfaatan bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar. Contoh,
limbah hasil pertanian dan perkebunan batok kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan energi terbarukan.
Perencanaan produksi rekayasa konversi energi pembuatan arang beriket yakni
pembakaran arang dengan menggunakan alat pirolisis. Pembuatan arang briket dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk kepentingan kehidupan sehari-hari. Proses
pembakaran ini dapat digunakan barang bekas berupa drum yang didesain sedemikian rupa
untuk proses pengarangan. Alat yang dibutuhkan sebagai pendukung dalam pembuatan
arang briket antara lain alat pirolisis / drum pembakaran, alat penumbuk, ayakan, wadah
pencampuran kanji, pencetak arang briket, alas pengeringan. Sedangkan bahan pendukung
pembuatan arang arang briket yakni tepung kanji, air, dan limbah pertanian yang berupa
batok kelapa.
Konversi energi dapat dilakukan melalui konversi dari limbah pertanian sebagai
bahan baku untuk dibuat arang briket. Arang briket sebagai salah satu energi terbarukan di
proses melalui proses pembakaran arang yang disebut dengan proses pirolisis. Proses
pengarangan briket dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti pada diagram alur
seperti pada gambar 1 (terlampir lampiran 1).

11
Penyediaan Bahan baku untuk pembuatan arang briket, yakni batok kelapa, yang
berasal dari sampah organik banyak tersedia di lingkungan sekitar. Bahan baku untuk
pengarangan dipotong menjadi berukuran kecil untuk mempermudah dan mempercepat
proses pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur sinar matahari sampai
bahan kering sehingga proses pirolisis berjalan sempurna. Proses pirolisis yaitu proses
pembakaran tanpa oksigen atau karbonisasi untuk memperoleh karbon atau arang. Jika
pembakaran terbuka dengan kehadiran oksigen dapat menghasilkan abu sebagai akhir
pembakaran. Pembakaran dilakukan pada tungku pirolisis yang berupa tabung
pembakaran tertutup dengan sebuah lubang pengeluaran asap. Hasil samping dari proses
pembakaran adalah asap yang dapat diproses lebih lanjut menjadi asap cair.

Tahapan pembuatan arang briket melalui proses pirolisis sebagai berikut. Bahan
arang yang sudah kering dimasukkan ke dalam alat pirolisis melalui lubang pemasukan
dan lubang pemasukan ditutup rapat kembali setelah penuh, sehingga satu-satunya
lubang yang terbuka adalah tempat keluar asap. Kemudian, nyalakan api tungku dan
jaga agar tetap menyala. Asap pekat keluar dari lubang asap yang dapat disalurkan
melalui pipa untuk dapat diproses lebih lanjut menjadi asap cair. Selanjutnya,
pembakaran dihentikan ketika asap sudah tidak keluar lagi dari tungku. Lama
pembakaran tergantung kepada jumlah bahan yang dimasukan ke dalam tungku, dan alat
pirolisis pada tungku dibiarkan tertutup selama 24 jam. Jika dibuka dalam keadaan
panas, maka dengan adanya oksigen, pembakaran dapat berlanjut sampai arang yang
terbentuk dari proses pirolisis menjadi abu. Setelah 24 jam arang pirolisis dibuka dan
arangnya dikeluarkan.

Arang dihaluskan dengan cara ditumbuk dan diayak agar diperoleh kehalusan /
butir yang homogeny atau seragam. Pencampuran tepung arang, kanji dan air dilakukan
dengan menyiapkan tepung kanji dan air, didihkan sehingga menjadi kental dengan
perbandingan antara tepung kanji; air; tepung arang adalah 6g ; 30g ; 60g. Tepung arang
dimasukkan dalam kanji yang sudah mengental sehingga menjadi adonan arang briket
yang siap dicetak mejadi arang briket.

Pencetakan arang briket dilakukan dengan menggunakan alat pencetak arang


briket. Cetakan arang briket dapat dibuat secara manual dengan menggunakan pipa
paralon atau bambu yang dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Langkah
pencetakan arang briket dengan cara memasukkan adonan ke dalam pencetak arang
briket, kemudian di pres atau dikempa untuk memperoleh kepadatan, adonan arang
briket yang sudah padat siap dikeluarkan dari cetakan. Adonan dapat dicetak dengan
berbagai variasi bentuk sesuai dengan keinginan dan tujuan penggunaan.

Arang briket yang telah dicetak, masih mengandung kadar air yang tinggi
sehingga dibutuhkan pengeringan yang dapat dilakukan dengan melakukan penjemuran
atau menggunakan pengeringan buatan. Kelebihan produk arang briket diantaranya
sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan dapat digunakan untuk menggantikan
bahan bakar dari fosil (minyak tanah, bensin, dan solar) yang tidak dapat diproduksi
secara berulang. Selain itu, arang briket juga dimanfaatkan untuk keperluan rumah

12
tangga (bahan bakar kompor untuk keperluan memasak). Adapun produk arang briket
yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 2 (terlampir lampiran 2).

13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil studi PISA dari tahun 2000 hingga 2018 menunjukkan bahwa
kemampuan literasi sains (melek sains) peserta didik Indonesia tidak mengalami
peningkatan yang signifikan atau masih dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari
skor literasi sains yang diperoleh peserta didik Indonesia yang masih jauh di bawah skor
rata-rata ketuntasan PISA. Rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik di
Indonesia secara umum disebabkan oleh beberapa factor (Y. Rahmadani et al, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Aprita (2016), salah satu faktor penyebab
rendahnya literasi sains peserta didik yang berkaitan langsung dan dekat dengan
peserta didik adalah pemilihan sumber belajar.

Di Indonesia, literasi sains dalam pembelajaran IPA sebagian besar masih


terbatas pada materi buku ajar atau teks saja dari pada melakukan pembelajaran
langsung. Dari hasil penelitian Stake & Easly (Kristyowati, 2016) menyatakan bahwa
buku pelajaran digunakan oleh 90% dari semua guru sains dan 90% dari alokasi
waktu pembelajaran. Pengetahuan dan penerapan literasi sains yang hanya
mengandalkan buku ajar atau teks (tekstual) belum sepenuhnya menyentuh jiwa
peserta didik, akibatnya pelajaran menjadi membosankan dan peserta didik kurang
memahami materi pelajaran dalam konteks kehidupan. Hasil penelitian Nofiana and
Julianto (2018) ditemukan bahwa penguasaan konsep siswa tentang IPA masih
rendah. Adanya tuntutan terselesaikannya materi bahan ajar oleh guru sesuai target
kurikulum memaksa siswa harus menerima konsep-konsep IPA yang mungkin belum
sepenuhnya dipahami. Hal ini menjadikan banyak konsep-konsep IPA dipahami secara
salah (miskonsepsi) atau hanya sekedar dihafalkan yang pada akhirnya konsep tersebut
mudah dilupakan.

Selain itu, hasil riset yang dilakukan oleh Holbrook yang menunjukkan
bahwa pembelajaran sains tidak relevan dalam pandangan siswa dan tak disukai
siswa. Hal ini disebabkan tidak adanya keterkaitan dalam pembelajaran sains dengan
kehidupan nyata. Penekanan pemahaman konsep dasar dan pengertian dasar ilmu
pengetahuan tersebut tidak dikaitkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Padahal Yager dan Lutz mengungkapkan lebih lanjut bahwa sains
relevan dengan proses dan produk sehari-hari yang digunakan dalam masyarakat.
Hasil penelitian (Afriana et al., 2016) terutama untuk aspek konteks aplikasi sains
terbukti hampir dapat dipastikan bahwa banyak peserta didik di Indonesia tidak
mampu mengaitkan pengetahuan sains yang dipelajarinya dengan fenomena-fenomena
yang terjadi di dunia, karena mereka tidak memperoleh pengalaman untuk
mengkaitkannya.

Literasi sains sangat penting bagi peserta didik khususnya pada jenjang Sekolah
Menengah Atas agar mereka tidak hanya memahami sains sebagai konsep tetapi juga
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Rendahnya literasi sains
ditandai dengan ketidakpedulian individu dalam menyikapi permasalahan di lingkungan

14
sekitar. Untuk mengatasi rendahnya literasi sains dalam pembelajaran di kelas maka
dibutuhkan perubahan dalam kegiatan pembelajaran yaitu dengan memperbanyak
praktik sains. Praktik sains yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan literasi sains
peserta didik adalah dengan mengolah dan memanfaatkan limbah pertanian dari batok
kelapa (tempurung kelapa) menjadi arang briket.

Dengan pengolahan batok kelapa menjadi arang briket yang telah dijabarkan di
atas, peserta didik menggunakan pengetahuan sains dan mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari terutama pemecahan masalah-masalah lingkungan yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia. Dalam meningkatkan literasi sains, ada tiga aspek
penting yang harus dicapai yaitu konten sains, konteks sains, dan proses sains. Pada
aspek konten sains, peserta didik melewati tahapan memahami materi sains berupa
produksi rekayasa konversi energi disesuaikan dengan potensi sumber daya alam yang
dapat meningkatkan kebermanfaatan limbah di lingkungan sekitar. Pada aspek konteks
sains, peserta didik dapat mengaitkan materi yang dipelajari dengan permasalahan yang
ada di lingkungan sekitar. Permasalahan yang ditemukan adalah banyaknya batok kelapa
yang terbuang-buang di lingkungan sekitar. Pada aspek proses sains, peserta didik
mulai mengaplikasikan ilmu sains dengan mengolah limbah hasil pertanian batok kelapa
menjadi bahan baku pembuatan energi terbarukan yaitu arang briket. Ada peningkatan
literasi sains peserta didik setelah melakukan ketiga aspek tersebut. Setelah kegiatan
pengolahan ini aspek konten sains meningkat menjadi 70,78% kategori baik, konteks
sains meningkat menjadi 46,78% kategori rendah, serta aspek proses sains meningkat
menjadi 77,79% kategori baik.

Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu tentang pembelajaran


literasi sains dengan memanfaatkan lingkungan, membawa peserta didik melakukan
kegiatan di luar kelas melalui pengamatan langsung. Melalui pengamatan langsung
dengan lingkungan, peserta didik dapat mengidentifikasi pertanyaan, melalukan
percobaan dan menyimpulkan percobaan berdasarkan apa yang mereka amati.
Lingkungan membantu peserta didik untuk belajar secara nyata (kontekstual) dan
merealisasikan hal-hal yang dipelajari di dalam buku ajar atau teks. Pembelajaran
literasi sains dengan memanfaatkan lingkungan, dapat diterapkan dalam semua materi
sains baik. Dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sains, peserta
didik akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang literasi sains (Nofiana and
Julianto, 2018; Kristyowati, 2016).

Dari hasil pemikiran tentang pengolahan limbah pertanian batok kelapa menjadi
arang briket sebagai alternatif peningkatan literasi sains dapat memberikan manfaat bagi
peserta didik, sekolah, dan masyarakat. Adapun manfaat bagi peserta didik adalah
memiliki pengetahuan dan keterampilan atau kecakapan serta berhasil menumbuhkan
kemampuan berpikir logis, kreatif, mampu memecahkan masalah, kritis, menguasai
teknologi sesuai dengan perubahan dan perkembangan zaman (Nofiana and Julianto,
2018). Bagi guru, hasil pemikiran ini dapat dijadikan alternative pembelajaran di kelas
dan juga sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, manfaat bagi sekolah
adalah sebagai referensi gerakan literasi sekolah (GLS) dalam kegiatan pembelajaran
15
khususnya pada pembelajaran biologi dan prakarya. Sedangkan manfaat bagi
masyarakat, hasil pemikiran ini dapat jadikan sumber pengetahuan dalam pengolahan
limbah pertanian menjadi energi yang berkelanjutan.

16
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Disimpulkan bahwa implementasi pengolahan limbah pertanian batok kelaoan


menjadi arang briket dapat meningkatkan literasi sains. Setelah kegiatan pengolahan ini
aspek konten sains meningkat menjadi 70,78% kategori baik, konteks sains meningkat
menjadi 46,78% kategori rendah, serta aspek proses sains meningkat menjadi 77,79%
kategori baik.

5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap penguasaan kemampuan literasi sains
melalui pengolahan limbah pertanian yang lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

Afriana, J., et al. (2016). Penerapan project based learning terintegrasi STEM untuk
meningkatkan literasi sains siswa ditinjau dari gender. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2),
202. https://doi.org/10.21831/jipi.v2i2.8561

Anjarsari, P. (2014). Literasi Sains Dalam Kurikulum dan Pembelajaran IPA SMP. Prosiding
Semnas Pensa VI ”Peran Literasi Sains”.

Aprita, L. (2016). Pembelajaran Literasi Sains Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekitar. SHEs:
Conference Series, 3(3), 1–23.

Irianto, K. (2015). Pengelolaan Limbah Pertanian. Universitas Warmadewa, 24(2), 91.

Kristyowati, P. (2016). Pembelajaran Literasi Sains Melalui Pemanfaatan Lingkungan.


Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 9(2), 183–191.

Luht & Roberto. (2019). Identifikasi Limbah Pertanian dan Pemanfaatannya pada Daerah
Jonggol-Bogor Timur. In Academia, Accelerating the world’s research.

Machmud, S. (2011). Kajian Ekonomis Industri Briket Arang Tempurung Kelapa. Jurnal
Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship, 5(1), 45–51.
http://jurnal.stiepas.ac.id/index.php/jebe/article/view/4

Muhammad, D. et al. (2013). Kajian Peningkatan Mutu Briket Arang Tempurung Kelapa
Dengan Alat Pengering Tipe Rak Berbahan Bakar Biomassa. Teknologi Hasil Pertanian,
VI(1), 23–26. www.uns.ac.id

Nofiana, and T, Julianto. (2018). Upaya Peningkatan Literasi Sains Siswa Melalui Pembelajaran
Berbasis Keunggulan Lokal. Biosfer : Jurnal Tadris Pendidikan Biologi, 9(1), 24–35.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/biosfer/index
OECD. (2019). PISA 2018 Assessment and Analytical Framework. Publishing OECD, 1–305.
https://doi.org/10.1787/b25efab8-en

Sitorus, T. (2002). Peningkatan Nilai Nutrisi Jerami Padi dengan Fermentasi Ragi isi Rumen.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Sugiono.(2018). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Suryani, I. et al. (2012). Pembuatan Briket Arang Dari Campuran Buah Bintaro Dan Tempurung
Kelapa Menggunakan Perekat Amilum. Jurnal Teknik Kimia, 18(1), 24–29.

Y. Rahmadani et al. (2018). Profil Keterampilan Literasi Sains Siswa di Salah Satu Sekolah
Swasta di Karanganyar. Jurnal Pendidikan Biologi, 7(3), 183–190.
https://doi.org/10.24114/jpb.v7i3.10123
Yuliati, Y. (2017). Literasi Sains Dalam Pembelajaran Ipa. Jurnal Cakrawala Pendas, 3(2), 21–
28. https://doi.org/10.31949/jcp.v3i2.592

Zed, Mestika. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
18
LAMPIRAN 1

GAMBAR

Mulai

Bahan Arang

Pirolisis

Penumpukan dan
pengayakan arang

Pencampuran dengan
perekat kanji

Pengepresan/
Pencetakan arang

Pengeringan

Produk arang briket

Gambar 1. Diagram Pembuatan Arang Briket

Gambar 2 : Produk Arang Briket

19
LAMPIRAN 2

BIODATA
PESERTA LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PROPINSI NTT

1. GURU PEMBIMBING
NAMA LENGKAP : MARIA ROSA KETANE LASAR, S.Pd
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
TEMPAT/TGL LAHIR : HADAKEWA, 21 JUNI 1991
GURU MATA PELAJARAN: BIOLOGI
NO HP : 082325217029
E-MAIL : Mariarosalasarr@gmail.com

2. KETUA PENELITI
NAMA LENGKAP : YULIAN OLIVER PUTRI ADEPTUS
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
TEMPAT/TGL LAHIR :
ASAL SEKOLAH : SMAN 1 TALIBURA-SIKKA
KELAS : XI MIA 1
NISN : 0053228314
NO HP : 085236256191
E-MAIL : yulianoliverputriadeptus@gmail.com

3. ANGGOTA PENELITI 1
NAMA LENGKAP : EUPHRASIA CHRISTIANI MENDORA
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
TEMPAT/TGL LAHIR : MAUMERE, 24 APRIL 2006
ASAL SEKOLAH : SMAN 1 TALIBURA-SIKKA
KELAS : X MIA 1
NISN : 0062201984
NO HP : 081338570388
E-MAIL : euprasiamendora@gmail.com

4. ANGGOTA PENELITI 2
NAMA LENGKAP : ANASTASIUS BAMBANG ADI PUTRA PARERA
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
TEMPAT/TGL LAHIR : MAUMERE, 7 SEPTEMBER 2004
ASAL SEKOLAH : SMAN 1 TALIBURA-SIKKA
KELAS : X IIS 1
NO HP : 081338847548
E-MAIL : bambangparera2@gmail.com

20

Anda mungkin juga menyukai