PENGEMBANGAN ILMU"
DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
1. Afrisal
2. Alfy Luthfiyyatul Habiibah
3. Binti Mahnu Niatul Badi'
2019/2020
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
iv
2.11. Pengaruh Teknologi terhadap Ideologi Pancasila .................................... 19
PENUTUP ............................................................................................................. 22
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
2
f. Untuk mengetahui pilar-pilar penyangga bagi eksistensi ilmu
pengetahuan.
g. Untuk mengetahui penerapan nilai ketuhanan sebagai dasar
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
h. Untuk mengetahui penerapan nilai kemanusiaan sebagai dasar
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
i. Untuk mengetahui penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
j. Untuk mengetahui penerapan nilai kerakyatan sebagai dasar
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
k. Untuk mengetahui penerapan nilai keadilan sebagai dasar pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
l. Untuk mengetahui pengaruh teknologi terhadap ideology Pancasila.
m. Untuk mengetahui Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan.
n. Untuk mengetahui Pancasila sebagai Genetivus objectivus dan Genetivus
Subjectivus.
a. Bagi Pembaca
Dapat mengetahui Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
dengan penuh rasa tanggung jawab dan bermoral.
b. Bagi Penulis
Dapat mengetahui cara memecahkan berbagai masalah dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan dan
mengembangkan ilmu berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Kedudukan filsafat ilmu harus berasaskan kerokhanian dari sistem keilmuan dan
pengembangannya. Fungsi mental dan moral kepribadian manusia dalam
implemantasi iptek merupakan kriteria yang signifikan suatu keilmuan. Keilmuan
harus berorientasi praktis untu kepentingan bangsa. Selain itu, kebenaran yag
dianut epistomologis Pancasila prinsip kebenaran eksistensial dalam rangka
mewujudkan harmoni maksimal yang sesuai taraf-taraf fisiokismis, biotik, psikis,
dan human dalam rangka acuan norma ontologis transedental. Dengan pendekatan
pencerdasan kehidupan bangsa, epsitomologis Pancasila bersifat terbuka terhadap
berbagai aliran filsafat dunia (Dimyati, 2006).Tekhnologi telah merambah
berbagai bidang dan memengaruhi sendi-sendi kehidupan manusia bahkan nyaris
menggoyahkan ekstensi kodrat manusia itu sendiri,contohnya anak-anak yang
permainannya serba tekhnologi,mereka tidak sadar dengan hal tersebut membuat
mereka menjadi manusia individualis dan masih banyak lagi persoalan yang
lain.Problematika keilmuan dalam era milenium ketiga ini tidak terlepas dari
sejarah perkembangan ilmu pada masa- masa sebelumnya.dari sini problematika
keilmuan dapat segera diantisipasi dengan merumuskan kerangka dasar nilai bagi
pengembangan ilmu .Kerangka dasar nilai ini harus menggambarkan suatu suatu
sistem filosofi kehidupan yang dijadikan prinsip kehidupan masyarakat yang
sudah mengakar dan membudaya dalam kehidupan masyarakat indonesia,yaitu
nilai-nilai pancasila.
5
menjadi tahu. Ilmu berada setingkat di atas pengetahuan. Ilmu bukan sekedar
pengetahuan, tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan didapatkan secara sistematik diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
6
a. Obyektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri atas satu golongan
masala hang sama sifat hakikatnya, bentuknya tampak dari luar maupun
dari dalam.
b. Metodis adalah supaya upaya-upaa yang dilakukan untuk meminimalkan
kemungkinan terjadinya penyimpangan dala mencari kebenaran.
c. Sistematis. Ilmu harus terumuskan dan terurai dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga membentuk suatu system yang berarti secara
utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab
akibat menyangkut objeknya.
d. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran yang
universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
7
abad ke-18, melalui langkah-langkah revolusionernya filsafat memasuki tahap
baru atau modern. Kepeloporan revolusioner yang telah dilakukan oleh anak-anak
Renaissance dan Aufklaerung seperti: Copernicus, Galileo Galilei, Kepler,
Descartes dan Immanuel Kant, telah memberikan implikasi yang amat luas dan
mendalam. Di satu pihak otonomi beserta segala kebebasannya telah dimiliki
kembali oleh umat manusia, sedang di lain pihak manusia kemudian mengarahkan
hidupnya ke dunia sekuler, yaitu suatu kehidupan pembebasan dari kedudukannya
yang semula merupakan koloni dan subkoloni agama dan gereja. Agama yang
semula menguasai dan manunggal dengan filsafat segera ditinggalkan oleh
filsafat. Masing-masing berdiri mandiri dan berkembang menurut dasar dan arah
pemikiran sendiri (Koento Wibisono, 1985)
8
1. Masa transisi masyarakat berbudaya agraris-tradisional menuju
masyarakat dengan budaya industri modern. Dalam masa transisi ini
peran mitos mulai diambil alih oleh logos (akal pikir). Bukan lagi
melalui kekuatan kosmis yang secara mitologis dianggap sebagai
penguasa alam sekitar, melainkan sang akal pikir dengan kekuatan
penalarannya yang handal dijadikan kerangka acuan untuk meramalkan
dan mengatur kehidupan. Pandangan mengenai ruang dan waktu, etos
kerja, kaedah-kaedah normatif yang semula menjadi panutan,
bergeser mencari format baru yang dibutuhkan untuk melayani
masyarakat yang berkembang menuju masyarakat industri.
Filsafat“sesama bus kota tidak boleh saling mendahului” tidak berlaku
lagi. Sekarang yang dituntut adalah prestasi, siap pakai, keunggulan
kompetitif, efisiensi dan produktif-inovatif-kreatif.
2. Masa transisi budaya etnis-kedaerahan menuju budaya nasional
kebangsaan. Puncak-puncak kebudayaan daerah mencair secara
konvergen menuju satu kesatuan pranata kebudayaan demi tegak-
kokohnya suatu negara kebangsaan (nation state) yang berwilayah dari
Sabang sampai Merauke.
3. Penataan struktur pemerintahan, sistem pendidikan, penanaman nilai-
nilai etik dan moral secara intensif merupakan upaya serius untuk
membina dan mengembangkan jati diri sebagai satu kesatuan bangsa.
4. Masa transisi budaya nasional - kebangsaan menuju budaya
global - mondial. Visi, orientasi, dan persepsi mengenai nilai-nilai
universal seperti hak asasi, demokrasi, keadilan, kebebasan, masalah
lingkungan dilepaskan dalam ikatan fanatisme primordial kesukuan,
kebangsaan ataupun keagamaan, kini mengendor menuju ke kesadaran
mondial dalam satu kesatuan sintesis yang lebih konkrit dalam tataran
operasional.
5. Batas-batas sempit menjadi terbuka, eklektis, namun tetap mentoleransi
adanya pluriformitas sebagaimana digerakkan oleh paham post-
modernism.
9
Implikasi globalisasi menunjukkan pula berkembangnya suatu standarisasi
yang sama dalam kehidupan di berbagai bidang. Negara atau pemerintahan di
manapun terlepas dari sistem ideologi atau sistem sosial yang dimilikinya.
10
melalui karya-karya publikasi yang kemudian diwariskan kepada
masyarakat dunia.
11
Akhirnya, tidak dpat di pungkiri ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mempunyai kedudukan substantif dalam kehidupan manusia saat ini.
Sedangkan di dalam Islam, ada 6 aspek penting dalam pendidikan
yaitu:
1. Aspek pendidikan ketuhanan, menjadi aspek pertama dan aspek dasar
pendidikan dalam Islam. Dengan mengenal Allah Swt. sebagai Tuhan
dan Pencipta, pribadi manusia dapat menyadari bahwa segala yang
dipelajari adalah ciptaan-Nya. Dengan bekal itu pula, dalam proses
mempelajari ilmu pengetahuan dan menguak fenoma alam, bukan
kesombongan yang muncul dalam diri, melainkan kesadaran akan
kebesaran-Nya serta kedekatan kita dengan-Nya.
2. Aspek pendidikan akhlak, termasuk dalam aspek penting pendidikan
dalam Islam. Kasus korupsi ataupun tindak kejahatan sosial yang
terjadi sekarang, Akhlak yang baik akan mencerminkan pribadi akan
selalu melakukan segala sesuatu dengan batas-batas yang sesuai ajaran
Islam dan jauh dari perbuatan yang merugikan orang lain. Hal ini
sesuai dengan tujuan pendidikan yang salah satunya membentuk
hubungan yang harmonis antara sesama. Tanpa akhlak, ilmu
pengetahuan dan potensi diri dapat digunakan untuk melakukan
tindakan yang merugikan masyarakat.
3. Aspek pendidikan akal dan ilmu pengetahuan, menjadi aspek yang
tidak terpisahkan dalam dunia pendidikan. Dalam proses belajar
mengajar, pendidik maupun anak didik berkutat dalam diskusi untuk
memahami ilmu pengetahuan. Aspek ini berhubungan dengan
kesuksesan di dunia profesi. Dengan akal dan ilmu pengetahuan,
potensi diri untuk berkembang dan berprestasi dalam dunia profesi
tertentu dapat dicapai.
4. Aspek pendidikan fisik, berhubungan dengan potensi jasmani. Dengan
fisik yang sehat, potensi diri untuk melakukan berbagai aktivitas dan
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar. Adanya mata ajar
12
olahraga, bahkan kompetisi dalam bidang olahraga, menjadi salah satu
media pemenuhan aspek ini.
5. Aspek pendidikan kejiwaan, menjadi salah satu aspek yang harus
dipenuhi dalam pendidikan. Terdapat kata-kata bijak yang sangat
familiar dan menunjukkan pentingnya aspek pendidikan kejiwaan,
yaitu, “Di dalam tubuh yang kuat, terdapat jiwa yang sehat.” Tidak
bisa dipungkiri bahwa pikiran positif dan semangat muncul dari jiwa
sehat yang dapat dipentuk dalam proses belajar mengajar.
6. Aspek pendidikan keindahan, tidak hanya terbatas pada sesuatu
yang enak untuk dilihat, tetapi aspek ini juga menjadi salah satu
aspek dalam pendidikan. Jika sahabat Abi Ummi lihat dalam
Alquran yang merupakan sumber berbagai ilmu bagi umat
manusia, keindahan dalam penyampaiannya dapat kita temukan
dalam rima ayat-ayat dalam berbagai surat, seperti Al-Ikhlas, An-
Nas, dan Al-Falaq. Keindahan dalam berbahasa dan bertutur kata
menjadi aspek yang selalu ditunjukkan dalam penyampaian ilmu
dari zaman Nabi Muhammad saw. hingga saat ini.
13
b. Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari
sesuatu (mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).
14
2.6. Penerapan Nilai Ketuhanan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
15
nilai manusiawi. Visi kemanusiaan yang adil dan beradab bisa menjadi
panduan bagi proses peradaban yang meliputi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, serta bernegara, dan dalam pergaulan antara bangsa.
16
yakni dapat membuat masyarakat Indonesia lebih tanggap, contohnya jika terjadi
bencana alam di suatu daerah seperti kabut asap maka informasi-informasi lebih
cepat meluas dan menyebar. Sehingga fungsi dari nilai persatuan sebagai dasar
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah memperrmudah
mempersatukan masyarakat Indonesia dalam segala urusan.
17
listrik tenaga angin di daerah sumba yang menjadi pembangkit listrik tenaga angin
terbaik di dunia.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, IPTEK didasarkan pada
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan. (T. Jacob, 2000;156).
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menekankan ketiga keadilan
aristoteles;keadilan distributif,konstributif,dan komutatif.
Contoh dari sila kelima ini adalah ditemukannya varietas bibit unggul padi
Cilosari dari teknik radiasi. Penemuan ini adalah hasil buah karya anak bangsa.
Diharapkan dalam perkembangan swasembada pangan ini nantinya akan
mensejahterakan rakyat Indonesia dan memberikan rasa keadilan setelah
ditingkatkannya jumlah produksi sehingga pada perjalanannya rakyat dari
18
berbagai golongan dapat menikmati beras berkualitas dengan harga yang
terjangkau.
Di era globalisasi ini peran pancasila tentulah sangat penting untuk tetap
menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia. Karena dengan adanya
19
globalisasi, batasan batasan diantara negara seakan tak terlihat, sehingga berbagai
kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke dalam masyarakat.
Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa
Indonesia. Jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul dari
dampak globalisasi tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena
dapat menambah wawasan dan mempererat hubungan antar bangsa dan negara di
dunia.Tapi jika kita tidak dapat memfilter dengan baik maka hal-hal negatif dari
dampak globalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensi kebudayaan
Indonesia.
20
dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab, dan aturan-aturan bagaimana
yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar negara terdiri dari lima sila yang berasal dari
pemikiran hasil akulturasi budaya nusantara. Sila-sila dalam Pancasila memliki
keterkaitan atau berhubungan dan saling melandasi. Sila pertama, Ketuhanan
Yang Maha Esa merupakan landasan utama dari kempat sila lainnya. Hal ini
menjadikan Pancasila sebagai sistem yang saling terkait tak terpisahkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.stainupacitan.ac.id/index.php/Transformasi/article/view/48
https://www.academia.edu/38484631/PANCASILA_SEBAGAI_DASAR_NILAI
_PENGEMBANGAN_ILM1.docx.docx
23