Dosen pengampu:
Dr. Ir. Fachroerrozi Hoesni, M.P.
Disusun Oleh:
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
2.5.1. Esensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Pengetahuan............................................................................ 17
2.5.2. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Pengetahuan ........................................................................... 19
BAB III PENUTUPAN .............................................................................. 21
3.1. Simpulan ........................................................................................ 21
3.2. Saran ............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
i
dampak negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan tetap
tepat sasaran mencapai tujuan bangsa. Selain itu, pengembangan ilmu dan
teknologi di Indonesia harus berakar pada budaya bangsa Indonesia itu
sendiri dan melibatkan partisipasi masyarakat luas.
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu menurut cara
pandang Daoed Joesoef adalah sebagai tuntunan dan pertimbangan nilai
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu,
Pancasila memiliki metode tertentu dalam memandang, memegang kriteria
tertentu dalam menilai sehingga menuntunnya untuk membuat
pertimbangan tertentu tentang gejala, ramalan, dan anjuran tertentu
mengenai langkah-langkah praktikal (Joesoef, 1987: 1, 15). Pancasila
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Beberapa teminologi yang dikemukakan para
pakar untuk menggambarkan peran pancasila sebagai rujukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi sangat diperlukan dalam upaya mempertahankan segala
kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia serta menjawab segala tantangan
zaman. Dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berlandaskan Pancasila, maka diharapkan seluruh pribadi bangsa
Indonesia yang berke-Tuhanan yang Maha Esa bisa bersatu menjaga
persatuan Indonesia yang mampu memujudkan Indonesia yang sejahtera
adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
2
3. Bagaimana upaya bangsa Indonesia dalam melaksanakan
Pancasila sebagai sumber nilai, kerangka berpikir serta asas
moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi?
4. Bagaimana implementasi nilai-nilai sila Pancasila sebagai sumber
nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu
pengetahuan dan teknologi?
5. Bagaimana esensi dan urgensi Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu pengetahuan?
1.3. Manfaat
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca
mengenai penerapan konsep Pancasila sebagai dasar nilai dalam
strategi pengembangan ilmu dan teknologi, serta implementasi nilai-
nilai sila Pancasila sebagai sumber nilai, kerangka berpikir serta
asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.4. Manfaat
1. Upaya pemenuhan tugas sebagai aspek penilaian tugas kelompok
mata kuliah Pancasila.
2. Menginformasikan penerapan konsep Pancasila sebagai dasar nilai
dalam strategi pengembangan ilmu dan teknologi, serta
implementasi nilai-nilai sila Pancasila sebagai sumber nilai,
kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara kritis kepada pembaca.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
kehidupan bangsa yang terlepas dari nilai-nilai sipiritualitas,
kemanusiaan, solidaritas kebangsaan, musyawarah, dan
keadilan merupakan pencederaan terhadap amanat
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang merupakan
dokumen sejarah bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu belum
banyak dibicarakan pada awal kemerdekaan bangsa
Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat para pendiri
negara yang juga termasuk cerdik cendekia atau intelektual
bangsa Indonesia pada masa itu mencurahkan tenaga dan
pemikirannya untuk membangun bangsa dan negara. Para
intelektual merangkap sebagai pejuang bangsa masih
disibukkan pada upaya pembenahan dan penataan negara
yang baru saja terbebas dari penjajahan. Penjajahan tidak
hanya menguras sumber daya alam negara Indonesia, tetapi
juga menjadikan bagian terbesar dari rakyat Indonesia berada
dalam kemiskinan dan kebodohan. Segelintir rakyat
Indonesia yang mengenyam pendidikan di masa penjajahan
itulah yang menjadi pelopor bagi kebangkitan bangsa
sehingga ketika negara Indonesia merdeka diproklamirkan,
mereka merasa perlu mencantumkan aspek kesejahteraan
dan pendidikan ke dalam Pembukaan Undang-undang Dasar
1945 yang berbunyi “..memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melindungi segenap
tanah tumpah darah Indonesia”. Sila-sila pancasila yang
tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945
jelas merupakan bagian dari amanat para pendiri negara
untuk mengangkat dan meningkatkan kesejahteraan dan
memajukan kesejahteraan bangsa dalam arti penguatan
perekonomian bangsa dan pengembangan ilmu pengetahuan
5
yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa
Indonesia agar setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
2.1.2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu di Indonesia
Sumber sosiologis pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
ditemukan pada sikap masyarakat yang sangat
memperhatikan dimensi ketuhanan dan kemanusiaan
sehingga manakala ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
sejalan dengan nilai ketuhanan dan kemanusiaan, biasanya
terjadi penolakan. Contohnya, penolakan masyarakat atas
rencana pembangunan pusat pembangkit listrik tenaga nuklir
di semenanjung Muria beberapa tahun yang lalu. Penolakan
masyarakat terhadap PLTN di semenanjung Muria
didasarkan pada kekhawatiran atas kemungkinan kebocoran
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Chernobyl Rusia
beberapa tahun yang lalu. Trauma nuklir berkaitan dengan
keselamatan reaktor nuklir dan keluaran limbah radioaktif
yang termasuk ke dalam kategori limbah beracun. Kedua isu
tersebut memicu dampak sosial sebagai akibat pembangunan
PLTN, bukan hanya bersifat standar seperti terciptanya
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, tiumbulnya
gangguan kenyaman karena kemacetan lalu lintas, bising,
getaran, debu, melainkan juga dampak yang bersifat khusus,
seperti rasa cemas, khawatir dan takut yang besarnya tidak
mudah dikuantifikasi. Dalam terminologi dampak sosial, hal
yang demikian itu dinamakan perceived impact, dampak yang
dipersepsikan (Sumber: Suara Merdeka, 8 Desember 2006).
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat peka terhadap
isu-isu ketuhanan dan kemanusiaan yang ada di balik
pembangunan pusat tenaga nuklir tersebut. Isu ketuhanan
6
dikaitkan dengan dikesampingkannya martabat manusia
sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa dalam pembangunan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya, pembangunan
fasilitas teknologi acapkali tidak melibatkan peran serta
masyarakat sekitar, padahal apabila terjadi dampak negatif
berupa kerusakan fasilitas teknologi, maka masyarakat yang
akan terkena langsung akibatnya. Masyarakat sudah
menyadari perannya sebagai mahluk hidup yang dikaruniai
akal dan pertimbangan moral sehingga kepekaan nurani
menjadi sarana untuk bersikap resisten terhadap
kemungkinan buruk yang terjadi di balik pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Masyarakat terlebih peka
terhadap isu kemanusiaan di balik pembangunan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena
dampak negatif pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, seperti limbah industri yang merusak lingkungan,
secara langsung mengusik kenyamanan hidup masyarakat.
7
praktiknya hidup dunia kemanusiaan. Memang sejak
muda, saya ingin mengabdi kepada praktik hidup
manusia, bangsa, dan dunia kemanusiaan itu. Itulah
sebabnya saya selalu mencoba menghubungkan ilmu
dengan amal, menghubungkan pengetahuan dengan
perbuatan sehingga pengetahuan ialah untuk
perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan.
Ilmu dan amal harus wahyu-mewahyui satu sama lain.
Buatlah ilmu berdwitunggal dengan amal. Malahan,
angkatlah derajat kemahasiswaanmu itu kepada
derajat mahasiswa patriot yang sekarang mencari ilmu,
untuk kemudian beramal terus menerus di wajah ibu
pertiwi” (Ketut, 2011).
8
teknologi harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia
sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu
(mempribumian ilmu). (Dikti, 2016).
Keempat pengertian Pancasila sebagai dasar pengembangan
ilmu sebagaimana dikemukakan di atas mengandung konsekuensi
yang berbeda-beda. Pengertian pertama bahwa ilmu pengetahuan
dan teknologi tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila mengandung asumsi bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi itu sendiri berkembang secara otonom, kemudian dalam
perjalanannya dilakukan adaptasi dengan nilai-nilai Pancasila.
Pengertian kedua bahwa setiap ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai-
nilai Pancasila sebagai faktor internal mengandaikan bahwa sejak
awal pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah harus
melibatkan nilai-nilai Pancasila. Namun, keterlibatan nilai-nilai
Pancasila ada dalam posisi tarik ulur, artinya ilmuwan dapat
mempertimbangkan sebatas yang mereka anggap layak untuk
dilibatkan.
Pengertian ketiga bahwa nilai-nilai Pancasila berperan
sebagai rambu normatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mengasumsikan bahwa ada aturan main yang harus
disepakati oleh para ilmuwan sebelum ilmu itu dikembangkan.
Namun, tidak ada jaminan bahwa aturan main itu akan terus ditaati
dalam perjalanan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
itu sendiri. Sebab ketika ilmu pengetahuan dan teknologi terus
berkembang, aturan main seharusnya terus mengawal dan
membayangi agar tidak terjadi kesenjangan antara pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dan aturan main.
Pengertian keempat yang menempatkan bahwa setiap
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus berakar dari
budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri sebagai proses
9
indegenisasi ilmu mengandaikan bahwa Pancasila bukan hanya
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, tetapi sudah menjadi
paradigma ilmu yang berkembang di Indonesia. Untuk itu, diperlukan
penjabaran yang lebih rinci dan pembicaraan di kalangan intelektual
Indonesia, sejauh mana nilai-nilai Pancasila selalu menjadi bahan
pertimbangan bagi keputusan-keputusan ilmiah yang diambil. (Dikti,
2016).
10
2.3. Upaya Bangsa Indonesia dalam Melaksanakan Pancasila
sebagai Sumber Nilai, Kerangka Berpikir serta Asas Moralitas
Bagi Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai
tujuan nasionalnya sebagaimana yang dinyatakan dalam Pembukaan UUD
1945. Pada hakikatnya Pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional mengandung arti bahwa segala aspek pembangunan harus
mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Negara dalam rangka mewujudkan
tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan
seluruh warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia.
Oleh karena itu pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa yang
mencakup akal, rasa dan kehendak, aspek raga, aspek individu, aspek
makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya.
Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan
harkat dan martabatnya maka manusia mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan
hidup manusia. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral ketuhanan dan
kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu pada hakikatnya sila-
sila Pancasila harus merupakan sumber nilai, kerangka pikir serta basis
moralitas bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
menurut Syahrial Syarbaini (2003) harus memperhatikan konsep sebagai
berikut :
1. Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri
sebagai bangsa. Pancasila harus diletakkan sebagai kerangka
berpikir yang obyektif rasional dalam membangun kepribadian
bangsa. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan budaya ilmu
11
pengetahuan dalam memupuk rasa persatuan dan kesatuan
bangsa.
2. Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional, perubahan
yang terjadi dalam masyarakat dan bangsa akibat dari
pembangunan harus semakin menempatkan nilai-nilai Pancasila
yang dapat dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
3. Pancasila merupakan arah pembangunan nasional, proses
pembangunan nasional tidak terlepas dari kontrol nilai-nilai
Pancasila. Oleh sebab itu, kemana arah pembangunan melalui
tahap-tahapnya tidak dapat dilepaskan dari usaha
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, sehingga
pembangunan adalah pengamalan Pancasila.
4. Pancasila merupakan etos pembangunan nasional, untuk
mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan diciptakan misi
pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Konsistensi antara
teori dan kenyataan dan ucapan dengan tindakan, merupakan
paradigma baru dalam menjadikan Pancasila sebagai etika
pembangunan nasional.
5. Pancasila sebagai moral pembangunan, sebutan ini
mengandung maksud agar nilai-nilai luhur Pancasila (norma-
norma Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945)
dijadikan tolok ukur dalam melaksanakan pembangunan
nasional, baik dalam perencanaan, pengorganisasian
pelaksanaan, pengawasan, maupun dalam evaluasinya.
Menurut Prof. Dr. M. Sastrapratedja (dalam Dikti, 2016;207-
208) dalam artikelnya yang berjudul, Pancasila sebagai Orientasi
Pembangunan Bangsa dan Pengembangan Etika Ilmu Pengetahuan
menegaskan ada dua peran Pancasila dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yaitu pertama, Pancasila merupakan
12
landasan dari kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan, yang
kedua, Pancasila sebagai landasan dari etika ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Hal pertama yang terkait dengan kedudukan Pancasila
sebagai landasan kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan
mencakup lima hal sebagai berikut. Pertama, bahwa pengembangan
ilmu pengetahuan harus menghormati keyakinan religius
masyarakat karena dapat saja penemuan ilmu yang tidak sejalan
dengan keyakinan religious, tetapi tidak harus dipertentangkan
karena keduanya mempunyai logika sendiri. Kedua, ilmu
pengetahuan ditujukan bagi pengembangan kemanusiaan dan
dituntun oleh nilai-nilai etis yang berdasarkan kemanusiaan. Ketiga,
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan unsur yang
“menghomogenisasikan” budaya sehingga merupakan unsur yang
mempersatukan dan memungkinkan komunikasi antar masyarakat.
Membangun penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
sistem pendidikan merupakan sarana memperkokoh kesatuan dan
membangun identitas nasional. Keempat, prinsip demokrasi akan
menuntut bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
merata ke semua masyarakat karena pendidikan merupakan
tuntutan seluruh masyarakat. Kelima, kesenjangan dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dipersempit
terus menerus sehingga semakin merata, sebagai konsekuensi
prinsip keadilan sosial.
Hal kedua yang meletakkan Pancasila sebagai landasan etika
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dirinci
sebagai berikut. (1) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
terlebih yang menyangkut manusia haruslah selalu menghormati
martabat manusia, misalnya dalam rekayasa genetik; (2) ilmu
pengetahuan dan teknologi haruslah meningkatkan kualitas hidup
manusia, baik sekarang maupun di masa depan; (3) pengembangan
13
ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya membantu pemekaran
komunitas manusia, baik lokal, nasional maupun global (4) ilmu
pengetahuan dan teknologi harus terbuka untuk masyarakat; lebih-
lebih yang memiliki dampak langsung kepada kondisi hidup
masyarakat; (5) ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya
membantu penciptaan masyarakat yang semakin lebih adil.
14
ketuhanan ini, Pancasila harus didudukan secara proporsional,
bahwa ia bukanlah agama yang berpretensi mengatur sister
keyakinan, sistem peribadatan, sistem norma dan identitas
keagamaan dalam ranah privat dan ranah komunitas agama
masing-masing.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasardasar
moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi haruslah secara beradab. Ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah bagian dari proses budaya
manusia yang beradab dan bermoral. Oleh sebab itu, pembangunan
ilmu pengetahuan dan teknologi harus didasarkan pada hakikat
tujuan demi kesejahteraan umat manusia Ilmu pengetahuan dan
teknologi harus dapat diabdikan untuk peningkatan harkat dan
martabat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk
yang angkuh dan sombong akibat dari penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku sesuai
dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hati nurani masing-masing, dengan memperlakukan sesuatu hal
dengan sebagaimana semestinya.
a. Memberi arah dan mengendalikan ilmu pengetahuan, ilmu
dikembalikan pada fungsinya semula yaitu kemanusiaan,
tidak hanya untuk kelompok atau lapisan tertentu.
b. Memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi haruslah
secara beradab, membangan ilmu pengetahuan dan
teknologi harus berdasarkan kepada usaha-usaha yaitu untuk
mencapai kesejateraan umat manusia.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabadikan untuk
peningkatan harkat dan martabat manusia, bukan menjadikan
15
manusia sebagai makhluk yang angkuh dan sombong akibat
memiliki ilmu pengetahuan.
3. Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepada bangsa
Indonesia bahwa rasa nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari
sumbangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi persatuan dan kesatuan bangsa dapat
terwujud dan terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar
daerah di berbagai daerah terjalin karena tidak lepas dari faktor
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, Ilmu
pengetahuan dan teknologi harus dapat dikembangkan untuk
memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan selanjutnya
dapat dikembangkan dalam hubungan manusia Indonesia dengan
masyarakat internasional.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, mendasari pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara demokratis. Artinya setiap
ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi setiap ilmuwan juga harus menghormati
dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap
yang terbuka artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulanh maupun
dibandingkan dengan penemuan teori lainnya. Nilai kerakyatan juga
mensyaratkan adanya wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang mendalam yang mengatasi ruang dan waktu tentang materi
yang dimusyawarahkan.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi harus dapat menjaga keseimbangan
keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan
keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia
dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia dengan
masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam
16
lingkungannya. Pengembangan ilmu pengetahuan yang berkeadilan
harus dapat teraktualisasi dalam pengelolaan kekayaan alam
sebagai milik bersama bangsa Indonesia untuk kemakmuran rakyat.
Hal yang lain bahwa meletakan Pancasila sebagai landasan etika
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dirinci sebagai
berikut: (1) pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terlebih
menyangkut manusia haruslah menghormati martabat manusia, (2) ilmu
pengetahuan dan teknologi seharusnya harus meningkatkan kualitas hidup
manusia, baik sekarang maupun masa yang akan datang, (3)
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya membantu
pemekaran komunitas manusia, bail lokal, nasional, ataupun global. (4) ilmu
pengetahuan dan teknologi harus terbuka untuk masyarakat dan memiliki
dampak langsung dalam kondisi hidup masyarakat. (5) ilmu pengetahuan
dan teknologi hendaknya membantu penciptaan masyarakat yang semakin
lebih adil (Surajiyo, 2017:143).
17
keinsinyuran, seperti: menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan,
dan kesejahteraan masyarakat; berperilaku terhormat, bertanggung
jawab, etis dan taat aturan untuk meningkatkan kehormatan,
reputasi dan kemanfaatan professional, dan lain-lain, adalah suatu
manifestasi perbuatan untuk kebaikan tersebut. Ilmuwan yang
mengamalkan kompetensi teknik yang dimiliki dengan baik sesuai
dengan tuntunan sikap tersebut berarti menyukuri anugrah Tuhan.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
memberikan arahan, baik bersifat universal maupun khas terhadap
ilmuwan dan ahli teknik di Indonesia. Asas kemanusiaan atau
humanisme menghendaki agar perlakuan terhadap manusia harus
sesuai dengan kodratnya sebagai manusia, yaitu memiliki keinginan,
seperti kecukupan materi, bersosialisasi, eksistensinya dihargai,
mengeluarkan pendapat, berperan nyata dalam lingkungannya,
bekerja sesuai kemampuannya yang tertinggi. Hakikat kodrat
manusia yang bersifat mono-pluralis, sebagaimana dikemukakan
Notonagoro, yaitu terdiri atas jiwa dan raga (susunan kodrat),
makhluk individu dan sosial (sifat kodrat), dan makhluk Tuhan dan
otonom (kedudukan kodrat) memerlukan keseimbangan agar dapat
menyempurnakan kualitas kemanusiaannya.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia memberikan landasan
esensial bagi kelangsungan Negara Kesatauan Republik Indonesia
(NKRI). Untuk itu, ilmuwan dan ahli teknik Indonesia perlu
menjunjung tinggi asas Persatuan Indonesia ini dalam tugas-tugas
profesionalnya. Kerja sama yang sinergis antar individu dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing akan menghasilkan
produktivitas yang lebih tinggi daripada penjumlahan produktivitas
individunya. Suatu pekerjaan atau tugas yang dikerjakan bersama
dengan semangat nasionalisme yang tinggi dapat menghasilkan
produktivitas yang lebih optimal.
18
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan memberikan
arahan asa kerakyatan, yang mengandung arti bahwa pembentukan
negara republik Indonesia ini adalah oleh dan untuk semua rakyat
Indonesia. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang
sama terhadap negara. Demikian pula halnya dengan ilmuwan dan
ahli teknik wajib memberikan kontribusi sebasar-besarnya sesuai
kemampuan untuk kemajuan negara. Sila keempat ini juga memberi
arahan dalam manajemen keputusan, baik pada tingkat nasional,
regional maupun lingkup yang lebih sempit. Manajemen keputusan
yang dilandasi semangat musyawarah akan mendatangkan hasil
yang lebih baik karena dapat melibatkan semua pihak dengan penuh
kerelaan.
Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
memberikan arahan agar selalu diusahakan tidak terjadinya jurang
(gap) kesejahteraan di antara bangsa Indonesia. Ilmuwan dan ahli
teknik yang mengelola industri perlu selalu mengembangkan sistem
yang memajukan perusahaan, sekaligus menjamin kesejahteraan
karyawan. Selama ini, pengelolaan industri lebih berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi, dalam arti keuntungan perusahaan sehingga
cenderung mengabaikan kesejahteraan karyawan dan kelestarian
lingkungan. Situasi timpang ini disebabkan oleh pola kerja yang
hanya mementingkan kemajuan perusahaan. Pada akhirnya, pola
tersebut dapat menjadi pemicu aksi protes yang justru merugikan
pihak perusahaan itu sendiri.
19
a. Perkembangan ilmu dan teknologi di Indonesia dewasa ini
tidak berakar pada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia
sendiri sehingga ilmu pengetahuan yang dikembangkan di
Indonesia sepenuhnya berorientasi pada Barat (Western
oriented).
b. Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia lebih
berorientasi pada kebutuhan pasar sehingga prodi-prodi
yang “laku keras” di perguruan tinggi Indonesia adalah
prodi-prodi yang terserap oleh pasar (dunia industri).
c. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia belum melibatkan masyarakat luas sehingga
hanya menyejahterakan kelompok elite yang
mengembangkan ilmu (scientist oriented).
20
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Simpulan
Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus
merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi
pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil budaya
manusia harus didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Pancasila yang sila-silanya
merupakan satu kesatuan yang sistemik haruslah menjadi sistem etika dan
moral dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengembangan ilmu dan teknologi yang menyangkut manusia
haruslah selalu menghormati martabat manusia, haruslah meningkatkan
kualitas hidup manusia baik sekarang maupun di masa depan, membantu
pemekaran komunitas manusia, baik lokal, nasional maupun global, harus
terbuka untuk masyarakat lebih yang memiliki dampang langsung kepada
kondisi hidup masyarakat, ilmu dan teknologi hendaknya membantu
penciptaan masyarakat yang semakin lebih adil.
3.2. Saran
Kehadiran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ditengah-tengah kita
akan memberikan kemudahan dan memecahkan berbagai persoalan hidup
yang kita hadapi namun bukan berarti kita hanya mengedepankan
kecanggihan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan tanpa berdasarkan
rasa kemanusiaan. Ada baiknya untuk mengimplementasikan Pancasila
dalam menuntut ilmu agar diharapkan seluruh pribadi bangsa Indonesia
dapat menjunjung Ketuhanan yang Maha Esa bisa bersatu menjaga
persatuan Indonesia yang mampu memujudkan Indonesia yang sejahtera
adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
21
DAFTAR PUSTAKA
https://binus.ac.id/character-building/pancasila/nilai-nilai-pancasila-
sebagai-dasar-perkembangan-iptek/
https://kumparan.com/rullysubhanudin23/pancasila-sebagai-dasar-nilai-
pengembangan-ilmu-1ub8ZEmMv3X
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=672219&val=10
712&title=PANCASILA%20SEBAGAI%20DASAR%20NILAI%20ILMU%20
PENGETAHUAN
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_
882729925752.pdf
file:///C:/Users/Administrsator/Downloads/1178-Article%20Text-2029-1-10-
20200324.pdf
https://adoc.pub/bab-vii-mengapa-pancasila-menjadi-dasar-nilai-
pengembangan-i.html
22