Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

“PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ir Abdul Kahar, S.T., M.SI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

1. Firanti (2201036177)
2. Novita Putri Andarini Ali
(2201036184)
3. Amara Cindy Claudea (2201036271)
4. Silvi Handayani
(2201046007)
5. Juliana Syaharoh alhuadiani (2201046036)
6. Muhammad Dimas Kardiansyah (2201046045)
7. Endah Lestari
(2201046055)
8. Dea Aprita Sari

(2201046059)
9. Fenita Ziven Salsabila (2201046085)
10. Aftiva Yoesiana Azhari P.
(2201046089)
UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu” ini dengan baik tepat
pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang
syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Tak lupa pula kami menyampaikan rasa terima kasih yang


sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila yaitu Bapak Dr.
Ir Abdul Kahar, S.T., M.SI yang telah memberikan kesempatan untuk meyusun makalah ini.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kami terkait dengan topik yang
diberikan. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam proses penyesuaian makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Samarinda, 5 Oktober 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1 Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu.................................................3
2.2 Aspek Penting dalam Ilmu Pengetahuan...................................................................6
2.3 Pilar-pilar Penyangga Bagi Eksistensi Ilmu Pengetahuan........................................8
2.4 Nilai Ketuhanan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu...............................................9
2.5 Nilai Kemanusiaan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu........................................10
2.6 Nilai Persatuan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu..............................................10
2.7 Nilai Kerakyatan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu............................................11
2.8 Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu...............................................13
2.9 Pentingnya Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu............................14

BAB III PENUTUP...............................................................................................................17


3.1 Kesimpulan..............................................................................................................17
3.2 Saran........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Pancasila sebagai pengembangan nilai dalam pendidikan nasional di


Indonesia merupakan karakter yang diharapkan dapat terbentuk melalui Pendidikan Pancasila
yang sudah dilaksanakan. Pada zaman modern seperti sekarang ini dimana Ilmu Pengetahuan
dan globaliasi berkembang sangat pesat, nilai-nilai Pancasila mulai tergeser. Banyak
masyarakat Indonesia yang mulai meninggalkan nilai-nilai pencasila dan tidak lagi
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, jika diamati
dari sejarah bangsa Indonesia, Pancasila merupakan wujud dari kerja keras dan pengorbanan
para pendiri bangsa yang sangat diperhitungkan dengan matang.

Masyarakat sekarang beranggapan bahwa Pancasila sangat kaku dan normatif sehingga
tidak sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta tidak dapat mengikuti arus
globalisasi. Padahal hal ini merupakan sebuah kekeliriuan yang sangat disayangkan.
Anggapan ini timbul karena mereka tidak memahami Pancasila sepenuhnya bahwa pada
hakikatnya Pancasila bersifat terbuka. Pancasila bersifat terbuka dan fleksibel yang artinya
dapat mengikuti perkembangan zaman. Justru nilai-nilai Pancasila inilah yang perlu dipegang
teguh oleh masyarakat Indonesia supaya tidak terkena dampat buruk perkembangan zaman
sehingga Indonesia akan tetap kokoh berdiri.

Pancasila merupakan falsafah dan pedoman hidup bangsa indonesia dari hasil pemikiran
yang mendalam yang dilakukan oleh anak bangsa. Perkembangan ilmu pengetauan saat ini
dan di masa yang akan datang sangat cepat di berbagai lini kehidupan berbangsa dan
bernegara, memasuki dan mempengaruhi segala aspek kehidupan adat dan budaya bangsa.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi yang tidak dibarengi dengan dasar-dasar
Pancasila yang kuat justru akan menjadi aspek penghancur bangsa, terutama dari segi
moralitas dan mentalitas. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang terlampau
deras menyebabkan terlalu mudahnya informasi dari seluruh penjuru dunia masuk ke dalam
bangsa kita, sehingga penting kiranya memperkuat warga Negara menanamkan nilai-nilai
pancasila sebagai dasar dalam memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Seperti yang kita tahu bahwa Pancasila merupakan dasar negara. Berkaitan dengan
perkembangan ilmu, Pancasila juga memiliki peran menjadi dasar pengembangan ilmu.
Maka, hal yang menganggap bahwa Pancasila tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu
dapat dibantah. Dari hal inilah perlu dibenahi bahwa tidak ada alasan lagi untuk
meninggalkan Pancasila demi keutuhan negara Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Mengapa pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu ?


2. Apa saja aspek penting dalam ilmu pengetahuan ?
3. Apa saja pilar-pilar penyangga bagi eksistensi ilmu pengetahuan ?
4. Bagaimana penerapan nilai ketuhanan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuaan dan Teknologi (IPTEK) ?
5. Bagaimana penerapan nilai kemanusiaan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ?
6. Bagaimana penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ?
7. Apakah pengaruh dari nilai kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ?
8. Apakah manfaat dari nilai keadilan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ?
9. Seberapa penting Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.


2. Untuk mengetahui aspek penting dalam ilmu pengetahuan
3. Untuk mengetahui pilar-pilar penyangga bagi eksistensi ilmu pengetahuan.
4. Untuk mengetahui penerapan nilai ketuhanan sebagai dasar pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
5. Untuk mengetahui penerapan nilai kemanusiaan sebagai dasar pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
6. Untuk mengetahui penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
7. Untuk mengetahui penerapan nilai kerakyatan sebagai dasar pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
8. Untuk mengetahui penerapan nilai keadilan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
9. Mengetahui seberapa penting Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Pancasila merupakaan pandangan hidup bangsa, memiliki fungsi utama sebagai dasar
negara Indonesia. Dalam kedudukannya, Pancasila menempati kedudukan yang paling tinggi,
sumber dari segala sumber hukum yang mengatur segala macam prilaku manusia dalam
bertindak. Pancasila juga sebagai ideologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya
dan agama. Pancasila digali dan diambil dari budaya bangsa Indonesia itu sendiri, maka dari
itu Pancasila mempunyai fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara. Fungsi dan peranan itu terus berkembang sesuai dengan tuntutan
zaman. Itulah sebabnya, Pancasila memiliki berbagai predikat sebagai sebutan nama yang
menggambarkan fungsi dan peranannya itu sendiri.

Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai hukum serta ideologi bangsa Indonesia yang
mengakomodir seluruh aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pancasila juga berfungsi sebagai pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu pengetahuan
untuk dipergunakan sebagai asas dan pendirian hidup, sebagai suatu pangkal sudut
pandangan dari subjek ilmu pengetahuan atau aktivitas ilmiah, dan juga menjadi objek ilmu
pengetahuan atau hal yang diselidiki. Oleh karena itu, perumusan Pancasila sebagai
paradigma ilmu bagi aktivitas ilmiah di Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat niscaya.
Sebab, pengembangan ilmu yang terlepas dari nilai ideologi bangsa, justru dapat
mengakibatkan sekularisme, seperti yang terjadi pada zaman Renaissance di Eropa.

Bangsa Indonesia memiliki akar budaya dan religi yang kuat dan tumbuh sejak lama
dalam kehidupan masyarakat, sehingga manakala pengembangan ilmu tidak berakar pada
ideologi bangsa, maka sama halnya dengan membiarkan ilmu berkembang tanpa arah dan
orientasi yang jelas. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima
Pancasila merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK). Beberapa terminologi yang dikemukakan para pakar untuk
menggambarkan peran Pancasila sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Setiap ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di Indonesia haruslah
tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Bertitik tolak dari asumsi di atas, maka das Sollen ideologi Pancasila berperan sebagai
leading principle dalam kehidupan ilmiah bangsa Indonesia. Para Ilmuwan tetap berpeluang
untuk mengembangkan profesionalitasnya tanpa mengabaikan nilai ideologis yang bersumber
dari masyarakat Indonesia sendiri.

3
1. Konsep Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu pada
beberapa jenis pemahaman, antara lain sebagai berikut :

 Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang


dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
 Kedua, bahwa setiap IPTEK yang dikembangkan di Indonesia
harus menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal pengembangan IPTEK
itu sendiri.
 Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi
pengembangan IPTEK di Indonesia, artinya mampu mengendalikan IPTEK agar tidak
keluar dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia.
 Keempat, bahwa setiap pengembangan IPTEK harus berakar dari budaya dan
ideologi bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi
ilmu (mempribumian ilmu).

Keempat pengertian Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu sebagaimana


dikemukakan di atas mengandung konsekuensi yang berbeda-beda.

 Pengertian pertama bahwa IPTEK tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang


terkandung dalam Pancasila mengandung asumsi bahwa iptek itu sendiri berkembang
secara otonom, kemudian dalam perjalanannya dilakukan adaptasi dengan nilai-nilai
Pancasila.
 Pengertian kedua bahwa setiap IPTEK yang dikembangkan di Indonesia
harus menyertakan nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal mengandaikan bahwa
sejak awal pengembangan IPTEK sudah harus melibatkan nilai-nilai Pancasila.
Namun, keterlibatan nilai-nilai Pancasila ada dalam posisi tarik ulur, artinya ilmuwan
dapat mempertimbangkan sebatas yang mereka anggap layak untuk dilibatkan.
 Pengertian ketiga bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu
normatif bagi pengembangan IPTEK mengasumsikan bahwa ada aturan main yang
harus disepakati oleh para ilmuwan sebelum ilmu itu dikembangkan. Namun, tidak
ada jaminan bahwa aturan main itu akan terus ditaati dalam perjalanan pengembangan
IPTEK itu sendiri. Sebab ketika IPTEK terus berkembang, maka aturan main
seharusnya terus mengawal dan membayangi agar tidak terjadi kesenjangan antara
pengembangan IPTEK dan aturan main.
 Pengertian keempat yang menempatkan bahwa setiap pengembangan IPTEK
harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri sebagai proses
indegenisasi ilmu. Mengandaikan bahwa Pancasila bukan hanya sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu, tetapi sudah menjadi paradigma ilmu yang berkembang di
Indonesia. Untuk itu, diperlukan penjabaran yang lebih rinci dan pembicaraan di
kalangan intelektual Indonesia mengenai sejauh mana nilai-nilai Pancasila selalu

4
menjadi bahan pertimbangan bagi keputusan-keputusan ilmiah yang diambil.

2. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Apakah anda menyadari bahwa kehadiran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di
sekitar kita ibarat pisau bermata dua, di satu sisi IPTEK memberikan kemudahan untuk
memecahkan berbagai persoalan hidup dan kehidupan yang dihadapi, tetapi di pihak lain
dapat membunuh, bahkan memusnahkan peradaban umat manusia. Contoh yang pernah
terjadi yaitu admbaralah ketika bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam
Perang Dunia Kedua. Dampaknya tidak hanya dirasakan warga Jepang pada waktu itu, tetapi
juga menimbulkan traumatik yang berkepanjangan pada generasi berikut, bahkan menyentuh
nilai kemanusiaan secara universal. Nilai kemanusiaan bukan milik individu atau sekelompok
orang atau bangsa semata, tetapi milik bersama umat manusia.

Dampak dari bom di kota Hirosima menimbulkan korban dan kesengsaraan

Pentingnya Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dapat ditelusuri ke dalam hal-
hal sebagai berikut :

 Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa


Indonesia dewasa ini seiring dengan kemajuan IPTEK menimbulkan perubahan dalam
cara pandang manusia tentang kehidupan. Hal ini membutuhkan renungan dan
refleksi yang mendalam agar bangsa Indonesia tidak terjerumus ke dalam penentuan
keputusan nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
 Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan IPTEK terhadap
lingkungan hidup berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup
manusia di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan tuntunan moral bagi
para ilmuwan dalam pengembangan IPTEK di Indonesia.
 Ketiga, perkembangan IPTEK yang didominasi negara-negara Barat
dengan politik global ikut mengancam nilai-nilai khas dalam kehidupan bangsa
Indonesia, seperti spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa
keadilan. Oleh karena itu, diperlukan orientasi yang jelas untuk menyaring dan
menangkal pengaruh nilai-nilai global yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

5
kepribadian bangsa Indonesia.

2.2 Aspek Penting dalam Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan itu mengandung dua aspek, yaitu aspek fenomenal dan aspek
struktural.

Aspek fenomenal menunjukan bahwa ilmu pengetahuan mewujudkan atau


memanifestasikan dalam bentuk masyarakat, proses, dan produk. Sebagai masyarakat, ilmu
pengetahuan menampakkan diri sebagai suatu masyarakat atau kelompok elit yang dalam
kehidupan kesehariannya begitu mematuhi kaedah-kaedah ilmiah yang menurut paradigma
Merton disebut universalisme, komunalisme, dan skepsisme yang teratur dan terarah. Sebagai
proses, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai aktivitas atau kegiatan kelompok elit
tersebut dalam upayanya untuk menggali dan mengembangkan ilmu melalui penelitian,
eksperimen, ekspedisi, seminar, kongres. Sedangkan sebagai produk, ilmu pengetahuan
menampakkan diri sebagai hasil kegiatan kelompok elit tadi berupa teori, ajaran, paradigma,
temuan-temuan lain sebagaimana disebarluaskan melalui karya-karya publikasi yang
kemudian diwariskan kepada masyarakat dunia.

Aspek struktural menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan di dalamnya terdapat unsur-


unsur sebagai berikut :

a) Sasaran yang dijadikan obyek untuk diketahui (Gegenstand)


b) Obyek sasaran ini terus-menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode)
tertentu tanpa mengenal titik henti. Suatu paradoks bahwa ilmu pengetahuan yang
akan terus berkembang justru muncul permasalahan-permasalahan baru yang
mendorong untuk terus menerus mempertanyakannya.
c) Ada alasan dan motivasi mengapa gegenstand itu terus- menerus
dipertanyakan.
d) Jawaban-jawaban yang diperoleh kemudian disusun dalam suatu kesatuan
sistem (Koento Wibisono, 1985).

Dengan Renaissance dan Aufklaerung ini, mentalitas manusia Barat mempercayai akan
kemampuan rasio yang menjadikan mereka optimis, bahwa segala sesuatu dapat diketahui,
diramalkan, dan dikuasai. Melalui optimisme ini, mereka selalu berpetualang untuk
melakukan penelitian secara kreatif dan inovatif.

Ciri khas yang terkandung dalam ilmu pengetahuan adalah rasional, antroposentris dan
cenderung sekuler, dengan suatu etos kebebasan. Konsekuensi yang timbul adalah dampak
positif dan negatif. Positif dalam arti kemajuan ilmu pengetahuan telah mendorong
kehidupan manusia ke suatu kemjuan dengan teknologi yang di kembangkan dan telah
menghasilkan kemudahan-kemudahan yang semakin canggih bagi uapaya manusia untuk
meningkatkan kemakmuran hidupnya secra fisik maupun material. Negatif dalam arti ilmu

6
pengetahuan telah mendorong berkembangnya arogansi ilmiah dengan menjauhi nilai-nilai
agama, eika, yang akibatnya dapat menghancurkan kehidupan manusia sendiri. Akhirnya,
tidak dapat di pungkiri ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempunyai kedudukan
substantif dalam kehidupan manusia saat ini.
Sedangkan di dalam Islam, ada 6 aspek penting dalam pendidikan yaitu :

1. Aspek pendidikan ketuhanan, menjadi aspek pertama dan aspek dasar


pendidikan dalam Islam. Dengan mengenal Allah Swt. sebagai Tuhan dan Pencipta,
pribadi manusia dapat menyadari bahwa segala yang dipelajari adalah ciptaan-Nya.
Dengan bekal itu pula, dalam proses mempelajari ilmu pengetahuan dan menguak
fenoma alam, bukan kesombongan yang muncul dalam diri, melainkan kesadaran
akan kebesaran-Nya serta kedekatan kita dengan-Nya.

2. Aspek pendidikan akhlak, termasuk dalam aspek penting pendidikan dalam


Islam. Kasus korupsi ataupun tindak kejahatan sosial yang terjadi sekarang, Akhlak
yang baik akan mencerminkan pribadi akan selalu melakukan segala sesuatu dengan
batas-batas yang sesuai ajaran Islam dan jauh dari perbuatan yang merugikan orang
lain. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang salah satunya membentuk
hubungan yang harmonis antara sesama. Tanpa akhlak, ilmu pengetahuan dan potensi
diri dapat digunakan untuk melakukan tindakan yang merugikan masyarakat.

3. Aspek pendidikan akal dan ilmu pengetahuan, menjadi aspek yang tidak
terpisahkan dalam dunia pendidikan. Dalam proses belajar mengajar, pendidik
maupun anak didik berkutat dalam diskusi untuk memahami ilmu pengetahuan.
Aspek ini berhubungan dengan kesuksesan di dunia profesi. Dengan akal dan ilmu
pengetahuan, potensi diri untuk berkembang dan berprestasi dalam dunia profesi
tertentu dapat dicapai.

4. Aspek pendidikan fisik, berhubungan dengan potensi jasmani. Dengan fisik


yang sehat, potensi diri untuk melakukan berbagai aktivitas dan kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan lancar. Adanya mata ajar olahraga, bahkan kompetisi dalam
bidang olahraga, menjadi salah satu media pemenuhan aspek ini.

5. Aspek pendidikan kejiwaan, menjadi salah satu aspek yang harus dipenuhi
dalam pendidikan. Terdapat kata-kata bijak yang sangat familiar dan menunjukkan
pentingnya aspek pendidikan kejiwaan, yaitu, “Di dalam tubuh yang kuat, terdapat
jiwa yang sehat.” Tidak bisa dipungkiri bahwa pikiran positif dan semangat muncul
dari jiwa sehat yang dapat dipentuk dalam proses belajar mengajar.

6. Aspek pendidikan keindahan, tidak hanya terbatas pada sesuatu yang enak
untuk dilihat, tetapi aspek ini juga menjadi salah satu aspek dalam pendidikan. Jika
sahabat Abi Ummi lihat dalam Alquran yang merupakan sumber berbagai ilmu bagi
umat manusia, keindahan dalam penyampaiannya dapat kita temukan dalam rima
ayat-ayat dalam berbagai surat, seperti Al-Ikhlas, An- Nas, dan Al-Falaq. Keindahan

7
dalam berbahasa dan bertutur kata menjadi aspek yang selalu ditunjukkan dalam
penyampaian ilmu dari zaman Nabi Muhammad saw. hingga saat ini.

2.3 Pilar-pilar Penyangga Bagi Eksistensi Ilmu Pengetahuan

Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar filosofis keilmuan.
Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif serta prerequisite/saling
mempersyaratkan. Pengembangan ilmu selalu dihadapkan pada persoalan ontologi,
epistemologi dan aksiologi.

1. Pilar Ontologi (ontology)


Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan (eksistensi). Ontologi merupakan
ilmu pengetahuan dan ajaran tentang keberadaan.

Aspek yang terdapat dalam pilar ontologi antara lain sebagai berikut :
a) Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme,
dualisme, pluralisme).
b) Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat,
mutu dari sesuatu (mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).

Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan asumsi, dasar-


dasar teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan
multidisipliner. Membantu pemetaan masalah, kenyataan, batas-batas ilmu dan
kemungkinan kombinasi antar ilmu. Misalnya masalah krisis moneter, tidak dapat
hanya ditangani oleh ilmu ekonomi saja.Ontologi menyadarkan bahwa ada kenyataan
lainyang tidak mampu dijangkau oleh ilmu ekonomi, makaperlu bantuan ilmu lain
seperti politik, sosiologi.

2. Pilar Epistemologi (epistemology)


Selalu menyangkut problematika tentang sumber pengetahuan, sumber kebenaran, cara
memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar kebenaran, sistem,
prosedur, dan strategi.

Pengalaman epistemologis dapat memberikan sumbangan bagi kita :


a) Sarana legitimasi bagi ilmu/menentukan keabsahan disiplin
ilmu tertentu.
b) Memberi kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu.
c) Mengembangkan ketrampilan proses.
d) Mengembangkan daya kreatif dan inovatif.

3. Pilar Aksiologi (axiology)

8
Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral, religius) dalam
setiap penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu. Pengalaman aksiologis dapat
memberikan dasar dan arah pengembangan ilmu, mengembangkan etos keilmuan seorang
profesional dan ilmuwan.Landasan pengembangan ilmu secara imperatif mengacu ketiga
pilar filosofis keilmuan tersebut yang bersifat integratif dan prerequisite.

2.4 Nilai Ketuhanan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Ilmu pengetahuan harus tetap menjaga keseimbangan antara rasional dan irasional,
keseimbangan antara akal, rasa, dan kehendak. Sila pertama menempatkan manusia di alam
semesta bukan sebagai pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam semesta
yang diolahnya. Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dalam mengamalkan komitmen
etis ketuhanan ini. Pancasila harus didudukan secara proporsional, bahwa ia bukanlah agama
yang berpretensi mengatur sister keyakinan, sistem peribadatan, sistem norma dan identitas
keagamaan dalam ranah privat dan ranah komunitas agama masing-masing.

Pengertian pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dapat mengacu beberapa jenis
pemahaman, antara lain sebagai berikut :

1. Bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dikembangkan di


Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila.
2. Nilai Ketuhanan yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya tuhan sebagai pencipta alam semesta dengan nilai
ini menyatakan bangsa Indonesia merupakan bangsa religius bukan bangsa yang ateis
3. Nilai Ketuhanan juga memiliki arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk
memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan atau
berlaku deskriminasi antar umat beragama.

Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa berkaitan tentang upaya penyadaran, bahwa
manusia hidup di dunia ibarat sedang menempuh ujian dan hasil ujian akan menentukan
kehidupannya yang abadi di akhirat nanti. Ujian yang dihadapi tersebut berkaitan dengan
kodrat manusia seabagai khalifah di muka bumi yang bertanggung jawab untuk
memakmurkan bumi bukan justru membuat kerusakan di bumi. Pengaplikasian dari sila
pertama ini yaitu berkaitan dengan kode etik ilmiah dan keinsinyuran seperti menjunjung
tinggi keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat, berperilaku terhormat,
bertanggung jawab, etis dan taat aturan untuk meningkatkan kehormatan, reputasi dan
kemanfaatan professional, dan lain-lain adalah suatu manifestasi perbuatan untuk kebaikan
tersebut.

Pancasila sebagai dasar nilai dan pengembangan ilmu :


1. Percaya dan takwa kepada tuhan yang maha esa.
2. Hormat dan menghormati antara pekerja sesama agama lain.
3. Saling memberikan kebebasan menjalanin ibadah sesuai dengan kepercayaan

9
masing-masing.
4. Mengakui persamaan harkat dan martabat manusia.
5. Saling mencintai sesama manusia, tidak semena-mena terhadap orang lain,
suka
memberi bantuan kepada korban bencana alam.

2.5 Nilai Kemanusiaan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Suatu nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani
masing-masing, dengan memperlakukan sesuatu hal dengan sebagaimana semestinya. Ada
beberapa hal yang merupakan urgensi dari Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu,
yaitu ilmu pengetahuan yang dikembangkan di Indonesia sepenuhnya berorientasi pada Barat
(western oriented), kebutuhan pasar serta belum melibatkan masyarakat luas sehingga hanya
menyejahterakan kelompok elite yang mengembangkan ilmu (scientist oriented).

Selain itu, nilai kemanusiaan sebagai dasar pengembangan ilmu juga memberi arah dan
mengendalikan ilmu pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya semula yaitu
kemanusiaan yang tidak hanya untuk kelompok atau lapisan tertentu, tetapi juga memberikan
dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan IPTEK haruslah secara
beradab. Membangan IPTEK juga harus berdasarkan kepada usaha-usaha yaitu untuk
mencapai kesejateraan umat manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabadikan
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai
makhluk yang angkuh dan sombong akibat memiliki ilmu pengetahuan.

Pancasila sebagai dasar


nilai pengembangan ilmu memiliki beberapa pengertian, antara lain sebagai berikut :

1. Bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dikembangkan di


Indonesia harus didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
2. Bahwa nilai-nilai Pancasila mampu mengendalikan IPTEK agar tidak keluar
dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia.
3. Bahwa pengembangan IPTEK harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa
Indonesia atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu.

2.6 Nilai Persatuan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Sila Persatuan Indonesia, mengkomplementasikan secara universal dan internasionalisme


(kemanusiaan) dalam sila-sila lain, sehingga suprasistem tidak mengabaikan sistem dan
subsistem. Soladiritas dalam subsistem sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan
individualitas, tetapi tidak menggangu intekritas.

10
Sila Persatuan Indonesia mengingatkan kita untuk mengembangkan IPTEK untuk
seluruh tanah air dan bangsa secara merata. Selain itu, untuk memberikan kesadaran bahwa
rasa nasionalisme bangsa Indonesia akibat adanya kemajuan IPTEK. Dengan IPTEK
persatuan dan kesatuan bangsa dapat berwujud, persaudaraan dan persahabatan antar daerah
dapat terjalin (T. Jacob, 2000;155).

Contoh persoalan atau kebijakan dari nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yaitu adanya media sosial seperti facebook atau twitter
yang dapat menyatukan masyarakat Indonesia. Sehingga kemudahan dari perkembangan
IPTEK ini dapat membantu warga negara Indonesia yang membutuhkan bantuan seperti
adanya Laskar Sedekah yang menyalurkan sedekah masyarakat kepada yang berhak untuk
menerimanya. Selain itu, orang-orang yang sudah bersedekah dapat mengetahui bentuk
kegiatan Laskar Sedekah melalui akun media sosial yang mengunggah foto-foto penerima
sedekah.

Manfaat lainnya dari penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ini yakni dapat membuat masyarakat Indonesia lebih
tanggap, contohnya jika terjadi bencana alam di suatu daerah seperti kabut asap maka
informasi-informasi lebih cepat meluas dan menyebar. Sehingga fungsi dari nilai persatuan
sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah
memperrmudah mempersatukan masyarakat Indonesia dalam segala urusan.

Nilai Persatuan Indonesia memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia akan rasa
nasionalisme bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
harus dapat dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya diarahkan demi kesejahteraan
umum manusia, termasuk kesejahteraan bangsa Indonesia dan rasa nasionalismenya.

Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) untuk mewujudkan negara


persatuan itu diperkuat dengan budaya gotong royong dalam kehidupan masyarakat sipil dan
politik dengan terus mengembangkan pendidikan kewargaan dengan dilandasi prinsip-prinsip
kehidupan publik yang lebih partisipatif dan non-diskriminatif.

2.7 Nilai Kerakyatan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/


Perwakilan mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis. Artinya, setiap ilmuwan
haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK. Selain itu, dalam
pengembangan IPTEK setiap ilmuwan juga harus menghormati dan menghargai kebebasan
orang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun
dibandingkan dengan penemuan teori lainnya.

11
Sila keempat dalam Pancasila ini juga yaitu “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyarawatan/Perwakilan”, meminta kita membuka serta
memberikan paluang dan kesempatan-kesempatan yang sama bagi semua warga untuk dapat
mengembangkan IPTEK dan mengenyam hasilnya sesuai kemampuan dan keperluan masing-
masing, sehingga tidak akan menyebabkan timbulnya monopoli IPTEK (T. Jacob, 2000;155).

Nilai kerakyatan juga mensyaratkan adanya wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang mendalam yang mengatasi ruang dan waktu tentang materi yang dimusyawarahkan.
Melalui hikmah itulah, mereka yang mewakili rakyat bisa merasakan, menyelami, dan
mengambil keputusan yang bijaksana yang membawa Indonesia kepada keadaan yang lebih
baik lagi.

Pengaruh nilai kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi (IPTEK) adalah meningkatkan kreatifitas masyarakat Indonesia untuk dapat
menghasilkan suatu karya cipta dalam bidang apapun, sehingga terwujudnya kesejahteraan
warga negara Indonesia. Seorang penemu muda Ricky Elson contohnya. Beliau dan rekan-
rekannya berhasil menciptakan mobil listrik Indonesia pertama yaitu Tuxuci kemudian dikaji
ulang hingga pada tahun 2013 telah muncul mobil bertenaga listrik Selo. Pada saat ini Ricky
Elson sebagai anak bangsa Indonesia telah berusia 33 tahun dan tengah mengembangkan
becak listrik serta pembangkit listrik tenaga angin di daerah sumba yang menjadi pembangkit
listrik tenaga angin terbaik di dunia.

Dengan selalu berupaya demi kebangkitan Indonesia dan nilai kerakyatan sebagai dasar
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tangan-tangan ahli anak Indonesia
menciptakan ide-ide kreatif yang menghasilkan intelektual properti. Sila kerakyatan juga
mengimbangi oto dinamika IPTEK, sehingga dapat berevolusi sendiri dengan leluasa.
Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan harus demokratis dapat di
musyawarakan secara perwakilan sejak dari kebijakan kemudian penelitian sampai
penerapan.

Dalam Esensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, memberikan arahan asas kerakyatan, yang mengandung arti
bahwa pembentukan negara republik Indonesia ini adalah oleh dan untuk semua rakyat
Indonesia. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap negara.
Demikian pula halnya dengan ilmuwan dan ahli teknik wajib memberikan kontribusi sebasar-
besarnya sesuai kemampuan untuk kemajuan negara. Sila keempat ini juga memberi arahan
dalam manajemen keputusan, baik pada tingkat nasional, regional maupun lingkup yang
lebih sempit. Manajemen keputusan yang dilandasi semangat musyawarah akan
mendatangkan hasil yang lebih baik karena dapat melibatkan semua pihak dengan penuh
kerelaan. Pengaruh nilai kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) adalah meningkatkan kreatifitas masyarakat Indonesia untuk
menghasilkan suatu karya cipta dalam bidang apapun untuk kesejahteraan warga negara

12
Indonesia.

2.8 Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengkomplementasikan


pengembangan IPTEK haruslah menjaga keseimbangan antara keadilan dalam hubungannya
dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia
dengan masyarakat bangsa dan Negara serta manusia dengan alam lingkungannya.

Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia menekankan lima teori keadilan
yang dikemukakan oleh Aristoteles, antara lain terdiri dari :

1. Teori Keadilan Distributif


Keadilan distributuf adalah keadilan yang menuntut setiap pihak mendapatkan apa
yang menjadi haknya secara proporsional. Keadilan distributif meyakini jika konsep
adil akan terjadi apabila tiap pihak secara sama rata mendapatkan haknya. Selain itu
keadilan distributif juga dapat didefinisikan sebagai jenis keadilan yang memberikan
proporsi yang sama sesuai dengan kedudukannya. Artinya keadilan ini diberikan
sesuai dengan kedudukan orang tersebut. Beda kedudukannya, maka proporsinya juga
berbeda.
Contohnya :
Gaji dokter dengan perawat tentu berbeda, bergantung pada apa yang dilakukan
dokter serta perawat. Selain itu, bisa dilihat dari konteks hubungan negara dengan
masyarakat. Negara harus memberikan apa yang menjadi hak warga negaranya,
seperti perlindungan, fasilitas publik, rasa aman serta nyaman dan lain sebagainya.

2. Teori Keadilan Komunikatif


Teori keadilan komunikatif ini menunjukkan bahwa keadilan menurut Aristoteles
dideskripsikan sebagai bentuk perlakuan dari seseorang atau satu pihak kepada orang
lain tanpa melihat jasa-jasa yang diberikan oleh seseorang tersebut sebelumnya.
Contohnya :
Penerapan teori ini dapat kita lihat pada pemberian sanksi sesuai hukum yang berlaku
kepada pejabat yang terbukti melakukan tindakan korupsi. Meskipun pejabat tersebut
telah memiliki jasa yang besar untuk perkembangan masyarakat, ia tetap dijatuhi
hukuman yang setimpal karena kesalahannya.

3. Teori Keadilan Kodrat Alam


Pada teori keadilan kodrat alam, Aristoteles menggambarkan keadilan sebagai

13
perlakuan yang diberikan terhadap seseorang yang mana perlakuan tersebut
disesuaikan dengan hukum alam.
Contohnya :
Keadilan kodrat alam dapat kita lihat dari hukum tabur-tuai, di mana terdapat
ungkapan “apa yang kamu tabur, itu yang kamu tuai”, artinya jika kita melakukan hal
yang baik kepada orang lain, kita pun akan menerima hal yang baik pula. Atau jika
kita membantu orang lain saat kesulitan, kita pun akan dibantu oleh orang lain juga
saat kita mengalami kesulitan.
4. Teori Keadilan Konvensional
Dalam teori ini, keadilan menurut Aristoteles adalah bentuk keadilan yang terjadi
ketika seseorang telah mematuhi peraturan. Pada teori keadilan konvensional,
peraturan yang dimaksud merujuk pada peraturan perundang-undangan.
Contohnya :
Perlindungan yang didapat oleh warga negara yang mematuhi peraturan dan sanksi
yang didapat jika peraturan tersebut dilanggar.

5. Teori Keadilan Perbaikan


Dalam teori ini, keadilan menurut Aristoteles digambarkan sebagai keadilan yang
diterapkan ketika seseorang mencemarkan nama baik orang lain.
Contohnya :
Permintaan maaf yang diterima seseorang dari orang lain karena namanya telah
dicemarkan.

Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, IPTEK didasarkan pada
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan ( T. Jacob, 2000 ; 156 ). Contoh dari
sila kelima ini adalah ditemukannya varietas bibit unggul padi Cilosari dari teknik radiasi.
Penemuah ini adalah hasil buah karya anak bangsa. Diharapkan dalam perkembangan
swasembada pangan ini nantinya akan mensejahterakan rakyat Indonesia dan memberikan
rasa keadilan setelah ditingkatkan jumlah produksi sehingga pada perjalanannya rakyat dari
berbagai golongan dapat menikmati beras berkualitas dengan harga yang terjangkau.

2.9 Pentingnya Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Derasnya arus globalisasi yang semakin terbuka lebar dapat mempengaruhi pola pikir
dan cara pandang diri generasi muda Indonesia sebagai pewaris dan penerus nilai-nila luhur
para pendahulu mereka. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang luar biasa, bangsa yang
hebat yang menjaga dan melestarikan serta memegang erat budaya luhur yang telah
diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya. Toleransi, beramah-tamah,
gotong royong, dan nilai-nilai luhur lainnya sudah tertanam dalam setiap diri bangsa
Indonesia yang beragam dan berakar dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, melihat
kondisi sekarang generasi-generasi muda yang menjadi harapan bangsa seolah telah
kehilangan jati dirinya. Nilai-nilai para leluhur yang dijunjung tinggi sudah sangat sulit sekali
ditemukan dalam diri generasi Indonesia, nilai-nilai identitas bangsa Indonesia yang menjadi

14
pembeda dan ciri khas sudah mulai pudar akibat terkikis oleh kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di era globalisasi saat ini.

Telah kita ketahui bahwa didalam Pancasila terdapat nilai-nilai yang menjadi pedoman
masyarakat untuk hidup berbangsa dan bernegara, terdapat juga nilai-nilai yang menjadi
identitas bangsa Indonesia, identitas yang menjadi ciri khas bangsa dan telah ada sejak zaman
nenek moyang, yang secara tidak langsung adalah warisan leluhur yang harus dijaga dan
dipertahankan eksistensinya di zaman yang membawa banyak perubahan seperti saat ini.
Sangat disayangkan karena dengan berkembangnya berbagai ilmu pengetahuan dan
kemajuan teknologi yang mutakhir, hal tersebut justru dapat berpotensi menjadikan lunturnya
nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa, dasar negara dan sebagai jati diri bangsa
Indonesia serta acuan dasar dan rambu-rambu dalam pengembangan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan dan penemuan teknologi-teknologi terbaru. Arus globalisasi yang semakin kuat
secara perlahan dapat mengikis jati diri bangsa dan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai
dengan aturan-atauran serta karakter-karakter yang diharapkan Pancasila di Indonesia.

Dewasa ini sering kali kita menemukan tindakan-tindakan asusila yang terjadi di
lingkungan masyarakat seperti maraknya kasus-kasus pembunuhan, pelecehan seksual,
perampokan, dan penculikan. Selain itu juga dapat ditemukan pengaruh dari adanya
globalisasi ini dengan budaya masyarakat yang condong ke arah budaya barat (western
oriented) dan perilaku konsumtif. Mereka lebih mencintai budaya asing dibandingkan budaya
sendiri (Indonesia). Begitu juga dalam pemanfaatan teknologi, banyak sekali ditemukan
tindakan-tindakan di dalam media sosial yang tidak sesuai dan melanggar hukum dan aturan
yang berlaku seperti digunakannya media digital seperti sosial media untuk menyebarkan
berita hoax, ujaran kebencian, provokasi, penipuan, dan lain sebagainya. Saat ini dampaknya
pun sudah mulai memasuki ranah pendidikan seperti banyaknya kasus perundungan melalui
media sosial atau cyberbullying.

Selain itu, melemahnya karakter bangsa Indonesia adalah sebagai akibat dari tumbuhnya
sifat hedonistik, inteloransi, radikalisme, dan sifat individualisme di tengah-tengah
masyarakat saat ini. Terkikisnya rasa persatuan dan kebersamaan dalam tolong menolong
yang merupakan karakter warisan luhur sejak zaman nenek moyang, penurunan kualitas
moralitas dan etika bangsa, dan perubahan moral, etika, dan perilaku yang semakin jauh dari
nilai-nilai luhur budaya bangsa, termasuk rendahnya pilar-pilar negara yang dimilikinya
adalah contoh dari efek perubahan zaman yang dibawa oleh waktu dan bentuk kegagalan
masyarakat kita dalam memanfaatkan berbagai perkembangan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Lalu, bagaimana cara kita mengatasi hal tersebut? Salah satu
upaya yang bisa di lakukan adalah dengan menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Segala macam bentuk penemuan ilmu baru ataupun kemajuan dalam bidang
teknologi yang berkembang di Indonesia tidak bertentangan ataupun bertolak belakang
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, dan juga memperhatikan norma, hukum,
dan budaya yang terdapat dalam masyarakat. Walaupun IPTEK sendiri berkembang secara
otonom, akan tetapi tetap di dalamnya harus terkandung dan sesuai dengan Pancasila.
Selanjutnya, pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) perlu memasukkan

15
nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal yang mendasari agar identitas dan jati diri bangsa
tidak hilang serta mampu diterima oleh masyarakat luas. Nilai Pancasila juga harus dijadikan
sebagai standar dasar bagi pengembangan berbagai disiplin ilmu maupun teknologi di
Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila dapat mengendalikan perkembangan ilmu dan
kemajuan teknologi yang berada di luar kendali. Begitupula segala bentuk perkembangan dan
kemajuan IPTEK, harus berakar pada budaya, adat istiadat, yang berlaku di dalam kehidupan
masyarakat luas, atau yang dikenal sebagai degenerasi pengetahuan (indigenous knowledge).

Perubahan pola pikir, cara pandang, dan gaya hidup manusia timbul akibat adanya
berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu diperlukan pemikiran,
penelitian dan perenungan yang mendalam agar bangsa Indonesia tidak gagal menentukan
pilihan nilai-nilai yang bertentangan dengan kepribadian dan budaya negara serta norma dan
hukum yang berlaku. Tuntutan moral para ilmuwan dalam pengembangan moral harus
diperhatikan dalam pengembangan IPTEK, apabila tidak maka akan membahayakan
lingkungan hidup di masa yang akan datang. Ilmuwan juga perlu memperhatikan apakah
tujuan mereka sebagai ilmuwan yang beradab tercapai dan tidak merugikan manusia. Ada
juga kebutuhan untuk menyeimbangkan pengembangan pengetahuan dengan pelestarian
lingkungan budaya dan alam negara. Selain itu, perlu adanya penyaringan terhadap segala
sesuatu yang bertentangan dengan pancasila seperti budaya-budaya asing yang tidak sesuai
dengan iklim di Indonesia, hal ini bertujuan agar nilai-nilai yang baik dan luhur tidak hilang,
seperti beramah-tamah, gotong royong, cinta rasa keadilan, musyawarah, solidaritas,
spiritualitas dan lain sebagainya. Hal terpenting juga dalam berteknologi adalah dengan
menerapkan etika dalam ber-IPTEK agar pemanfaatan teknologi sesuai dengan kebutuhan
dan tidak disalah gunakan.

Landasan atau etika dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang dijalankan
dan dikembangkan harus menghormati keyakinan masyarakat Indonesia yang sangat
beragam sehingga tidak menimbulkan konflik dan perpecahan dalam bangsa Indonesia
terutama terkait permasalahan kepercayaan dan keyakinan. Ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) harus mengarah pada pembangunan manusia dan didasarkan pada nilai-nilai
kemanusiaan dan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung dalam Pancasila tidak melanggar
dan bertentangan dengan prinsip dan juga hak-hak kemanusiaan. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi harus menjadi unsur yang menyeragamkan kebudayaan,
mempererat persatuan dan mengembangkan pendidikan, bukan sebagai bahan perpecahan
kebudayaan Indonesia. Perolehan ilmu pengetahuan dan teknologi haruslah bersifat
demokratis dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia, karena pendidikan itu sendiri
merupakan bagian dari sistem pendidikan yang merupakan kebutuhan dan hak semua orang.
Untuk itu perlu memperkecil kesenjangan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pemerataan ilmu pengetahuan dan teknologi, mendukung kemakmuran
masyarakat, dan mewujudkan sebuah keadilan dan kemakmuran demi terwujudnya cita-cita
bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi haruslah
beralaskan budaya dan hukum yang berlaku di Indonesia. Landasan atau etika dalam

16
pengembangan IPTEK haruslah menghormati keyakinan yang berbeda-beda, haruslah
mengembangkan manusia dengan nilai-nilai kemanusiaan. Selain itu dalam perkembangan
ilmu pengetahuan serta teknologi haruslah menjadi penghegemonisasi budaya yang di anut
oleh bangsa Indonesia dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa serta dengan
perkembangannya dapat membantu masyarakat dan mensejahterakan kehidupan dalam
berbangsa dan bernegara.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila merupakan Dasar Negara Republik Indonesia yang di rumuskan dari proses
akulturasi budaya Nusantara yang berlangsung berabad-abad. Sebagai dasar negara, Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam Berbangsa dan Bernegara. Pancasila
sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan. Dalam
kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam
memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara tentang makna
hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Filsafat Pancasila merupakan landasan dalam proses
berfikir dan berpengetahuan.

Pancasila sebagai Dasar Negara terdiri dari lima sila yang berasal dari pemikiran hasil
akulturasi budaya Nusantara. Sila-sila dalam Pancasila memiliki keterkaitan atau
berhubungan Dan saling melandasi. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan
landasan utama dari kempat sila lainnya. Hal ini menjadikan Pancasila sebagai sistem yang
saling terkait tak terpisahkan.

Perkembangan ilmu pengetahuan Indonesia tak bisa terlepas dari dunia luar. Ilmu
pengetahuan di Indonesia pada dasarnya telah berlangsung sebelum Era bangsa Eropa masuk
ke Nusantara hingga pada masa pasca kemerdekaan. Perkembangan IPTEK adalah lewat
kelembagaan pendidikan, hal ini didasarkan pada semangat "mencerdaskan kehidupan
bangsa" yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. para ilmuan dan cendikiawan harus
memiliki semangat mengembangkan dan menciptakan IPTEK yang ditujukan bagi
kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia.

Pancasila sebagai pengembang ilmu adalah sebuah pemikiran dan dasar pandangan,
bahwa Pancasila sistem negara, yang bisa sebagai pegangan, tuntunan, aturan, dalam mencari
pengetahuan atau mengembangkan suatu pengetahuan. Pentingya pancasila sebagai dasar
nilai pengembang ilmu antara lain sebagai berikut :

17
1. Mencegah warga agar tidak terjerumus pada nilai tertentu, yang bisa
menghilangkan kepribadian bangsa. Semisal westernisasi yang berkembang pesat
di Indonesia, budaya barat yang masuk, merubah sikap dan perilaku beberapa warga,
sehingga meninggalkan budaya dan nilai kepribadian bangsa, maka itu perlunya
pancasila agar tidak hilangnya kepribadian bangsa.
2. Tuntunan IPTEK yang dapat menghilangkan eksitensi mahkluk hidup
masa yang akan datang. Pancasila mencegahnya agar Indonesia, memiliki moral
untuk ilmuwan dalam pengembangan IPTEK.
3. Globalisasi, IPTEK, Politik barat sangat dapat merubah Indonesia, maka
perlu Pancasila sebagai dasar pengembang ilmu agar tidak hilang kepribadian bangsa
Indonesia, seperti gotong royong, solidaritas, musyawar

3.2 Saran

Pancasila sebagai paradigma ilmu pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai


pengembangan ilmu bagi mahasiswa adalah untuk memperlihatkan peran Pancasila sebagai
rambu-rambu normatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Selain itu,
pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia harus berakar pada budaya bangsa Indonesia
itu sendiri dan melibatkan partisipasi masyarakat luas.

Oleh karena itu. kemajuan dan perkembangan IPTEK sangat diperlukan dalam upaya
mempertahankan segala kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia serta menjawab segala
tantangan zaman. Dengan penguasaan IPTEK kita dapat tetap menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia.
Maka dari itu, IPTEK dan Pancasila antara satu dengan yang lain memiliki hubungan yang
kohesif. IPTEK diperlukan dalam pengamalan Pancasila, sila ketiga dalam menjaga
persatuan Indonesia. Di lain sisi, kita juga harus tetap menggunakan dasar-dasar nilai
Pancasila sebagai pedoman dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi agar
kita dapat tidak terjebak dan tepat sasaran mencapai tujuan bangsa.

Saran dari penulis untuk pembaca yaitu jadikanlah Pancasila sebagai dasar di era
pengembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, agar sesuai dengan norma dan etika
yang tertuang dalam Pancasila. Dalam makalah ini masih terdapat kesalahan sehingga kami
mengharapkan kritik konstruktif dari pembaca untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

23, R. S. (2020, November 16). kumparan.com. Retrieved from Pancasila Sebagai Dasar
Nilai Pengembangan Ilmu: https://kumparan.com/rullysubhanudin23/pancasila-
sebagai-dasar-nilai-pengembangan-ilmu-1ub8ZEmMv3X

Berutu, H. C. (2021, Juni 25). id-velopedia.velo.com. Retrieved from 5 Teori Keadilan


Menurut Aristoteles: https://id-velopedia.velo.com/yuk-simak-5-teori-keadilan-
menurut-aristoteles/

Edu, A. .. (2019). academia.edu. Retrieved from Pancasila Sebagai Dasar Nilai


Pengembangan Ilmu:
https://www.academia.edu/40974143/Pancasila_Sebagai_Dasar_Nilai_Pengembangan
_Ilmu

Qurotul, I. A. (2020, Januari 3). Nilai Ketuhanan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu.
Retrieved from www.kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/intanqurotulayun/5e0f4963097f3663a922d2a2/nilai-
ketuhanan-sebagai-dasar-pegembangan-ilmu

Syarifuddin, S. (2018, Desember). enjournal.iaimbima.ac.id. Retrieved from Pancasila


Sebagai Filsafat Ilmu dan Implikasi Terhadap Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknoligi: http://ejournal.iaimbima.ac.id/index.php/eL-Muhbib/article/view/356

19

Anda mungkin juga menyukai